Anda di halaman 1dari 15

KOMUNITAS BENTOS DI EKOSISTEM PERAIRAN

Jilan Nuriah Hasanati1* , Mardiansyah2, Khohirul Hidayah2, , Aprilia Firdausya3, Egi


Maulana Silaturahim3
1
Mahasiswa Prodi Biologi, 2Dosen Pengampu, 3Asisten Laboratorium
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

*Corresponding author : jilanhasanati12@gmail.com

Abstrak

Makrozoobentos berkontribusi sangat besar terhadap fungsi ekosistem perairan (Vyas dan
Bhawsar 2013) dan memegang peranan penting seperti proses mineralisasi dalam sedimen
dan siklus material organik, serta berperan dalam transfer energi melalui bentuk rantai
makanan, sehingga hewan ini berfungsi sebagai penyeimbang nutrisi dalam lingkungan
perairan.. Tujuan dari dilakukanya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
mempelajari karakteristik ekosistem sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari
teknik pengambilan data faktor fisik, kimia, biologi suatu perairan dan profil tepi,
menghitung dan engidentfikasi makrozoobentos, mempelajari korelasi faktor lingkungan
dengan populasi makzoobentos. Praktikum ini dilaksanakan pada hari jum’at tanggal 9
oktober di area dekat kampus UIN Jakarta tepatnnya di sungai Semanggi II. Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini antara lain, alat-alat ukur fisik dan kimia air seperti,
thermometer, ph meter, DO meter, konduktimeter, secchi disk, turbidimeter, ekman
grab/quadrat, wadah sampel, tally counter, mikroskop, pipet, camera, label, alat tulis, roli
meter, tongkat, kompas, tali raffia, , stop watch, dan formalin 5 % / alat pengukur fisika
kimia air dapat digantika dengan menggunakan alat WQC. Prosedur kerja pada praktikum
ini ialah mula-mula dilakukan pengukuran factor fisik-kimia, kemudian sampling,
indenfikasi dan analisis data menggunakanWQI, indeks biologi seperti keanegaraman
Shannon Winner, indeks margalef, indeks dominansi simpson dan lain-lain. hasil
pengamatan menunjukkan bahwa terdapat korelasi anatara faktor fisik dengan populasi
makrozobentos yg ditemukan, hal ini didasarkan pada data yang telah dianalisis.

Kata kunci : Bentos, Faktor Fisik dan Kimia, Indeks Biologi

Abstract
Macrozoobenthos contributes greatly to the function of aquatic ecosystems (Vyas and
Bhawsar 2013) and plays an important role such as the mineralization process in
sediment and the cycle of organic materials, and plays a role in energy transfer through
the form of the food chain, so that these animals function as a nutritional balance in the
environment. The practice of this practicum is so that students can study the river
ecosystem and its limiting factors, study data collection techniques for physical, chemical,
biological factors of water and edge profiles, calculate and identify macrozoobenthos,
study environmental factors with a population of makzoobenthos. This practicum was held
on Friday, October 9 in the area near the UIN Jakarta campus, precisely on the Semanggi
II river. The tools used in this practicum include physical and chemical measuring
instruments such as thermometer, ph meter, DO meter, conductimeter, secchi disk,
turbidimeter, ekman grab / quadrat, sample container, tally counter, microscope, pipette. ,
cameras, labels, stationery, rollers, sticks, compasses, raffia ropes, stop watches, and 5%
formaldehyde / water chemistry physics gauges can be replaced by using a WQC tool. The
working procedure in this practicum is to first measure the physical-chemical factors,
then sampling, identifying and analyzing the data using the WQI, biological indices such
as Shannon Winner's acidity, margalef index, simpson dominance index and others. The
observations show that showing the physical factors between the macrozobenthos
population found, this is based on the data that has been analyzed.

