Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN SERTA PENERAPANNYA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dapat diartikan dari berbagai sudut pandang, yaitu: pendidikan berwujud
sebagai suatu sistem, artinya pendidikan dipandang sebagai keseluruhan gagasan terpadu
yang mengatur saha-usaha sadar untuk membina seseorang mencapai harkat
kemanusiaannya secara utuh, pendidikan berwujud sebagai suatu proses, artinya
pendidikan dipandang sebagai pelaksanaan usaha-usaha untuk mencapai tujuan tertentu
dalam rangka mencapai harkat kemanusiaan seseorang secara utuh, dan pendidikan
berwujud sebagai hasil, artinya pendidikan dipandang sebagai sesuatu yang telah dicapai
atau dimiliki seseorang setelah proses pendidikan berlangsung.
Kegiatan pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan yang setua dengan
usia manusia. Artinya sejak adanya manusia telah ada usaha-usaha pendidikan,
dalam rangka memberi kemampuan kepada peserta didik untuk dapat hidup secara mandiridi
dalam masyarakat. Sistem pendidikan yang dianut oleh setiap negara akan
mewarnai operasionalisasi pendidikannya, baik menyangkut isi, bentuk, struktur kurikulum,
maupun komponen pokok pendidikan yang lain. Tampaknya terdapat adanya korelasi antara
sistem pendidikan dengan tingkat kemajuan dan kebudayaan suatu kelompok manusia atau
suatu bangsa.
Makin tinggi kebudayaan suatu bangsa, makin tinggi dan makin kompleks, proses
pendidikan yang terdapat pada bangsa yang bersangkutan.Upaya pendidikan sebagai suatu
sistem, dengan demikian akan selalu relevan (gayut) pada landasan yang digunakan dalam
proses pendidikan. Landasan pendidikan pada hakikatnya adalah dasar-dasar, titik pijak yang
melandasi operasionalisasi sistem pendidikan. Landasan pendidikan secara umum
menyangkut: (1) landasan filosofis, (2) landasan sosiologis, (3) landasan kultural,
(4) landasan psikologis, dan(5) landasan ilmiah dan teknologis.
Asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional pada hakikatnya adalah fundamen (dasar)
yang menjiwai dan mewarnai pelaksanaan pendidikan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Dari kesebelas asas-asas pelaksanaan pendidikan nasional
menurut rumusan KPPN tersebut di atas, yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan
pendidikan yang dibahas secara khusus di sini, adalah: asas tut wuri handayani, dan asas
pendidikan seumur hidup yang berintikan belajar seumur hidup, dan asas kemandirian dalam
belajar.

B.     Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membatasi diri dengan hanya mengkaji
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Landasan Pendidikan?
2. Bagaimana Asas Pendidikan?
3. Bagaimanan penerapan asas-asas pendidikan?

 C.     Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas dapat dibuat tujuan masalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan Landasan Pendidikan.
2. Menjelaskan Asas-asas Pendidikan.
3. Menjelaskan penerapan asas-asas pendidikan.
BAB II
KAJIAN TEORI
 A.   LANDASAN PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai usaha sadar yang sistematis-sistemik selalu bertolak dari sejumlah
landasan serta pengindahan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut sangat
penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Beberapa landasan pendidikan tersebut adalah landasan
filosofis, sosiologis, dan kultural, yang sangat memegang peranan penting dalam
menentukan tujuan pendidikan. Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan untuk menjemput masa depan.
1.   Landasan Filosofis
a.   Pengertian Landasan Filosofis
Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakianan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang
sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Aliran filsafat yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme.
1) Esensialisme
Esensialisme adalah mashab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretik
(liberal arts) atau bahan ajar esensial.
2) Perenialisme
Perenialisme adalah aliran pendidikan yang megutamakan bahan ajaran konstan
(perenial) yakni kebenaran, keindahan, cinta kepada kebaikan universal.

