Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di Indonesia sendiri sudah banyak orang membudidayakan jamur tiram ini

dikarenakan permintaan pasar dan minat masyarakat yang semakin meningkat

dalam mengkonsumsi jamur. Pembudidaya jamur tiram di Indonesia

memanfaatkan berbagai macam media tanam untuk budidaya jamur tiram, dari

berbagai media tanam yang sering di gunakan adalah serbuk kayu atau serbuk

gergaji karena media tanam ini juga sangat mudah untuk didapatkan (Agromedia,

2009).

Jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari

kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun.

Jamur tiram merupakan jenis jamur yang tumbuh di permukaan batang pohon atau

pada batang pohon yang sudah di tebang. Nama jamur tiram diambil dari bentuk

tudungnya yang melengkung, lonjong, dan membulat menyerupai kerang atau

cangkang tiram yang mempunyai tepi yang bergelombang (Alex, 2011). Jenis

jamur ini tumbuh di daerah yang lembab dan di alam bebas jamur tiram ini

tumbuh secara liar menempel pada kayu yang sudah lapuk, Jamur tiram adalah

salah satu jenis jamur yang bisa di budidayakan. dari berbagai jenis jamur yang

bisa di makan seperti jamur shitake (Lentinus edodes), jamur kancing (Agaricus

bisporus), jamur kuping (Auiricuralis sp), jamur merang(Volvariella volvacea),

dan jamur lingzhi (Genoderma lucidum).(M.daud,2013).

Jamur tiram ini sangat bermanfaat bagi kesehatan dan dapat diolah menjadi

berbagai macam olahan makanan, tidak sedikit orang yang menyukai olahan

1
jamur tiram ini. Kandungn protein pada jamur tiram putih bekisar antara 19% -

35%, lebih tingi dibandingkan dengan kandungan protein pada beras dan

gandum, namun relative lebih rendah jika di bandingkan denan kandungan susu

dan kedelai (Suriawiria, 2002).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah Penelitian

yaitu:

1. Bagaimana Pengaruh media tumbuh serbuk gergaji kayu jati putih terhadap

laju pertumbuhan miselium jamur tiram (Pleurotus Ostreatus).

1.3 Tujuan Penelitian.

1. Mengetahui tingkat pertumbuhan miselium jamur tiram (Pleurotus Ostreatus)

pada serbuk gergaji kayu jati putih.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai tingkat pertumbuhan jamur tiram pada

media serbuk gergaji kayu jati putih.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

2.1.1 Pengertin Jamur Tiram

Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat

menyediakan makanan sendiri dengan cara berfotosintesis seperti pada tanaman

yang berklorofil. Oleh karena itu, di dalam pertumbuhannya jamur memerlukan

zat-zat makanan yang siap untuk digunakan dan diserap. Di alam, zat-zat nutrisi

tersebut telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme

(Muchoroji dan Cahyana, 2008).

Jamur tiram (Pleurotus Ostreatus) Adalah salah satu jenis jamur yang bisa

di konsumsi yang banyak hidup pada batang kayu yang sudah lapuk jamur ini

berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak

cekung dan berwarna putih hingga krem dan jamur tiram memiliki ciri-ciri :

1.Tubuh buah memiliki tangkai yang tumbuh menyamping

2.Bentuknya seperti tiram (ostreatus), sehingga jamur tiram mempunyai nama

binomial pleurotus ostreatus.

3.Bagian tudung berubah warna dari hitam, abu-abu, coklat hingga putih,

dengan permukaan yang hampir licin.

4.Tepi tudung mulus sedikit berlekuk.

5.miselia berwarna putih dan dapat tumbuh dengan cepat

Di alam bebas jamur ini sering di jumpai hampir sepanjang tahun di hutan

pegunungan yang sejuk. Selain itu jamur ini juga tergolong sederhana untuk di

budidayakan, jamur tiram biasanya di budidayakan dengan berbagai macam

3
media tanam salah satunya menggunakan serbuk gergaji yang telah di sterilkan

yang di kemas dalam plastik.

2.1.1.Klasifikasi Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

Klasifikasi Jamur Tiram adalah sebagai berikut :


Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholomatacea
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus

2.1.2. Morfologi Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

Jamur tiram merupakan jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping

pada batang kayu yang sudah lapuk. Jamur ini mempunyai tubuh buah yang dapat

tumbuh mekar berbentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh

jamur ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus jamur

memiliki bentuk mirip cangkang tiram berukuran 5-15 cm dan permukaan bagian

bawah yang berlapis-lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Sedangkan

tangkainya ada yang pendek dan ada juga yang panjang (2-6 cm) tergantung pada

kondisi lingkungan serta iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini

menyangga tudung agak literal di bagian tepi atau agak ke tengah (Djarijah dan

djarijah, 2001).

