Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL BELAJAR MANDIRI

MODUL INTEGRATIF KLINIS 1

SKENARIO 1

Disusun oleh:

Khusnul Khotimah Catur Putri (6130018002)

Tutor:

Warda Elmaida R, dr.,M.Ked.Trop

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2020
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN

No Materi yang dinilai Prosentase Nilai


1 Ketepatan pemilihan kata kunci dalam peta 25%
konsep
2 Kesesuaian hubungan kata kunci dalam peta 25%
konsep
3 Kesesuaian jawaban learning objective dengan 25%
kasus skenario
4 Pemilihan daftar pustaka dan sitasi 25%

Dosen Pembimbing

Warda Elmaida R, dr.,M.Ked.Trop


SKENARIO

Seorang bayi perempuan berusia 5 bulan dibawa ibunya ke IGD karena sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu.

Kata Sulit

- Sesak nafas : keadaan mental yang berkaitan dengan keinginan yang tak terpuaskan untuk
mendapatkan ventilasi yang kuat.

Kata Kunci

- Bayi usia 5 bulan


- Sesak nafas sejak 1 hari yang lalu

Hipotesis Awal

- Asma bronchial
- Pneumonia
- Bronchitis
- Tersedak benda asing
- Penyakit jantung bawaan

Anamnesis

- Sesak sejak 1 hari yang lalu,saat ekspirasi terdengar suara


- Demam disertai batuk dan pilek sejak 1 minggu yang lalu
- Batuk dan pilek terus menerus tanpa dahak
- Demam tinggi diatas 38°c
- Belum pernah diberi obat

Pemeriksaan Fisik

- Bayi merintih
- Nadi 160x per menit
- Saturasi oksigen 92%
- Pernafasan cuping hidung
- Retraksi intercostal dan substernal
- Suara rhonki
- Suara wheezing

