Anda di halaman 1dari 4

Ovozoa Vol. 5, No.

1, April 2016
ISSN: 2302-6464 25

HUBUNGAN UMUR TERHADAP KASUS RETENSIO SEKUNDINARUM DAN


DAMPAKNYA TERHADAP BIRAHI DAN KEBUNTINGAN

THE RELATIONSHIP OF AGE TO RETAINED PLACENTA AND ITS


IMPACT ON ESTRUS AND PREGNANCY

Efi Okta Freselia1), Soeharsono2), Wurlina3)


1)
Mahasiswa, 2)Bagian Anatomi Veteriner, 3)Bagian Reproduksi Veteriner
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
email : efiokta19@gmail.com

ABSTRACT

The objective of this study was to know the relationship of age to retained placenta and its
impact on estrus and pregnancy. This study was conducted at KUTT Suka Makmur Grati,
Pasuruan, East Java. The methods used in this study is a survey method. The data was analyzed
using descriptive and path analysis. The relationship of age, incidence of retained placenta,
estrus, artificial insemination and cases of pregnancy was analyzed using path analysis. The
results show that persentages of retained placenta on dairy cattle at the age over five years is
54,1% and at the age under five years is 45,9%. Age positive effect (T>1,96) of retained
placenta with a path coefficient 0,94. Retained placenta negative effect (T>1,96) of estrus with a
path coefficient -0,21. Persentages of pregnancy on dairy cattle is 45,9% and not pregnancy is
54,1%.

Key Word : Retained placenta, age, estrus, pregnancy

Pendahuluan sampai enam bulan sehingga dapat me-


Retensio sekundinarum merupakan ngakibatkan keterlambatan calving pada
suatu kegagalan pelepasan plasenta fetalis tahun berikutnya.
(vili kotiledon) dan plasenta induk (kripta Retensio sekundinarum dapat diterapi
karunkula) lebih dari 12 jam setelah me- dengan cara pengeluaran plasenta secara
lahirkan (Majeed et al., 2009; Gunay et al., manual, pengobatan antibiotik intrauterin
2011; Islam et al., 2012). Ada banyak dan terapi hormonal. Beberapa penelitian
faktor yang mempengaruhi kasus retensio telah menunjukkan bahwa pengeluaran
sekundinarum pada sapi perah meliputi plasenta secara manual dapat menurunkan
distokia, lahir kembar, aborsi, usia, paritas, mekanisme pertahanan uterus dan meng-
infeksi, kekurangan gizi, gangguan hormo- ganggu kesuburan ternak (Sengupta and
nal (Islam et al., 2012); (Zubair and Ah- Nandi, 2014). Penerapan terapi hormonal
mad, 2014). Gaafar et al. (2010) menya- pada sapi yang mengalami retensio sekun-
takan bahwa kejadian retensio sekundina- dinarum bahkan tidak memiliki efek me-
rum meningkat pada sapi perah yang ber- nguntungkan pada kembalinya ovulasi dan
umur tua dengan periode kelahiran lebih kesuburan setelah melahirkan apabila ma-
dari empat. Retensio sekundinarum dapat najemen pengelolahan dan pakan belum
mengakibatkan sejumlah masalah dengan diperbaiki (Alsic et al., 2008).
memungkinkan mikroorganisme untuk tum- Penelitian ini dilakukan untuk menge-
buh dalam uterus menyebabkan perada- tahui hubungan umur terhadap retensio
ngan, penurunan berat badan, penurunan sekundinarum dan dampaknya terhadap
produksi susu, interval melahirkan lebih birahi dan kebuntingan pada sapi perah di
lama dan jika infeksi sangat parah dapat KUTT Suka Makmur Grati Kabupaten Pa-
menyebabkan kematian sapi (Amin et al., suruan.
2013). Menurut Islam et al. (2012) retensio
sekundinarum dapat menyebabkan tertun-
danya kehamilan berikutnya selama dua

