Anda di halaman 1dari 172

ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN PERHITUNGAN

METODE SPENCER DI RUAS JALAN JALUR 40, SIKUMANA,

KOTA KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR

SKRIPSI

Disusun Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Teknik Pada

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Nusa Cendana

Oleh:

YOHANES DODIAN DINAR

1506100039

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2020
ii
iii
ANALISIS STABILITAS LERENG BERDASARKAN PERHITUNGAN
METODE SPENCER DI RUAS JALAN JALUR 40, SIKUMANA, KOTA
KUPANG, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
ABSTRAK

Analisis kestabilan lereng sedianya menjadi solusi yang berguna untuk


menjawabi permasalahan tanah longsor yang sering terjadi. Dalam penerapannya,
cara memahami parameter-parameter yang biasa digunakan dalam menganalisis
kondisi kestabilan lereng adalah dasar yang memungkinkan perhitungan
kestabilan lereng mencapai keadaan detailnya, adapun seperti geometri aktual
yang ada di lapangan, sampel tanah (terganggu dan tidak terganggu), dan
pengujian laboratorium untuk pengujian sifat fisik dan mekanika tanah.
Kestabilan lereng pada pembahasan ini dianalisa menggunakan Metode
Kesetimbangan Batas Metode Spencer, yang merupakan penggabungan dari
perhitungan kesetimbangan momen (Metode Bishop) dan kesetimbangan gaya
(Metode Janbu). Sampel tanah diambil sepanjang muka lereng, yakni atas, tengah,
dan bawah. Parameter inputan yang dipakai berupa nilai kohesi (c), sudut geser
dalam (ɸ), dan bobot isi (γ) yang diperoleh dari pengujian kuat geser di
laboratorium. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan nilai FK dari lereng yang
berada di Ruas Jalan Jalur 40, Kota Kupang, NTT, sehingga bisa ditenggarai
langkah apa yang bisa dipakai pada penerepan analisis kestabilan lereng. adapun
berdasarkan hasil penelitian lapangan, material pembentuk lereng adalah formasi
noleh (Qtn) berupa lanau dengan material properties masing-masing sampel
adalah bobot isi (γ): 16,80 kN/m3, kohesi (c): 4,88 kPa, sudut geser dalam (ɸ):
39,320 (sampel atas); bobot isi (γ): 15,97 kN/m3, kohesi (c): 5,08 kPa, sudut geser
dalam (ɸ): 26,200 (sampel tengah); bobot isi (γ): 15,48 kN/m3, kohesi (c): 5,28
kPa, sudut geser dalam (ɸ): 26,200 (sampel bawah). Dengan nilai FKaktual = 0,588
berdasarkan perhitungan Metode Spencer. Maka dibuat rekomendasi desain lereng
untuk mencapai kondisi kestabilan lereng (FK>1), yakni FK1= 1,610; FK2=
1,410.

Kata kunci: Kestabilan lereng, Faktor Keamanan, Material properties,


Rekomendasi.

iv
THE SLOPE STABILITY ANALISYS BASED ON SPENCER’S METHOD AT
40 ROAD, SIKUMANA, KUPANG, EAST NUSA TENGGARA

ABSTRACT

The analysis of slope stability is one of the most common solution that
used to answer any problems about landslide. On aplicate it, how to know the
parameters that always we used on analysed slope stability is the basic way to can
calculate it detail. The perameter like slope dimensions, soil sample (disturb and
undisturb), and laboratory test. In this case, the slope stability is used Spencer’s
Method as a of the limit equilibrium method, and in other word a a merge method
of moment equilibrium (Bishop’s Method) and force equilibrium (Janbu’s
Method). The soil samples are taken from the along of slope surface for 3 points,
above, in the middle, and the bellow. On laboratory test we have to get the
parameters like cohesi (c), friction angle (ɸ), and unit weight (γ). This analyse is
to know the factor of safety (FoS) value from the slope at 40 road. From the
research, the slope is maked by homogeny soil, clay from the noele formation.
And we can get the material properties for the samples respectly, unit weight:
16,80 kN/m3, cohesi (c): 4,88 kPa, friction angle (ɸ): 39,320 (first sample); unit
weight (γ): 15,97 kN/m3, Cohesi (c): 5,08 kPa, friction angle (ɸ): 26,200 (second
sample); unit weight (γ): 15,48 kN/m3, cohesi (c): 5,28 kPa, friction angle (ɸ):
26,200. And the FoS value is 0,548 base on Sencer’s Method calculate. So, is
maked some slope design recommendations to get the stability condition of the
slope (FoS>1), are FoS1=1,610; FoS2=1,410

Key words: Slope Stability, Factor of Safety, Material Properties, Recommended

v
HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah Tritunggal Maha Kudus dan Bunda Maria

2. Kedua orangtuaku, Bpk. Maksimus Dinar dan Mama Oliva Kordalia Lida, serta

kepada adik Fridolin Rilita Belot dan (Almh.) Adik Maria Oktaviana Dinar

3. Saudara-saudari seperjuangan Intime ‘15 (Incredible Time with Mining

Engineering)

4. Jurusan Teknik Pertambangan, dan

5. Almamater kebanggaan Universitas Nusa Cendana

vi
MOTTO

AKU INI HAMBA TUHAN, TERJADILAH PADAKU

MENURUT PERKATAANNYA

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

bimbingan dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

dengan judul: Analisis Stabilitas Lereng berdasarkan Perhitungan Metode

Spencer pada Ruas Jalan Jalur 40, Sikumana, Kota Kupang, Nusa Tenggara

Timur.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mata kuliah tugas akhir

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Sains dan Teknik Universias Nusa

Cendana. Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari campur

tangan, doa, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan

ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu mendengar setiap doa syukur,

permohonan, maupun keluh kesah saya selama penulisan skripsi ini

2. Ibu Woro Sundari, ST., MT selaku pembimbing I

3. Ibu Ika F. Krisnasiwi, S.Si., M.Sc. selaku pembimbing II

4. Ibu Gusnawati, ST., M.Eng. selaku dosen penguji

5. Bapa Maksimus Dinar, Mama Oliva Kordalia Lida, dan Adik Fridolin Rilita

Belot serta (Almh.) Adik Maria Oktaviana Dinar yang mendukung penulis

dalam segala hal

6. Adik Fransiska Febrianti Dendong atas ketulusan hatinya mendukung penulis

merampungkan tulisan ini dan adik-adik tercintaku, Etin, Karin, Angel, Ocang,

Riko di Kos Mekon Indah

7. Keluarga besar di Leda, Ruteng, Manggarai, saudara-saudari, teman-teman,

serta orang-orang yang selalu cinta dan sayang kepada saya

viii
8. Teman-teman terkasih, tercinta, dan terkeren INTIME ’15 yang selalu

mendukung dan menyemangati penulis dengan caranya masing-masing

9. Instansi Laboratorium PU Provinsi NTT, yang sudah menyediakan tempat

pengujian bagi saya dengan ketulusan hati mereka juga membimbing saya

hingga bisa menyelesaikan segala prosedur pengujian

10. Teman-teman anggota pengujian di Laboratorium yang disebutkan secara

khusus, Aty, Elma, Claris, Putu, Andre, Aleks, Erwin, Edi

11. Teman-teman KKN Desa Sanleo, yang selalu menyemangati penulis dengan

caranya masing-masing

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna,oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengharapkan saran dan kritik dari

pembaca yang kelak akan menyempurnakan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan selamat membaca, semoga laporan ini dapat

dijadikan referensi yang bermanfaat bagi kita semua.

Kupang, Februari 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................iii

ABSTRAK .......................................................................................................iv

ABSTRACT .......................................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi

MOTTO ...........................................................................................................viii

KATA PENGANTAR .....................................................................................viii

DAFTAR ISI ....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xv

DAFTAR TABEL ............................................................................................xviii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................xix

BAB I: PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 4

1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

x
BAB II: TINJAUAN UMUM ..........................................................................6

2.1 Lokasi Ksampaian Daerah Penelitian.........................................................6

2.2 Keadaan Geologi Lokal..............................................................................7

2.2.1 Batu Gamping Koral..........................................................................7

2.2.2 Kompleks Bobonaro..........................................................................7

2.2.3 Formasi Noele (Qtn) .........................................................................9

BAB III: DASAR TEORI.................................................................................12

3.1 Lereng dan Kemiringan Lereng ......................................................12

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng ...................14

3.3 Longsor dan jenis-jenisnya ..............................................................18

3.3.1 Jenis-jenis tanah longsor .......................................................20

3.4 Sifat Fisik Tanah dan Mekanika Tanah ..........................................23

3.4.1 Sifat fisik tanah .......................................................................24

3.4.1.1 Kadar air optimum .......................................................24

3.4.1.2 Berat jenis ....................................................................26

3.4.1.3 Permeabilitas ................................................................27

3.4.2 Mekanika tanah ......................................................................28

3.4.2.1 Uji geser langsung (direct shear test)...........................28

3.5 Faktor Keamanan Lereng (FK) .......................................................33

xi
3.6 Metode Perhitungan Keamanan Lereng (FK): Mohr Coulomb

dan Metode Spencer .......................................................................34