3) Pragmatisme dan Progresifme


Pragmatisme adalah aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari  nilai
kegunaan praktis, di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
4) Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme adalah mazhab filsafat pendidikan yang menempatkan
sekolah/lembaga pendidikan sebagai pelopor perubahan masyarakat.
b.   Pancasila sebagai Landasan Filosofis Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional
berdasarkan pancasila dan UUD 1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978
tentang P4 menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara
Indonesia.
2.    Landasan Sosiologis
a.   Pengertian Landasan Sosiologis
Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik
masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan
pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari
oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:
1) Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2) Hubungan kemanusiaan.
3) Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4) Sekolah dalam komunitas, yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
3.    Landasan Kultural
a.   Pengertian Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan
dari generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baik secara formal maupun
informal.
Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang sesuai
dengan perkembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku, nilai-nilai,dan
norma-norma baru sesuai dengan tuntutan masyarakat. Usaha-usaha menuju pola-pola
ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial yang lazim digunakan sebagai alat
transmisi dan transformasi kebudayaan adalah lembaga pendidikan, utamanya sekolah
dan keluarga.
b.   Kebudayaan Sebagai Landasan Sistem Pendidikan Nasional
Pelestarian dan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah itu melalui
upaya pendidikan sebagai wujud dari kebineka tunggal ikaan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini haruslah dilaksanakan dalam kerangka pemantapan kesatuan dan
persatuan bangsa dan negara indonesia sebagai sisi ketunggal-ikaan.
4.   Landasan Psikologis
a.  Pengertian Landasan Psikologis
Dasar psikologis berkaitan dengan prinsip-prinsip belajar dan perkembangan
anak. Pemahaman terhadap peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek
kejiwaan merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil
kajian dan penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan.
Sebagai implikasinya pendidik tidak mungkin memperlakukan sama kepada setiap
peserta didik, sekalipun mereka memiliki kesamaan. Penyusunan kurikulum perlu
berhati-hati dalam menentukan jenjang pengalaman belajar yang akan dijadikan garis-
garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang digariskan.
b.   Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis
Pemahaman tumbuh kembang manusia sangat penting sebagai bekal dasar untuk
memahami peserta didik dan menemukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh kembang itu secara efektif dan efisien.
5.    Landasan Ilmiah dan Teknologis
a.   Pengertian Landasan IPTEK
Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik
untuk mengadopsinya teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam
penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran
pengetahuan haruslah mendapat perhatian yang proporsional dalam bahan ajaran,
dengan demikian pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan IPTEK tetapi juga
ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya
pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan
iptek tersebut.
b.   Perkembangan IPTEK sebagai Landasan Ilmiah
Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia. Lembaga
pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah harus mampu mengakomodasi dan
mengantisipasi perkembangan iptek. Bahan ajar seyogyanya hasil perkembangan iptek
mutahir, baik yang berkaitan dengan hasil perolehan informasi maupun cara
memperoleh informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat.
 B.   ASAS-ASAS POKOK PENDIDIKAN
Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Khusus di
Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam merancang dan
melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Asas
Belajar Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.
1. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among
perguruan. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian
dikembangkan oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan
lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.Kini ketiga
semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
a) Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
b) Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
c) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
2.  Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
merancang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.
a) Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi keterkaitan dan kesinambungan
antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di
masa depan.
b) Dimensi horisontal dari kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan
martabat bangsa, mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri hingga mampu membangun
diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, memenuhi kebutuhan pembangunan dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN, 1993:94). Gambaran
tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia
sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan
segi-segi kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan
yang lain atau merupakan suatu kebulatan. Oleh karena itu, pengembangan segi-segi
kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara selaras, serasi, dan
seimbang.Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada
keseimbangan dan keterpaduan dalam pengembangannya.
Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi:
a. Jasmani dan rohani; jasmani meliputi: badan, indera, dan organ tubuh yang
lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan, daya cipta, karya,
dan budi nurani.
b. Material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan sandang, pangan,
dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan
batiniah.
c. Individual dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi
keinginan pribadi dan memenuhi tuntutan masyarakatnya.
d. Dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di dunia
dan akhirat sesuai dengan keyakinan agama masing-masing, dan
e. Spesialisasi dan generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk
memiliki kemampuan-kemampuan yang umumnya dimiliki orang lain,
tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.
Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran
manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut
asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap
warga negara Indonesia:
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan
kemandirian sepanjang hidupnya.
b. Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan
dapat bersifat formal, informal, non formal.
c. Mendapat kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai
bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan pribadi
secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS)
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
d. Mendapat kesempatan mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap
untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik
adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENERAPAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN
 Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan. Pandangan
tentang hakikat manusia merupakan tumpuan berfikir utama yang sangat penting dalam
pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa manusia itu dapat dididik dan
dapat mendidik diri sendiri. Seperti diketahui, manusia yang dilahirkan hampir tanpa daya
dan sangat tergantung pada orang lain (orang tuanya, terutama ibu) namun memiliki
potensi yang hampir tanpa batas untuk dikembangkan. Bayi itu melalui
pendidikan dapat dikembangkan menjadi calon pakar yang dapat merancang dan
membuat pesawat angkasa luar yang dapat menjelajah ruang angkasa, dan mampu
merekayasa genetika yang memicu revolusi hijau dengan berbagai bibit unggul, ataupun
sebaliknya mampu membuat bom yang dapat menghancurkan manusia dan kebudayaannya.
Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada tiga asas utama yang
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni: Asas Tut Wuri Handayani , Asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan Asas Kemandirian dalam Belajar.
Untuk memberi gambaran bagaimana penerapan asas-asas tersebut di atas berturut-
turut akan dibicarakan: keadaan yang ditemui sekarang, permasalahan yang ada,
dan pengembangan penerapan asas-asas pendidikan tersebut di sekolah.
1. Keadaan yang Ditemui Sekarang
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:
 Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami
peningkatan. Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun
ke tahun yang dapat ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non
formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan
dari TK sampai perguruan tinggi.
 Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan
pada semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan
tugasnya secara proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan
kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru
dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri.
 Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan
agar mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya yang berkualitas melalui pendidikan.
 Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin
meningkat: ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja,
sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana pendidikan jasmani
 Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan
masyarakat yang bertujuan untuk:
a) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup
bermasyarakat secara berbudaya melalui berbagai cara belajar.
b) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya.
 Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda:
kepemimpinan dan ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap
patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan
budi luhur.
 Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk
melakukan berbagai macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran serta prestasi di bidang olahraga
 Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan
memberikan kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga
sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi,
ketrampilan serta ketahanan mental.