25
26 Efi Okta Freselia dkk. 26

Materi dan Metode Penelitian sajikan dalam Gambar 1. Seperti dilihat


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan pada Gambar 1, umur berpengaruh positif
September sampai November 2014 di tiga terhadap retensio se-kundinarum (T>1,96)
kecamatan pada wilayah kerja KUTT Suka dengan koefisien jalur sebesar 0,94.
Makmur Grati yaitu Kecamatan Lumbang, Retensio sekundinarum berpengaruh negatif
Kecamatan Grati dan Kecamatan Lekok. terhadap birahi kem-bali (T>1,96) dengan
Materi yang digunakan dalam penelitian ini koefisien jalur sebesar -0,21. Birahi kem-
adalah 157 ekor sapi perah yang mengalami bali berpengaruh terhadap kebuntingan
kasus retensio sekundinarum. Metode yang melalui IB. Birahi kembali berpengaruh
digunakan dalam penelitian ini adalah me- negatif terhadap IB (T>1,96) dengan koe-
tode survei. Data yang diambil berupa data fisien jalur sebesar sebesar 0,73 (T>1,96),
primer. Data primer diperoleh melalui wa- sedangkan IB terhadap kebuntingan ber-
wancara terhadap peternak dengan menda- pengaruh positif dengan koefisiensi jalur
tangi para peternak dan menggunakan kui- sebesar 0,50. Besar koe-fisian jalur pada
sioner. masing-masing hubungan disajikan dalam
Tabel 1.
Analisis Data Hubungan Umur terhadap Kasus Reten-
Data yang diperoleh dalam penelitian sio Sekundinarum
ini disajikan dan dianalisis menggunakan Seperti yang disajikan dalam Gambar
analisis deskriptif dan analisis jalur. Selan- 1, terdapat hubungan sebab akibat yang
jutnya untuk menganalisis hubungan antara positif antara umur dengan kasus retensio
umur, kejadian retensio sekundinarum, bi- sekundinarum (T>1,96), yang mengandung
rahi kembali, IB dan kasus kebuntingan makna bahwa pertambahan umur akan di-
menggunakan analisis jalur dengan meng- ikuti dengan resiko mengalami retensio se-
gunakan softwere PLS (Partial Least Squa- kundinarum yang semakin tinggi karena
res). induk sapi yang sudah tua kondisi alat re-
produksinya sudah mengalami penurunan
Hasil dan Pembahasan
Hubungan umur, retensio sekundina-
rum, birahi kembali, IB dan kebuntingan di-

Gambar 1. Hubungan umur, retensio sekundinarum, birahi kembali, IB dan kebuntingan


pada sapi perah di tiga kecamatan wilayah kerja KUTT Suka Makmur Grati
Kabupaten Pasuruan.
Keterangan : UT : Umur ternak
RS : Retensio sekundinarum
BK : Birahi kembali
IB : Inseminasi buatan
B : Bunting
Efi Okta Freselia dkk. 27

Tabel 1. Besar koefisian jalur hubungan hubungan umur, retensio sekundinarum, birahi
kembali, IB dan kebuntingan.
Hubungan umur, retensio sekundinarum, birahi
Koefisien Tingkat signifikasi
kembali, IB dan kebuntingan.
Umur ternak terhadap retensio sekundinarum 0,94 T>1,96
Retensio sekundinarum terhadap birahi kembali -0,21 T>1,96
Birahi kembali terhadap IB -0,73 T>1,96
Birahi kembali terhadap kebuntingan -0,07 T<1,96
IB terhadap kebuntingan 0,50 T>1,96

Tabel 2. Jumlah retensio sekundinarum pada sapi perah pada tiga kecamatan wilayah kerja
KUTT Suka Makmur Grati Kabupaten Pasuruan
Kecamatan
Umur Lumbang Grati Lekok Total
(Jumlah (%)) (Jumlah (%)) (Jumlah (%))
<5 tahun 27 (37,5%) 17 (23,6%) 28 (38,9%) 72 (45,9%)
>5 tahun 28 (32,9%) 29 (34,1%) 28 (32,9%) 85 (54,1%)
Total 55 (35,0%) 46 (29,3%) 56 (35,7%) 157 (100,0%)

yang diakibatkan oleh penurunan fungsi en- pat sudah baik sehingga tidak menyebabkan
dokrin (Hariadi dkk., 2011). terjadinya infeksi atau peradangan yang
Hasil yang hampir sama diperoleh da- semakin parah pada uterus yang dapat me-
lam penelitian Ali (1997) yang dikutip oleh ngakibatkan perpanjangan involusi uterus.
Islam et al. (2012) menujukkan bahwa ka- Hasil yang berbeda diperoleh dari pene-
sus retensio sekundinarum pada sapi perah litian Shiferaw et al., (2005) dan Gaafar et
yang berumur <4 tahun, 4-<7tahun, 7-<10 al., (2010) yang menunjukkan bahwa sapi
tahun dan 10 tahun masing-masing sebesar dengan retensio sekundinarum memiliki in-
9,4%,19,2%,38,1% dan51,9%. Gaafar terval lebih panjang dari kelahiran hingga
(2010) juga mengatakan bahwa kejadian estrus pertama. Gunay et al., (2011) juga
retensio sekundinarum meningkat pada sapi menyatakan bahwa retensio sekundinarum
perah berumur tua. menyebabkan birahi postpartum menjadi
Dampak Retensio Sekundinarum terha- lambat.
dap Birahi dan Kebuntingan Birahi kembali berkorelasi negatif de-
Kasus retensio sekundinarum berkore- ngan IB, hal ini mungkin dikarenakan pe-
lasi negatif (T>1,96) terhadap birahi kem- ngamatan deteksi birahi yang dilakukan
bali, yang mengadung arti bahwa retensio oleh peternak masih kurang sehingga pela-
sekundinarum tidak menyebabkan keter- poran kepada petugas juga kurang menye-
lambatan birahi kembali, hal ini mungkin babkan keterlambatan IB yang berakibat
dikarenakan penanganan terhadap kasus pada penurunan angka kebuntingan. Selain
retensio sekundinarum cepat dilakukan dan itu dapat juga dikarenakan agar produksi
penanganan yang dilakukan petugas setem-