3.6.1 Metode irisan ..........................................................................39

3.6.2 Metode spencer .......................................................................45

3.7 Software Rocscience Slide V6.0.......................................................48

BAB IV: METODE PENELITIAN .................................................................50

4.1 Studi Literatur ..................................................................................50

4.2 Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian...........................................50

4.3 Metode Pengambilan Sampel Tanah................................................50

4.4 Pengujian dan Pengamatan Laboratorium .......................................52

4.4.1 Pengujian sifat fisik tanah ......................................................52

4.4.1.1 Uji kadar air optimum .................................................52

4.4.1.2 Pengujian berat jenis ....................................................53

4.4.1.3 Pengujian permeabilitas tanah .....................................53

4.4.2 Pengujian sifat mekanika tanah (uji kuat geser langsung)......53

4.5 Diagram Alir Penelitian ...................................................................55

4.6 Diagram Alir Pemrograman ............................................................56

BAB V: HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................57

5.1 Pengujian Sifat-sifat Fisik Tanah ....................................................57

xii
5.1.1 Pengujian pemadatan ..............................................................58

5.1.1.1 Sampel atas ..................................................................58

5.1.1.2 Sampel tengah ..............................................................59

5.1.1.3 Sampel bawah...............................................................60

5.1.2 Pengujian berat jenis tanah .....................................................60

5.1.2.1 Sampel atas ..................................................................60

5.1.2.2 Sampel tengah ..............................................................61

5.1.2.3 Sampel bawah ..............................................................62

5.1.3 Pengujian sifat permeabiltias tanah ........................................63

5.1.3.1 Sampel atas ..................................................................63

5.1.3.2 Sampel tengah ..............................................................64

5.1.3.3 Sampel bawah ..............................................................64

5.2 Pengujian Mekanika Tanah .............................................................65

5.2.1 Sampel atas .............................................................................66

5.2.2 Sampel tengah ........................................................................69

5.2.3 Sampel bawah .........................................................................72

5.3 Analaisis Kestabilan Lereng menggunakan Software Rocscience

Slide V6.0 ........................................................................................75

5.4 RekomendasiNilai FK yang Stabil...................................................78

xiii
BAB VI: PENUTUP ........................................................................................81

6.1 Simpulan ..........................................................................................81

6.2 Saran ................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................85

LAMPIRAN

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 PetaKesampaianLokasiPenelitian.................................................6

Gambar 2.2 PetaGeologi Lokal Daerah Penelitian...........................................11

Gambar 3.1 Parameter Hujan yang digunakan untuk Ambang Hujan Pemicu

Tanah Longsor.............................................................................13

Gambar 3.2 Faktor-faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor....................15

Gambar 3.3 LongsoranTransalasi.....................................................................20

Gambar 3.4 Longsoran Rotasi..........................................................................21

Gambar 3.5 Longsoran Pergerakan Blok .........................................................21

Gambar 3.6 Runtuhan Batuan...........................................................................22

Gambar 3.7 Longsoran Rayapan Tanah ...........................................................22

Gambar 3.8 Aliran Substitusi............................................................................23

Gambar 3.9Hubungan Tegangan Geser dan Tegangan Normal Untuk

Nilai Tegangan Normal yang Berbeda-beda pada Contoh

Tanah Berpasir.........................................................................................29

Gambar 3.10Hubungan Antara Tegangan Geser dan Tegangan Normal Pada

Diagram Mohr ................................................................................32

Gambar 3.11Sudut Geser Dalam dan Kohesi...................................................36

Gambar 3.12 Mekanisme Luncuran Blok ........................................................37

xv
Gambar 3.13 Blok Berisi Air di Atas Bidang Miring ......................................38

Gambar 3.14 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan..........................................40

Gambar 3.15 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan (Metode Bishop Yang

Disederhanakan) ............................................................................42

Gambar 3.16 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan (Metode Janbu Yang

Disederhanakan) ............................................................................44

Gambar 3.17 Grafik Hubungan Nilai Kesetimbangan Gaya dan

Kesetimbangan Momen Sebagai Nilai Fk Metode Spencer ..........48

Gambar 3.18 Tampilan Software Rocscience Slide V6.0..................................49

Gambar 4.1 Pengambilan Sampel.....................................................................52

Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian................................................................55

Gambar4.3 Diagram Alir Pemrograman...........................................................56

Gambar 5.1 Penentuan Nama Sampel berdasarkan Titik Pengambilan

Sampel Tanah................................................................................58

Gambar 5.2 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal

(σ) Sampel Atas ...........................................................................68

Gambar 5.3 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal

(σ) Sampel Tengah ......................................................................71

Gambar 5.4 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal

xvi
(σ) Sampel Bawah .......................................................................74

Gambar 5.5 Hasil Perhitungan FK Metode Bishop (Fk= 0,543) .....................77

Gambar 5.6 Hasil Perhitungan FK Metode Janbu (Fk= 0,562) .......................77

Gambar 5.7 Hasil Perhitungan FK Metode Spencer (Fk= 0,588) ...................78

Gambar 5.8 Rekomendasi 1 FK= 1,610 ..........................................................79

Gambar 5.9 Rekomendasi 2 FK= 1,410 ..........................................................80

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisaran Nilai Faktor Keamanan Lereng (Ward, 1978).....................34

Tabel 5.1 Hasil Uji Pemadatan Sampel Atas....................................................58

Tabel 5.2 Hasil Uji Pemadatan Sampel Tengah...............................................59

Tabel 5.3 Hasil Uji Pemadatan Sampel Bawah................................................60

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Berat Jenis Sampel Atas.........................................61

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Berat Jenis Sampel Tengah ...................................62

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Berat Jenis Sampel Bawah.....................................63

Table 5.7 Nilai Koefisien Permeabilitas Sampel Atas......................................64

Table 5.8 Nilai Koefisien Permeabilitas Sampel Tengah ................................64

Table 5.9 Nilai Koefisien Permeabilitas Sampel Bawah..................................65

Tabel 5.10 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Sampel Atas.....67

Tabel 5.11 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung

Sampel Tengah ...............................................................................70

Tabel 5.12 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung

Sampel Bawah................................................................................73

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

LAMPIRAN B

LAMPIRAN C

LAMPIRAN D

LAMPIRAN E

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian tanah longsor yang seringkali terjadi merupakan salah

satu problem utama yang mempengaruhi kelancaran suatu kegiatan, terlebih

pada kasus kemiringan lereng. Kemiringan lereng dengan faktor-faktor yang

saling mempengaruhi untuk setiap nilai yang ada di dalamnya adalah

kerangka yang membentuk geometri lereng dan menentukan tingkat keamaan

atau kestabilan dari suatu lereng tersebut. Baik untuk lereng alami maupun

lereng buatan yang nilai kemungkinan terjadinya suatu kelongsoran atau

landslide akan selalu ada, maka perlu adanya penilaian untuk mengetahui

adanya bahaya longsoran (L. D. Wesley, 2017). Namun untuk menganalisis

stabilitas suatu lereng tidak mudah karena terdapat banyakfaktor yang sangat

mempengaruhi hasil hitungannya misalnya, kondisi tanah yang berlapis-lapis,

kuat geser tanahyang anisotropis, aliran rembesan air dalam tanah. Secara

umumlongsor suatu lereng dikarenakan bertambahnya tegangan geser(shear

stress) dan berkurangnya kuat geser tanah (shear strength) (Agus Muntohar,

2006). Analisis angka berdasarkan hasil pengamatan sedianya untuk

mencapai sebuah nilai Factor of Safety (FS)atau Faktor Kemananan (FK)

yang menginterpretasikan keadaan suatu lereng berdasarkan kondisi visual

lapangan, berdasarkan perbandingan kuat geser tanah terhadap tegangan

gesernya (Y. M. Cheng, 2008).

1
2

Seperti halnya pada pembahasan di atas, mengenai kemungkinan

terjadinya longsor sewaktu-waktu pada sebuah lereng, kondisi geometri

lereng yang terlihat pada Ruas Jalan Jalur 40, Kupang, sangatlah

memprihatinkan, karena secara kasat mata sangat mudah terjadinya longsoran

atau landslide di daerah tersebut, pun karena komposisi lanau yang sewaktu-

waktu akan sangat mudah tererosi dan mengalami pelapukan. Analisis

kemantapan lereng untuk mencapai bentuk stabilitasnya menjadi sebuah

anjuran guna mengurangi dampak longor yang bisa terjadi sewaktu-waktu,

dengan metode pengambilan sampel tanah atau sampling pada lokasi untuk

kemudian melakukan analisis laboratorium untuk nilai-nilai yang mengontrol

kestabilan lereng, seperti nilai kohesi, sudut geser dalam, dan bobot isi tanah.