Keywords: bentos, physical and chemical factors, biological index

PENDAHULUAN Ekosistem dengan tingkat keragaman


jenis yang tinggi akan lebih stabil dan
Ekosistem perairan tawar merupakan kurang terpengaruh oleh tekanan dari luar
sumber daya yang terbatas dan sangat dibandingkan dengan ekosistem dengan
dibutuhkan untuk pertumbuhan populasi keragaman yang rendah . Keragaman jenis
makhluk hidup seiring dengan adanya merupakan parameter yang sering digunakan
peningkatan konsumsi (Metcalfe et al. untuk mengetahui tingkat kestabilan yang
2013). Sungai sebagai suatu ekosistem lotik mencirikan kekayaan jenis dan
dan air tawar, tersusun dari komponen biotik keseimbangan suatu komunitas. Faktor
dan abiotik dan setiap komponen tersebut utama yang mempengaruhi jumlah
membentuk suatu jalinan fungsional yang makrobentos, keragaman jenis, dan
saling mempengaruhi, sehingga membentuk dominasi, antara lain adanya kerusakan
suatu aliran energi yang dapat mendukung habitat alami, pencemaran kimiawi, dan
stabilitas pada ekosistem tersebut (Oktarina, perubahan iklim. Salah satu makrobentos
2017). yang dapat digunakan adalah moluska.
(Purwanto dkk., 2013).
Makrozoobentos berkontribusi
sangat besar terhadap fungsi ekosistem Perubahan faktor fisika-kimia akan
perairan dan memegang peranan penting menyebabkan perubahan habitat dan struktur
seperti proses mineralisasi dalam sedimen komunitas makrozoobentos. Masukan
dan siklus material organik, serta berperan tambahan bahan organik yang berasal dari
dalam transfer energi melalui bentuk rantai antropogenik juga akan meningkatkan nilai
makanan, sehingga hewan ini berfungsi produktivitas primer. Peningkatan nilai
sebagai penyeimbang nutrisi dalam produktivitas primer juga diikuti dengan
lingkungan perairan. Komposisi peningkatan biomassa alga. Selanjutnya,
makrozoobentos dapat merespon perubahan alga yang mati akan jatuh ke dasar perairan
variasi karakteristik fisika kimia air dan akan mengalami proses dekomposisi.
diatasnya. Demikian pentingnya peranan Proses dekomposisi ini menggunakan
makrozoobentos dalam ekosistem perairan sebagian besar oksigen di bagian dasar
sehingga jika komunitas makrozoobentos perairan. Kondisi peraira yang rendah
terganggu, pasti akan menyebabkan oksigen dan anoksik (tidak ada oksigen)
terganggunya ekosistem. Akibat terjadinya akan menyebabkan kematian bagi sebagian
perubahan habitat dan dinamika ekosistem besar organisme air yang menghuni dasar
perairan yang sangat ditentukan oleh kondisi perairan, khususnya makrozoobento.
awal (substrat) (Oktarina, 2015). Pengkajian kualitas perairan dapat dilakukan
dengan berbagai cara diantaranya yaitu
dengan analisis secara fisika dan kimia air kimia air dapat digantika dengan
serta analisis biologi. Analisa fisika dan menggunakan alat WQC
kimia kurang memberikan gambaran
sesungguhnya mengenai kualitas suatu Prosedur kerja pada praktikum ini
perairan, dan dapat memberikan ialah mula-mula dilakukan pengukuran
penyimpangan-penyimpangan karena factor fisik-kimia meliputi, suhu, kecerahan,
kisaran nilai peubahnya sangat dipengaruhi DO, konduktivitas, Ph, BDO5. Kemudian
keadaan sesaat. Oleh karena itu diperlukan kita bisa melakukan sampling, yakni
