Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

Menjenguk orang sakit merupakan tumpuan pendukung kita untuk hidup sosial. Selain itu
limpahan rahmat Allah Swt., yang sangat luas untuk kita. Namun sayangnya banyak sekali orang yang
tidak menghiraukan hal ini. Bahkan mereka mau menjenguk jika yang sakit tersebut mengetahui
kedatangannya.
Sebagain besar orang sudah mengetahui begitu utamanya menjenguk orang sakit namun
mereka tidak paham dengan adab-adab menjenguk orang sakit sehingganya banyak orang sakit saat
dijenguk merasa kurang  nyaman dengan kedatangannya.
Untuk itu penulis membuat makalah ini selain memenuhi tugas dan nilai matakuliah juga
berharap agar dapat dimengerti oleh pembaca dan audiens saat makalah ini kami persentasikan.

A.    Keutamaan Ketika Menjenguk Orang Sakit


Atsar-atsar yang menyebutkan keutamaanya  sangatlah banyak, kami akan sebutkan di
antaranya hadist yang diriwayatkan dari Tsauban r.a, Rasulullassh saw. Ia berkata, “Rasulullah saw.
Bersabda :
 “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit maka ia senantiasa berada di taman kurma surga hingga
ia kembali” (HR. Muslim no. 2568, Ahmad no. 21886, dan at-Tirmidzi no. 967)
Dan dari jabir bin ‘Abdillah r.a bahwa ia berkata, “Aku mendengar Nabi saw.
bersabda,’Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit niscaya ia berada dalam naungan rahmat hingga
apabila ia tetap duduk di dalamnya (HR. Bukhari dalam al-adabul Mufrad  (no. 522))[1]
Dalam mengunjungi orang sakit terkadang beberapa manfaat lain selain apa yang telah
disebutkan, diantaranya membersihkan hati orang yang sedang sakit, memeriksa kebutuhan-
kebutuhannya, mengambil nasihat (pelajaran) dari musibah yang menimpanya. Demikian yang
dikatakan oleh Ibnul Jauzi[4]. Beri kekuatan padanya untuk selalu sabar dalam menghadapi musibah
yang menimpa, arahkan ia jangan sampai berkiprah tentang mati tapi lebih kepada pertaubatan diri
dan beri motivasi agar ia tetap optimis dalam menghadapi sakitnya, dengan lontaran doa dan berusaha
untuk sembuh.

B.     Adab-Adab Menjenguk Orang Sakit

a)      Kunjungan Wanita kepada Laki-laki yang Sakit


Mengunjungi laki-laki yang sakit dibolehkan bagi wanita diperbolehkan meski ia bukan
mahramnya, dengan syarat aman dan tidak terjadi fitnah adanya hijab dan tidak memanfaatkan waktu
berdua-duaan. Jika syarat-syarat tersebut dapat dijaga maka diperbolehkan bagi wanita menjenguk
laki-laki yang sakit begitupun sebaliknya.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a dan dari ayahnya, ia berkata, “ketika Rasulullah saw., tiba di
Madinah, Abu Bakar dan Bilal r.a., menderita demam. ‘Aisyah berkata.’Maka akupun menemui
keduanya, dan aku berkata, ‘Wahai ayahku, bagaimana keadaanmu? Dan wahai Bilal bagaimana
keadaanmu?[5]  
Dalam suatu riwayat Nabi sepulang dari Madinah para sahabat mengadu sakit demikian pula
dengan Abu Bakar, ‘Amir bin Fuhairah maula Abu Bakar dan Bilal dan saat itu Aisyah meminta izin
pada Raulullah untuk menjenguk mereka dan beliaupun mengizinkan, saat itu Aisyah berkata kepada
Abu Bakar “Bagaimana keadaanmu?”
Pada suatu Riwayat dari Ibnu Syihab, dari Abu Ummah bin Sahl bin  Hanif, ia
mengabarkannya kepadanya bahwa seorang wanita yang miskin sedang sakit maka
ia mengabarkannya kepada Rasulullah saw. Tentang sakit yang diderita oleh wanita tersebut. Dan
Rasulullah saw. Senantiasa mengunjungi orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.[6]
Berdasarkan Hadits Riwayat yang tertera diatas maka menunjukkan bahwasanya seorang laki-
laki dan wanita boleh menjenguk ketika sakit namun alakadarnya dan berniat benar-benar hanya akan
menjenguk lilahita’ala., yang berarti begitu urgennya menjenguk saudara kita sehingganya orang yang
bukan semukhrim dengan kitapun diizinkan.