Tabel 3. Persentase kebuntingan sapi perah di tiga kecamatan wilayah kerja KUTT Suka
Makmur Grati Kabupaten Pasuruan
Kebuntingan
Kecamatan Bunting Tidak Bunting Total
(Jumlah (%)) (Jumlah (%))
Lumbang 30 (54,5%) 25 (45,5%) 55 (100,0%)
Grati 22 (47,8%) 24 (52,2%) 46 (100,0%)
Lekok 20 (35,7%) 36 (64,3%) 56 (100,0%)
Total 72 (45,9%) 85 (54,1%) 157 (100,0%)
28 Efi Okta Freselia dkk. 28

susu pada periode laktasi tersebut tidak ce- Bulgarian Journal of Agricultural
pat turun maka dilakukan penundaan per- Science, 17: 126-131
kawinan atau mungkin juga karena kondisi Hariadi, M., S. Hardjopranjoto, Wurlina, H.
uterus yang belum kembali sempurna. Hasil A. Hermadi, B. Utomo, Rimayanti, I.
penelitian ini menunjukkan per-sentase sapi N. Triana dan H. Ratnani. 2011. Ilmu
perah yang tidak bunting lebih tinggi dari Kemajiran pada Ternak. Surabaya:
pada sapi yang bunting. Hasil ini sesuai Airlangga University Press. 145.
dengan yang dilaporkan oleh Gunay et al. Islam, M.H., MJU. Sarder, M. Rahman,
(2011) bahwa retensio sekundinarum dapat MA. Kader and MA. Islam. 2012.
menurunkan angka kebuntingan. Incidence of Retained Placenta in Re-
lation with Breed, Age, Parity and Bo-
Kesimpulan dy Condition Score of Dairy cows. In-
Umur berpengaruh terhadap retensio ternational Journal of Natural Sci.
sekundinarum, semakin tua umur sapi perah 2(1):15-20.
maka kemungkinan mengalami retensio se- Majeed, A. F., Q. M. Aboud, M. S. Hassan
kundinarum semakin tinggi dan retensio and A. Y. Muhammad. 2009. Retained
sekundinarum tidak menyebabkan keter- Fetal Membranes in Friesian-Holstein
lambatan birahi kembali tetapi dapat menu- Cows and Effect of some Treatment
runkan angka kebuntingan pada sapi perah. Methods. Iraqi Journal of Veterinary
Sciences, 23: 5-8.
Daftar Pustaka Shiferaw, Y., B.A. Tenhagen, M. Bekana
Alsic K, M. Domacinovic, Z. Pavicic, Z. and T. Kassa. 2005. Reproductive
Bukvic, M. Baban and B. Antunovic. Disorders of Crossbred Dairy Cows in
2008. The Relationship between Diet the Central Highlands of Ethiopia and
and Retained Placenta in Cows. Acta Their Effect on Reproductive Perfo-
Agriculturae Slovenica 2:155-162. mance. Tropical Animal Health and
Production, 37(5): 427-441
Amin, R.Ul, G.R. Bhat , A. Ahmad, P. S. Sengupta, D. and P.R. Nandi. 2014. Effect
Swain and G. Arunakumari. 2013. of Different Treatment Protocols on
Understanding Patho-physiology of
the Incidence of Retained Placenta and
Retained Placenta and its Management Post-partum Reproductive Health of
in Cattle a Review : Review Article. Cross Bred Cows upon Induction of
Veterinary Clinical Sci. 1(1): 01-09. Parturition. International Journal of
Gaafar, H. M. A., Sh. M. Shamiah, A. A. Advanced Research, 2(1): 129-133.
Shitta and H. A. B. Ganah. 2010. Fac- Zubair, M. and M. Ahmad. 2014. An
tors Affecting Retention of Placenta Insight Into the Recent Advances on
and its Influence on Postpartum Re- the Physiology and Treatment of
productive Performance and Milk Retention Of Fetal Membranes In
Production in Friesian Cows. Slovak J. Cattle. Advances in Animal and Vete-
Anim. Sci., 43(1): 6 – 12. rinary Sciences. 2(2): 73–77.
Gunay, A., U. Gunay and A. Orman. 2011.
Effects of Retained Placenta on the
Fertility in Treated Dairy Cows.

Anda mungkin juga menyukai