Anda di halaman 1dari 6

RINGKASAN SEJARAH TENTANG PERANG SALIB,

PERISTIWA AIN JALUT, DAN


PEMBEBASAN KONSTANTINOPEL

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam V,
Pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung,
Tahun Akademik 2018/2019

Disusun oleh :
Zehan Fahmi Q.
10070116111

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1440 H / 2018 M
RINGKASAN SEJARAH TENTANG PERANG SALIB,
PERISTIWA AIN JALUT, DAN
PEMBEBASAN KONSTANTINOPEL

A. Perang Salib
Salib berasal dari bahasa Arab (salibun) yang memiliki arti kayu
palang/silang. Peperangan tersebut disebut dengan Perang Salib karena didada
seragam merah yang dipakai serdadu tergantung/terjahit tanda Salib, sehingga
umat Islam yang diperangi menyebutnya dengan nama perang Salib. Perang
Salib merupakan sebuah perang super-maraton yang berlangsung sepanjang
200 tahun, dimana bangsa-bangsa kristen Eropa bangkit memerangi pusat-pusat
negeri Islam yang selama kurang lebih 90 tahun kerajaan latin tegak di
Yerussalem sebelum pada akhirnya terusir dari sana. Dalam pandangan kristen,
perang ini merupakan serangkaian operasi militer terhadap musuh-musuh gereja
yang bertujuan membebaskan tanah suci dari cengkraman kaum Muslim yaitu
pengnut agama islam.
Perang salib mengangkat motif agama sebagai permasalahan utama. Hal
tersebut dimaksudkan tidak lain hanyalah untuk memberi suasana dahsyat pada
peperangan itu, yang sulit diperoleh dan dibangkitkan dengan motif-motif lain. Di
kawasan Timur Tengah jauh sebelum masa masehi orang yang melakukan
kejahatan besar dihukum mati dengan diikat atau dipaku pada Salib. Hukuman
kejam itu berasal dari Babilonia melalui Persia dan Fenisia diterima oleh hukum
Romawi.
Perang Salib menurut beberapa pakar sejarah dinilai merupakan
kelanjutan misi keagamaan dari para peziarah kristen ke tempat-tempat suci
mereka (Yerussalem), yang dahulunya dibawah bendera perdamaian, pada
perkembangannya berubah niat membawa misi perang. Hal ini ditunjukkan
dengan adanya rombongan peziarah dibawah pimpinan Mitaz tahun 1064 M
yang memimpin 7.000 peziarah bersenjata lengkap, lantaran termakan isu bahwa
penguasa Yerussalem (waktu itu Bani Saljuk) telah melakukan penganiayaan
terhadap para peziarah yang beragama kristen. Sementara akibat penyerbuan
Bani Saljuk ke Antioch telah mengakibatkan orang-orang Byzantium terusir dari
wilayah itu. Hal inilah yang membuat para peziarah menjadi cemas sehingga
mereka wajib mempersenjatai diri ketika berziarah.
Dengan adanya pemahaman tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
Perang Salib adalah merupakan gerakan kaum kristen untuk menguasai tempat-
tempat suci, yang kemudian mereka pergi memerangi kaum muslimin di
Palestina secara berulang-ulang dengan tujuan membersihkan tanah suci
mereka (Yerussalem) dari kaum muslimin.
1. Latar Belakang Timbulnya Perang Salib
Pada kenyataannya Perang Salib itu terjadi tidak hanya didorong oleh
motivasi keagamaan saja, akan tetapi juga ada beberapa kepentingan yang turut
mewarnai dalam Perang Salib tersebut, diantaranya :
a. Munculnya kekuatan Bani Seljuk yang berhasil merebut Asia kecil dan
Baitul Maqdis setelah mengalahkan pasukan Bizantium di Manzikart
tahun 1071 M dan Dinasti Fathimiah tahun 1078 M. Kekuatan Seljuk di
Asia kecil dan Yersussalem tersebut dianggap sebagai halangan bagi
pihak kristen untuk melaksanakan Haji ke Baitul Maqdis. Padahal pada
pemerintahan Bani Seljuk, umat kristen diberi kebebasan untuk
melakukan haji. Namun dipihak kristen ada yang menyebarkan fitnah
bahwa Turki Seljuk telah melakukan kekejaman terhadap jamaah kristen
sehingga hal tersebut menimbulkan amarah umat Kristen-Eropa.
b. Pasukan Muslim menjadi penguasa jalur perdagangan di lautan tengah
semenjak abad ke-10. Hal tersebut menyebabkan para pedagang Pisa,
Vinesia dan Genoa merasa terganggu sehingga satu-satunya jalan yang
ditempuh untuk memperluas perdagangan mereka adalah dengan
mendesak kekuatan Muslim dari laut tersebut.
c. Perang Salib merupakan puncak dari sejumlah konflik antara negeri Barat
(pihak kristen) dan negeri Timur (pihak Muslim) yang mana pada akhir-
akhir itu perkembangan dan kemajuan umat Islam sangat pesat, sehingga
menimbulkan kecemasan bagi para tokoh Barat Kristen dan didorong
oleh rasa kecemasan itulah mereka melancarkan serangan terhadap
kekuatan Muslim.
B. Peristiwa Ain Jalut
Pertempuran Ain Jalut (atau Ayn Jalut artinya Mata Jalut) terjadi pada
tanggal 3 September 1260 di Palestina antara Bani Mameluk (Mesir) yang
dipimpin oleh Qutuz dan Baibars berhadapan dengan tentara Mongol pimpinan
Kitbuqa. Banyak ahli sejarah menganggap pertempuran ini termasuk salah satu
pertempuran yang penting dalam sejarah penaklukan bangsa Mongol di Asia
Tengah di mana mereka untuk pertama kalinya mengalami kekalahan telak dan
tidak mampu membalasnya dikemudian hari seperti yang selama ini mereka
lakukan jika mengalami kekalahan.
Kedua belah pihak berkemah di tanah suci Palestina pada bulan Juli 1260
dan akhirnya berhadapan di Ain Jalut pada tanggal 3 September dengan
kekuatan yang hampir sama yaitu ± 20.000 tentara. Taktik yang dipakai oleh
panglima Baibars adalah dengan memancing keluar pasukan berkuda Mongol
yang terkenal hebat sekaligus kejam kearah lembah sempit sehingga terjebak
baru kemudian pasukan kuda mereka melakukan serangan balik dengan
kekuatan penuh yang sebelumnya memang sudah bersembunyi di dekat lembah
tersebut.
Akhirnya taktik ini menuai sukses besar. Pihak Mongol terpaksa mundur
dalam kekacauan bahkan panglima perang mereka, Kitbuqa berhasil ditawan
dan akhirnya dieksekusi. Perlu dicatat bahwa pasukan berkuda Bani Mameluk
secara meyakinkan berhasil mengalahkan pasukan berkuda Mongol yang belum
pernah terkalahkan sebelumnya.