analisa secara biologi untuk memberikan pertama-tama letakkan kuadrat 50 cm2
gambaran yang jelas mengenai kualitas (pengulangan 3 kali), dengan jarak antar
suatu perairan. Analisa secara biologi kuadrat 5 m, difoto kuadrat yang telah
memiliki keuntungan karena pemantauan diltekkan. Kuadratnya penuh dengan layar
dapat dilakukan secara berkelanjutan dan camera, diukur variabel kimia fisik
merupakan petunjuk yang mudah untuk perairannya, dilihat dengan teliti biota apa
memantau terjadinya pencemaran saja yang ada, kemudian dimasukkan dalam
(Rijalluddin, 2016). plastik sampel ( tambahkan air secukupnya)
yang telah diberi label, setelah itu kita bisa
Tujuan dari dilakukanya melakukan pengawetan sampel dibawah ke
praktikum ini adalah agar mahasiswa laboratorium dan disimpan di leari
dapat mempelajari karakteristik pendingin, kemudian makrozoobentos
ekosistem sungai dan faktor-faktor tersebut dapat diidentifikasi dengan cara
pembatasnya, mempelajari teknik melihat struktur morfologinya, diukur
pengambilan data faktor fisik, kimia, menggunakan software Image J sehingga
biologi suatu perairan dan profil tepi, kita akan mendapatkan data morfometrinya,
menghitung dan engidentfikasi serta dilengkapi juga dengan dokumentasi
makrozoobentos, mempelajari foto masing-masing pada saat menggunakan
korelasi faktor lingkungan dengan software image J. Kemudian data-data yang
populasi makzoobentos telah diperoleh dapat analisis menggunakan
rumus antara lain :
METODE
Data faktor fisika dan kimia yang terkumpul
Praktikum ini dilaksanakan dianalisis dengan menggunakan rumus yang
pada hari jum’at tanggal 9 oktober di dibuat oleh Rodriguezz de Bassoon Pesce
area dekat kampus UIN Jakarta dan Wunderlin
tepatnnya di sungai Semanggi II.
Alat-alat yang digunakan pada WQI = ∑CiPi / ∑Pi
praktikum ini antara lain, alat-alat
ukur fisik dan kimia air seperti,
thermometer, ph meter, DO meter,
konduktimeter, secchi disk, Indeks Keanekaragaman Jenis
turbidimeter, ekman grab, wadah Shannon and Wiener (H’)
sampel, tally counter, mikroskop,
pipet, camera, label, alat tulis, roli H’ = - pi ln pi pi = ni / N
meter, tongkat, kompas, tali raffia, (2)
bola tenis meja, stop watch, dan
formalin 5 % / alat pengukur fisika Keterangan:
H’ = Indeks Shannon Wiener
ni = Jumlah individu untuk jenis R = Indeks Margalef
yang diamati N = Jumlah total S = banyaknya spesies
individu n = jumlah individu bentos untuk
semua spesies
Indeks Kemerataan (e).
e = H’ / ln S kepadatan absolut dan relatif
makrozoobentos
Keterangan :
e : Indeks kemerataan jenis
H’ : Nilai keanekaragaman jenis KA = Jumlah individu / luas total
(Shannon Wiener) petak m2
S : Jumlah jenis KB = Jumlah individu/ total individu
x 100 %
Indeks Dominansi Simpson (C)
Pola Distribusi Pola distribusi
Gastropoda dapat diketahui dengan
menggunakan indeks Morishita menurut
Michael (1995) yaitu:
Keterangan :
ni : jumlah Id = N ∑x2 -∑x / (∑x2) - ∑x
individu jenis ke-i
n : jumlah total Keterangan :
individu
Id = Indeks Morishita
Dengan ketentuan nilai bila N = Jumlah total individu
indeks dominansi 0,5 maka terdapat x= jumlah individu setiap sampel
jenis yang mendominasi pada habitat
tersebut. Kriteria pola distribusi:

Indeks keanekaragaman Simpson Id>1: Pola sebaran bersifat mengelompok


𝐷′=1−𝐷 Id=1: Pola sebaran bersifat acak
Ket. : D′ = indeks diversitas D =
indeks dominans Id<1: pola sebaran seragam
Indeks kekayaan jenis (Rlchness
indexes) menggunakan persamaan:

R =(S-1)/Ln (n), di mana:


HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1.1 Faktor fisika kimia air sungai semanggi


Seichi
No Stasiun T (cm) DO pH EC TDS BOD5
1 31 19.5 7.5 7 496 323 0.7
2 30 18 6.6 7 386 244 0.4
3 1 32 22 7.6 8 254 154 0.8
4 32 22.5 7.5 8 354 214 0.8
5 31 19.5 7.4 7 264 161 2
6 30 36.5 7.7 7 520 333 0.7
7 31 25 7.9 6 276 167 0.4
8 2 31 20 8 7 304 186 0.8
9 32 42.5 7.7 7 228 136 0.8
10 31 30 7.8 7 295 178 2
11 31 25 7.1 8 365 224 0.7
12 3 34 29 7.1 9 283 172 0.4
13 34 20.5 7.1 8 227 136 0.8
14 33 25 7.3 9 291 176 0.8
15 33 15 7.1 8 469 287 2