2.1.3. Habitat Tumbuh Jamur Tiram (Pleurotus Ostreatus)

Jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dalam media yang terbuat dari

serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik. Pertumbuhan jamur tiram

4
sangat di pengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu,

sebelum melakukan budidaya jamur tiram harus mengetahui mrengenai kondisi

yang cocok untuk pertumbuhannya. Pada kehidupan alaminya jamur ini tumbuh

di hutan dan biasanya tumbuh berkembang di bawah pohon berdaun lebar atau di

bawah tanaman berkayu. Jamur tiram ini tidak memerlukan cahaya matahari yang

banyak. Ada banyak factor yang mempengaruhi perkembangan kehidupan jamur

seperti suhu atau temperature, kelembaban, cahaya, udara, dan keasaman.

2.2. Media tanam jamur tiram (serbuk kayu)

Serbuk gergaji kayu merupakan limbah dari perusahaan penggergajian kayu

yang penggunaannya masih optimal. Serbuk kayu yang akan di pakai sebagai

media tumbuh harus di sterilkan terlebih dahulu serbuk kayu juga harus

menggunakan serbuk kayu yang tidak banyak mengandung getah. Serbuk kayu

yang baik untuk digunakan sebagai media tanam adalah jenis kayu yang tidak

terlalu keras karena banyak mengandung selulosa, lignin, pentosan, zat ekstraktif,

dan abu yang merupakan bahan yang di perlukan oleh jamur dalam jumlah yang

banyak (Djarijah et al, 2010).

Secara alamiah jamur tiram putih mempunyai kemampuan memproduksi

enzim, dimana enzim ini dapat mengurai kandungan selulosa dan lignin.

Hemiselulosa bertujuan untuk menyusun dinding sel. Selulosa dan hemiselulosa

setelah di uraikan akan menjadi lebih sederhana, dimana kedua unsur ini akan

berubah menjadi glukosa dan air. Lignin tahan terhadap penguraian mikroba, oleh

karena itu kayu yang mengandung lignin yang tinggi tidak di sarankan untuk di

5
gunakan karena akan menghambat pelapukan kayu oleh mikroba

(Hamdiyati,dkk,2012).

2.3. Pertumbuhan Miselium dan Jamur tiram

Miselium jamur tiram adalah massa filament hifa yang menyusun tubuh atau

thalus jamur, miselium inilah yang menyebar pada media tumbuh dan menutupi

seluruh permukan media tumbuh yang akan membentuk thallus jamur.

Berikut adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan miselium dan

jamur tiram :

1. Suhu atau Temperature

Serat (miselium) jamur tiram putih tumbuh dengan baik pada kisaran suhu
o
antara 23-28 C, artinya kisaran temperature normal untuk

pertumbuhannya. Walaupun begitu, dengan temperature di bawah 23 oC,

miselium jamur masih dapat tumbuh meskipun memerlukan waktu yang

lebih lambat sedankan untuk pertumbuhan tubuh buahnya yang bentuk

seperti cangkang tiram, memerlukan kisaran suhu 13-15 oC selama 2-3

hari. Bila nilai temperature rendah tersebut tidak di dapatkan, maka ada

dua kemungkinan yang terjadi, yaitu pertumbuhan tumbuh buah jamur

tidak akan terbentuk, yang bereti pemeliharaan tidak berhasil, atau

walaupun terbentuk maka waktu yang di perlukan akan lama karena

habitat jamur tiram tidak maksimal.

2. kelembaban

kelembaban tinggi merupakan syarat utama yang terpenuhi dalam

budidaya jamur tiram. Pada pembentukan miselium di perlukan

6
kelembaban relatif 70% - 80%, sedangkan saat pembentukan tubuh buah

di perlukan kelembaban sekitar 80% - 90%. Meski demikian jamur tiram

cukup toleran terhdap kelembaban 60% -70%.

