Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGEROLAN DAN REDUKSI


KETEBALAN TERHADAP PERILAKU ELASTIS PADA KOMPOSIT
ALUMUNIUM PENGUAT ABU DASAR BATU BARA SETELAH PROSES
PERLAKUAN PANAS T6

Disusun oleh :

MOCH. AINUR ROFIQ


1421600127

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2020

i
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
SURABAYA

LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TUGAS AKHIR

NAMA : MOCH. AINUR ROFIQ


NBI : 1421600127
PROGRAM STUDI : TEKNIK MESIN
FAKULTAS : TEKNIK
JUDUL : PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGEROLAN
DAN REDUKSI KETEBALAN TERHADAP
PERILAKU ELASTIS PADA KOMPOSIT
ALUMUNIUM PENGUAT ABU DASAR BATU
BARA HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS T6

Mengetahui / Menetujui
Dosen Pembimbing

Harjo Seputro, ST., MT


NPP. 20420.96.0471

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Teknik Teknik Mesin

Dr.Ir. Sajiyo, M.Kes. Ir. Ichlas Wahid, MT


NPP. 20410.90.0197 NPP. 20420.90.0207

ii
PENGARUH VARIASI KECEPATAN PENGEROLAN DAN REDUKSI
KETEBALAN TERHADAP PERILAKU ELASTIS PADA KOMPOSIT
ALUMUNIUM PENGUAT ABU DASAR BATU BARA SETELAH PROSES
PERLAKUAN PANAS T6

Moch. Ainur Rofiq


1421600127
Harjo Seputro, ST., MT.

ABSTRAK

Perilaku elastis ialah perilaku suatu bahan bila dikenai beban atau gaya
dapat kembali kebentuk dan dimensi semula. Perilaku elastis penting diketahui,
untuk menentukan tegangan yang diizinkan dari suatu bahan, sebab bila suatu
bahan dikennai tegangan yang lebih besar dari tegangan yang dizinkan akan
terjadi perubahan bentuk yang permanen atau rusak.
Penelitian ini membahas tentang laju korosi yang dipengaruhi oleh proses
pembentukan rolling dengan variasi kecepatan pengerolan 14 Rpm, 15 Rpm, 71
Rpm dan reduksi ketebalan 30%, 65%, 75%.
Pengujian sifat mekanis dengan cara rolling, memungkinkan variasi
kecepatan pengerolan yang tinggi akan memperlemah sifat mekanis suatu bahan
dan reduksi ketebalan semakin tinggi justru akan memperkuat sifat mekanis
kekuatan bahan teraebut.

Kata kunci : Perilaku Elastis, Sifat Mekanis, Kekuatan Tarik,


Kecepatan Pengerolan, Reduksi Ketebalan, Pengerolan, Uji Tarik

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena Rahmat dan


Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik
sebagai salah satu syarat yang harus di penuhi mahasiswa Fakultas Teknik untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata 1 Untag Surabaya. Dengan arahan dan
usaha dosen pembimbing maka penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tepat
waktu.
Dibalik keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dari berbagai pihak. Penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini
tidak lepas dari bimbingan, pengarahan serta motivasi dari berbagai pihak
sehingga kendala dan kesulitan yang ada dapat diatasi. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Kedua orang tua saya. Bapak Nari dan Ibu Siti, terima kasih saya ucapkan
karena sudah merawat, menjaga, mendukung dan memotivasi serta selalu
mendoakan saya dalan keadaan apapun saat menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
2. Bapak Harjo Seputro ST, MT selaku dosen pembimbing saya dengan
segala kesabaran dan selalu memberi masukan kepada saya sehingga
terselesaikan Tugas Akir ini.
3. Bapak Ir. Ichlas Wahid, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Untag Surabaya beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Maula Nafi ST, MT selaku dosen konsultasi dengan bimbingan dan
arahan beliau maka terselesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Dr.Ir. Sajiyo, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Teknik Untag
Surabaya beserta staf yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Dosen Program Studi Teknik Mesin Untag Surabaya yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti mata
kuliah.

iv
7. Untuk team “SEHAT” (Dedik,Aditya,Gilang,Ardi,) terima kasih atas
dukungan dan doa kalian.
8. Seluruh teman-teman Mahasiswa Teknik Mesin Untag Surabaya yang
telah banyak memberi support, semangat, bantuan, dan saran selama
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tetap solid dan bantu adik tingkatnya
untuk teman-teman Teknik Mesin Untag Surabaya.
9. Masih banyak pihak-pihak lainya yang juga berperan dalam penyelesaan
Tugas Akhir ini yang belum bisa saya sebutkan satu persatu.

Akhir kata dari penulis, besar harapan penulis semoga Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi semua pihak ang memerlukan, walaupun
penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna.

Surabaya,....November 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................... i
Halaman pengesahan......................................................................................... ii
Abstrak..............................................................................................................iii
Kata Pengantar..................................................................................................iv
Daftar Isi........................................................................................................... vi
Daftar Gambar................................................................................................. vii
Daftar Tabel....................................................................................................viii
BAB I Pendahuluan........................................................................................... 1
1.1.. Latar belakang...................................................................................... 1
1.2.. Rumusan Masalah.................................................................................3
1.3.. Batasan Masalah................................................................................... 3
1.4.. Tujuan Penelitian..................................................................................4
1.5.. Manffat Penelitian................................................................................ 4
BAB II Tinjauan Pustaka................................................................................... 6
2.1.. Bahan.................................................................................................... 6
2.1.1 Alumunium Paduan......................................................................6
2.1.2 Alumunium Murni....................................................................... 7
2.1.3 Alumunium Oksida (Al2O3)......................................................... 8
2.1.4 Magnesium (Mg)..........................................................................9
2.1.5 Asam Nitrat (HNO3).................................................................... 9
2.1.6 Abu dasar batubara..................................................................... 10
2.1.7 Alkohol.......................................................................................11
2.2.. Electroless plating...............................................................................11
2.3.. Pengecoran Metode Stirring Casting.................................................. 12
2.4.. Homogenezing.....................................................................................13
2.5.. Rolling................................................................................................. 14
BAB III Metode Penelitian.............................................................................. 15
3.1.. Rencana Penelitian.............................................................................. 15
3.2.. Diagram Alir Penelitian...................................................................... 18
3.3.. Penjelasan Diagram Alir Penelitian.................................................... 20