Kondisi lingkungan perairan baik makrozoobenthos. Menurut Lusianingsih


fisik maupun kimia akan mempengaruhi (2011) suhu yang optimum bagi kehidupan
kehidupan biota suatu perairan. Faktor- makrozoobnethos yaitu berkisar 20 – 30oC.
faktor fisika-kimia tersebut dapat Nilai kisaran ini mampu mendukung hidup
berpengaruh baik secara langsung maupun yang layak dalam ekosistem dimana mereka
tidak langsung. Hasil pengukuran faktor hidup (Ridwan dkk., 2016)
fisika-kimia di Sungai Semanggi aatara lain
suhu, kecerahan, Ph, DO, EC, TDS, BOD5. Nilai pH menunjukkan derajat
Suhu dapat mempengaruhi aktivitas serta keasaman atau kebasaan suatu perairan. Tiga
memacu atau menghambat Suhu merupakan proses utama yang mempengaruhi pH
faktor pembatas bagi pertumbuhan adalah fotosintesis, respirasi dan asimilasi
makrozoobentos. Batas toleransi hewan nitrogen. Rata-rata pH perairan di semua
terhadap suhu tergantung kepada jenisnya. stasiun berdasarkan pengukuran, nilai pH
Umumnya suhu di atas 30oC dapat menekan sebesar 7,53. Pada pH yang optimum, maka
pertumbuhan populasi makrozoobentos organisme yang hidup di dalamnya akan
(Rijalluddin, 2016). Berdasarkan hasil bertahan, sebaliknya jika pH perairan terlalu
pengukuran faktor fisik kimia perairan tinggi atau terlalu rendah akan
diketahui bahwa kisaran suhu dari ketiga mempengaruhi ketahanan hidup organisme
stasiun yakni 30-34oC. Suhu di wilayah di dalamnya (Odum,1993). Menurut Effendi
muara sungai bervariasi, airnya lebih cepat (2003) bahwa sebagian besar biota akuatik
panas dan lebih cepat dingin bergantung akan sensitif jika terdapat perubahan pH,
kondisi atmosfer yang ada. Suhu perairan sedangkan kisaran pH yang disukai sekitar 7
pada kisaran ini masih mendukung proses – 8,5. Sebagian besar biota akuatik
metabolisme organisme yang hidup menyukai nilai pH berkisar antara 5,0- 9,0
didalamnya. Hasil ini diketahui bahwa hal ini menunjukkan adanya kelimpahan
kisaran suhu tersebut merupakan kisaran dari organisme makrozoobentos, dimana
yang mampu mendukung kehidupan sebagian besar organisme dasar perairan
seperti polychaeta, moluska dan bivalvia lumpur dan partikel terlarut dalam perairan
memiliki tingkat asosiasi terhadap derajat tersebut atau dipengaruhi oleh partikel-
keasaman yang berbeda-beda, seperti partikel dan sedimen yang hanyut terbawa
Gastropoda lebih banyak ditemukan pada aliran sungai dari hasil pengikisan daratan
perairan dengan pH diatas 7. Bivalvia di dan musim penghujan ( Ridwan dkk., 2016).
dapatkan pada kisaran pH yang lebih lebar
yaitu 5,6 – 8,3 (Maula, 2018). TDS berasal dari bahan-bahan
anorganik berupa ion-ion yang biasa
Berdasarkan hasil pengukuran DO ditemukan di perairan antara lain seperti
diketahui bahwa nilai DO di 3 stasiun Sodium (Na) Kalsium (Ca) dan Magnesium
sungai yaitu berkisar 6,6 – 8 mg/L. (Mg).Berdasarkan baku mutu air kelas II
Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi dan III menurut PP Nomor 82 Tahun 2001
jumlah dan jenis makrozoobenthos perairan. untuk kelas II batas TDS yaitu 50 mg/l dan
Tingginya nilai DO di tempat ini, hal ini 1000 mg/l dan untuk air kelas III yaitu 400
dimungkinkan adanya pengaruh dari mg/l dan 1000 mg/l. Dengan demikian nilai
penggolakan massa air yang diakibatkan uji TDS di perairan Ranu Pani berada di
oleh arus. Menurut Sastrawijaya kehidupan bawah batas maksimum baku mutu sehingga
makrozoobenthos dapat bertahan jika ada layak digunakan untuk air kelas II dan III.
oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg/l, Nilai uji TDS di ketiga stasiun berada di
selebihnya tergantung kepada ketahanan bawah batas maksimum baku mutu,
organisme, derajat keaktifan, kehadiran sehingga perairan Ranu Regulo layak untuk
pencemar, temperatur air dan sebagainya. air kelas II dan III. Kemudian kemudian
Kandungan oksigen terlarut mempengaruhi nilai Electro conductivity (EC) atau
jumlah jenis bentos di perairan, semakin konduktivitas sebenarnya berhubungan erat
tinggi kadar oksigen semakin besar dengan nilai TDS. Konduktivitas merupakan
kandungan oksigen dalam ekosistemnya. gambaran numerik dari kemampuan air
Dengan demikian semakin baik pula untuk meneruskan aliran listrik. Semakin
kehidupan makrozoobenthos yang banyak garam- garam terlarut yang dapat
mendiaminya. terionisasi, maka semakin tinggi pula nilai
konduktivitas. Pada kondisi normal, perairan
Kecerahan adalah ukuran transparasi memiliki nilai DHL berkisar antara 20 -
perairan yang diamati secara visual. 1500 µS/cm (Boyd, 1979). Nilai DHL yang
Pengukuran kecerahan dilakukan dengan ditemukan di perairan Sungai Semanggi
menggunakan Secchi Disk. Pengukuran rata-rata ketiga stasiun tersebut 334
kecerahan dilakukan untuk mengetahui µS/cmm, Kisaran nilai DHL tersebut masih
sejauh mana penetrasi cahaya dapat masuk layak bagi kehidupan organisme di perairan
ke dalam perairan. Penetrasi cahaya sering (Soraya dkk., 2014).
kali dipengaruhi oleh zat yang terlarut dalam
air dan membatasi zona fotosintesa. Tingkat Kadar BOD merupakan nilai yang
kecerahan Sungai semanggi berkisar antara menunjukkan penggunaan oksigen yang
15 – 42,5 cm. Menurut Asmawi (1983) diperlukan untuk memecah senyawa organik
dalam Suparjo (2009), nilai kecerahan yang oleh mikroorganisme. Semakin tinggi nilai
baik untuk kehidupan organisme adalah BOD maka semakin banyak kebutuhan
lebih besar dari 0,45m sehingga penetrasi oksigen yang digunakan oleh
dan absorbsi di perairan tersebut akan mikroorganisme untuk memecah senyawa
berlangsung optimal. Rendahnya kecerahan organik di perairan. Berdasarkan hasil
di Sungai Semanggi diduga disebabkan oleh pengukuran, nilai BOD di Sungai Semanggi
berkisar antara 0,4 - 2 mg/L. Nilai tersebut
masih berada pada batas normal kelas 1 dan Berdasarkan faktor fisik dan
kelas 2. Perlu diketahui jika terdapat nilai kimia yang telah diperoleh kita dapat
BOD yg tinggi itu menunjukkan bahwa menghitung indeks kualitas air (WQI)
kandungan bahan organik di perairan tersebut diperoleh nilai tersebut sebesar 86,67.
tinggi. Sebab nilai BOD menunjukkan Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kebutuhan oksigen yang digunakan kualitas air sungai semanggi 2 masih
mikroorganisme. dikategorikan baik