Kemudian ditawarkan solusi berupa keadaan geometri lereng yang stabil

berdasarkan hasil analisis dari data-data yang terkait dengan bantuan

Software Rocscience Slide V6.0 sehingga keadaan lerengnya bernilai aman

untuk faktor keamaan dan mencegah dampak longsorannya.

Maka dari itu, pengataman kemiringan lereng ini terkristal dalam

sebuah skripsi yang berjudul“Analisis Stabilitas Lereng berdasarkan

Perhitungan Metode Spencer di Ruas Jalan Jalur 40, Sikumana,

Kupang, NTT”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah mengandung beberapa pertanyaan pokok yang

akan menjadi fokus pembahasan pada penulisan skripsi ini, yang sedianya

merupakan pertanyaan yang menjadi gambaran umum mengenai penelitian


3

yang dilakukan. Adapun rumusan masalah yang menjadi titik acuan untuk

pembahasan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana kondisi dan atau nilai geometri lereng aktual di lapangan

dan hasil pengujian sifat fisik dan mekanik di laboratorium ?

1.2.2Berapa nilai Faktor Kemanan (FK) untuk lereng aktual di lapangan

sehingga perlu untuk diteliti berdasarkan hasil perhitungan Metode

Spencer?

1.2.3 Bagaimana rancangan rekomendasi lereng berdasarkan perhitungan

Metode Spencer untuk nilai faktor keamanan (FK) yang stabil (jikalau

nilai FK awal tidak stabil atau FK<1,25)?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah unutk menjawabi setiap

rumusan masalah yang disebutkan diatas, yakni:

1.3.1 Menguraikan pengertian kemiringan lereng dan faktor keamanan lereng

1.3.2 Menganalisa nilai Faktor Keamanan (FK) lereng berdasarkan hasil

analisis Metode Spencer

1.3.3 Membuat rancangan rekomendasi lereng baru jikalau nilai Faktor

kemanan lereng awal tidak stabil atau FK<1,25


4

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah penelitian mengenai kemiringan lereng

adalah sebagai berikut:

1.4.1 Penelitian dilakukan di Ruas Jalan Jalur 40 dengan metode

pengambilan sampel secara acak pada 3 titik di bagian muka bidang

lereng atau metode sampling

1.4.2 Analisis menggunakan Metode Spenceruntuk mengetahui nilai

FKlereng

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai kemiringan lereng untuk mencapai keadaan

stabilnya sudah sepatutnnya memberikan manfaat untuk kalangan-kalangan

yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung yang bersifat

menguntungkan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagi Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Nusa Cendana

Penelitian ini menjadi masukkan yang baik bagi pihak

jurusan sehingga menjadi langkah pertama untuk mencegah terjadinya

kemungkinan longsor di sepanjang Ruas Jalan Jalur 40

1.5.2 Bagi Pemerintah Setempat

Penelitian ini bisa menjadi acuan bagi pemerintahan setempat

untuk memperhatikan keadaan lereng sepanjang Ruas Jalan Jalur 40,


5

sehingga bisa mencegah kemungkinan terjadinya longsor lebih awal

dan sesegera mungkin merancang geometeri lereng yang lebih stabil

dengan membangun kerja sama dengan pihak terkait.


BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Penelitian

Lokasi penelitian bertempat pada Laboratorium Dinas Pekerjaan

Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan pengambilan sampel tanah

berada di Ruas Jalan Jaliur 40, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur tepatnya

pada koordinat -100 13’36,28884” - 1230 34’ 3,64404” BT.

Lokasi penelitian dapat dicapai meenggunakan kendaraan beroda 2

ataupun beroda 4, yakni dari Gerbang UNDANA menuju Jalur 40, Sikumana,

yang ditempuh selama 30 menit dengan jarak tempuh perjalanan 10 Km.

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 2.1 Peta Kesampaian Lokasi Penelitian

6
7

2.2 Keadaan Geologi Lokal

2.2.1 Batu Gamping Koral

Umumnnya terdiri dari batugamping koral yang berwarna putih

sampai kekuning-kuningan dan kadang-kadang kemerahan serta

batugamping napalan. Terdapat juga batugamping terumbu dengan

permukaan kasar dan berongga. Di bagian bawah biasanya menunjukkan

perlapisan yang hampir datar atau terungkit sedikit yaitu 3o-5o,

sedangkan di bagian atas perlapisan tersebut tidak terlihat. Satuan ini

membentuk topografi yang agak menonjol berupa bukit memanjang

dengan puncak-puncak yang hampir datar. Singkapan tertinggi

didapatkan pada ketinggian sekitar 1300 meter diatas permukaan laut

disekitar Lakudirun, sebelah timur Atambua. Fasies batugamping

napalan yang terdapat di dalam satuan ini mengandung fosil-fosil yang

berumur Plistosen (N 23) dan kelihatannya saling jari-jemari dengan

Qac.

Ketebahan maksimumnya 300 m seperti yang terukur di

pegunungan Lakaan, daerah Atambua. Sebelumnya adalah apa yang

disebut sebagai “gamping kwarter” oleh Charles (1968).

2.2.2 Kompleks Bobonaro

Secara litologi komplek bobonaro terdapat dua bagian pokok: (a)

lempung bersisik, (b) bongkah bongkah asing yang bermacam-macam

ukurannya. lempung bersisik mempunyai sifat seragam yaitu

menunjukan cermin sesar, lunak, berwarna aneka ragam: merah tua,

kehijauan, hijau keabuan, metah kecoklatan, abu-abu, kebiruan dan


8

merah jambu. Terlihat garis-garis alur dengan perdaunan lemah,

terutama apabila matrik lempung ini terdapat di sekitar batuan yang

lebih kompoten, seperti halnya di sekitar bongkah asing. Kadang-kadang

mengembang bila lapuk, memperlihatkan kemas jagung berondong.

Lempung bersisik ini merupakan matrik dan bongkah-bongkah asing

yang berasal dari batuan yang lebih tua. Bongkah-bongkah asing

tersebut antara lain batupasir bermika dari Formasi Bisane, batugamping

dari Formasi Cablac, rijang, batuan ultrabasa, lava bantal dan

batugamping krinoida dan Formasi Maubisse, batuan dari Komplek

Mutis, Formasi Ofu, Formasi Nakfunu dan batuan-batuan yang lain.

Orientasi bongkah bongkah asing ini agak teratur, yaitu agak sejajar

(subparalel) dengan poros pulau dan kadang-kadang menunjukkan

boudinasi dengan struktur kerucut. Dalam kerucut seperti yang terdapat

di tepi jalan di sebelah barat Camplong. Dalam lempung bersisik

terkandung fosil-fosil foram yang menunjukkan umur dari Mesozoikum

sampai Pliosen yang dicirikan oleh Globotruncana sp., Truncorotaloides

topilensis, Globigerina angulizuturalis, Globorotalta peripheroacuta,

Globigerina nephentes, Globorotalia tumida, Globigerinoides ruben,

Globigerinoides extremus dan Globoquadrina altispira (P. Siregar,

Direktorat Geologi, 1975).

Fosil-fosil yang menunjukan umur pra Miosen telah mengalami

proses pengendapan kembali (reworked) dan populasinya lebih jarang

jika dibandingkan dengan fosil-fosil yang menunjukkan umur Miosen

Tengah sampai dengan Pliosen. Kelihatannya bagian atas Komplek


9

Bobonaro menunjukan kesamaan umum dengan bagian bawah

Kelompok Viqueque. Hubungan yang sebenarnya antara kedua formasi

tersebut belum diketahui dengan pasti. Kontaknym dengan formasi-

formasi yang lebih tua cenderung bersifat tektonik. Ketebalan Komplek

Bobonaro sangat bervariasi dan sangat sulit diperkirakan mengingat sifat

fisiknya. Komplek Bobonaro disebut sebagai BobonaroScalyClay oleh

Audley-Charles (1968) berdasarkan lokasi tipenya di sekitar desa

Bobonaro di Timor Timur. Para penyelidik terdahulu (Tappenbeck,

1940; van Bemmelen, 1949; Marks, 1961) memasukkan satuan ini dalam

“Sonnebait series”, sedangkan di Timor Timur disebut “Bibiliu

series”(Grunau, 1953).

2.2.3 Formasi Noele (Qtn)

Napal pasiran berselang-seling dengan batupasir, konglomerat dan

sedikit tufadasit. Perubahan fasies kearah lateral maupun perubahan

litologi kearah ventikal sangat cepat. Napal, berwarna putih keabu-

abuan, pasiran, kadang-kadang lanauan, banyak mengandung

globigerina dan forampelagos lainnya. Batupasir litos, kadang-kadang

menunjukkan perlapisan tertahap, perlapisan konvolut dan berbutir

sedang sampai halus. Tebal masing-masing perlapisan berkisar antara 10

- 190 Cm.