b)      Menjenguk Orang Musyrik yang Sakit


Menjenguk orang kafir diperbolehkan kepada muslim seperti yang tertera pada riwayat Nabi
Saw., dari Anas r.a berkata : Ada seorang pemuda Yahudi yang biasa  melayani Nabi saw., kemuadian
ia sakit, maka datanglah Nabi saw., untuk menjenguknya lantas beliau duduk didekat kepalanya
seraya bersabda :”Islamlah”. Ia melihat ayahnya yang berada disitu juga, kemudian ayahnya berkata :
“Patuhilah/ikutilah Abdul Qasim”. Maka iapun masuk Islam. Kemudian Nabi saw., keluar sambil
mengucapkan :”Alhamdulillahil ladzi anqadzu minannaar” (Segala Puji bagi Allah yang telah
menyelamatkannya dari api neraka)”. (HR. Bukhari)[7]
c)      Waktu Menjenguk Orang Sakit
Tidak ada nash-nash yang menjelaskan waktu tertentu untuk menjenguk orang yang tertentu
untuk menjenguk orang yang sakit dan menziarahinya. Maka selama perkaranya seperti ini,
dibolehkan menziarahi orang sakit kapanpun, baik malam atau siang selama tidak ada hal yang
memberatkan mereka. Karena diantara hikmah dari menjenguk adalah meringankan penderitaan orang
yang sakit tersebut dan menyenangkan hatinya, bukan memberatkannya.
Waktu ziarah itu bermacam-macam, tergantung perbedaan zaman dan tempat. Terkadang
berziarah berziarah di malam hari adalah waktu yang dipersilahkan akan tetapi dizaman lainnya
terkadang dimakruhkan.
Al-Mawardzi berkata,”Aku bersama Abu ‘Abdillah pernah menjenguk orang sakit pada
malam hari dibulan Ramadhan, kemudian ia berkata kepadaku, ‘Di bulan Ramadhan, menjenguk
orang sakit dilakukan pada malam hari.”[8]
Demikian pula diwaktu (setelah) Zhuhur . menurut kebiasaan, orang-orang tidur siang dan
mereka diam untuk beristirahat. Al-Atsram mengatakan , “Dikatakan kepada Abu ‘Abdillah, ‘Seorang
menderita sakit dan ketika itu matahari sedang naik di musim panas,’ maka ia berkata,’ini bukan
waktu untuk menjenguk”[9]
Maka zaman pun perlu diperhatikan ketika hendak menjenguk orang sakit. Waktu menjenguk
yang telah dikenal oleh penduduk negeri ini dan telah menjadi kebiasaan mereka untuk menjenguk
dan berziarah terkadang bukanlah waktu yang biasa dilakukan oleh sebagian penduduk di negeri
lainnya.