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral
telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan
sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber
daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
 Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.
 Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja
bidang tertentu yang diinginkannya.
 Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya.
 Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai
dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang
mandiri.
 Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang
beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal
Pendidikan,1989)
2. Permasalahan Yang Ada
a. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan
dengan kebijaksanaan pemerataan pendidikan.Karena peningkatan kualitas
pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan
bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu
sumber daya manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, antara lain:
 Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
 Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi.
 Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya
bangsa.
 Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan:
dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang
mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana
dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai
budaya bangsa.
b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada
keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak
geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia yang
multidimensional. Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan
relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien
 Meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–
daerah, daerah– daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan
pendidikan berjalan lancar.
 Desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara
terpadu, dan
 Peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya
meningkatkan relevansi pendidikan.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan:
dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai
upaya:
 Usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.
 Usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
 Usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling,
pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.
3. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
a. Pengembangan penerapan asas Tut Wuri Handayani
Fungsi guru tidak lagi berfungsi menggurui atau sebagai pusat
kegiatan atau perhatian siswa, melainkan siswalah yang menjadi penentu
keberhasilan studinya, sehingga guru berfungsi sebagai fasilitator saja yang
membantu siswa atau anak untuk mengembangkan kemampuannya secara
optimal.
Dengan kata lain guru harus dapat mengusahakan iklim pendidikan yang
dapat menunjang keberhasilan siswa secara efektif misalnya menciptakan
kondisi yang hangat, bersemangat, penuh gairah, memberikan tugas yang
menantang, memberikan kebebasan berpikir, menyelesaikan tugas, mengontrol
disiplin, mengevaluasi, dan lain lain.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat (Pendidikan Seumur Hidup)
Pendidikan seumur hidup sama atau sejalan dengan pendidikan
manusia Indonesia seutuhnya.untuk mencapai keutuhan manusia tidak dapat
dikembangkan pada suatu saat saja, tetapi perlu pengembangan yang berkelanjutan
terus menerus. Hal ini didasarkan bahwa potensi subyek manusia sebagai subyek
yang berkembang terus menerus ini tercermin didalam kebutuhan-kebutuhan
manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah dan rohaniahnya.
Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia inilah yang mrupakan isi
pendidikan seumur hidup. Pelaksanaan pndidikan ini tidak terpancang adanya
batasan waktu, umur, dan tempat, sehingga tidak ada istilah terlambat atau terlalu
dini dan dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja.
Berdasarkan uraian di atas inilah yang merupakan penerapan dan
pengembangan asas pendidikan khususnya pendidikan seumur hidup.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung
erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin di
kembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas
belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah
tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selau tergantung dari
bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebaga fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain:
Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinterkasi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang
sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini
seyogyanya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan
dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau,
untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan
dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap
muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar
dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar
pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan
terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko- dan ekstrakurikuler itu.
Terdapat berbagai strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-
mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang
memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul
tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui
lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan
sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti
belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya.
Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap
lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar
(PSB) yang memadai. Seperti diketahui, PSB itu memberi peluang tersedianya
berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan,
seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas,
dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas-asas kemandirian dalam belajar akan
lebih dimantapkan dan dikembangkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.    Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia. Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun
informal. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.
2.    Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir. Ada tiga asas pokok Pendidikan yaitu :
a. Asas Tut wuri Handayani.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar.

Anda mungkin juga menyukai