Pemeriksaan Penunjang

- Darah lengkap : HB ;13,2 gr/dl,LED 25 mm/jam,Leu : 9300,Tro : 605.000


- GDS : 94 ml/dl
- Foto thoraks : tampak infiltrate di seluruh lapang pandang

Tabel TPL – PPL – POMR

TPL PPL Assesment Planning


Dx Tx Monitoring Edukasi
Anamnesis : - Dyspneu  Pneumo Pneumonia a. antibiotik - Menjaga
Keluhan - Demam nia - Ampisilin/ - 24 jam lingkung
utama : Sesak - Pernafas amoksisili selama 72 an bebas
an n untuk jam asap
- Bayi cuping gram pertama. rokok
perempuan hidung positif Bila - Melakuk
usia 5 - Ekstraks (25-50 membaik an
bulan i mg/kgBB/ diberikan imunisasi
- Sesak satu intercost kali IV selama 5 lengkap
hari yang al dan atau IM hari. - Nutrisi
lalu substern setiap 6 Selanjutnya yang
- Saat al jam) dapat cukup
ekspirasi - Rhonki dilakukan - Member
terdengar - Wheezin terapi ASI
suara g amoksilin eksklusif
- Demam - Takipne oral (15
dengan u mg/
batuk pilek - Takikar kgBB/kali
sejak 1 di tiga kali
minggu - Merintih sehari)
yang lalu - Leukosit untuk 5
- Batuk pilek osis hari
secara terus - LED berikutnya.
menerus meningk
tanpa at - ditambahk - Bila
dahak - Batuk an keadaan
- Bayi tanpa kloramfen klinis
merintih dahak ikol (25 memburuk
- Belum - X-ray : mg/kgBB/ sebelum 48
pernah di tampak kali IM jam, atau
beri obat infiltrat atau IV terdapat
diseluru setiap 8 keadaan
Pemeriksaan h lapang jam) yang berat
Fisik : paru (tidak
- Demam dapat
38,5oC menyusu
- Nadi - Dyspneu  Gagal atau
160x/menit - Saturasi jantung minum/ma
- Saturasi oksigen bawaan kan, atau
oksigen menurun memuntahk
92% - Cough, an
- Pernafasan Flu semuanya,
cuping - Takikar kejang,
hidung dia letargis
- Retraksi - Rhonki atau tidak
intercostal - Takipne sadar,
dan u sianosis,
substernal - Wheezin distres
- Rhonki g pernapasan
- Wheezing berat)
 Asma
Pemeriksaan - Dyspneu bronkial - gentamisi - Apabila
Penunjang : n untuk pneumonia
- Darah - Batuk bakteri stafilokokal
lengkap : gram maka
 Hb 13,2 - Wheezin negatif antibiotic
gr/dL g (7.5 dapat
 LED 25 mg/kgBB diganti
mm/ja  Bronkio IM sekali dengan
m - Batuk litis sehari) gentamisin
 Leukosi dan dan
t : 9300 - Dyspneu kloksasilin kloksasilin
 Trombo (50 atau
sit - Wheezin mg/kgBB klindamisin
605000 g IM atau - Jika
- GDS : 94 IV setiap keadaan
ml/dL - Takipne 6 jam) anak
(hipoglike u - klindamisi membaik,
mia) n (15 lanjutkan
- Foto thorax - Pernafas mg/kgBB/ kloksasilin
: tampak an hari –3 (atau
infiltrat di cuping kali dikloksasili
seluruh hidung pemberian n) secara
lapang paru ) oral 4 kali
- Retraksi sehari
intercost sampai
al secara
keseluruha
- Leukosit n mencapai
osis 3 minggu,
atau
 Terseda klindamisin
- Dyspneu k benda secara oral
asing selama 2
- Batuk minggu.
b. oksigenisa
- Wheezin si
g - O2
diberikan
sebesar 1
lt/menit
dengan
kanul
nasal atau
sungkup
untuk
memperta
hankan
saturasi
oksigen
>92%.

c. Antipireti
k
- Paracetam
ol dapat
diberikan
dengan
cara di
tetesi
(3x0,5 cc
sehari)
atau
dengan
peroral/
syrup
( 3x¼
cth).
d. Nebulasi
- Salbutamo
lDengan
dosis yang
dianjurkan
yaitu 0,5
mg/kgBB
e. Mukolitik
- Ambroxol
sirup 15
mg/5 mL
(1 sendok
takar = 5
mL)
dengan
dosis 2
kali
sehari 1/2 s
endok
takar. - Dipantau
f. Pemberian kembali
ASI setiap setiap 2
1-2 jam jam,
atau 3-10 apabila
ml ASI belum
perah per mencapai
kg BB kadar
bayi normal
diberikan
terapi
D10%
intravena
sebesar 2
ml/kgBB.
Learning Objective

1. Anatomi system respirasi


2. Fisiologi system respirasi
3. Patofisiologi dyspnea
4. Definisi bronkopneumonia
5. Manifestasi klinis bronkopneumonia
6. Epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia
7. Patogenesis bronkopneumonia
8. Patofisiologi bronkopneumonia
9. Patologi anatami bronkopneumonia
10. Pemeriksaan penunjang bronkopneumonia
11. Tatalaksana bronkopneumonia

Jawaban Learning Objective

1. Anatomi system respirasi


(Netter,2017)

2. Fisiologi system respirasi


Pernapasan atau respirasi menyediakan oksigen bagi jaringan dan membuang karbon
dioksida. Pernapasan atau respirasi memiliki empat fungsi utama bagi tubuh manusia, yaitu
sebagai ventilasi paru (masuk keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru), difusi oksigen
dan karbon dioksida antara alveoli dan darah, serta pengangkutan oksigen dan karbon dioksida
dalam darah dan cairan tubuh ke dalam/dari dalam sel jaringan tubuh (Guyton, 2016).