C. Pembebasan Konstantinopel
Saat Mehmed kembali naik takhta pada 1451, dia memusatkan
perhatiannya untuk memperkuat angkatan laut Utsmani untuk persiapan
penaklukan Konstantinopel. Di tepi Selat Bosporus bagian Asia, telah berdiri
benteng Anadolu Hisarı yang dibangun oleh Sultan Bayezid I. Mehmed
menindaklanjuti dengan membangun benteng Rumeli Hisarı yang lebih kokoh di
tepi Eropa Bosporus. Pembangunan ini menjadikan Utsmani memiliki kendali
penuh atas Selat Bosporus. Setelah pembangunan benteng, Mehmed
memerintah pemungutan pajak atas setiap kapal yang melewati selat. Pihak
Venesia mengabaikan peraturan tersebut dan kapal mereka tenggelam dengan
satu tembakan meriam. Semua pelaut yang selamat dihukum penggal, kecuali
kapten kapal yang jasadnya dipajang sebagai peringatan bagi mereka yang
melewati selat.
Pada tahun 1453, Mehmed memulai pengepungan Konstantinopel
dengan pasukan berjumlah antara 80.000 sampai 200.000 orang, kereta api
artileri, dan 320 kapal. Kota ini dikelilingi oleh laut dan darat, armada ditempatkan
di pintu Bosporus dari pantai ke pantai dalam bentuk bulan sabit untuk
menghadang bantuan untuk Konstantinopel dari laut. Pada awal April, upaya
penaklukan Konstantinopel dimulai. Pada awalnya, tembok kota dapat menahan
pasukan Utsmani, meskipun Sultan Mehmed telah menggunakan meriam yang
dibuat oleh Orban, insinyur dari Transilvania. Pelabuhan Tanduk Emas dilindungi
menggunakan rantai penghadang dan dijaga dua puluh delapan kapal.
Dalam pengepungan ini, pihak Romawi Timur meminta bantuan dari
Barat, tetapi Paus memberikan persyaratan agar Gereja Ortodoks
Timur bersedia bergabung di dalam kewenangan kepausan di Roma. Pihak
kekaisaran sendiri sebenarnya telah mengeluarkan maklumat penyatuan gereja,
tetapi warga dan pemuka agama Ortodoks mengabaikannya karena kebencian
mereka pada kewenangan Roma dan ritus liturgi Latin dalam Katolik, juga
lantaran perbuatan umat Katolik pada masa pendudukan mereka atas
Konstantinopel saat Perang Salib Keempat. Beberapa pasukan Barat datang
memberikan bantuan, tapi sebagian besar penguasa di Barat sibuk dengan
urusan masing-masing dan mengabaikan nasib Konstantinopel.
Pada 22 April, Mehmed mengirimkan kapal perangnya yang lebih ringan
ke darat, di sekitar koloni Genova di Galata, dan ke pantai utara Tanduk Emas.
Delapan puluh kapal diangkat dari Bosporus setelah membuka rute, kurang lebih
satu mil, dengan kayu. Dengan keadaan demikian, pihak Romawi menempatkan
pasukan mereka di atas dinding yang lebih panjang. Sekitar sebulan kemudian,
Konstantinopel akhirnya berhasil ditaklukan pihak Utsmani setelah 57 hari
pengepungan. Setelah penaklukan ini, Mehmed memindahkan ibukota Utsmani
dari Edirne ke Konstantinopel. Dua keponakan dan pewaris Kaisar Konstantinus
XI Palaiologos lantas menjadi pelayan dekat Mehmed dan kemudian masuk
Islam dan diberi nama baru, Hass Murad dan Mesih. Hass Murad diangkat
sebagai Gubernur Balkan, sementara Mesih menjadi Gubernur Gallipoli dan
kemudian wazir agung pada masa kekuasaan putra Mehmed, Bayezid II. Kaisar
Konstantinus XI sendiri meninggal pada hari penaklukan Konstantinopel, tetapi
tidak ada saksi mata yang selamat yang melihat kematiannya.
Setelah penaklukan Konstantinopel, Mehmed menghukum mati Çandarlı
Halil Pasya pada 1 Juni 1453. Setelah peristiwa ini, keluarga Çandarlı kehilangan
pengaruh yang mereka dapatkan sebelumnya, meski anggota keluarga ini ada
yang diangkat menjadi wazir agung pada masa kekuasaan Bayezid II. Halil
Pasya merupakan wazir agung pertama yang dihukum mati oleh sultan.

Anda mungkin juga menyukai