Kepadatan
120

100

80

60

40

20

0
Pilsbryoconcha exilis Filopaludina javanica

Grafik 1.1 Kepadatan

Kepadatan Relatif

36%

64%

Pilsbryoconcha exilis Filopaludina javanica


Grafik 1.2 Kepadatan Relative

Jumlah spesies makrozoobentos yang substratnya yang tinggi sehingga sangat


ditemukan pada setiap stasiun penelitian mendukung bagi pertumbuhan
yaitu terdiri atas stasiun 1 ditemukan 2 makrozoobentos karena organik substrat
spesies moluska (bivalvia dan gastropoda) yang menjadi bahan makanannya cukup
yakni 18 Pilsbryoconcha exilis dan 5 tersedia. Substrat yang kaya akan bahan
Filopaludina javanica, stasiun 2 ditemukan organik biasanya didukung oleh
1 spesies yakni terdiri dari 9 Pilsbryoconcha melimpahnya fauna deposit feeder seperti
exilis , stasiun 3 ditemukan 1 spesies terdiri siput atau Gastropoda (Sidik, 2016). Kijing
dari 10 Filopaludina javanica, Menurut (Pilsbryoconcha exilis) merupakan salah
Brower dan Zar (1977), kepadatan satu organisme penyusun ekosistem
menunjukkan jumlah individu yang hidup perairan. Kijing ini hidup di dasar perairan
pada habitat tertentu, luasan tertentu dan dan makan dengan cara menyaring makanan
waktu tertentu. hatinya, sehingga polutan yang ada di dalam air, sehingga polutan
yang ada di dalam air dapat dilihat dari yang ada di dalam air maka juga terdapat di
kandungannya di dalam organ tersebut. dalam organ-organ seperti insang, ginjal dan
Salah satu lokasi penyebaran berbagai jenis
Spesies makrozoobentos yang memiliki bivalvia yang diduga cukup luas, dan
kepadatan tertinggi dari total ketiga stasiun kecenderungan memiliki habitat yang lebih
yaitu Pilsbryoconcha exilis dari kelas bervariasi dengan keanekaragaman
Bivalvia dengan jumlah kepadatan sebesar
108 ind/m2 . kepadatan makrozoobentos
diduga karena kandungan organik

Tabel 1.2 Indeks Biologi

Indeks
Indeks Indeks Indeks Indeks Indeks Distribusi
Kekayaa Keanekaragaman Keanekaragaman Keseraga- Dominansi Indeks
n Shannon Weiner Simpson man (E) (D) Morisita
0,26 0,65 0,47 0,94 0,54 1,16.

Indeks Keanekaragaman (H’), kemerataannya pun akan terlihat pada


Keseragaman (E) dan Dominansi (D) spesies yang ditemukan.
merupakan kajian indeks yang sering
digunakan untuk menduga kondisi suatu Nilai indeks dominansi pada ketiga stasiun
lingkungan perairan berdasarkan komponen tersebut antara lain 0,54. Nilai indeks
biologi. Indeks keanekaragaman, dominansi pada semua stasiun dikategorikan
keseragaman dan dominansi organisme dalam dominansi sedang 0,4<D<0,6, hal ini
makrozoobentos pada stasiun pengamatan diduga berkaitan dengan lingkungan
dapat dilihat pada Tabel 1. 2. Tabel 1.2 perairan atau jenis substrat yang mendukung
menunjukkan bahwa nilai indeks bagi populasi makrozoobentos. Berdasarkan
keanekaragaman (H’) makrozoobentos di komposisi jenis pada sungai semanggi dari
sungai Semanggi yakni 0, 65 berdasarkan ketiga stasiun jenis Pilsbryoconcha exilis
kriteria indeks Shanon-Wiener, indeks terlihat lebih mendominasi. Perlu diketahui
keanekaragaman tergolong rendah hal ini nilai dominansi rendah mengindikasikan
menandakan daerah tersebut miskin, bahwa tidak adanya jenis makrozoobentos
produktivitasnya rendah, tekanan ekologi yang mendominasi pada perairan tersebut.
yang berat dan ekosistem tidak stabil, Clark Semakin optimum kondisi lingkungan, maka
(1974), menyatakan bahwa keanekaragaman semakin banyak jumlah biota yang akan
mengekspresikan variasi spesies yang ada ditemui, meskipun hanya ada bebarapa
dalam suatu ekosistem, ketika suatu individu tiap jenisnya. Namun bila suatu
ekosistem memiliki indeks keanekaragaman kondisi ekosistem tidak optimum, maka
yang tinggi maka ekosistem tersebut beberapa jenis biota akan terlihat
cenderung seimbang. Sebaliknya, jika suatu mendominasi (Rijalludin, 2016) dan hal ini
ekosistem memilki indeks keanekaragaman yang didapatkan saat praktikum.
yang rendah maka mengindikasikan
Nilai indeks kekayaan jenis menunjukkan
ekosistem tersebut dalam keadaan tertekan
status ekosistem dalam kondisi moderat atau
atau terdegradasi (Yusuf dkk., 2020).
tidak stabil yang berarti bahwa komponen-
Nilai indeks keseragaman (E) yang komponen penyusun komunitas fauna
diperoleh dari ke ketiga stasiun antara 0,94. makrobenthos mulai mengalami gangguan
Apabila nilai indeks kemerataan jenis lingkungan. Jumlah jenis maupun jumlah
mendekati angka 1, maka setiap jenis individu setiap jenis fauna makrobenthos
memiliki jumlah individu yang hampir sama. akan mudah berubah, jika mengalami sedikit
Nilai kemerataan di sungai semanggi saja peningkatan gangguan lingkungan bisa
golongan tinggi. Nilai tersebut menunjukkan mengakibatkan kondisi yang buruk.
bahwa kedua perairan tersebut memiliki Berdasarkan hasil tabel 1.2 , indeks
penyebaran individu tiap jenis cenderung kekayaan semua stasium tersebut adalah
merata. Hal tersebut dapat terlihat dari 0,26, hal ini jika dilihat berdasarkan kriteria
meratanya komposisi jenis makrozoobentos indeks jenis kekayaan menutur jongensen,
yang ada di Situ Bungur. Hal ini bisa kita kemudian ada nilai indeks diversitas
lihat dari nilai indeks keanegaraman simpson. Odum (1996), menyatakan indeks
Shannon weiner yg rendah maka keanekaragaman ≤ 0,50 berarti
keanekaragamannya rendah, nilai indeks yang tercemar keanekaragaman jenis
keanekaragaman ≥ 0,50 sampai ≤ 0,75 cenderung rendah (Nento dkk., 2013).
berarti indeks keanekaragamannya sedang,
sedangkan ≥ 0,75 sampai mendekati 1 Kemudian hasil distrubusi indeks
berarti indeks keanekaragamannya tinggi. morishita makrozoobentos didapatkan 1,16
Berdasarkan hasil pada tabel 1.2 indeks hal ini mengindikasikan bahwa pola
keanegaraman simpson yakni 0,47 yang distrubusinya adalah berkelompok. Sifat
mengindikasikan keanegaramannya rendah. berkelompok ini diduga disebabkan oleh
jika komunitas itu disusun oleh sangat beberapa faktor antara lain kondisi
sedikit spesies dan hanya sedikit saja spesies lingkungan, tipe substrat, kebiasaan makan
yang dominan, maka keanekaragaman dan cara bereproduksi. Selain itu, cara hidup
jenisnya rendah. Odum (1996) menyatakan biota yang berkelompok ini menunjukkan
keanekaragaman identik dengan kestabilan kecenderungan yang kuat untuk
suatu ekosistem, yaitu jika keanekaragaman berkompetisi dengan biota lain terutama
suatu ekosistem relatif tinggi maka kondisi dalam hal makan. Bahri (2006) menyatakan
ekosistem tersebut cenderung stabil. bahwa pola distribusi biota dipengaruhi oleh
Lingkungan ekosistem yang memiliki tipe habitat yang meliputi faktor fisika-kimia
gangguan keanekaragaman cenderung perairan serta makanan dan kemampuan
sedang, pada kasus lingkungan ekosistem adaptasi dari suatu biota dalam sebuah
ekosistem (Mardatila, 2016).

KESIMPULAN

Sungai sebagai suatu ekosistem lotik dan air pula pengukuran factor fisika dan kimia air,
tawar, tersusun dari komponen biotik dan sampling yang didapatkan diidentifikasi
abiotik dan setiap komponen tersebut dengan melihat morfologi cangkangnya dan
membentuk suatu jalinan fungsional yang juga dilakukan pengukuran morfometri
saling mempengaruhi, sehingga membentuk menggunakan software image J, dan bisa
suatu aliran energi yang dapat mendukung dilakukan perhitungan indeks biologi antara
stabilitas pada ekosistem tersebut. Pada lain indeks keanegaraman Shannon wiener,
praktikum ini untuk mempelajari komunitas indeks margalef dan lain sebagainya dan kita
bentos di suatu perairan, kita bisa juga bisa mengetahui hubungan iklim
melakukan sampling bisa menggunakan dengan populasi dari bentos
kuadrat atau Ekman grab, dan dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Mardatila, Sindi. 2016. Kepadatan, Diatas, Kabupaten Solok, Provinsi


