SKENARIO 1
Disusun oleh:
Tutor:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN DAN PENILAIAN
Dosen Pembimbing
Seorang bayi perempuan berusia 5 bulan dibawa ibunya ke IGD karena sesak nafas sejak 1 hari
yang lalu.
Kata Sulit
- Sesak nafas : keadaan mental yang berkaitan dengan keinginan yang tak terpuaskan untuk
mendapatkan ventilasi yang kuat.
Kata Kunci
Hipotesis Awal
- Asma bronchial
- Pneumonia
- Bronchitis
- Tersedak benda asing
- Penyakit jantung bawaan
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
- Bayi merintih
- Nadi 160x per menit
- Saturasi oksigen 92%
- Pernafasan cuping hidung
- Retraksi intercostal dan substernal
- Suara rhonki
- Suara wheezing
Pemeriksaan Penunjang
c. Antipireti
k
- Paracetam
ol dapat
diberikan
dengan
cara di
tetesi
(3x0,5 cc
sehari)
atau
dengan
peroral/
syrup
( 3x¼
cth).
d. Nebulasi
- Salbutamo
lDengan
dosis yang
dianjurkan
yaitu 0,5
mg/kgBB
e. Mukolitik
- Ambroxol
sirup 15
mg/5 mL
(1 sendok
takar = 5
mL)
dengan
dosis 2
kali
sehari 1/2 s
endok
takar. - Dipantau
f. Pemberian kembali
ASI setiap setiap 2
1-2 jam jam,
atau 3-10 apabila
ml ASI belum
perah per mencapai
kg BB kadar
bayi normal
diberikan
terapi
D10%
intravena
sebesar 2
ml/kgBB.
Learning Objective
Respirasi atau pernapasan pada manusia dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :
1. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan udara.
2. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke selsel tubuh
Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan
dengan dua cara pernapasan, yaitu :
1. Pernafasan dada
2. Pernafasan perut/diafragma (Guyton,2016)
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan udara ke dalam
dan keluar paru disebabkan oleh:
1. Tekanan Pleura
2. Tekanan Alveolus
3. Tekanan transpulmonal (Fernandez,2018)
3. Patofisiologi dyspnea
(Campbell,2010)
4. Definisi bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratoris dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur maupun parasit. (Sudoyo,2006)
Etiologi
1. Infeksi kuman Streptococcus Pneumoniae
2. Gangguan kekebalan akibat penyakit kronik
3. Polusi lingkungan
4. Penggunaan antibiotic yang tidak tepat (Sudoyo,2009)
7. Patogenesis Bronkopneumoniae
(Samuel,2014)
8. Patofisiologi Bronkopneumonia
Proses bronchopneumonia dimulai dari akibat inhalasi mikroba yang ada diudara,
aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen. Selain itu juga
berhasilnya kuman pathogen seperti virus, bakteri, jamur, mycoplasma dan benda asing
masuk kesaluran pernafasan yaitu ke bronkus sehingga terserap ke paru perifer yang
menyebabkan reaksi jaringan berupa udema, yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman. Bagian par u yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu terjadinya
serbukan sel PMN (poli morfonuklear), fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman di
alveoli. Proses ini termasuk dalam stadium hepatisasi merah, sedangkan stadium
hepatisasi kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi fibrin ke permukaan
pleura. Ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang
cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya fibr in, serta menghilangnya kuman. (Mansjoer,2000)
a. Gross
Pada permukaan paru biasanya tampak sebagai nodul-nodul sedikit menonjol,
kering, dan granular dengan diameter 3-4 cm. Nodul ini berwarna merah abu-abu
atau kuning dengan
Pada irisan tampak area-area konsolidasi paru akibat inflamasi berupa daerah
parenkim
Pada gambaran yang lebih dekat, tampak area konsolidasi memenuhi lobulus paru
(disebut "lobular pneumonia").
(Sander,2019)
b. Mikroskopis
Lumen alveolus terisi penuh dengan eksudat suppuratif yang terdiri dari sel-sel
radang
Lumen bronkus yang berisi eksudat suppuratif (sel-sel radang PNN dan celluler
debris).
Sel-sel epitel bronkus yang mengalami kerusakan.
Dinding alveolus, ada yang utuh dan ada yang rusak.
PMN dan celluler debris (Sander, 2019)
10. Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
1. Radiologi
Hasil yang didapat pada Foto thoraks pada pasien dengan pneumonia, gambaran
radiologisnya dapat berupa bercak infiltrat sampai konsolidasi (perselubungan
atau berkabut) homogen batas jelas dengan airbronchogram di salah satu lobus.