Respirasi atau pernapasan pada manusia dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel tubuh

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :

1. Pernafasan dada
2. Pernafasan perut/diafragma (Guyton,2016)

Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam
dan keluar paru disebabkan oleh:

1. Tekanan Pleura
2. Tekanan Alveolus
3. Tekanan transpulmonal (Fernandez,2018)

Cepat atau lambatnya frekuensi pernapasan dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Suhu tubuh
4. Posisi/Kedudukan tubuh
5. Aktivitas (Fernandez,2018)

3. Patofisiologi dyspnea

(Campbell,2010)

4. Definisi bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur maupun parasit. (Sudoyo,2006)

5. Manifestasi Klinis bronkopneumonia


Bronkopneumonia secara khas diawali dengan menggigil, demam yang timbul
dengan cepat (39,5° sampai 40,5°C), sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan
berkurang dan nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk. Gejala umum infeksi saluran
pernafasan bawah berupa batuk, espektorasi sputum, dengan takhipnea sangat jelas (25
sampai 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengkur, pernafasan cuping hidung
dan penggunaan otot-otot aksesori pernafasan, sputum hijau dan purulen, dipsnea dan
sianosis.
Pasien yang mengalami tanda pneumonia berupa retraksi yaitu perkusi pekak, fremitus
melemah, suara napas melemah, ronki dan wheezing (Mansjoer.2000)

6. Epidemiologi dan etiologi bronkopneumonia


 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika
pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah
umur 2 tahun (Bradley et al., 2011).
Di Indonesia, angka kematian pneumonia pada balita mencapai 21% (World
Health Organization and The United Nations Children’s Fund, 2006). Angka kesakitan
pneumonia pada bayi 2,2%, balita3% sedangkan angka kematian pneumonia pada bayi
29,8% dan angka 15,5% (Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan,
2015).

 Etiologi
1. Infeksi kuman Streptococcus Pneumoniae
2. Gangguan kekebalan akibat penyakit kronik
3. Polusi lingkungan
4. Penggunaan antibiotic yang tidak tepat (Sudoyo,2009)
7. Patogenesis Bronkopneumoniae
(Samuel,2014)
8. Patofisiologi Bronkopneumonia
Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat inhalasi mikroba yang ada diudara,
aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen. Selain itu juga
berhasilnya kuman pathogen seperti virus, bakteri, jamur, mycoplasma dan benda asing
masuk kesaluran pernafasan yaitu ke bronkus sehingga terserap ke paru perifer yang
menyebabkan reaksi jaringan berupa udema, yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman. Bagian par u yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya
serbukan sel PMN (poli morfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di
alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium
hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan
pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang
cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya fibr in, serta menghilangnya kuman. (Mansjoer,2000)

9. Patologi Anatomi Bronkopneumonia

a. Gross
 Pada permukaan paru biasanya tampak sebagai nodul-nodul sedikit menonjol,
kering, dan granular dengan diameter 3-4 cm. Nodul ini berwarna merah abu-abu
atau kuning dengan
 Pada irisan tampak area-area konsolidasi paru akibat inflamasi berupa daerah
parenkim

Pada gambaran yang lebih dekat, tampak area konsolidasi memenuhi lobulus paru
(disebut "lobular pneumonia").
(Sander,2019)