Kandungan air dalam substract sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan perkembangan miselium jamur. Terlalu sedikit air akan

mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, bahkan

terhenti sama sekali. Namun apabila terlalu banyak air, miselium akan

membusuk dan mati. Kandungan di dalam substrak tanaman akan didapat

dengan baik apabila di lakukan penyiraman. Jamur tumbuh baik dalam

keadaan yang lembab, tetapi tidak menghendaki genangan air. Miselium

jamur tiram tumbuh optimal pada substrak yang memiliki kandungan air

sekitar 60%. Sedangkan untuk merangsang pertumbuhan tunas dan tubuh

buah, memerlukian kelembaban udara sekitar 70% - 85% agar habitat

jamur tiram maksimal.

3. Cahaya

Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada keadaan gelap.

Sebaliknya, tubuh buah jamur tidak dapat tumbuh dalam keadaan yang

gelap. Cahaya di perlukan untuk merangsang pertumbuhan tubuh buah .

tangkai jamur akan tumbuh kecil dan tudung tumbuh abnormal bila saat

pertumbuhan primordial tidak memperoleh penyiraman agar habitat jamur

dapat tumbuh maksimal.

Akan tetapi cahaya matahari dapat yang menembus secara langsung dapat

merusak dan menyebabkan kelayuan, serta ukuran tudung yang relative

7
kecil. Pertumbuhan jamur hanya akan memerlukan cahaya yang bersifat

menyebar. Oleh karena itu, diperlukan peneduh pohon di dekat bangunan

tempat pemeliharaan jamur.

4. Udara

Jamur tiram adalah tanaman saprofit fakultatif aerobic yang membutuhkan

oksigen senyawa unutk pertumbuhannya. Sirkulasi yang lancar akan

menjamin pasokam oksigen. Terbatasnya pasokan oksigen udara di sekitar

tempat tunbuh jamur dapat mengganggu habitat jamur tiram pada

pertumbuhan tubuh buah.

Jamur tiram juga tumbuh pada tempat yang kekurangan oksigen memiliki

tubuh buah kecil dan abnormal. Tubuh buah jamur yang tumbuh pada

tempat yang berkekurangan oksigen akan mudah layu dan mati. Jamur

tiram juga memerlukan sirkulasi udara yang baik untuk pertumbuhannya,

oleh karena itu harus di beri ventilasi agar pertukaran udara dapat berjalan

secara baik sesuai dengan habitat jamur tiram.

5. Tingkat Keasaman

Miselium jamur tiram putih tumbuh optimal pada pH media yang sedikit

asam, yaitu antara 5,0 - 6,5 Nilai pH medium di perlukan untuk produksi

metabolisme dari jamur tiram putih, seperti produksi asam organik.

Kondisi asam dapat mnyebabkan pertumbuhan miselium jamur tiram

terganggu, tumbuh kontaminasi oleh jamur lain, bahkan menimbulkan

kematian jamur tiram putih. Kondisi pH yang terlalu tinggi (basa), dapat

menyebabkan system metabolism dari jamur tiram putih tidak efektif.

8
Bahkan, menyebabkan kematian. Di habitatnya jamur tiram tumbuh

optimal pada pH lingkungan yang mendekati normal (pH 6,8 – 7,0).

2.4. Kerangka pikir

Pada proses penelitian ini untuk mengetahui tingkat pertumbuhan miselium

jamur tiram (Pleurotus Ostreatus) dapat di ketahui dengan melakukan percobaan

pembibitan dengan menggunakan media tanam serbuk kayu (jati putih).

Pembibitan

Pemindahan Bibit Pada Media


Tanam Serbuk Gergaji Kayu Jati
Putih Dengan Campuran
Bekatul/Dedak Dan Kapur

Tingkat awal pertumbuhan


miselium jamur tiram putih

Penyebaran Miselium Pada


Baglog

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

9
III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jln Antang raya, Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan selama 2 bulan, mulai bulan Juli 2020 sampai selesai.

3.2. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: sekop, autoclave, lampu

Bunsen, pisau, sendok kecil, timbangan, thermometer, higrometer, mistar, alat

tulis, dan kamera. Sedangkan bahan yang digunakan adalah bahan yang pada

umumnya di pakai oleh pembudidaya, seperti: bibit jamur tiram (Pleurotus

Ostreatus), serbuk kayu jati putih, bekatul/dedak, kapur, alcohol, kapas,

Koran,cincin dari pipa , karet gelang, dan plastic.

3.3. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan meliputi data

tingkat pertumbuhan dan jumlah bibit yang hidup.