d)     Meringankan Orang Sakit Dan Posisi Duduk Ketika Menjenguk


Orang yang menjenguk jangan terlalu lama duduk dan diam disisi orang yang sakit, karena ia
tersibukkan oleh rasa lapar dan sakitnya. Dan penjenguk orang sakit yang diam dalam waktu lama
akan memberatkan orang sakit tersebut, bahkan terkadang menambah sakitnya. Oleh karena itu di
antara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah meringankannya.
Dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, ia berkata,”Yang paling baik ketika menjenguk orang sakit
adalah yang paling ringan…”
Al-Auza’I berkata,”Aku pernah bepergian menuju Basrah untuk menjumpai Muhammad bin
Sirin, namun Aku menjumpainya ketika perutnya menderita sakit, maka kami pun masuk
untukmenjenguknya sambil berdiri..”
Asy-Sya’bi berkata,” kunjungan orang-orang desa yang pandir lebih memberatkan orang yang
sakit dari pada penyakitnya sendiri. Mereka mengunjunginya tidak pada waktunya dan mereka duduk
berlama-lama disisinya.”[10] 
Akan tetapi hendaklah diketahui bahwa apabila orang sakit meyukai orang yang
menjenguknya tingga lebih lama disisinya dan terus menerus menziarahinya, maka yang lebih utama
bagi orang yang menjenguknya itu adalah memenuhi keinginan orang yang sakit, karena hal itu akan
membahagiakan dan menyenangkan hatinya, sebagaimana Nabi Saw., menjenguk Sa’id bin Mu’adz
ketika ia terkena musibah dihari  peperangan khandaq. Nabi Saw., memerintahkan untuk membuat
kemah didalam masjid untuk Sa’ad agar beliau bisa menjenguknya dari dekat.[11]
Maka sahabat mana yang tidak menyukai keberadaan Nabi Saw., disisinya dan beliau
menziarahinya berulang-ulang?!
Disunnahkan bagi penjenguk untuk duduk disamping kepala orang yang sakit. Hal inilah yang
Nabi Saw., lakukan dan juga orang-orang shalih setelah beliau. Disebutkan dalam hadits Anas r.a, ia
berkata, “Seorang budak Yahudi sering membantu Nabi Saw., lantas dia jatuh sakit, maka Nabi Saw.,
menjenguknya. Beliau duduk disamping kepalanya dan berkata padanya,“Masuklah ke dalam
Islam….”  
Dan dari ar-Rabi’ bin ‘Abdillah, ia berkata, “Aku dan Al-Hasan pernah menjumpai Qatadah
untuk menziarahinya. MAka Al-Hasan duduk disisi kepalanya. Lalu ia bertanya kepadanya dan
mendo’akan kesembuhan untuknya.[12]
Duduknya penjenguk disamping kepala orang yang sakit mengandung beberapa faidah,
diantaranya :
Hadits tersebut menganjurkan bersikap ramah kepada orang yang sakit Orang yang
menjenguk memeungkinkan untuk meletakkan tangannya ke tubuh orang yang sakit, mendoakan
kesembuhan baginya dan meniupkan ruqyah syar’’iyyah kepadanya , dan
semisalnya. Bertanya kepada orang yang sakit tentang keadaannya dan memeberi semangat
Diantara perkara yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah bertanya kepada orang yang
sakit tentang keadaanya dan apa yang menimpanya, sebagaimana yang tercantum dalam hadits yang
diriwayatkan oleh ‘Aisyah r.a ia berkata :” ketika Rasulullah saw. Tiba di Madinah, Abu Bakar dan
Bilal menderita sakit dema.” ‘Aisyah berkata, “Maka aku pun masuk untuk melihat keadaan mereka,
lalu aku bertanya “Wahai Ayahku, bagaimana keadaanmu ? Dan wahai bilal, bagaiimana
keadaanmu ?
Dan termasuk perkara yang baik yaitu saat meringankan derita berupa sakitnya, seperti
dengan mengucapkan,”Sakit ini tidak apa-apa, engkau akan sembuh dengan izin Allah,” atau
“Penyakit ini bukan penyakit yag berbahaya Allah akan memberi kesembuhan insyaallah dan bukan
ucapan-ucapan berupa dekatnya ajal dsb., karena menganggap ajal orang masih jauh itu akan
mempercepat kesembuhan[13]. Kesehatan mental juga akan mempengaruhi kesehatan fisik juga[14].
Keluhan orang sakit tidak terlepas dari dua keadaan : Pertama, keluhan tersebut dengan
menampakkan kecemasan dan keputusasaan, dan tidak diragukan b hwa hal ini makruh karena
menunjukkan lemahnya iman dan tidak ridha dengan ketetapan Allah dan takdir-Nya.
Kedua, dengan mengabarkan keadaan tanpa berniat memohon kepada makhluk atau
menggantungkan diri kepada mereka, dan kebolehan hal ini tidak diragukan. Dalil-dalil pun
menguatkan kebolehannya.
Diriwayatkan dari al-Qasim bin Muhammad, ia berkata,”Aisyah berkata,’aduh kepalaku’.
Maka rasulullah saw. bersabda, ‘Seandainya hal itu terjadi dan aku masih hidup, niscaya aku akan
memohonkan ampunan untukmu’ ‘Aisyah berkata,’Demi Allah, sungguh aku menyangka engkau
menyukai kematianku, dan kalaulah hal itu terjadi mungkin engkau akan berada di akhir hari menjadi
pengantin dengan sebagian istri-istrimu.’Maka Nabi saw., bersabda, ‘Bahkan aku mengduhkan sakit
kepalaku..”[15]

e)      Menangis Ketika Sakit

‘Abdulllah bin Umar r.a meriwayatkan, ia berkata,”Sa’ad bin ‘Ubadah menderita suatu
penyakit, kemudian Nabi Saw menjenguknya bersama bersama ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin
‘Ubadah beliau mendapatinya sedang dikerumuni keluarganya. Beliau bertanya, ‘Apakah ia telah
wafat?’ Merekapun menjawab,”Tidak wahai Rasulullah.’ Maka Nabi saw., pun menangis, merekapun
ikut menangis. Nabi saw., ‘Tidakkah kalian mendengar bahwa Allah tidak akan mengazab karena
tetesan air mata dan tidak pula dengan kesedihan hati, akan tetapi Allah akan mengazab karena ini,
beliau mengisyaratkan kepada lisannya atau Allah akan merahmati. Dan sesungguhnya mayyit akan
diazab karena tangisan (ratapan) keluarganya atas kematiannya. (HR. AL-Bukhari(no. 5667)
Muslim (no. 2571))
Hadit ini menunjukkan bolehnya menangis disisi orang sakit, terlebih lagi disisi mayit, akan
tetapi tangisan itu tidak disertai jeritan histeris, karena Nabi Saw.,telah melarang ratapan.
f)       Meletakkan Tangan diatas Tubuh Orang yang Sakit