Keanekaragaman Dan Pola Sumatera Barat. Biocelebes. Vol.
Distribusi Gastropoda Di Danau 10(2) : 25-31.
Maula, Lia Hikamtul. 2018. Perairan untuk Mendeteksi Kualitas
Keanekaragaman Makrozoobentos Perairan Sungai Rambang
Sebagai Bioindikator Kualitas Air Kabupaten Ogan Ilir Sumatra
Sungai Cokro. [Skripsi]. Universitas Selatan. Biospesies. Vol.7 (2) : 43-
Islam Negeri Maulana Malik 46.
Ibrahim. Yusuf, dkk. 2020. Struktur Komunitas,
Nento, Riskawati. 2013. Kelimpahan, Tutupan Dan Kualitas Air Mangrove
Keanekaragaman dan Kemerataan Di Kawasan Pesisir Kecamatan
Gastropoda di Ekosistem Mangrove Kwanyar Kabupaten Bangkalan.
Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Jurnal Ilmiah Kelautan dan
Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal Perikanan. Vol. 1 (3).
Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.
1 (1) : 41-47.
Oktarina. 2015. Keanekaragaman dan
distribusi makrozoobentos di
perairan lotik dan lentik Kawasan
Kampus Institut Teknologi Bandung,
Jatinangor Sumedang, Jawa Barat.
PROS SEM NAS MASY BIODIV
INDON. Vol. 1(2) : 227-235
Purwanto, 2013. Studi Kualitas Perairan
Danau Sentani Menggunakan
Bioindikator Makrobentos. Jurnal
Biologi Papua. Vol. 5(2) : 53–59
Ridwan. 2015. Struktur Komunitas
Makrozoobenthos Di Empat Muara
Sungai Cagar Alam Pulau Dua,
Serang, Banten. Alkauniyah Jurnal
Biologi. Vol. 9(1) : 57-65.
Rijaluddin, Alfan Farhan. 2016. Komunitas
Makrozoobentos di Situ Gintung,
Situ Bungur dan Situ Kuru, Ciputat
Timur. [Skripsi]. Universitas Islam
Negeri Jakarta.
Sidik, Razky. 2016. Struktur Komunitas
Makrozoobentos Dibeberapa Muara
Sungai Kecamatan Susoh Kabupaten
Aceh Barat Daya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan
Unsyiah Vol. 1(2) :287-296.
Soraya, dkk. 2014. Analisis Fisik Kimia
LAMPIRAN

Tabel 3.1 Kepadatan

jumlah luas total petak kepadatan kepadatan relatif


Spesies individu (m2) (ind/m2) (%)
Pilsbryoconcha
1 exilis 27 0,25 108 64,28571429
Filopaludina
2 javanica 15 0,25 60 35,71428571
total 42 0,25 168

Tabel 3.2 Indeks Keanegaraman Shannon Wiener

no Spesies jumlah spesies pi ln pi pi ln pi h'


-
1 Pilsbryoconcha exilis 27 0,642857 -0,44183 0,284035341
Filopaludina -
2 javanica 15 0,357143 0,102962 -0,36772122 0,65176
Tota -
l 42 0,651756561

Tabel 3.3 Indeks diversitas simpson

Jumlah Individu ni(ni- N(N- ∑ni(ni- S = 1 - ∑ ni(ni-


No Spesies (ni) 1) 1) 1) 1)/N(N-1)
Pilsbryoconcha
1 exilis 27 702 1722 912 0,470383275
Filopaludina
2 javanica 15 210
42

Tabel 3.4 Indeks Kekayaan

s-
1 ln N (ln 42) margalef (s-1 / ln N)
1 .3,73767 0
Tabel 3.5 Indeks Dominansi Simpson

Individ
Spesies u Pi Pi² Simpsons Dominansi
Pilsbryoconcha exilis 27 0, 642857143 0, 413265306
Filopaludina
javanica 15 0, 357142857 0, 12755102 0, 540816327
Total 42
Tabel 3.6 Indeks Kemerataan

jumlah individu
no spesies spesies H' lnS E'
Pilsbryoconcha
1 exilis 27
2 Pila sp. 15
tota 0,693147180
l 42 0,65176 6 0,9402909198

Tabel 3.7 Distribusi indeks morishita

jumlah
Stasiun individu n^2

ST1 23 529

ST2 9 81

ST3 10 100

jumlah 42 710
SIGMA S(sigma N(N-
n^2 n^2-N) 1) MI
710 2004 1722 1,163763066
.

Stasiun 1 stasiun 2

Stasiun 3
Pengukurang cangkang mengggunakan aplikasi image J

Anda mungkin juga menyukai