Pecahan-pecahan cangkang moluska umum terdapat dalam

batupasir ini. Komponen-komponen konglomerat agak membulat dan

umumnya berasal dari rombakan-rombakan batuan malihan dan batuan

yang lebih tua lainnya serta claypeliets. Tufa berwarna putih, bersusunan
10

dasit, berlapis-lapis sejajar dan kadang-kadang konvolut. Terdapat

sebagai sisipan dalam napal. Di lokasi tipe keterbatasan formasi ini

sekitar 700 m.

Formasi Batuputih ini ditandai secara tidak selaras oleh Ql dan

Qac. Analisa paleontologi yang dilakukan oleh P. Siregar, 1975. dari

Direktorat Geologi antara lain mendapatkan fosil-fosil foram

Globorotalia truncatulinoida d’orbigny,gl tosaencis Takayanagi &Saito,

Gl tumida Brady, Gl. multicamerata Cushman&Jarvis, Glacostaecis

BlowGlobiterinoides fistolusus Schubert,Gl extremus Bolli,Globigerina

riveroas Bolli&Bermudez, Pulleniatina obliquilata Parker & Jones, dan

Sphaerodinella dehiscens Parker&jones yang menunjukkan kisaran

umur N 18 — N 22, Plio-Plistosen. Istilah Formasi napal Noel

digunakan oleh Kenyon (1974) dan mencakup “ribbed sand stone series,

Upper &Lower GreySiltstone” dari hopper (1942) dan merupakan bagian

atas dri Seri Miosen,atas Plio Plistosennya penulis-penulis Belanda yang

lain.
11

Gambar 2.2 Peta Geologi Lokal Daerah Penelitian


BAB III

DASAR TEORI

3.1 Lereng dan Kemiringan Lereng

Bencana tanah longsor dan apapun yang berkaitan dengan itu akibat

perubahan massa tanah sudah sangat sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari yang disatu sisi merupakan permasalahan serius dengan sejuta

dampak atau kerugian jangka panjang. Permasalahan seperti ini bisa kita

jumpai pada desain tambang terbuka yang menjadi pusat perhatian para KTT

adalah lereng dengan kemiringan lerengnya serta potensi kecelakaan berupa

longsoran yang kebanyakan terjadi pada perencaaan kemiringan lereng

pertambangan terbuka (Made Astawa Rai, 1993) serta permasalahan pada

ruas jalan, bendungan dan lain-lain. Kestabilan ini sangat ditentukan oleh

bidang longsor yang cukup banyak, sehingga secara matematis bisa

diprediksi sebagai ketidakstabilan yang terbentuk secara alami dan pada

prosesnya kapasitas lereng sangat ditinjau lebih detail lagi. Berdasarkan hasil

observasi lapangan begitu banyak kondisi ketidakstabilan yang terbentuk

sepanjang bidang gelincir, yang juga mempengaruhi terjadinya kejadian batu

jatuh dan juga tanah longsor (E. N. Bromhead, 1986).

Pada prinsipnya pemantauan di lapangan berkaitan dengan lereng dan

kemiringan lereng mencerminkan sebuah permasalahan yang harus ditangani

dengan sebuah solusi perencanaan kemiringan lereng agar menjadi stabil

sehingga bisa mencegah kemungkinan longsor menjadi sekecil mungkin,

yakni dengan merubah nilai kohesinya dan sudut geser dalam yang di dapat

12
13

dari data lapangan berdasarkan hasil pengujian laboratorium. Membahas

tentang kemiringan lereng sebenarnya menunjukan besarnya sudut lereng

dalam persen atau derajat kemiringan. Pada kasus semakin miringnya suatu

lereng terhadap bidang horizontal (permukaan tanah), menyebabkan lapisan

tanah bagian atas akan semakin mudah tererosi (Rohimah, kajian

kemiringan lereng, hal. 7). Pengaruh air hujan terbilang dominan pada

kejadian tanah longsor, karena memperlemah bidang gelincir dengan

memperkecil kuat geser tanah, secara umum pengaruh air hujan ini di kenal

sebagai ambang hujan (rainfall threshold) dapat didefenisikansebagai batas

kritis (maksimum atau minimum) jumlah hujan yangturun hingga mencapai

tanah (Reichenbach, dkk. 1998). Hujan kritisadalah hujan yang diukur dari

awal kejadian, yaitu pada saatintensitas hujan meningkat sangat drastis,

hingga waktu kejadiantanah longsor. Peningkatan intensitas hujan yangsangat

tajam ini menyebabkan lonjakan kurva hujan kumulatif yangtiba-tiba (Aeloti,

2014).

Sumber: Agus Muntohar, Tanah Longsor, 2006

Gambar 3.1 Parameter Hujan yang digunakan untuk Ambang Hujan Pemicu Tanah

Longsor
14

Berdasarkan keterangan di atas, dapat dipahami bahwa, menguji

kestabilan suatu lerengmerupakan tahapan yang penting dalam kegiatan

penambangandan kegiatan yang melibatkan lereng yang dititikberatkan

sebagai faktor yang sangat mendukung kelancaran aktivitas penambangan dan

aktivitas yang mempunyai hubungan langsung dengan lereng. Dalam keadaan

tidak terganggu (alamiah), tanah atau batuan berada dalam keadaan setimbang

yang dikatakan sebagai kondisi lereng stabil, tetapi jikalau suatu waktu

mengalami perubahan morfologi karena pengaruh luar yang

mempengaruhinya, seperti gempa bumi, beban kendaraan, penggalian,

penimbunan, dan yang sejenis dengan itu, lereng pada kebiasaannya akan

mencari keadaan stabil baru yang terjadi dalam bentuk longsoran atau

gerakan-gerakan lain. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, kestabilan

lereng sangat berpengaruh pada kelancaran suatu kegiatan, baik secara

keseluruhan maupun sebagian kegaitan, misalnya:

1. Kelongsoran sebagian atau seluruh lareng akan mengakibatkan

kerugian langsung berupa tertimbunnya pekerja atau peralatan.

2. Kerugian tidak langsung berupa tertundanya suatu kegaitan dan

biaya pembersihan lokasi longsoran.

3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng

Dalam proses analisis suatu lereng untuk mencapai keadaan

kestabilannya di lapangan atau di pertambangan, adapun langkah awal yang

mesti dilakukan dengan memahamibentuk geometri lereng tersebut dengan

menganalisa beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan suatu lereng,

sehingga model pembacaan tersebut tepat dan menginterprtasi model visual


15

dari lereng tersebut.Semuanya itu merupakan kerangka yang mengintegrasi

pemrosesan dalam menghitung kemantapan lereng dalam kaitannya berkaitan

dengan perhitungan nilai faktor keamanan dari lereng tersebut.

Kemiringan lereng pada kasus kestabilannya memiliki keterkaitan

langsung dengan kejadian tanah longsor dalam ukuran dimensi ruang dan

waktu.Longsor hanya dapat terjadi pada suatu lereng baik padaperbukitan,

pegunungan, bantaran sungai, atau strukturtimbunan. Tanah longsor dapat

dimungkinkan untuk diketahuimelalui identifikasi faktor-faktor penyebab

(causes) dan pemicu(trigger) terjadinya tanah longsor.

Sumber: Agus Muntohar, Tanah Longsor, 2006

Gambar 3.2 Faktor-faktor Penyebab dan Pemicu Tanah Longsor

Konsep ini sederhana tapipenting. menunjukkan skema dari penyebab

danpemicu terjadinya keruntuhan lereng.Penyebab longsor dapat diartikan

sebagai faktor-faktor yangmembuat lereng menjadi rentan terhadap

keruntuhan ataulongsor pada lokasi dan pada waktu tertentu.

Penyebabterjadinya tanah longsor meliputifaktor geologi, morfologi dan

aktifitas manusia. Kombinasi faktor-faktor penyebab(causes) membuat

kondisi struktur lereng mengalami kegagalan,sedangkan trigger yang akhirnya


16

menyebabkan terjadinyakeruntuhan/pergerakan. Biasanya, faktor pemicu

mudahditentukan setelah terjadinya tanah longsor (meskipun secaraumum

sangatlah sulit menentukan secara pasti kejadian alamyang memicu

(terjadinya tanah longsor dari sebuah peristiwakeruntuhan/pergerakan). Secara

umum, ketidakstabilan lerengatau mekanisme kegagalan struktur dapat

dikelompokkan padapeningkatan nilai tegangan geser dan kuat geser tanah

(Varnes,1978).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemantapan lereng, antara

lain:

1. Penyebaran batuan

Penyebaran dan keragaman jenis batuan sangat berkaitan dengan

kemantapan lereng, hal ini menjadi faktor khas atau pembeda karena

mengandung poin kekuatan, sifat fisik, dan teeknis suatu jenis batuan

yang berbeda antaraa satu batuan dengan lainnya.