vi
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan...........................................................20
3.3.1.1 Alat dan Bahan Proses Electroless Plating.................... 20
3.3.1.2 Alat dan Bahan proses Peleburan Logam.......................24
3.3.1.3 Alat dan Bahan untuk membuat specimen uji................ 26
3.3.1.4 Alat dan Bahan pada Uji Tarik....................................... 27
3.3.2 Proses Electroless Plating.......................................................... 28
3.3.3 Menimbang Bahan Komposit.....................................................28
3.3.4 Proses Peleburan Logam Dengan Metode Stirring Casting.......29
3.3.5 Proses Homogenzing.................................................................. 30
3.3.6 Proses Rolling.............................................................................30
3.3.7 Proses Permesinan Pembuatan Spesimen Uji............................ 31
3.3.8 Pengujian Uji Tarik.................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Electroless Plating............................................................ 12
Gambar 2.2 Proses Stir Casting........................................................................13

viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sifat – sifat Al-Si................................................................................ 7
Tabel 2.2 Karakteristik dan Difat Alumunium...................................................8
Tabel 2.3 Sifat dan Karakteristik Alumunium Oksida (Al2O3).......................... 8
Tabel 2.4 Sifat dan Karakteristik Magnesium (Mg)...........................................9
Tabel 2.5 Sifat dan Karakteristik Asam Nitrat (HNO3)................................... 10
Tabel 2.6 Sifat dan Karakteristik abu dasar batubara....................................... 10
Tabel 2.7 Sifat dan Karakteristik Alkohol........................................................11
Tabel 3.1 Alat – alat yang digunakan pada proses Electroless plating............ 20
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan pada proses electroless plating................... 23
Tabel 3.3 Alat proses peleburan logam untuk membentuk spesimen.............. 24
Tabel 3.4 Bahan yang digunakan dalam proses peleburan logam untuk
membentuk spesimen....................................................................... 25
Tabel 3.5 Alat proses permesinan membuat spesimen uji................................26
Tabel 3.6 Bahan proses permesinan membuat spesimen uji............................ 27
Tabel 3.7 Alat pada Uji Tarik........................................................................... 27
Tabel 3.8 Bahan Pada Uji Tarik....................................................................... 27

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku elastis ialah perilaku suatu bahan bila dikenai beban atau gaya dapat kembali
kebentuk dan dimensi semula. Perilaku elastis penting diketahui, untuk menentukan tegangan
yang diizinkan dari suatu bahan, sebab bila suatu bahan dikennai tegangan yang lebih besar dari
tegangan yang dizinkan akan terjadi perubahan bentuk yang permanen atau rusak. Menurut (A.C.
Dixit, et al. 2018) akibat dari penurunan sebuah persentasa sebesar 6% pemanjangan, sudut
punter, dan rasio passion dengan penguat boron karbida menghasilkan komposit yang
menunjukkan peningkatan kekuatan tarik, modulus young, kekuatan torsi, dan modulus geser.
Sifat mekanis suatu bahan dipengaruhi oleh parameter proses pembentukan dan perlakuan panas
yang dikenai pada bahan. Parameter pembentungan dengan pengerolan yang berpengaruh adalah
kecepatan pengerolan dan reduksi ketebalan. Menurut (A. Mozaffari, et al. 2010) reduksi
pengerolan pada 65% dan 70% menunjukkan suatu keuletan yang lebih baik pada bahan. Untuk
reduksi pengerolan pada 80% mengakibatkan kekuatan pda bahan menjadi lebih baik. Tetapi
pada reduksi pengerola 75% menunjukan suatu tegangan tarik dan perpanjangan pada bahan
semakin menurun. Sehingga peningkatan suatu reduksi pengerolan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kekuatan tarik dan keuletan. Menurut (H, Yang, et al. 2015) bahwa setelah
dilakukan perlakuan panas T6 selama 15 menit pada temperatur 525ºC kemudian pada temperatur
170ºC selama 24 jam akan mendapatkan pencapaian kekuatan luluh 282 MPa dan perpanjangan
4,2%. Perlakuan panas T6 dengan masa perlakuan larutan pendek efektif untuk meningkatkan
pelarutan dan menfasilitasi suatu homogenisasi fasa eutektik. Dengan demikian, peningkatan
kekuatan dan perpanjangan yang baik secara signifikan dapat dicapai (W. Yang, et al. 2017).
Penelitian tentang sifat mekanis dan kekuatan tarik suatu bahan yang dipengaruhi oleh variasi
kecepatan pengerolan dan reduksi ketebalan setelah perlakuan panas T6 telah banyak dilakukan
oleh para peneliti.
Menurut (U. G. Kang, H. J. et al. 2012) memakai penggulungan buat menerima bahan
butiran halus. Al6061 segera digulung selesainya perlakuan larutan padat. Mereka mengamati
bahwa sampel menggunakan pengerolan kriogenik (pengurangan ketebalan 45%) diikuti
menggunakan pengerolan hangat (pengurangan ketebalan 55%) menggunakan pengurangan

1
ketebalan total 75% mencapai kekerasan & kekuatan tarik yg lebih tinggi (138HV & 420 MPa
masing-masing). Mereka membandingkannya menggunakan pelat yg digulung sampai
pengurangan ketebalan 75% dengan syarat tidak sama misalnya perlakuan panas larutan padat
jenuh, penuaan diikuti menggunakan penggulungan kriogenik & penggulungan kriogenik.
Menurut (Young Bum Lee et al. 2014) menyelidiki konduktifitas annealing paduan Al5083
cryogenic-rolled menggunakan pengurangan ketebalan 85%. Dilaporkan bahwa kekuatan tarik
dan kekerasan masing-masing ~ 138Hv dan 522 MPa. Membentuk paduan Aluminium berbutir
sangat halus menggunakan cryo-forging diikuti menggunakan cryogenic-rolling dan penuaan.
Ukuran buah berkurang menurut 400 µm sebagai 240 nm dan kekuatan tarik ultimate tinggi (452
MPa) tercapai (Maruff Hussain, P. et al. 2015). Menurut (Xiaobo Zhang, et al. 2019) yield
strength suatu material komposit lebih besar daripada paduan matriks Al. Akan tetapi ultimate
tensile strength dari suatu reduksi pengerolan 65%, 70%, 75%, dan 80% ialah sedikit lebih besar
dari paduan matriks. Sehingga plastis deformasi mengakibatkan fraktur pada spesimen yang
disebabkan ikatan atarmuka suatu komposit laminasi, ultimate tensile strength material komposit
meningkat akan tetapi dibatasi peningkatan sifat tarik. Menurut (D. Liu, et al. 2017) lembaran
AZ31 dengan ketebalan 3 mm di gulung (roll) dengan kecepatan pengerolan 5 m/menit dengan
diameter roll 220 mm. Lembaran tersebut di gulung dalam satu jalur pengerolan dengan reduksi
ketebalan 10% sampai 60% dan dipanaskan sampai suhu 150ᵒC. Suhu tersebut ialah suhu
terendah untuk mencapai pengurangan ketebalan tanpa menyebakan kerusakan.
Proses pembentukan dangan cara di gulung (rolling) dan variasi yang mempengaruhi adalah
kecepatan pengerolan dan reduksi ketebalan, berpengaruh terhadap sifat mekanis dan kekuatan
tarik suatu hasil coran. Memungkinkan hasil coran dengan variasi kecepatan pengerolan pada
benda kerja yang tinggi akan menurunkan sifat mekanis kekerasan benda kerja dan sebaliknya
apabila variasi reduksi ketebalan pada benda kerja semakin tinggi akan meningkatkan sifat
kekuatan tarik pada benda kerja tersebut.
Dari uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang “analisa sifat mekanis kekerasan
dan kekuatan tarik terhadap perilaku elastis dari alumunium komposit dengan penguat abu dasar
batu bara hasil proses pengerolan (rolling) dengan variasi kecepatan pengerolan dan reduksi
ketebalan”

2
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan benda kerja pada saat proses pengerolan ( rolling )
terhadap perilaku elastis pengaruh sifat mekanis kekerasan dan kekuatan tarik komposit
alumunium paduuan abu dasar batu bara.
2. Bagaimana pengaruh variasi reduksi ketebalan benda kerja pada saat proses pengerolan
( rolling ) terhadap perilaku elastis pengaruh sifat mekanis kekerasan dan kekuatan tarik
komposit alumunium paduuan abu dasar batu bara.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bahan yang dipakai adalah :
 Alumunium paduan dibeli dari wiyung Surabaya dengan komposisi Al 86, 44 %; Si 6,11
%; Fe 1,69 %; Cu 1,01 %; Zn 4,13 %, dan paduan lainnya.
 Serbuk abu dasar batubara (bottom ash) 200 mesh yang telah melalui proses electroless
plating
 Aluminium murni bermerek KgaA EMD Millipore Corporation
 Serbuk magnesium bermerek KgaA EMD Millipore Corporation
 Serbuk Al2O3 bermerek Nippon light Metal company. LTD
 Alchohol 70 %
 Larutan Asam Nitrat (HNO3) 65 % bermerek KgaA EMD Millipore Corporation
b. Metode pengecoran : stirring casting
c. Temperatur cetakan 295 0C
d. Waktu tuang 37 detik
e. Variasi kecepatan pengerolan benda kerja pada saat pembentukan dengan cara
pengerolan (rolling) :
7 Rpm, 15 Rpm, dan 25 Rpm
f. Variasi reduksi ketebalan pada saat pembentukan dengan cara penngerolan (rolling) :
5 % ; 10 % ; 15 %
g. Pengujian yang dilakukan adalah :
 Pengujian Uji Tarik

3
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penlitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh variasi kecepatan pengerolan benda kerja pada proses pengerolan
(rolling) terhadap perilaku elastis pengaruh sifat mekanis kekerasan dan kekuatan tarik
dari bahan komposit aluminium paduan – abu dasar batubara.
2. Mengetahui pengaruh variasi reduksi ketebalan pada proses pengerolan (rolling) terhadap
perilaku elastis pengaruh sifat mekanis kekerasan dan kekuatan tarik dari bahan komposit
aluminium paduan – abu dasar batubara
.
1.5 Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang dapat didapat dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Dapat dijadikan salah satu panduan berikutnya dalam pembuatan komposit aluminium
paduan – abu dasar batubara, khususnya pada sifat mekanis kekerasan dan kekuatan tarik.
b. Sebagai alternatif untuk material pembuatan bahan pengujian.
1.6 Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada proposal tugas akhir ini adalah :
Bab I : Pendahuluan
Pada bab ini memuat tentang latar belakang yang berdasarkan penelitian tugas akhir ini, rumusan
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan masalah dan manfaat penelitian dari
penelitian tugas akhir ini.
Bab II : Dasar Teori
Pada bab ini memuat dasar teori yang dipakai dari berbagai sumber yang digunakan oleh penulis
untuk pembahasan masalah tentang penelitian ini.
Bab III : Metodologi Penelitian
Pada bab ini memuat tentang rencana penelitian, diagram alir ( flow chart ), dan uraian
penjelasan diagram alir penelitian tentang penelitian ini.
Bab IV : Data dan Analisa
Pada bab ini memuat tentang penelitian terhadap proses pengambilan data dan analisa data.

4
Bab V : Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini memuat tetang kesimpulan dari penelitian ini dan saran terhadap penelitian yang
sudah dilakukan.
Daftar Pustaka
Pada daftar pustaka ini berisi tentang sumber penelitian yang terdahulu dan standar yang dipakai
sebagai acuan penulis.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan
2.1.1 Aluminium Paduan
Aluminium paduan adalah paduan dimana logam aluminium yang paling
dominan, dan unsur-unsur paduan pada umumnya adalah tembaga, silikon, magnesium,
mangan, seng dan timah. Aluminium paduan disini juga sebagai matrix dalam komposit
aluminium abu dasar batubara.
a. Al-Si
Paduan Al-Si sangat baik kecairannya, yang mempunyai permukaan yang
bagus, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran. Sebagai tambahan,
paduan ini memiliki ketahanan korosi yang baik, sangat ringan, koefisien pemuaian
yang sangat kecil, dan sebagai penghantar panas dan listrik yang baik. Karena memiliki
kelebihan yang baik, paduan ini sangat banyak dipakai. Tetapi dalam hal ini modifikasi
tidak perlu dilakukan. Sifat-sifat silumin sangat diperbaiki oleh perlakuan panas dan
sedikit diperbaiki oleh unsur paduan. Umumnya dilakukan paduan dengan 0,15-
0,4%Mn dan 0,5%Mg. Paduan yang diberi perlakuan pelarutan dan dituakan dinamakan
silumin gamma dan yang hanya ditemper dinamakan silumin beta. Paduan yang
memerlukan perlakuan panas ditambah dengan Mg juga Cu serta Ni untuk memberikan
kekerasan pada saat panas, bahan ini biasa digunakan untuk torak motor. Koefisien
pemuaian termal Si yang sangat rendah membuat koefisien termal paduannya juga
rendah apabila ditambah Si lebih banyak. Telah dikembangkan paduan hypereutektik
Al-Si sampai 29% Si untuk memperhalus butir primer Si. Proses penghalusan akan
lebih efektif dengan penambahan P oleh paduan Cu-P atau penambahan fosfor klorida
(PCl5) untuk mencapai presentasi 0,001%P, dapat tercapai penghalusan primer dan
homogenisasi. Paduan Al-Si banyak dipakai sebagai elektroda untuk pengelasan yaitu
terutama mengandung 5%Si. Paduan seri ini non heat treatable. Paduan seri 4032 yang
mengandung 12,5%Si mudah ditempa dan memiliki koefisien muai panas sangat rendah
digunakan untuk piston yang ditempa.

6
Tabel 2.1 Sifat-sifat Al-Si
No Sifat-sifat paduan Al-Si

1 Mampu cor baik

2 Tidak dapat dikeraskan

3 Mampu las otogen baik

4 Terbentuknya lapisan SiO2.xH2O pada permukaan


menjadikan paduan ini memiliki ketahanan korosi
yang lebih baik dari pada aluminium murni.

5 Tahan gesekan

6 Memiliki koefisien pemuaian ang kecil

b. Al-Cu
Paduan ini dapat di heat treatment terutama yang mengandung (2,5-5%) Cu.
Dari seri ini yang terkenal seri 2017 dikenal dengan nama “duralimin” mengandung
4%Cu, 0,5%Mg, 0,5%Mn pada komposisi standard. Paduan ini Mg ditingkatkan pada
komposisi standard dari Al, 4,5%Cu, 1,5%Mg, 0,5%Mn, dinamakan paduan 2024 yang
bernama Duralumin Super. Paduan yang memiliki Cu mempunyai ketahanan korosi
yang jelek, jadi apabila ketahanan korosi khusus diperlukan permukaannya dilapisi
dengan Al murni atau paduan Al yang tahan korosi yang disebut pelat alkad.

2.1.2 Aluminium Murni


Aluminium murni adalah unsur yang sangat reaktif dan jarang ditemukan di
Bumi dalam bentuk bebas. Aluminium bertindak sebagai konduktor yang sangat baik
listrik dan panas, tetapi non-magnetik. Ketika aluminium terkena udara, lapisan tipis
aluminium oksida terbentuk pada permukaan logam. Hal ini untuk mencegah korosi
dan karat.

7
Tabel 2.2 Karakteristik dan sifat Aluminium
Simbol Al

Berat atom 26,981

Klasifikasi Pasca transisi logam

Fasa pada suhu kamar Padat

Kepadatan 2.70 gr/cm3

Titik leleh 660,32 ° C, 1220,58 ° F

Titik didih 2519 ° C, 4566 ° F

2.1.3 Aluminium Oksida (Al2O3)


Aluminium oksida berperan penting dalam ketahanan logam aluminium
terhadap perkaratan dengan udara. Logam aluminium sebenarnya amat mudah bereaksi
dengan oksigen di udara. Aluminium bereaksi dengan oksigen membentuk aluminium
oksida, yang terbentuk sebagai lapisan tipis yang dengan cepat menutupi permukaan
aluminium. Lapisan ini melindungi logam aluminium dari oksidasi lebih lanjut.
Ketebalan lapisan ini dapat ditingkatkan melalui proses anodisasi. Beberapa alloy
(paduan logam), seperti perunggu aluminium, memanfaatkan sifat ini dengan
menambahkan aluminium pada alloy untuk meningkatkan ketahanan terhadap korosi.

Tabel 2.3 Sifat dan karakteristik Aluminium Oksida (Al2O3)


Rumus AL2O3

Massa mollar 101,96 g/mol

Titik lebur 2.072 oC

Kepadatan 3,95 g/cm3

Titik didih 2.977 oC

8
2.1.4 Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan salah satu jenis logam ringan dengan karakteritik sama
dengan aluminium tetapi magnesium memiliki titik cair yang lebih rendah dari pada
aluminium. Seperti pada aluminium, magnesium juga sangat mudah bersenyawa
dengan udara (Oksgen).Perbedaannya dengan aluminium ialah dimana magnesium
memiliki permukaan yang keropos yang disebabkan oleh serangan kelembaban udara
karena oxid film yang terbentuk pada permukaan magnesium ini hanya mampu
melindunginya dari udara yang kering.Unsur air dan garam pada kelembaban udara
sangat mempengaruhi ketahanan lapisan oxid pada magnesium dalam melindunginya
dari gangguan korosi.Untuk itu benda kerja yang menggunakan bahan magnesium ini
diperlukan lapisan tambahan perlindungan seperti cat atau meni.

Tabel 2.4 Sifat dan karakteristik magnesium (Mg)


Nomor atom 12

Titik cair, K 922

Titik ddih, K 1380

Densitas, gr/cm3 1,74

Kapasitas panas, J/gK 1,02

Konduktivitas kalor, W/mK 156

Enalpi pembentukan, kJ/mol 8,95

2.1.5 Asam nitrat (HNO3)


Asam nitrat dibuat dengan mencampur nitrogen dioksida (NO2) dengan air.
Menghasilkan asam nitrat yang sangat murni biasanya melibatkan distilasi dengan asam
sulfat, karena asam nitrat membentuk sebuah azeotrop dengan air dengan komposisi
68% asam nitrat dan 32% air. Asam nitrat kualitas komersial biasanya memiliki
konsentrasi antara 52% dan 68% asam nitrat. Asam nitrat ini adalah reagen
laboratorium umum dan komoditas industri yang penting. Asam nitrat disini dipakai
sebagai cairan reaksi kimia pada electroless plating.

9
Tabel 2.5 Sifat dan karakteristik Asam nitrat (HNO3)
Rumus kimia HNO3

Masa molar 63,012 gr/mol

Penampilan Cairan bening tidak berwarna

Densitas 1,51 gr/cm3 (20 oC)

Titik lebur -42 oC

Titik didih 83 oC

Viskositas 1,092 mPa.s

2.1.6 Abu dasar batubara


Abu dasar batubara merupakan partikel abu yang terbawa gas buang, sedangkan
abu dasar adalah abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku. Limbah abu
ini mengandung unsur toksik dan berpotensi besar menjadi masalah lingkungan.
Beberapa unsur seperti Al, As, Ce, Co, Cr, Fe, K, La, Mn, Na, Sc, Sm, Ti dan V
terkandung pada abu dasar batubara (Diah Dwiana Lestiani, et al, 2010).

Tabel 2.6 Sifat dan karakteristik abu dasar batubara (Muhardi, et al)
Berat jenis rata-rata abu terbang adalah 2,62 dan abu dasar adalah
2,27

Kadar air rata-rata abu terbang adalah 0,57% dan abu dasar
adalah 0,14%

Hasil pengujian pemadatan proctor standar menunjukan perilaku


pemadatan abu dasar mirip dengan pasir ydmax sebesar 13,75
kN/m3 dan wopt sebesar 25,03 %

10
2.1.7 Alkohol
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain alcohol,
dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena
memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan
metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam
dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam
ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas lagi. Kelas alkohol yang penting,
dimana metanol dan etanol adalah bagian yang paling sederhana, mencakup semua
senyawa yang memiliki rumus umum CnH2n+1OH. Alkohol disini dipakai untuk
memisahkan antara abu dasar batubara dan debu yang menjadi satu dengan abu dasar
batubara.

Tabel 2.7 Sifat dan karakteristik alkohol


Rumus kimia C2H5OH

Masa mollar 46,06844 g/mol

Densitas 0,7893 g/cm3

Titik lebur -114,14

Titik didih 78,29

Keasaman 15,9 pKa

2.2 Electroless plating


Electroless plating adalah proses pelapisan yang tidak menggunakan listrik
dalam proses pelapisannya, perlakuan pelapisan yang terjadi karena terdapat reaksi
oksidasi dan reduksi pada permukaan bahan, sehingga terbentuk lapisan logam yang
berasal dari garam logam tersebut. Karena tidak menggunakan bantuan listrik dalam
pertukaraan elektron, proses pelapian yang akan terjadi akan lambat, sehingga untuk
mempercepat pelapisan, temperatur proses harus dinaikan sesuai batas yang dianjurkan
dengan bantuan pemanas (Edi S, et al, 2016). Alat utama pada proses pelapisan

11
Electroless plating tidak menggunakan arus listrik dalam prosesnya. Bisa dilihat pada
gambar dibawah ini

Gambar 2.1 Skema electroless plating


Keterangan :

1. Gelas Plating
2. Larutan Elektroles aluminium dan magnesium
3. Bahan yang dilapisi (Abu dasar batubara)
4. Kompor magnetic stirrer
5. Termometer

Peningkatan pelapisan plastik melalui proses etsa (etching) pada proses electroless
memberikan kekuatan daya lekat lapisan ang cukup baik, karena mampu membersihkan
lapisan tipis dan membuat pori-pori halus sebagai tumbuhan lapisan selanjutnya. Dalam
melakukan pelapisan plastik, pada pengerjaan persiapannya, satu sama lain prosesnya
juga berbeda, karena sangat dipengaruhi oleh jenis plastik yang akan dilapisi, sehingga
bahan kimia untuk larutan pencuci dan etsa juga berbeda.

2.3 Pengecoran metode Stirring casting


Stirring casting adalah proses pembuatan komposit dalam kondisi cair yang
paling sederhana. Prinsip dari proses Stirring casting adalah penyatuan partikel penguat
ke dalam logam cair dengan pengadukan secara mekanik diatas garis liquidus, lalu
dituangkan ke dalam cetakan. Skema dari proses stir casting bisa dilihat pada gambar

12
2.2. Keuntungan dari proses ini adalah mampu menggabungkan partikel penguat yang
tidak dibasahi oleh logam cair. Bahan yang tidak dibasahi tersebut terdistribusi oleh
adanya gaya pengadukan secara mekanik yang menyebabkan partikel penguat
terperangkap dalam logam cair (Andi triono, et al, 2015).

Gambar 2.2 Proses Stir casting (Hridesh kumar, et al, 2014)


2.4 Homogenezing
Homogenezing adalah suatu proses pemanasan pada temperatur tinggi yang
bertujuan untuk menghilangkan efek segregasi kimia dan memperbaiki sifat mampu
pengerjaan panas yang umum dilakukan pada ingout hasil pengecoran (M. Ginanjar
Widodo Mukti, et al, 2018). Dalam penelitian paduan AG3NE yang termasuk
alumunium seri 6xxx tanpa dihomogenezing dan dihomogenezing pada temperatur 500
O
C selama 1jam mempunai bentuk butir ang hampir sama dan diameter rata-rata yang
sama juga, yaitu sebesar 0,01 mm. Ini berarti bahwa proses homogenisasi selama 1jam
belum mampu mengubah besar dan bentuk butir secara menyeluruh. Paduan AG3NE
tanpa dihomogenisasi mempunyai bentuk buir pipih dan ang lain berbentuk dendrite
dengan diameter butir 0,02 mm, sedangakan untuk yang dihomogenisasi pada
temperatur 500 OC dengan variasi waktu 1jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam, mempunyai butir
yang semakin besar dengan diameter berturut-turut adalah 0,01 mm, 0,02 mm, 0,03 mm,
0,04 mm. Dari pengujian juga diketahui bahwa temperatur dan waktu homogenisasi
berpengaruh terhadap sifat mekanis dan kekuatan tarik suatu bahan. (Hadijaya, et al,
2018).

13
2.5 Rolling

Rolling adalah suatu proses deformasi dimana ketebalan dari benda kerja
direduksi(dikurangi) menggunakan daya tekan dan menggunakan dua buah roll atau
lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara bersamaan benda kerja yang
berada diantaranya.

Pada prosess pengerolan, benda dikenai tegangan kompresi yang tinggi yang
berasal dari gerakan jepit roll dan tegangan geser-gesek permukaan sebagai akibat
gesekan antara roll dan logam. Selama proses roll, tegangan ini mengakibatkan
terjadinya deformasi plastis. Produk akhir dari proses ini adalah logam plat dan
lembaran (sheet), dimana umumnya plat mempunyai tebal lebih dari ¼ in. Lembaran
umumnya mempunyai ketebalan kurang dari ¼ in. Tujian utama pengerollan adalah
untuk memperkecil tebal logam.Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar, penurunan
panjang mengakibatkan pertambahan panjang

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk memahami suatu objek


penelitian dengan memandu peneliti dengan urutan-urutan bagaimana
penelitian dilaksanakan yang meliputi teknik dan prosedur yang digunakan
dalam sebuah penelitian. Menurut (Sugiyono, 2017) cara untuk mendapatkan
suatu data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Data yang disajikan secara
sistematik didapat dari urutan-urutan proses metode penelitian (Sunyoto,
2016). Dalam hal ini penelitian yang digunakan merupaka penelitian
kuantitatif. Menurut (Sialen, 2018) prosedur penelitian yang akan
menghasilkan sebuah data dan pada umumnya akan dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif.
Pembuatan bahan uji menggunakan teknik replikasi. Teknik replikasi
merupakan sebuah teknik pengkopian dan pendistribusian suatu proses pada
database. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random
sampel yang merupakan suatu teknik pada sebuah peneliatian yang dilakukan
secara acak sederhana (Siyoto, 2015). Untuk pengumpulan sebuah data
menggunakan metode observasi. Metode observasi bila diletkkan atau
diposisikan sebagai suatu bagian spectrum metodologis yang mencakup suatu
teknik atau strategi data secara prporsional, maka akan mencapai tingkat
keandalan atau reabilitas yang tinggi, sehingga menjadi landasan untuk
semua metode, untuk menghasilkan data fakta (Hasyim Hasanah, 2016).
Analisis data menggunakan metode statistik yang menggambarkan
secara spesifik hubungan antar variabel yang digunakan untuk menganalisis
data, menguji hipotesis dan dapat mengetahui tujuan yang akan dicapai.
Selanjutnya, mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara langsung

15
terjun kelapangan dan melakukan observasi sekaligus. Namun, pengujian ini
tetap mengacu pada standart yang telah ditentukan.
Penelitian ini dilakukan beberapa tahap. Tahapan penelitian
digambarkan pada diagram alir (Gambar 3.1). Langkah pertama adalah
mempersiapkan alat dan bahan penelitian yaitu Aluminium paduan
(alumunium batangan) didapat dari wiyung Surabaya, serbuk aluminium (Al),
serbuk magnesium (Mg) didapat di UD. Sumber Ilmiah Persada Surabaya,
larutan HNO3 65 % dan Alkhohol teknik 70 % didapat di UD. Sumber Ilmiah
Persada Surabaya. Sedangkan abu dasar batubara diperoleh dari sisa
pembakaran (bottom ash) dari PT.Smart.Tbk yang bertempat di Rungkut,
Surabaya. Material penguat komposit umumnya menggunakan abu dasar
batu bara (bottom ash) karena memiliki kandungan SiO2 dan Al2O3 yang
relatif tinggi, jumlahnya melimpah, tingkat kekerasan yang tinggi , tahan
terhadap suhu yang tinggi dengan titik leleh diatas 20000C dan murah
sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pada pembuatan komposit logam
dengan matriks aluminium (Ahmad dan Santoso, 2015). Langkah
selanjutnya masuk ke proses electroless plating yang bertempat di
Laboratorium Teknologi Pangan Terpadu Untag Surabaya . Tujuan
electroless plating agar mudah berinfiltrasi dengan aluminium paduan pada
saat pengecoran. Beberapa kelebihan menggunakan metode electroless
plating yaitu memiliki penampilan yang menarik, ketahanan korosi yang
tinggi, mempunyai densitas yang rendah (Faraji, dkk, 2011).
Selanjutnya, setelah abu dasar batubara (bottom ash) ter-electroless
plating, dilanjutkan dengan pembuatan komposit langkah yang pertama
persiapan alat untuk membuat bahan komposit yang terdiri dari dapur pelebur
(Furnace), timbangan analitik, infrared thermometer, solar, cetakan coran,
dan burner dan bahan komposit yaitu Aluminium paduan (aluminium
batangan), abu dasar batubara yang sudah ter-electroless plating, dan
magnesium (Mg) yang kemudian dilebur menjadi satu dalam dapur pelebur

16
dengan metode stirring casting, setelah mencair dan menjadi satu, siapkan
cetakan untuk membentuk coran komposit (As cast), kemudian tuangkan
kedalam cetakan dengan temperatur tuang 700ᵒC. Setelah komposit sudah
membeku dan padat maka coran komposit siap dilepas dari cetakan dan
didinginkan pada suhu kamar.
Dilakukan proses pemesinan(Frais atau sekrap) untuk menghaluskan
permukaan hasil coran komposit (As cast). Karena adanya regregrasi kimia
atau perbedaan komposisi kimia akibat pendinginan saat proses pengecoran,
hasil coran (As cast) dilanjut dengan proses Homogenizing yang bertujuan
untuk menyeragamkan struktur mikro dan komposisi coran komposit,proses
Homogenizing dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Terpadu Untag
Surabaya, alat yang digunakan adalah Dapur Marvel Merk Thermolyne
Furnace Tipe 30400, Setelah di Homogenizing.
Kemudian di rolling dengan variasi kecepatan rolling dan reduksi
ketebalan benda kerja. Setelah di rolling maka komposit menjadi pelat
(wrought), kemudian dilanjutkan dengan proses pemesinan untuk membuat
spesimen uji.
Sebelum dilakukannya proses permesinan dan setelah dilakukannya
proses pengerolan, paduan Al-Si dan kompositnya dikenakan perlakuan
panas T-6 yang melibatkan pelarutan diikuti menggunakan penuaan buatan.
Spesimen dilarutkan dalam suhu 495ᵒC selama 8 jam dan didinginkan pada
minyak dalam suhu ambien diikuti menggunakan temperatur dalam 175ᵒC
selama 6 jam dan akhirnya didinginkan pada udara ambien.
Pengujian Tarik di Institute Teknoloi Sepuluh November Setelah
semua tahap dilakukan, maka akan muncul sebuah hasil yang berupa data
dari setiap pengujian yang nantinya akan di analisa untuk dijadikan sebuah
kesimpulan.

17
3.2 Diagram Alir Penelitian

MULAI

STUDI STUDI
PERMASALAH
LITERATUR LAPANGAN

PERSIAPAN ALAT DAN


BAHAN

PROSES
ELECTROLESS
PLATING
(Mg, Al2O5, HNO3, Alkohol,

MENIMBANG KOMPOSISI BAHAN


KOMPOSIT
1. Al paduan 6061 :89%
2. Abu dasar batubara :10%
3. Magnesium :1%

PROSES PEMBUATAN KOMPOSIT


MENGGUNAKAN METODE STIRRING
CASTING

AS CAST

HOMOGENIZI

18
A

PROSES PEMBENTUKAN ROLLING DENGAN


VARIASI KECEPATAN(RPM) DAN REDUKSI
KETEBALAN(%)

14 rpm 15 rpm 71 rpm

30% 65% 75%

WROUHT KOMPOSIT
Al-ABU DASAR

PERLAKUAN PANAS
T6

PEMBUATAN
SPESIMEN UJI

PENGUJIAN TARIK

DATA DAN ANALISA

KESIMPULAN

SELES
AI

19
3.3 Penjelasan Diagram Alir Penelitian
3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan
3.3.1.1 Alat dan bahan proses electroless plating
Berikut adalah alat dan bahan yang digunakan untuk electroless plating :
a. Alat yang digunakan dalam proses electroless plating disajikan dalam
(tabel 1).
Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan pada proses electroless plating
No Nama Alat Gambar Alat Spesifikas Kegunaan

