Makalah
Makalah
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral
telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan
sepanjang hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber
daya manusia yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni:
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan
ketrampilan yang diminatinya di sema jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang
disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat.
Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri.
Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja
bidang tertentu yang diinginkannya.
Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya.
Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental
memperoleh kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai
dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang
mandiri.
Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang
memiliki kemampuan dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang
beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh diatas normal (Jurnal
Pendidikan,1989)
2. Permasalahan Yang Ada
a. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan
Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan
dengan kebijaksanaan pemerataan pendidikan.Karena peningkatan kualitas
pendidikan harus diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan
bertujuan membangun sumber daya manusia yang mutunya sejajar dengan mutu
sumber daya manusia negara lain.
Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu
pendidikan, antara lain:
Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.
Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan perkembangan ilmu dan
teknologi.
Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya
bangsa.
Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta perkembangan budaya bangsa.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan:
dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang
mengupayakan peningkatan: mutu guru dan tenaga kependidikan, mutu sarana
dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai
budaya bangsa.
b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan
Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada
keterkaitannya dengan: ke-bhineka tunggal ika-an masyarakat, letak
geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia yang
multidimensional. Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan
relevansi penyelenggaraan pendidikan yang efektif dan efisien
Meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–
daerah, daerah– daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan
pendidikan berjalan lancar.
Desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia,
sarana dan prasarana, proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara
terpadu, dan
Peningkatan kegiatan penelitian untuk memberi masukan dalam upaya
meningkatkan relevansi pendidikan.
Sesuai dengan uraian diatas secara singkat dapat dikemukakan:
dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai
upaya:
Usaha menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk
memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam.
Usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan
Usaha pengadaan ruang belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling,
pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang kegiatan pembelajaran.
3. Pengembangan Penerapan Asas-asas Pendidikan
a. Pengembangan penerapan asas Tut Wuri Handayani
Fungsi guru tidak lagi berfungsi menggurui atau sebagai pusat
kegiatan atau perhatian siswa, melainkan siswalah yang menjadi penentu
keberhasilan studinya, sehingga guru berfungsi sebagai fasilitator saja yang
membantu siswa atau anak untuk mengembangkan kemampuannya secara
optimal.
Dengan kata lain guru harus dapat mengusahakan iklim pendidikan yang
dapat menunjang keberhasilan siswa secara efektif misalnya menciptakan
kondisi yang hangat, bersemangat, penuh gairah, memberikan tugas yang
menantang, memberikan kebebasan berpikir, menyelesaikan tugas, mengontrol
disiplin, mengevaluasi, dan lain lain.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat (Pendidikan Seumur Hidup)
Pendidikan seumur hidup sama atau sejalan dengan pendidikan
manusia Indonesia seutuhnya.untuk mencapai keutuhan manusia tidak dapat
dikembangkan pada suatu saat saja, tetapi perlu pengembangan yang berkelanjutan
terus menerus. Hal ini didasarkan bahwa potensi subyek manusia sebagai subyek
yang berkembang terus menerus ini tercermin didalam kebutuhan-kebutuhan
manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah dan rohaniahnya.
Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia inilah yang mrupakan isi
pendidikan seumur hidup. Pelaksanaan pndidikan ini tidak terpancang adanya
batasan waktu, umur, dan tempat, sehingga tidak ada istilah terlambat atau terlalu
dini dan dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja.
Berdasarkan uraian di atas inilah yang merupakan penerapan dan
pengembangan asas pendidikan khususnya pendidikan seumur hidup.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar
Baik asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung
erat kaitannya dengan asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada
prinsipnya bertolak dari asumsi kemampuan siswa untuk mandiri, termasuk mandiri
dalam belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar, sedini mungkin di
kembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru,
namun guru selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan. Selanjutnya, asas
belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi
bahwa peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar, karena adalah
tidak mungkin seseorang belajar sepanjang hayatnya apabila selau tergantung dari
bantuan guru ataupun orang lain.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam
peran utama sebaga fasilitator dan motivator, di samping peran-peran lain:
Informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan
menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar sedemikian sehingga
memudahkan peserta didik berinterkasi dengan sumber-sumber tersebut. Sedang
sebagai motivator, guru mengupayakan timbulnya prakarsa peserta didik untuk
memanfaatkan sumber belajar itu. Pengembangan kemandirian dalam belajar ini
seyogyanya dimulai dalam kegiatan intrakurikuler, yang dikembangkan dan
dimantapkan selanjutnya dalam kegiatan kokurikuler dan ekstra-kurikuler. Atau,
untuk latar perguruan tinggi: Dimulai dalam kegiatan tatap muka, dan dikembangkan
dan dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Kegiatan tatap
muka atau intrakurikuler terutama berfungsi membentuk konsep-konsep dasar
dan cara-cara pemanfaatan berbagai sumber belajar, yang akan menjadi dasar
pengembangan kemandirian dalam belajar di dalam bentuk-bentuk kegiatan
terstruktur dan mandiri, atau kegiatan ko- dan ekstrakurikuler itu.
Terdapat berbagai strategi belajar-mengajar dan atau kegiatan belajar-
mengajar yang dapat memberi peluang pengembangan kemandirian dalam belajar.
Cara belajar siswa aktif (CBSA) merupakan salah satu pendekatan yang
memberi peluang itu, karena siswa dituntut mengambil prakarsa dan atau memikul
tanggung jawab tertentu dalam belajar-mengajar di sekolah, umpamanya melalui
lembaga kerja. Di samping itu, beberapa jenis kegiatan belajar mandiri akan
sangat bermanfaat dalam mengembangkan kemandirian dalam belajar itu, seperti
belajar melalui modul, paket belajar, pengajaran berprogram, dan sebagainya.
Keseluruhan upaya itu akan dapat terlaksana dengan semestinya apabila setiap
lembaga pendidikan, utamanya sekolah, didukung oleh suatu pusat sumber belajar
(PSB) yang memadai. Seperti diketahui, PSB itu memberi peluang tersedianya
berbagai jenis sumber belajar, di samping bahan pustaka di perpustakaan,
seperti rekaman elektronik, ruang-ruang belajar (tutorial) sebagai mitra kelas,
dan sebagainya. Dengan dukungan PSB itu asas-asas kemandirian dalam belajar akan
lebih dimantapkan dan dikembangkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandanagan dalam filsafat pendidikan.
Pasal 2 UU RI No.2 Tahun 1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4
menegaskan pula bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia. Perkembangan
masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah mempengaruhi sistem pendidikan
nasional. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan dapat dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari
generasi ke generasi penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun
informal. Iptek merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai kehidupan
yang lebih baik, yang dimualai pada permulaan kehidupan manusia.
2. Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir. Ada tiga asas pokok Pendidikan yaitu :
a. Asas Tut wuri Handayani.
b. Asas Belajar Sepanjang Hayat.
c. Asas Kemandirian dalam Belajar.