b. Mikroskopis
 Lumen alveolus terisi penuh dengan eksudat suppuratif yang terdiri dari sel-sel
radang
 Lumen bronkus yang berisi eksudat suppuratif (sel-sel radang PNN dan celluler
debris).
 Sel-sel epitel bronkus yang mengalami kerusakan.
 Dinding alveolus, ada yang utuh dan ada yang rusak.
 PMN dan celluler debris (Sander, 2019)
10. Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
1. Radiologi
Hasil yang didapat pada Foto thoraks pada pasien dengan pneumonia, gambaran
radiologisnya dapat berupa bercak infiltrat sampai konsolidasi (perselubungan
atau berkabut) homogen batas jelas dengan airbronchogram di salah satu lobus.
(Fadhilah,2017)
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap terjadi
peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
Leukopenia (<5000/ul) yang menunjukkan prognosis yang buruk. Hitung jenis
menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat (Fadhilah,2017)
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya dengan pewarnaan gram pada sputum,
biakan sputum dan kultur darah (PDPI, 2018).
4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik (Karin,2017)
5. Pemeriksaan Urin
Untuk memeriksa antigen Streptococcus pneumonia (PDPI,2018)
6. C-reaktif Protein (CRP)
CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi
atau noninfeksi, infeki virus atau bakteri, atau infeksi superfisial atau profunda
(Fadhila A, 2013).
7. Biopsi paru terbuka (open lung biopsy)
dilakukan dan hanya dilakukan apabila berbagai diagnosis yang dilakukan belum
dapat menegakkan etiologi (PDPI, 2018).
11. Tatalaksana Bronkopneumonia
Terapi dan Pengobatan Pneumonia pada Anak
Terapi yang diberikan pada pasien O2, terapi cairan, antispiretik, dan antibiotik. O2
diberikan sebesar 1 lt/menit.. Terapi cairan yang diberikan yaitu infus D5 ¼ NS sebanyak 8
tetes/ menit. Hal ini sesuai dengan kebutuhan. (Alexander, 2017).
Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/
syrup ( 3x¼ cth). Ambroksol merupakan mukolitik, bekerja untuk mengencerkan
dahak/sekret pada saluran pernafasan dan dengan reflek batuk, diharapkan mukus/sekret
dapat dikeluarkan.
Pemberian antibiotik adalah ampisilin 150 mg/8 jam dan gentamicin 20 mg/24 jam
yang diberikan secara intravena. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti
dengan antibiotik oral selama 10 hari. (Alexander, 2017).
Terapi nebulisasi menggunakan sabutamol diberikan pada pasien ini dengan dosis 1
respul/8 jam. Pasien bronkopneumonia dapat dipulangkan jika gejala dan tanda
bronkopneumonia telah menghilang, asupan oral adekuat, pemberian antibiotik dapat
diteruskan dirumah secara peroral, keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi
- terapi dan rencana kontrol, kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan
dirumah. Oleh karena itu pasien diperbolehkan pulang dan mendapatkan antibiotik oral
yaitu ampicilin syrup 3x¼ cth yang harus di minum sampai 5-7 hari. (Alexander, 2017).
MIND MAPPING
DAFTAR PUSTAKA

1. Fernandez, Gregory James. 2018. Sistem Pernapasan. Denpasar : Udayana Press


2. Guyton, A. C., Hall, J. E., 2016. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta :
EGC, 460-462

3. Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus
4. Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2010). 3. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3 Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan. (2015). Pedoman
Tatalaksana Pnerumonia Balita. Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia.
6. Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK UNAIR RSUD dr Soetomo.
7. Samuel,Andy.2014.Bronkopneumonia On Pediatric Patient.Lampung.Jurnal Kedokteran
Universitas Lampung
8. Sander, Mochamad Aleq. 2019. Atlas Berwarna Patologi Anatomi Jilid 1 Edisi 2. Depok:
Rajawali Pers.
9. A, Fadhila. 2013. Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia Pada
Pasien
10. Damayanti, A.A.A. Karin., dan Oyagi Ryusuk. 2017. Pneumonia. Denpasar: FK
Universitas
11. Udayana
12. PDPI. 2018. Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated Pneumonia
(VAP). PDPI.
13. Faradhita, Linda. 2015. Hubungan Status Gizi, Pemberian Asi Ekslusif, Status Imunisasi,
dan Keadaan Fisik Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tirto
1
Kabupaten Pekalongan. Semarang : Perpus Unismuh
14. Alexander, Dicky, K, N & Anggraeni, Janar, W. 2017. Tatalaksana Terkini
Bronkopneumonia Pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek, Vol. 7, No. 2, Hal 6 – 12

Anda mungkin juga menyukai