2. Struktur geologi

Struktur geologi juga sangat mempengaruhi kemiringan lereng atau

kemantapan lereng dan menjadi fokus perhatian dalam faktor analisis

kemantapan lereng berdasarkan struktur geologi lokal dan regional.

Di dalamnya mencakup sesar, kekar, dan bidang perlapisan,

ketidakselarasan, dan lain-lain. Struktur geologi sangat

mempengaruhi kekuatan batuan karena umumnya merupakan bidang

lemah pada batuan tersebut dab merupapkan tempat rembesan air

yang mempercepat proses pelapukan pada batuan.


17

3. Morfologi

Keadaan morfologi suatu daerah akan sangat mempengaruhi

kemantapan lereng di daerah tersebut. Morfologi yang terdiri dari

keadaan fisik, karateristik, dan permukaan bumi, sangat menentukan

laju erosi dan pengendapann yang terjadi, serta arah lajur air tanah

yang terjadi dan proses pelapukan batuan.

4. Iklim

Iklim sangat mempengaruhi temperatur dan curah hujan, sehingga

berpengaruh pula pada proses pelapukan. Di daerah troipis yang

terkenal dengan kondisi iklim yang panas, lembab, curah hujan

tinggi akan menyebabkan proses pelapukan batuan jauh lebih cepat

dari daerah yang beriklim sub-tropis. Karena itu ketebalan tanah di

daerah tropis lebih tebal.

5. Tingkat pelapukan

Tingkat pelapukan mempengaruhi sifat-sifat asli dari batuan,

misalnya angka kohesi, sudut geser dalam, bobot isi, dan lain-lain.

Semakin tinggi tingkat pelapuak maka semakin tinggi angka

pelapukannya atau kekuatan batuannya menurun.

6. Hasil Kerja Manusia

Selain faktor alamiah, manusia juga memberikan andil yang

berpengaruh terhadap kestabilan lereng, seperti penebangan pohon,

penggalian saat penambangan, dan lain-lain, yang menyebabkan

erosi dan longsoran karena keadaan yang kurang stabil.


18

7. Geometri lereng

Pada faktor geometri lereng ini ada tiga komponen penting yang

memegang kendali kestabilan lereng, yakni konfigurasi antar

jenjang, sudut antar jenjang, dan sudut lereng total. Dimana lereng

yang terlalu tinggi menjadi lebih tidak stabil sehingga cenderung

mudah longsor dari pada longsor yang tidak terlalu tinggi padfa

batuan yang sama. Maka makin besar kemiringan lereng atau tingkat

kecuramannya semakin besar maka semakin mungkin terjadinya

kelongsoran.

3.3 Longsor dan Jenis-jenisnya

Longsor dan lereng adalah dua buah keterhubungan yang saling terikat

dengan sangat baik, dalam artian kasus terjadinya suatu longsoran kerap

kaitannya dengan kondisi lereng suatu tempat atau dengan kata lain

longosoran biasa terjadi pada suatu daerah yang memiliki kondisi geomteri

lereng yang curam.Scara umum tanah longsor diartikan sebagai perpindahan

material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah atau

material campuran tersebut yang bergerak ke bawah atau keluar lereng karena

adanya pengaruh gaya gravitasi. Biasanya longsor yang terjadi pada sebuah

lereng dikarenakan adanya aliran air yang lewat sepanjang permukaan lereng

atau terjadi ketika meluncurnya suatu volume tanah di atas suatu lapisan yang

agak kedap air yang jenuh air (Munir, 2006).Varnes 1978 (dalam Agus

Muntohar 2006: 12) menyebutkan bahwa proses tanah longsor merupakan

rangkaian kejadian yang menerus dari penyebab (causes) hingga dampak

(effect). Menghilangkan faktor penyebab tanah longsor, meskipun


19

kelihatannya mudah dilakukan, akan tetapi hal itu tidak selalu bisa dilakukan.

Secara umum proses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai

berikut: air yang meresap ke dalam tanah akanmenambah bobot tanah karena

sifatnya yang melewati pori. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap

air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah

pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar

lereng.Berkurangnya kuat geser dapat ditimbulkan karenabeberapa faktor

yaitu :

1. Meningkatnya tekanan air pori karena infiltrasi air ke dalam lereng, debit

air yang tidak terkontrol pada saluran drainase, atau gempa bumi yang

mengakibatkan naiknya tekanan air pori

2. Tanah pada lereng mengandung mineral lempung yang mengembang

sehingga mudah menyerap air tetapi dapat menghilangkan lekatan tanah

3. Keruntuhan yang bertahap karena penguatan regangan geser(shear strain

softening).

Berdasarkan lingkup studi geomorfologi, maka proses lereng yang

terjadi pada suatu bentuk lahan merupakan objek studi yang amat penting

dikaji. Proses lereng seperti pelapukan longsoran berpengaruh pada

perkembangan bentuk lahan yang cenderung mengubah kondisi topografi,

tanah, batuan. Perubahan kondisi bentuk lahan oleh proses eksogen dapat

mengangu kelestarian sumber daya lahan yang amat diperlukan bagi

kelangsungan hidup vegetasi hewan dan manusia.


20

3.3.1 Jenis-jenis tanah longsor

Ada 6 jenis tanah longsor yang biasa terjadi pada kasus kemiringan

lereng, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok,

runtuhan batuan, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan, di mana dua

diantaranya sering terjadi di wilayah Indonesia, yakni longsoran translasi

dan rotasi, sedangkan longsoran yang biasa terjadi dalam skala besar yakni

aliran bahan rombakan yang sering memakan korban jiwa.

1. Longsoran Translasi

Longsoran translasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang-landai juga bisa

diartikan sebagai tanah longsor yang terjadi pada bidang gelincir yang

hampir tegak lurus dan sejajar dengan muka tanah yang bersifat

bergerak dalam suatu jurusan.

Sumber: Dr. Eng. Agus S. Muntohar, M. Eng. Sc, 2006

Gambar 3.3 Longsoran Translasi

2. Longsoran rotasi

Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada

bidang gelincir berbentuk cekung.


21

Sumber: Agus S. Muntohar, 2006

Gambar 3.4 Longsoran Rotasi

3. Pergerakan Blok

Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerakpada bidang

gelincir berbentuk datar dan/atau landai. Longsoran ini disebut juga

longsoran translasi blok batu dikarenakan material longsoran

didominasi oleh batuan dengan jumlah yang sangat banyak.

Sumber: Agus S. Muntohar, 2006

Gambar 3.5Longsoran Pergerakan Blok

4. Runtuhan Batu

Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain

bergerak ke bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya longsoran ini

terjadi pada lereng yang terjal atau curam dan sering ditemukan pada
22

lereng di pinggiran pantai. Pada akhirnya batu-batu besar yang jatuh

dapat menyebabkan kerusakan yang parah.

Sumber: Agus S. Muntohar, 2006

Gambar 3.6 Runtuhan Batuan

5. Rayapan Tanah

Rayapan Tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat

dengan jenis tanah penyusunnya berupa butiran kasar dan halus.

Jenistanah longsor ini hampir tidak dapat dikenali. Longsoran jenis ini

dangat sulit dideteksi dan setelah waktuyang cukup lama longsor jenis

rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon, atau rumah

miring.

Sumber: Agus S. Muntohar, 2006

Gambar 3.7 Longsoran Rayapan Tanah

6. Aliran Substitusi
23

Jenis longsoran ini terjadi ketika massa tanah bergerak karena adanya

faktor dorongan oleh karena pergerakan air. Kecepatan aliran

tergantung pada kemiringan lereng, volume, dan tekanan air, serta jenis

materialnya. Gerakannya terjadi di sepanjang lembah dan mampu

mencapai ratusan meter jauhnya, di beberapa tempat bisa sampai ribuan

meter seperti di daerah aliran sungai dan di sekitar gunung berapi.

Dampak dari aliran tanah ini dapat menelan korban cukup banyak.

Sumber: Agus S. Muntohar, 2006

Gambar 3.8 Aliran Substitusi

3.4 Sifat Fisik Tanah dan Mekanika Tanah

Sifat fisik tanah dan mekanika tanah adalah dua unsur yang sangat

berguna dalam pembacaan dan perencanaan sebuah lereng di mana hasil

perhitungan dengan metode tertentu untuk mendapatkan nilai Fakto

Keamanan (FK) bisa kita dapatkan dan katakan kondisi lereng dalam keadaan

aman dan stabil.

3.4.1 Sifat fisik tanah


24

Sifat fisik tanah yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah:

kadar air optimum, berat jenis, porositas, derajat kejenuhan, dan

permeabilitas.

3.4.1.1 Kadar air optimum

Penentuan kadar air optimum dalam persen dilakukan pada

skala laboratorium adalah dengan malakukan pemadatan pada

sampel tanah yang diambil dari lapangan dengan 25 tumbukan

untuk memadatkan yang ditentukan dengan penumbuk massa 2.5

kg dan tinggi jatuh tumbukan adalah 30 cm diukur dari

permukaan padatan.