2. Data Sekunder

Studi literatur dengan membaca buku referensi atau dokumentasi yang

berhubungan dengan penelitian tentang pertumbuhan miselium jamur tiram

(Pleurotus Ostreatus). Dalam hal ini juga dilakukan browsing untuk mencari data

atau dokumentasi yang berhubungan dengan obyek yang diteliti.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

10
1. Teknik observasi yaitu dengan cara pengamatan langsung dan pencatatan

secara sistematis terhadap fakta-fakta yang nampak pada objek penelitian.

2. Studi pustaka yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari hasil-

hasil penelitian, literature, internet, serta sumber yang relevan dengan

penelitian.

3.7. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan bibit jamur tiram putih

Tahap awal dalam melaksanakan penelitian ini adalah mempersiapkan

bibit jamur tiram terlebih dahulu, bibit yang di gunakan adalah bibit yang

di buat sendiri mulai dari bibit F0, F1, sampai F2 tergantung kita mau

menggunakan bibit yang mana.

2. Persiapan media tanam atau baglog

Persiapan media tanam atau baglog adalah pencampuran bahan yang

telah di sediakan terlebih dahulu seperti serbuk kayu jati, kapur, dan

bekatul ketiga bahan ini di campur lalu diaduk, media yang telah

tercampur yang telah di beri air dengan kebasahan yang telah di tentukan

kemudian di masukkan ke dalam plastik lalu di pres agar menjadi padat,

dan pada bagian atas plastik di pasang ring dari pipa paralon dan di

pasangi penutup pada ringnya agar pada saat di sterilkan air tidak masuk

ke dalam plastik.

3. Sterilisasi baglog

Sterilissi adalah proses pengukusan pada media baglog agar baglog

steril dari jamu liar yang tidak diinginkan tumbuh karena dapat

11
mengganggu pertumbuhan miselium jamur tiram putih. Sterilisasi dapat

menggunakan drum yang telah dirakit seperti kompor untuk pengukusan,

setelah proses ini baglog kemudian didinginkan terlebih dahulu.

4. Inokulasi

Inokulasi adalah proses pemindahan bibit jamur tiram ke dalam media

baglog yang telah dingin, alat yang di pakai untuk memindahkan bibit ke

dalam media tanam baglog harus steril agar bibit jamur tiram tidak

terkontaminasi.

5. Inkubasi

Setelah proses inokulasi bibit kemudian di masukkan ke dalam

kumbung atau ruangan untuk penumbuhan miselium jamur tiram, baglog

di susun di rak yang telah di sediakan sebelumnya di dalam kumbung,

ruangan juga di buat tertutup agar cahaya matahari tidak masuk karena

miselium akan lebih cepat merambat dalam keadaan gelap. Miselium akan

menutupi media baglog dalam 30-40 hari proses inkubasi.

3.7. Pengamatan

Pengamatan dimulai saat bibit selesai dipindahkan ke baglog atau media

tanam yang telah siap, untuk melihat tingkat pertumbuhan dan penyebaran

miselium pada setiap baglog atau media tanam.

2.7. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengamatan persen tumbuh miselium dengan menghitung persentase

miselium yang tumbuh (Pt) dengan menggunakan rumus :

12
Jumlah baglog yang di tumbuhi miselium
Pt = x 100 %
Jumlah keseluruhanbaglog

2. Pengamatan penyebaran miselium menutupi baglog dengan menghitung

daya pertumbuhan (Dp) dengan menggunakan rumus:

Jumlah baglog yang tertutupi miselium


Dp= x 100 %
Jumlah keseluruhan baglog

3. Kecepatan pertumbuhan

Kecepatan pertumbuhan dan penyebaran miselium dihitung mulai

pemindahan bibit ke baglog.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agromedia, 2009.Buku Pintar Bertanam Jamur Konsumsi. Jakarta: Agromedia

pustaka.

Alex, 2011. Untung Besar Budidaya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Djarijah,Nunung Marlina dan Abbas Siregar Djarijah. 2001. Budidaya Jamur


Tiram (Pembibibtan, pemeliharaan dan pengndalian hama penyakit).Yogyakarta.

Djarijah et al, 2010. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta.

Hamdiyati dkk. 2012. Pengaruh kandungan media tumbuh terhadap jamur tiram.

M Daud, 2013. Budidaya Jamur Tiram (pleurotus ostreatus) Menggunakan


Limbah Kayu Dan Sekam Padi. Makassar

Suriawiria, 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta.

Alex, 2011. Untung Besar Budidaya Aneka Jamur. Yogyakarta: Pustaka Baru
Press.

Mukhoroji dan Cahyana, 2008. Budidaya Jamur Kuping, Penebar Swadaya,

Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai