Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 3

DUPLEX STAINLESS STEEL

DISUSUN OLEH :
MOCH. AINUR ROFIQ 1421600127

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS


TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA
2020
Stainless Steel Duplex

Duplex Stainless Steel (DSS) adalah material dengan kombinasi dua fasa
yaitu austenit dan ferit. Hadirnya fasa austenit dalam duplex membuat
material ini tangguh dan ulet sedangkan fasa ferit memberikan sifat
ketahanan korosi namun ketangguhannya rendah. Sehingga DSS akan
memiliki sifat kekuatan dan ketangguhan yang tinggi serta ketahanan korosi
yang sangat baik. Selain dua sifat di atas duplex juga mudah untuk
difabrikasi dan mudah di las. Kemampuan untuk di las dan karakteristik
pengelasan DSS lebih baik dari feritic SS, tetapi secara umum tidak lebih
baik dari material austenitic.

Produk DSS diperoleh dengan beberapa proses pengerjaan seperti


pengecoran (casting), tempa (forging), extrusi dan canai (rolling). Dalam
proses pengerjaannya, untuk memprediksi struktur mikro yang diinginkan
(austenite dan ferrite) dapat merujuk kepada diagram Schaeffler-DeLong.

Diagram Schaeffler-DeLong menunjukkan struktur mikro yang terbentuk


pada komposisi paduan tertentu.
Elemen-elemen paduan penstabil ferit disebut Krom-equivalents dan
elemen-elemen penstabil austenit di sebut Nikel-equivalents dengan formula:

Cr-equivalent = Cr + Mo + 1.5Si + 0.5Nb


[wt%] (1) Ni-equivalent = Ni + 30(C+N) +
0.5Mn [wt%] (2)

Unsur-Unsur Penting Dalam Paduan Duplex Stainless Steels :


• Chromium: Kromium adalah unsur pembentuk ferrite, yang berarti
penambahan kromium menstabilkan struktur bcc besi. Jumlah
minimum krom sekitar 10.5% penting untuk membentuk lapisan pasif
krom stabil yang berguna untuk melindungi baja dari mild atmospheric
corrosion. Efek kromium ini penting karena pengaruhnya pada
pembentukan dan penghilangan scale oksida yang dihasilkan dari
perlakuan panas atau pengelasan.
• Molibdenum: Molibdenum berfungsi untuk mendukung kromium dalam
ketahanan korosi klorida tehadap SS. Ketika kandungan krom dalam
SS sedikitnya 18%, penambahan molibdenum menjadi tiga kali lebih
efektif seperti penambahan krom dalam melawan pitting dan crevice
corrosion di lingkungan klorida Molibdenum adalah unsur pembentuk
ferrite dan juga meningkatkan kecenderungan SS membentuk fasa
intermetalik yang merusak. Oleh karena itu kandungan Molibdenum
dibatasi kurang dari 4% dalam DSS.
• Nitrogen: Nitrogen meningkatkan ketahanan pitting dan crevice
corrosion pada austenitic dan DSS. Nitrogen adalah unsur penting
pembentuk austenite dan bisa menggantikan nikel dalam austenitic ss.
Unsur pembentuk ferit, kromium dan molibdenum, diseimbangkan
dengan unsur pembentuk austenite nickel and nitrogen, untuk
mendapatkan struktur duplex.
• Nickel: Nickel adalah unsur penstabil austenit, yang berarti
penambahan nikel pada besi paduan mempromosikan perubahan
struktur kristal dari bcc (ferritic) ke fcc (austenitic). Ferritic SS
mengandung sedikit nikel sedangkan DSS mengandung nikel
sekitar 4-7%.
• DSS dalam dunia oil&gas banyak digunakan untuk aplikasi sistem
pemipaan karena sifat ketahanan korosinya yang superior dalam
lingkungan sour service sekalipun dan ketahanan impak yang baik
walau terekspos pada temperatur rendah. Dalam fase konstruksi
platform oil&gas, DSS dan jenis SS lainnya tidak dibolehkan
bersentuhan dengan Carbon Steel (CS) karena akan menyebabkan
penetrasi CS di permukaan DSS. Penetrasi ini akan menyebabkan
inklusi dan lebih lanjut menyebabkan korosi. Penetrasi Fe akan
menyebabkan konsentrasi Fe di lokasi tersebut tinggi dan karena Fe
mudah teroksidasi sehingga bila terdapat lingkungan yang mendukung
maka Fe akan teroksidasi dan merusak lapisan oksida pelindung.
Sumber :

Sidiqi, mohamad, 2008, Duplex Stainless Steel, [online],


( index.pdf , diakses tanggal 03 mei 2011).
Nugroho, Dipo, 2008, Klasifikasi Stainless Steel,
[online],
(http://prototyping.multiply.com/journal/item/3/ , diakses tanggal 2
april 2011

Anda mungkin juga menyukai