Kadar air yang memberikaan pembacaan berat kering yang

maksimal disebut kadar air optimum. Untuk contoh tanah yang

berbutir halus, untuk mendapatkan kadar air optimumnya yakni

menggunakan standar batas palstis dari contoh tanah tersebut.

Kadar air optimum bisa dicari menggunakan rumus (Wesley,

1977) berikut:

Ww
w= x 100% ................................................................... (3.1)
Ws

Di mana: w = kadar air (%)

Ww = berat air (gr)

Ws = berat tanah contoh kering (gr)

Berat isi basah/Unit weight or density (γ) adalah

perbandingan antar berat tanah seluruhnya terhadap isi tanah

seluruhnya. Hal ini tergantung pada berat masing-masing butiran

tanah yang ada, jumlah total partikel yang ada, dan jumlah air
25

yang adal di dalam rongga. Berat isi tanah dicari menggunakan

rumus (Wesley, 1977):

W
γb = .....................................................................................(3.2)
V

di mana: γb = berat isi tanah (gr/cm3)

W = berat contoh basah (gr)

V = volume cetakan (cm3)

Berat isi kering/dry density (γd) adalah perbandingan antar

berat butir terhadap isi tanah seluruhnya. Berat isi kering ini dicari

menggunakan rumus berikut (Wesley, 1977):

γ b x 100
γd = ...................................................................... (3.3)
100+ w

di mana: γd = berat isi kering (gr/cm3)

γb = berat isi basah (gr/cm3)

w = kadar air (%)

Porositas adalah perbandingan antara volume pori dan

volume tanah total, yang dicari menggunakan rumus berikut

(Wesley, 1977):

Vv
n= ...................................................................................... (3.4)
V

di mana: n = porositas

Vv = volume pori (cm3)

V = volume cetakan (cm3)

Garis kepadatan tanah atau zero air void merupakan garis

kepadatan tinggi tanpa adanya rongga udara. GKT diperoleh

dengan menggunakan rumus berikut (Wesley, 1997):


26

Gs+ γw
ZAV = ...................................................................
1+(Gsxw )

(3.5)

di mana: Gs = nilai berat jenis (gr/cm3)

γw = Berat jenis air (gr/cm3)

w = kadar air (%)

Derajat kejenuhan didefenisikan sebagai perbandingan

antara volume air dan volume pori, yang dicari menggunakan

rumus berikut (Wesley, 1977):

Vw
Sr = ................................................................................... (3.6)
Vv

di mana: Sr = derajat kejenuhan

Vw = volume air (cm3)

Vv = volume pori (cm3)

3.4.1.2 Berat jenis

Harga berat jenis dari butiran contoh tanah berperan

penting dalam berbagai keperluan penelitian, terkhususnya bagian

mekanika tanah, yang secara akurat didapatkan dari penilitian

reguler di laboratorium. Secara harafiah, berat jenis diartikan

sebagai perbandingan antara berat isi bahan terhadap berat isi air.

Adapun rumusan perhitungan berat jenis (Bowles, 1991) sebagai

berikut:

Wt
Gs= ........................................................................
(W 5−W 3)

(3.7)

Di mana: Gs = berat jenis


27

Wt = berat contoh (gr)

W3= berat pinometer + air + contoh (gr)

W5= (berat piknometer + contoh) - (berat

piknometer) + (berat piknomter + air) (gr)

3.4.1.3 Permeabilitas

Permeabilitas didefenisikan sebagai sifat bahan berongga

yang memungkinkan air atau cairan lainnya untuk menembus

atau merembes melalui hubungan antar pori.Bahan yang

mempunyai pori-pori kontinu disebut dapat tembus (permeable)

(Dr. Ir. H. Darwis, M. Sc., 2018).

Semua jenis tanah bersifat permeabilitas dimana air

merembes melalui ruang-ruang kosong (pori-pori) yang terdapat

diantara butiran tanah. Koefisien permeabilitas tergantung pada

ukuran rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran

partikel, bentuk partikel dan struktur tanah. Karena semua pori di

dalam tanah saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya,

sehingga air dapat mengalir dari titik yang berenersi tinggi ke titik

yang berenersi rendah. Bentuk aliran fluida didalam tanah dapat

berbentuk aliran laminar atau berupa aliran turbulen, tergantung

pada tahanan terhadap aliran tersebut di dalam massa tanah.

Untuk skala laboratorium, permeabilitas dapat dicari

menggunakan rumus sebagai berikut (Braja M. Das, 2006):

L h1
k =0.025 log ............................................................... (3.8)
t h2

Di mana: k = kofisien permeabilitas (cm/s)


28

L = panjang atau tinggi sampel (cm)

t = waktu pengamatan (s)

h1= tinggi head mula-mula (cm)

h2= tinggi head akhir (cm)

3.4.2 Mekanika tanah

Selain pengujian sifat fisik tanah untuk skala laboratorium, ada

pula pengujian sifat mekanika tanah untuk mendapatkan nilai sifat-sifat

mekanika tanah untuk penentuan kestabilan lereng antara lain sudut geser

dalam dan nilai kohesi.

3.4.2.1 Uji geser langsung (direct shear test)

Uji geser langsung yang dilakukan pada laboratorium

dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan

melakukan percoban direct shear dengan cara mengubah-ubah

tegangan axial pada beberapa contoh tanah atau sampel sehingga

diperoleh tegangan geser. Kuat geser batuan merupakan perlawanan

internal batuan terhadap tegangan yang bekerja sepanjang bidang geser

dalam batuan tersebut, yang dipengaruhi oleh karakteristik intrinsik

dan faktor eksternal. Kuat geser batuan sangat berguna sebagai

parameter rancangan kestabilan lereng pada tambang terbuka. Oleh

karena itu, sebelum mendesain lereng, kita perlu mengetahui

parameter-parameter kuat geser batuan, yaitu kohesi (c) dan sudut

gesek dalam (ɸ) yang diperoleh dengan melakukan pengujian uji geser

langsung di laboratorium di mana pengujiannya dengan memakai nilai

tegangan normal yang berbeda-beda. Adapun gaya yang bekerja pada


29

alat uji kuat geser ini diberikan tegangan normal yang searah vertikal

dan contoh batuan diberikan tegangan geser hingga mencapai nilai

maksimum (L. D. Wesley, 2017).

Dalam pengamatan tentang geser langsung ini, pegangan yang

harus kita pahami adalah perubahan contoh tanah pada arah horizontal

disesuaikan dengan Ws = keadaan jenis tanahnya, sehingga akan

diperoleh garis yang memberikan hubungan antara tegangan geser

dengan tegangan normalyang bisa diperoleh dengan pemberian

tegangan normal yang berbeda-beda sehingga bisa hasil pembacaan

bisa ditampilkan dalam bentuk grafik tegangan geser dan tegangan

seperti gambar di bawah ini Oleh karena itu, kekuatan tanah

tergantung kepada gaya-gaya yang bekerja di antara butirnya.

Sumber: Braja M. Das, Mekanika Tanah, 1993

Gambar 3.9 Hubungan Tegangan Geser dan Tegangan Normal untuk Nilai

Teganan Normal yang Berbeda-beda pada Contoh Tanah Berpasir

a. Defenisi kohesi (c) dan sudut geser dalam (ɸ)

Dalam mendesain kemiringan lereng, batuan atau tanah

diasumsikan sebagai material Coulomb di mana kuat geser pada


30

permukaan bidang gelincir diwakili oleh nilai kohesi (c) dan sudut

geser dalam (ɸ) (Coulomb, 1773). Diasumsikan bahwa banyaknya

sampel diambil dari blok batuan yang lunak dan bidang diskontinu

planar. Di mana, bidang diskontinu tersebut terdiri atas material

yangtersemenkan seperti adanya faktor regangan yang bergerak ke

dua bagian dari sampel dan memisahkannya. Masing-masing

sampel tersubyekkan dari arah sudut kanan ke arah permukaan

bidang diskontinu (tegangan normal, σ) dan kekuatan yang

mempengaruhi pada arah pararel ke bidang diskontinu (tegangan

geser, τ). Sementara itu, pemindahan tegangan (δs) ditunjukkan

oleh gambar 3.10a. Untuk tes dengan tegangan normal yang

konstan, perbandingan tegangan geser terhadap pemindahan

tegangan ditunjukkan oleh gambar 3.10b. untuk nilai pemindahan

yang kecil, spesimen memiliki reaksi yang elastis dan tegangan

geser meningkat pada satu garis lurus dengan pemindahan.

Pergerakan gaya penahan yang berulang-ulang membuat kurva

menjadi tidak linear dan mencapai nilai maksimum yang

direpresentasikan sebagai puncak kuat geser bidang diskontinu.

Untuk itu, tegangan dibutuhkan untuk mengurangi terjadinya

pemindahan dan pada akhirnya mencapai nilai kekuatan geser

residual yang konstan.Jika nilai tes kekuatan geser maksimum

untuk nilai tegangan normal yang berbeda-beda dimasukkan,

hubungannya ditunjukkan pada gambar 3.10c, sehingga diperoleh

sebuah diagram Mohr 1900 (dalam Duncan C. Willy, 2005: 80)


31

.Dari keterhubungan ini kita peroleh kecocokan garis linear dan

kemiringan garis adalah sama untuk sudut geser dalam maksimum

(ɸp). Kedua, garis dengan tegangan geser merepresentasikan kohesi

(c) dari material yang tersemenkan tersebut. Komponen kohesi dari

kuat geser total berbeda dengan tegangan normal, tetapi komponen

sudut geser dalam meningkat seiring peningkatan nilai tegangan

normal. Berdasakan gambar 3.10c, adapun rumusan yang

digunakan untuk mengetahi nilai kekuatan geser tanah yang

dikemukan oleh Coulomb mengikuti perseamaan berikut ini

(Duncan C. Wyllie, dkk, 2005):

τ = c + σn tan ɸp ........................................................................ (3.9)

di mana: τ = kuat geser (MPa)

c = kohesi (MPa)

σn = tegangan normal (MPa)

ɸp = sudut geser dalam (0)


32

Sumber: Duncan C. Wyllie, dkk, 2005

Gambar 3.10 Hubungan antara Tegangan geser dan Tegangan Normal pada

Diagram Mohr

jika nilai tegangan keser residu untuk masing-masing tegangan

normal dimasukkan pada diagram Mohr, garis kuat geser residu

ditunjukkan pada gambar 3.10d dan didefenisikan oleh persamaan

berikut:

τ = σ tan ɸr .......................................................................... (3.10)

di mana ɸradalah sudut geser dalam tanah residu.

pada pengujian kuat geser tegangan normal dapat dihitung sebagai

berikut:

beban normal
tegangan normal= ............................
luas penampang sampel

(3.11)

sedangkan tegangan geser dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:


33

gaya geser
tegangan geser= ................................
luas penampang sampel

(3.12)

3.5 Faktor Keamanan Lereng (FK)

Faktor keamanan lereng adalah batasan nilai atau tetapan nilai yang

menginterpretasikan keadaan lereng setelah dilakukan perencanaan dengan

bantuan software tertentu. Artinya, nilai yang didapatkan mendekati keadaan

lereng yang sebenarnya, entah stabil, kritis, atau rawan longsor, sehingga bisa

dilakukan analisis lebih lanjut lagi. Secara sederhana, faktor keamanan lereng

adalah perbandingan antara gaya penahan terhadap gaya penggerak, yang

mana di dalamnya keadaan kestabilan dari suatu lereng pada kegiatan

penambangan dipengaruhi oleh kondisi geologi daerah  setempat, bentuk

keseluruhan lereng pada lokasi tersebut, kondisi air tanah setempat, faktor luar

seperti getaran akibat peledakan ataupun alat mekanis yang beroperasi dan

juga dari teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng.Faktor

keamanan pada stabilitas lereng biasanya menyatakan rasio kekuatan bidang

longsoran akibat adanya pergerakan tegangan geser pada bidang longsor (Y.

M. Cheng, 2008)

Suatu cara yang umum untuk menyatakan kestabilan suatu lereng

penambangan adalah dengan faktor keamanan. Faktor ini merupakan

perbandingan antara gaya penahan yang membuat lereng tetap stabil, dengan

gaya penggerak yang menyebabkan terjadinya longsor.Bertolak dari dasar

pertimbangan tersebut, kestabilan lereng (pertambangan) lebih lanjut

dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanika
34

batuan serta gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut. Namun perlu

diketahui, bacaan nilai faktor keamanan (FK) yang diperoleh dari analisis

menggunakan software tertentu tidaklah menjamin 100% keamanannya atau

kekuatan batuan batuan tersebut. Hal ini dipicu karena adanya faktor kurang

teliti atau human error saat pengambilan data di laboratorium, sehingga di

kenal adanya faktor keamanan minimum dengan suatu nilai tertentu yang

disarankan sebagai batas faktor keamanan terendah yang masih aman sehingga

lereng dinyatakan stabil atau aman.

Tabel 3.1 Kisaran Nilai Faktor Keamanan Lereng (Ward, 1978)

Nilai Faktor Keamanan Intensitas Longsor

FK < 1,07 Longsor Sering Terjadi

1,07>Fk>1,25 Lereng dalam Kondisi Kritis

FK > 1,25 Lereng Stabil

Adapun rumus perhitungan faktor keamanan berdasarkan pengertian

di atas adalah sebagai berikut:

gaya penahanlongsor
FK = ................................................ (3.13)
gaya penggerak longsor

Dengan ketentuan, jika;

FK > 1,07 : lereng dinyatakan aman

FK < 1,25 : lereng tidak stabil

FK = 1,07 : lereng dalam kondisi kritis

3.6 Metode Perhitungan Keamanan Lereng (FK): Mohr Coulomb dan

Metode Spencer
35

Ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam perhitungan

faktor keamanan lereng dengan bantuan salah satu software Rocscience Slide

6.0, seperti, Metode Janbu, Metode Spencer, Metode Bishop Simplified, Dan

Metode Fellenius atau Irisan. Pemilihan salah satu metode tersebut tidak

terlalu terikat dengan keadaan lereng di lapangan dan faktor pengaruhnya,

hanya saja sekiranya pemilihan metode tersebut benar-benar mewakili

keadaan lereng yang sebenarnya. Longsoran yang terjadi pada tanah dan pasir

pada umumnya adalah longsoran busur, sedangkan untuk batuan yang

sifatnya lebih keras dengan kuat tekan >10 Mpa, dan tidak mempunyai

banyak bidang rekah terjadi longsoran lain yaitu longsoran baji, longsoran

bidang dan longsoran guling.

Pada Gambar 3.11 memperlihatkan suatu kriteria keruntuhan

berdasarkan kriteria Mohr-Coulomb. Kriteria Mohr-Coulomb ini pada

dasarnya digunakan untuk mendeskripsikan kekuatan tanah yang akan

diamti. Hipotesis utama dari penggunaan kriteria Mohr-Coulomb adalah

adalanya kombinasi tegangan normal dan tegangan geser yang menciptakan

banyak batasan nilai kritis lereng dari apa yang kita temukan jika dan hanya

jika tegangan utama atau tegangan geser maksimum dianggap berdiri sendiri

(L. W. Abramson, 2002). Kekuatan gesek material menurut Mohr-Coulomb

terdiri dari dua komponen yaitu kohesi dan sudut gesek dalam.
36

Sumber: Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.11 Sudut Geser Dalam dan Kohesi

Berdasarkan kriteria Mohr –Coulomb didapatkan persamaan:

τ = c + σn tan ϕ ............................................................. (3.14)

Keterangan :

P
σn =
A

w cos α
σn =
A

A = Luas dasar dari blok

P = Gaya normal efektif pada dasar irisan 13

α = Kemiringan bidang

w = Gaya berat blok

w cos α
maka: τ = c + tanϕ ....................................................... ( 3.15)
A
37

Gambar 3.12 memperlihatkan gaya – gaya yang bekerja pada suatu

blok yang berada pada suatu bidang miring yang mempunyai sudut

kemiringan sebesarα.

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.12 Mekanisme Luncuran Blok

Gaya geser yang bekerja (S) untuk menahan geseran pada dasar blok

dinotasikan sebagai ( S = τ A ), sehingga diperoleh persamaan

S = c A + w cos α tan ϕ .............................................................(3.16)

Benda dalam keadaan setimbang atau dalam keadaan kritis dapat

digambarkan sebagai berikut :

w sin α = c A + w cos α tan ϕ .................................................... (3.17)

Bila nilai kohesi (c) = 0, maka keadaan setimbang dapat

dinyatakan :

α = ϕ ....................................................................................................... (3.18)

Keterangan : τ = kuat gesek (kN/m2)

σn = Tegangan normal (kN/m2)


38

ɸ = Sudut gesek dalam (°)

c = Kohesi (kN/m2)

Jadi, apabila blok yang berada pada suatu bidang dengan

kemiringan α dalam kondisi kering dan mempunyai nilai kohesi = 0, maka

blok dalam keadaan setimbang apabila α = ϕ

Keberadaan air pada massa batuan dapat berpengaruh terhadap

kesetimbangan pada batuan tersebut. Air akan memberikan tekanan sebesar

u atau gaya angkat air sebesar U = u.A dengan A adalah luas dasar blok.