(Fadhilah,2017)
2. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah lengkap terjadi
peningkatan jumlah leukosit berkisar antara 10.000 -40.000 /ul, Leukosit
polimorfonuklear dengan banyak bentuk. Meskipun dapat pula ditemukan
Leukopenia (<5000/ul) yang menunjukkan prognosis yang buruk. Hitung jenis
menunjukkan shift to the left, dan LED meningkat (Fadhilah,2017)
3. Pemeriksaan Mikrobiologi
Pemeriksaan mikrobiologi diantaranya dengan pewarnaan gram pada sputum,
biakan sputum dan kultur darah (PDPI, 2018).
4. Analisa Gas Darah
Ditemukan hipoksemia sedang atau berat. Pada beberapa kasus, tekanan parsial
karbondioksida (PCO2) menurun dan pada stadium lanjut menunjukkan asidosis
respiratorik (Karin,2017)
5. Pemeriksaan Urin
Untuk memeriksa antigen Streptococcus pneumonia (PDPI,2018)
6. C-reaktif Protein (CRP)
CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk membedakan antara faktor infeksi
atau noninfeksi, infeki virus atau bakteri, atau infeksi superfisial atau profunda
(Fadhila A, 2013).
7. Biopsi paru terbuka (open lung biopsy)
dilakukan dan hanya dilakukan apabila berbagai diagnosis yang dilakukan belum
dapat menegakkan etiologi (PDPI, 2018).
11. Tatalaksana Bronkopneumonia
Terapi dan Pengobatan Pneumonia pada Anak
Terapi yang diberikan pada pasien O2, terapi cairan, antispiretik, dan antibiotik. O2
diberikan sebesar 1 lt/menit.. Terapi cairan yang diberikan yaitu infus D5 ¼ NS sebanyak 8
tetes/ menit. Hal ini sesuai dengan kebutuhan. (Alexander, 2017).
Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/
syrup ( 3x¼ cth). Ambroksol merupakan mukolitik, bekerja untuk mengencerkan
dahak/sekret pada saluran pernafasan dan dengan reflek batuk, diharapkan mukus/sekret
dapat dikeluarkan.
Pemberian antibiotik adalah ampisilin 150 mg/8 jam dan gentamicin 20 mg/24 jam
yang diberikan secara intravena. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti
dengan antibiotik oral selama 10 hari. (Alexander, 2017).
Terapi nebulisasi menggunakan sabutamol diberikan pada pasien ini dengan dosis 1
respul/8 jam. Pasien bronkopneumonia dapat dipulangkan jika gejala dan tanda
bronkopneumonia telah menghilang, asupan oral adekuat, pemberian antibiotik dapat
diteruskan dirumah secara peroral, keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi
- terapi dan rencana kontrol, kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan
dirumah. Oleh karena itu pasien diperbolehkan pulang dan mendapatkan antibiotik oral
yaitu ampicilin syrup 3x¼ cth yang harus di minum sampai 5-7 hari. (Alexander, 2017).
MIND MAPPING
DAFTAR PUSTAKA
3. Arif, Mansjoer, dkk, 2000 . Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke-3. FKUI, Jakarta:
Medica Aesculpalus
4. Campbell, N. A. & J. B. Reece. (2010). 3. Biologi, Edisi Kedelapan Jilid 3 Terjemahan:
Damaring Tyas Wulandari. Jakarta: Erlangga.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan. (2015). Pedoman
Tatalaksana Pnerumonia Balita. Kementerian Kesehatan Repulik Indonesia.
6. Hariadi, S. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Departemen Ilmu Penyakit
Paru FK UNAIR RSUD dr Soetomo.
7. Samuel,Andy.2014.Bronkopneumonia On Pediatric Patient.Lampung.Jurnal Kedokteran
Universitas Lampung
8. Sander, Mochamad Aleq. 2019. Atlas Berwarna Patologi Anatomi Jilid 1 Edisi 2. Depok:
Rajawali Pers.
9. A, Fadhila. 2013. Penegakan Diagnosis dan Penatalaksanaan Bronkopneumonia Pada
Pasien
10. Damayanti, A.A.A. Karin., dan Oyagi Ryusuk. 2017. Pneumonia. Denpasar: FK
Universitas
11. Udayana
12. PDPI. 2018. Hospital Acquired Pneumonia (HAP) dan Ventilator Associated Pneumonia
(VAP). PDPI.
13. Faradhita, Linda. 2015. Hubungan Status Gizi, Pemberian Asi Ekslusif, Status Imunisasi,
dan Keadaan Fisik Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Puskesmas Tirto
1
Kabupaten Pekalongan. Semarang : Perpus Unismuh
14. Alexander, Dicky, K, N & Anggraeni, Janar, W. 2017. Tatalaksana Terkini
Bronkopneumonia Pada Anak di Rumah Sakit Abdul Moeloek, Vol. 7, No. 2, Hal 6 – 12