Tempat
Gelas pencampuran
1
erlenmayer 1000 ml komposisi
bahan

Menyimpan
1000 ml bahan yang
2 Gelas beaker
sudah di
electrolees
plating

Mengukur
3 Gelas ukur
1000 ml volume larutan

Mengambil
bahan yang
4 Spatula kaca
sudah di
electroless
plating di
dalam gelas
erlenmayer
20
No Nama Alat Gambar Alat Spesifikas Kegunaan
- Mengambil
bahan yang
Sendok sudah di
5 sepatula electroless
Stainless plating didalam
gelas
erlenmayer
-

Mengukur
6 Thermometer temperatur atau
suhu

Mengaduk
Magnetic
7 campuran
stirrer
larutan

Memanaskan
Kompor larutan dan
8
magnetic memutar
magnetic
stirrer

Menimbang
9 Timbangan
massa bahan
yang lebih dari
100gr
21
No Nama Alat Gambar Alat Spesifikas Kegunaan
-
Menimbang
Timbangan massa bahan
10
analitik yang kurang
dari 100gr
- Tempat
kompor
magnetic
sekaligus
menghindari
11 Lemari asam
kontak
langsung pada
asap yang
berbahaya bagi
kesehatan
-
Mengeringkan
bahan yang
12 Oven
sudah di
electroless
plating
- Tempat
menguapkan
larutan dari
Cawan
13 bahan yang
penguapan
sudah di
electroless
plating
- Membersihkan
alat dan
laboratorium
Kain yang akan
14
pembersih digunakan
maupun yang
sudah
digunakan

22
b. Bahan yang digunakan dalam pross electroless plating disajikan dalam
(tabel 2).
Tabel 3.2 Bahan yang digunakan pada proses elctroless plating
No. Nama Bahan Gambar Bahan Jumlah Kegunaan
Kebutuhan
Sebagai
penguat pada
1. Abu dasar Batubara 200 gr komposit dan
berbentuk
serbuk
Sebagai
pengikat
antara matrik
dan penguat
2. Serbuk magnesium 1 gr
pada
komposit dan
berbentuk
serbuk
Sebagai
pelapis abu
Serbuk aluminium dasar batu
3. 5 gr
murni bara yang
berbentuk
serbuk

Untuk
Serbuk aluminium meningkatka
4. 200 gr
oksida n ketahanan
korosi

Sebagai
cairan reaksi
5. HNO3 (65%) 400 ml kimia dan
berbentuk
cair

23
3.3.1.2 Alat dan bahan proses peleburan logam
a. Alat yang digunakan dalam peleburan logam untuk mebentuk spesimen.

Tabel 3.3 Alat proses peleburan logam untuk membentuk spesimen.


No. Nama Alat Gambar Alat Kegunaan

Dapur pelebur
1
(kowi)
Untuk tempat peleburan
dan mencampurkan bahan

Untuk menimbang massa


2 Timbangan bahan lebih dari 400 gr

Untuk mengukur
Infrared
3 temperatur dalam proses
thermometer
peleburan

Timbangan Untuk menimbang massa


4
analitik yang kurang dari 100gr

Pengaduk yang Untuk mengaduk bahan


6 yang terdapat di tungku
terbuat dari besi
peleburan
No. Nama Alat Gambar Alat Kegunaan

24
8 Tangki solar Untuk bahan bakar
peleburan

9 Cetakan coran
Untuk mencetak bahan
yang telah dilebur

b.Bahan yang digunakan dalam proses peleburan logam untuk


membentuk spesimen.
Tabel 3.4 Bahan yang digunakan dalam proses peleburan logam untuk
membentuk spesimen
No. Nama Bahan Gambar Bahan Jumlah Kegunaan
Kebutuhan
Aluminium Sebagai matrik
paduan pada komposit dan
(aluminium berbentuk batangan
1. batangan) 89% produksi wiyung
Surabaya.

Abu dasar Sebagai penguat


batubara pada komposit dan
2. yang sudah di 10% berbentuk serbuk.
electroless
(AlMg)
Sebagai pengikat
antara matrik dan
3. Magnesium 1% penguat pada
komposit dan
berbentuk serbuk.

3.3.1.3 Alat dan bahan untuk membuat spesimen uji


25
Berikut alat dan bahan yang digunakan untuk membuat spesimen uji:
a. Alat yang digunakan untuk membuat spesimen uji

Tabel 3.5 Alat proses pemesinan membat spesimen uji


No. Nama Alat Gambar Alat Kegunaan

1. Gergaji Besi
Untuk memotong hasil coran
komposit menjadi spesimen uji

2. Ragum Untuk menahan coran


komposit pada saat proses
pemotongan

3. Kikir
Untuk meratakan spesimen uji

4.
Sketmatch Untuk mengukur dimensi
spesimen uji

5. Mesin fraiz
Untuk membentuk spesimen
uji

6. Mesin Bubut Untuk membuat mur dan baut

Untuk meratakan serta


7. Amplas menghaluskan spesimen uji

b. Bahan yang digunakan untuk membuat spesimen uji


26
Tabel 3.6 Bahan proses pemesinan membat spesimen uji
No. Nama Bahan Gambar Bahan Jumlah Kegunaan
Kebutuhan
Bahan coran Sebagai bahan
komposit 2 coran membuat
aluminium (coran spesimen uji
1. paduan – abu dalam
dasar batubara bentuk
balok)

3.3.1.4 Alat dan bahan pada uji tarik


Berikut alat dan bahan yang digunakan pada uji tarik :
a. Alat yang digunakan pada uji tarik
Tabel 3.7 Alat pada uji tarik
No. Nama Alat Gambar Alat Kegunaan
1. Alat uji Tarik - Sebagai alat untuk uji spesimen

Untuk mengukur ketebalan


2. Jangka sorong -
spesimen

Sebagai untuk mengukur


3. Mistar
- panjang spesimen

b. Bahan yang digunakan pada uji tarik


Tabel 3.8 Bahan pada uji tarik
No. Nama Bahan Gambar Bahan Jumlah Kegunaan
Kebutuhan
Spesimen yang Sebagai bahan uji
1. sudah ter- 27
-
rolling

27
3.3.2 Proses Electroless Plating
Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Melakukan proses pemisahan partikel dengan ayakan ukuran 200
mesh.
b. Melakukan kalsinasi dengan temperatur 100 0C selama 3 jam pada
abu dasar batubara.
c. Membersihkan abu dasar batubara dengan alkhohol teknis 70 %
menggunakan magnetic stirrer.
d. Abu dasar batubara yang sudah dibersihkan dikeringkan dahulu
dengan oven dengan suhu 100 0C selama 1 jam.
e. Menimbang material abu dasar batubara , serbuk Mg, dan serbuk
aluminium murni.
f. Masukkan cairan HNO3 ke dalam gelas erlenmeyer yang
diletakkan di atas tungku pemanas magnetic dan diaduk
menggunakan magnetic stirer .
g. Kemudian Mg dan aluminium murni dimasukkan ke dalam larutan
HNO3 dan di stirrer selama 30 menit.
h. Abu dasar dan Al2O3 dimasukkan ke dalam gelas erlenmayer dan
stirrer dengan putaran yang sama selama 60 menit .
i. Mengeringkan abu dasar batubara yang telah dielectroless
(oksidasi) menggunakan oven dengan temperature 150 0C dengan
waktu tahan 180 menit.
j. Keluarkan dari oven dan dinginkan dengan temperatur ruang.