Orang yang menjenguk disunnahkannya diatas jasad orang yang sakit dan mendoakannya
sebagai bentuk meneladani Nabi kita. Terkadang meletakkan tangan ini memiliki pengaruh dalam
meringankan rasa sakit atau (bahkan) menghilangkannya secara keseluruhan, akan tetapi hal tersebut
tidak diharuskan karena tidak ada nash-nash khusus dalam masalah ini.
Ibnu Baththal berkata,”Meletakkan tangan diatas tubuh orang yang sakit merupakan hiburan
baginya dan cara untuk mengetahui seberapa parah penyakit yang dideritanya agar seseorang
mendo’akan kesembuhan untuknya sesuai dengan sakitnya yang terlihat. Mungkin saja seseorang
meruqyahnya dengan tanagannya dan mengusapkannya ditempat yang sakit dengan ruqyah yang
memberi manfaat  kepada orang yang sakit, jika yang  menjenguknya  adalah orang shalih.
Saya (Ibnu Hajar) katakan,”Terkadang orang yang menjenguk mengetahui cara pengobatan
dan penyakit sehingga ia bisa menerangkan pengobatan yang sesuai untuk orang yang sakit sesuai
dengan penyakitnya itu.”[16]
Dan beberapa hadits menyebutkan bahwa Nabi Saw., yang mulia meletakkan tangan beliau
ditubuh orang yang sakit. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash
yang telah dikemukakan sebelumnya,” kemudian Nabi Saw., meletakkan tangannya diatas keningnya,
kemudian mengusapkan tangannya diatas wajah dan perutku kemudian mengucapkan “Allahumma
isyfi Sa’dan (Ya Allah, Sembuhkanlah Sa’Ad...)”
Dan diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a, ia berkata,”Apabila Rasulullah Saw., menjenguk orang
sakit, beliau meletakkan tangannya ditempat yang terasa sakit, kemudian
mengucapkan“Bismillah”[17]

C.     Hukum Menjenguk Orang Sakit[27]


Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Bara
bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal.
Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan,
menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang
bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain
sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal). (Bukhari no.1239; Muslim
no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam
Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam
kitab shahih nya.

BAB II
KESIMPULAN

Menjenguk orang yang sakit adalah hal yang sangat urgen dalam kehidupan sosial dimana
sudah diterangkan Rasululullah dalam sabdanya bahwa selain hidup sosial juga memiliki beberapa
keutamaan yaitu rahmat akan meliputinya,  bahkan digambarkan seperti ada pada taman kurma surga.
Dan apabila ia menjenguk di waktu pagi niscaya tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga
sore. Dan apabila ia menjenguk diwaktu sore maka tujuh puluh malaikat akan mendoakannya hingga
pagi.
            Adapun beberapa adab menjenguk orang sakit diantaranya saat menjenguk orang sakit bukan
hanya terhadap orang dewasa saja bahkan perlakukan seperti menjenguk orang dewasa. Menjenguk
orang sakit bukan hanya kepada orang yang sadar saja sehingga dapat menyaksikan kehadiran
kita,  namun jenguklah pula orang yang pingsan. Adapun menjenguk orang musyrik diperbolehkan
bahkan Rasul melakukannya hingga orang tersebut masuk Islam. Ringankan beban orang yang sakit
saat kita berkunjung maka hadirlah diwaktu yang tepat dan jangan duduk berlama-lama karena akan
mengganggu waktu istirahatnya kecuali jika kita diminta orang yang sakit untuk berlama-lama
disisinya. Duduklah disamping kepala orang yang sakit karena akan mengandung beberapa faidah
yaitu menunjukkan sikap ramah terhadap orang yang sakit, dan dengan kemungkinan orang yang
menjenguk akan meletakkan tangannya ke tubuh orang yang sakit dan mendoakannya. Bertanyalah
tentang keadaannya dan berkata-katalah yang baik dan beri semangat padanya sehingga akan
memotivasi orang yang sakit tersebut untuk sembuh.
Hukum menjenguk orang yang sakit yaitu : Imam Ath Thabari menekankan bahwa
menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang
lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.
Manfaat menjenguk orang sakit diantaranya yaitu dapat menumbuhkan semangat, motivasi,
dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan
sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh, mencari tahu apa yang
diperlukan si sakit, mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit., mendoakan,
melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i., Menjenguk tanpa
Mempertimbangkan Penyakit dan Usianya.
Adapun Hikmah menjenguk orang sakit diantaranya yaitu :
1.      Di doakan oleh para Malaikat
2.      Memberi pelajaran bagi kita bahwasanya begitu mahalnya sehat sehingganya kita selalu menjaga
kesehatan
3.      Mengajari kita untuk ikhlas dan sabar
4.      Tergolong langkah terbaik dan perbuatan baik

Anda mungkin juga menyukai