3.3.3 Menimbang Bahan Komposit


Pada Proses ini dilakukan penimbangan komposisi dari material
komposit supaya mendapat takaran yang sesuai kebutuhan proses pengecoran.
Berikut langkah-langkahnya :

28
a. Menyiapkan alat timbangan dan bahan yang akan ditimbang.
b. Bahan komposit yang dibutuhkan sebanyak 8 kg dengan presentase
tiap bahan sebagaai berikut :
a. Alumunium paduan : 89 %
b. Serbuk abu dasar batubara : 10 %
c. Serbuk magnesium : 1%
c. Mengkalibrasi alat timbangan supaya mendapatkan hasil yang
akurat saat penimbangan.
d. Menimbang setiap jenis bahan yang akan ditentukan sesuai dengan
komposisi yang telah ditentukan.
e. Membungkus dan memberi label atau tanda pada setiap jenis bahan
yang telah ditimbang supaya tidak tertukar.
3.3.4 Proses Peleburan Logam Dengan Metode Stirring Casting

Setelah menimbang komposisi bahan yang telah ditentukan selesai.


Berikut adalah langkah-langkah proses peleburan logam dengan metode
stirring casting :
a. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk proses
peleburan.
b. Menyalakan burner untuk memanaskan kowi peleburan.
c. Masukkan aluminium paduan kedalam kowi dan aluminium
dipanaskan sampai suhu 700 OC.
d. Dan suhu ditahan diwaktu tertentu (sampai titik lebur Al).
e. Masukkan ADBB yang sudah terelektroles plating dan Mg secara
berurutan kedalam kowi.
f. Aduk material didalam kowi dengan metode stirring casting dengan
kecepatan 160 rpm dan pengadukan dilakukan selama 1 menit tiap 5
menit, dengan waktu tahan selama 2,5 jam.
g. Sebelum dituang ke cetakan, biarkan temperatur cairan cor tersebut
mencapai 700 0C kemudian tuangkan ke dalam cetakan.
29
h. Tunggu 60 menit dan keluarkan dari cetakan.
i. Dinginkan pada temperatur ruang.
3.3.5 Proses Homogenizing

Proses homogenizing dilakukan untuk menghilangkan efek segregasi


kimia dan memperbaiki sifat mampu pengerjaan panas yang umum dilakukan
pada ingot hasil pengecoran, adapaun langkah-langkah homogenizing adalah
sebagai berikut :

a. Siapkan alat dan bahan.


b. Nyalakan oven dan putar knob pada suhu 125 0C.
c. Masukkan coran ke dalam oven.
d. Bila suhu coran sudah 125 0C tunggu hingga 120 menit.
e. Keluarkan dari oven dan biarkan pada suhu ruang.
3.3.6 Proses Rolling

Rolling adalah suatu proses deformasi dimana ketebalan dari benda


kerja direduksi (dikurangi) menggunakan daya tekan dan menggunakan dua
buah roll atau lebih. Roll berputar untuk menarik dan menekan secara
bersamaan benda kerja yang berada diantaranya.

Pada prosess pengerolan, benda dikenai tegangan kompresi yang


tinggi yang berasal dari gerakan jepit roll dan tegangan geser-gesek
permukaan sebagai akibat gesekan antara roll dan logam. Selama proses roll,
tegangan ini mengakibatkan terjadinya deformasi plastis. Produk akhir dari
proses ini adalah logam plat dan lembaran (sheet), dimana umumnya plat
mempunyai tebal lebih dari ¼ in. Lembaran umumnya mempunyai ketebalan
kurang dari ¼ in. Tujian utama pengerollan adalah untuk memperkecil tebal
logam.Biasanya terjadi sedikit pertambahan lebar, penurunan panjang
mengakibatkan pertambahan panjang.

30
3.3.7 Proses Pemesinan Pembuatan Spesimen Uji

Proses pemesinan ini dilakukan setelah proses homogenizing. Coran


dikeluarkan dari dalam oven setelah mencapi suhu kamar. Berikut langkah-
langkah proses permesinan membuat specimen uji :

a. Memepersiakan alat dan bahan yang akan digunakan untuk proses


permesinan.
b. Menentukan dimensi spesimen uji yang akan dibuat .
3.3.8 Pengujian Tarik
Uji tarik rekayasa banyak dilakukan untuk melengkapi informasi
rancangan dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi
spesifikasi bahan (Dieter, 1987). Pada uji tarik, benda uji diberi beban gaya
tarik sesumbu yang bertambah secara kontinyu, bersamaan dengan itu
dilakukan pengamatan terhadap perpanjangan yang dialami benda uji (Davis,
Troxell, dan Wiskocil, 1955). Kurva tegangan regangan rekayasa diperoleh
dari pengukuran perpanjangan benda uji.

31
DAFTAR PUSTAKA

A. Mozaffari, H. Danesh Manesh, K. Janghorban, Evaluation of mechanical


properties and structure of multilayered Al/Ni composites produced by
accumulative roll bonding (ARB) process, J. Alloy. Com. 489 (1) (2010)
103-109

W. Yang, L. Liu, J. Zhang, S. Ji, Insight into the partial solutionisation of a high
pressure die-cast Al-Mg-Zn-Si alloy for mechanical property menhancement,
Mater. Sci. Eng. A. 628 (2017) 85-89

H. Yang, S. Ji, W. Yang, Y. Wang, Z. Fan, Effect of Mg Level on the


microstructure and mechanical properties of die-cast Al-Si-Cu alloys, Mater.
Scie. Eng. A. 642 (2015) 340-350

Santoso Edi, Harjo Seputro, Eka Puji Himawan, 2016, Analisa Pengaruh Elctroles
Plating Abu Dasar Batubara Sebagai Penguat Komposit Matriks Logam
Terhadap Produksi Reaksi Yang Terbentuk pada Permukaan Abu Dasar
Batubara JHP17, Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya. 01(02) :
179-194

Anda mungkin juga menyukai