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.13 Blok Berisi Air di Atas Bidang Miring

Gaya angkat air U dapat memperkecil tegangan normal pada

bidang luncur (σn = W cos α – U), maka persamaan (3.16) menjadi:

S = c.A + (W cos α – U) tan ɸ ............................................(3.19)

Pada kondisi batas setimbang, blok tersebut akan dikenakan gaya

oleh gayadorong air sebesar V, sehingga akan memperbesar gaya penyebab

longsor, yangdapat dijabarkan sebagai berikut:

W sin α + V = c.A + (W cos α – U) tan ɸ .............................( 3.20)


39

Keterangan :

S = Gaya penahan (kN)

U = Gaya angkat air (kN)

u = Tekanan air pori

V = Gaya dorong air (kN)

3.6.1 Metode irisan

Salah satu metode yang dikembangkan dalam menganalisa

kestabilan suatu lereng adalah metode irisan. Analisis lereng dengan

metode irisan menganggap bahwa tanah diatas bidang keruntuhan terdiri

atas beberapa bagian blok-blok tanahkecil atau irisan tanah (gambar

3.14a). Gaya normal yang bekerja pada suatu titik di lingkaran bidang

longsor, terutama dipengaruhi olehberat tanah di atas titik itu. Analisis

keseimbangan gaya kemudian dilakukan pada setiap irisan tersebut.

Gambar 3.14b menunjukkan satu irisan dengan gaya-gaya yang bekerja

padanya. Gaya ini terdiri atas gaya geser (V1 dan V2) dan gaya normal

efektif (E1 dan E2) disepanjang sisi irisannya, dan juga resultan gaya

geser efektif (Ti) dan resultan gaya normal efektif (Ni) yang bekerja di

sepanjang dasaririsannya. Gaya akibat tekanan air pori U1 dan U2

bekerja di kedua sisinya, dan gaya tekan air pori (Ui) bekerja pada

dasarnya. Dianggap tekanan air pori sudah diketahui sebelumnya.Untuk

menyelesaikan analisis stabilitas lereng dengan metode irisan terdapat

beberapa metode pendekatan seperti metode Swedia, Bishop, dan

Morgenstern. Penentuan angka keamanan lereng membutuhkan paling


40

sedikit satu asumsi yang berkenaan dengan gaya-gaya antaririsan

(interslice force). Asumsi yang paling umum dibuat adalah yang

berkenaan dengan arah, besar dan titik kerja (point of application) dari

gaya-gaya antar irisan.

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981

Gambar 3.14 Gaya-gaya yang Bekerja Pada Irisan

Berdasarkan kondisi kesetimbangan yang dapat dipenuhi,

metode irisan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:

a. Metode yang tidak memenuhi kedua kesetimbangan gaya dan momen,

antara lain metode biasa, Metode Bishop Disederhanakan (Simplified

Bishop Method) dan Metode Janbu Disederhanakan (Simplified Janbu

Method)
41

b. Metode yang memenuhi kondisi kesetimbangan gaya dan momen ,

antara lain Metode Spencer, Metode Morgenstern-Price dan Metode

Kesetimbangan Batas Umum (Generalizid Limit Equilibrium Method).

Setiap metode memiliki asumsi dasar yang berbeda dalam penentuan

angka keamanan stabilitas lereng. Prinsip dasar dihitung dari perbandingan

antara kuat geser tanah (τf) dengan gaya dorong tanah (τ), atau perbandingan

dari momen tahan RM (Resisting Moment) dengan momen dorong DM

(Driving Moment).

τf RM
SF = atau SF = ........................................................................ (3.21)
τ DM

 Metode bishop yang disederhanakan

Salah satu jenis metode irisan yang digunakan dalam menganalisa nilai

Faktor Keamanan adalah Metode Bishop, dimana dalam metode ini

mengabaikan gaya gesek antar irisan dan kemudian mengasumsikan

bahwa gaya normal cukup untuk mendefinisikan gaya- gaya antar irisan.

(Bishop, 1955). Gaya normal di dasar dan tiap irisan ditentukan dengan

menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal (E. N. Bromhead, 2005).


42

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray,1981

Gambar 3.15 Gaya-gaya yang Bekerja pada Irisan (Metode Bishop yang

Disederhanakan)

Perhitungannya adalah:

Kesetimbangan vertikal: P cos α + S sin α = W + Xn - Xn+1

Bila P’ = P-u.l maka:

tan ɸ cl sin α
(P-ul) cos α + u.l cos α + (P-ul) sin α + = W + Xn - Xn+1
F F

tan ɸ cl sin α
(P-ul) cos α + (P-ul) sin α = W + Xn - Xn+1 - u.l cos α -
F F

Jika Xn-Xn+1 dianggap sama dengan nol, maka:

cl sin α
(P-ul)=
W −l( [ F ]
+u . cos α )
.................................................(3.22)
tan ɸ
cos α + .sin α
F

Jika b= l cos α, substitusikan nilai b= l cos α dan persamaan (3.22) ke

persamaan (3.20) sehingga persamaannya menjadi:


43

1 {(c . b)+ ( W – b . u ) tan ɸ}sec α


Σ
FK = ΣW sin α tan ɸ. tan α ............................ (3.23)
1+
F

1
Σ [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
FK = cos α (1+ tan ɸ. tan α / F) ............. (3.24)
ΣW sin α

1
Dengan pemisalan Mi = , sehingga
cos α (1+ tan ɸ . tan α /F )

persamaannya menjadi:

1
Σ [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
FK = Mi ............................................... (3.25)
ΣW sin α

Dimana:

Keterangan:

FK : Faktor Keamanan

S : kuat gesek efektif (kN)

s : kuat gesek yang ada (kN)

c : kohesi efektif (kPa)

P’ : gaya normal efektif pada dasar irisan (Kpa)

ɸ : sudut gesek dalam efektif (0)

u : tekanan air pori (kPa)

F : FK

l : panjang dasar irisan (m)

W : berat irisan (kN)

b : lebar irisan (m)

R : radius lingkaran bidang gelincir

Xn,Xn+1 : gaya-gaya vertikal pada batas irisan (kN)


44

En,En+1 : gaya-gaya horisontal pada batas irisan (kN)

 Metode jandu yang disederhanakan

Janbu merumuskan persamaan umum kesetimbangan dengan

menyelesaikan secara vertikal dan horizontal pada dasar tiap-tiap irisan

dengan memperhitungkan seluruh kesetimbangan gaya (Lihat gambar

3.14). Janbu juga mengembangkan metode yang mirip dengan metode

bishop sederhana (simplified bishop method) yang dikenal dengan

metode janbu sederhana (simplified janbu method). Metode ini memiliki

asumsi sama dengan metode bishop yang mengasumsikan bahwa gaya

normal antar irisan diperhitungakan tetapi gaya geser antar irisan

diabaikan atau bernilai nol (XL -XR = 0). Perbedaan antara metode

bishop sederhana dan metode janbu sederhana terletak pada penurunan

angka faktor keamanan. Bishop menurunkan angka faktor keamanan dari

kesetimbangan vertikal sedangkan janbu menurunkan angka faktor

keamanan dari kesetimbangan horizontal.

Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray,1981


45

Gambar 3.16 Gaya-Gaya yang Bekerja pada Irisan (Metode Janbu yang

Disederhanakan)

Perhitungannya adalah:

Kekuatan untuk menahan kestabilan lereng:

1
S= ¿....................................................................................... (3.26)
F

Gaya normal pada dasar irisan Janbu memiliki kesamaan dengan gaya

normal pada metode bishop sederhana. Gaya normal di dasar dan tiap

irisan ditentukan dengan menjumlahkan gaya- gaya dalam arah vertikal.

Kesetimbangan gaya horizontal:

S+(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α .............................................(3.27)

(Er-El) cos α = (W-(Xr-Xl)) sin α – S

1
= (W -(Xr-Xl)) tan α –( ¿ ) sec α
F

Subtitusikan persamaan (3.22) ke persamaan (3.27), sehingga diperoleh:

sec 2 α
Σ[c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
(1+ tan ɸ . tan α /F ) ........................ (3.28)
FK =
ΣW tan α

3.6.2 Metode spencer

Adapun salah satu meode yang biasa digunakan dalam

menganalisis kestabilan suatu lereng adalah Metode Spencer. Metode

Spencer merupakan metode yang dapat digunakan untuk sembarang

bentuk bidang longsor dan memenuhi semua kondisi kesetimbangan


46

gaya (Metode Janbu) dan kesetimbangan momen (Metode Bishop yang

Disederhankan) pada setiap irisan. Spencer mengamsusikan bahwa gaya-

gaya yang bekerja disekitar bidang irisan adalah parallel sehingga gaya-

gaya tersebut memiliki sudut kemiringan yang sama yaitu:

X
=konstan=tan ɸ= λ................................................................(3.29)
E

Dimana ϴ adalah sudut kemiringan resultan gaya antar irisan

Perhitungannya adalah:

Kekuatan untuk menahan kestabilan lereng:

1
S= ¿........................................................................................(3.30)
F

Kesetimbangan vertikal: P cos α + S sin α = W- (Xr-Xl).......(3.31)

Untuk turunan rumus kesetimbangan vertikal masih sama dengan

metode bishop dan janbu, yakni:

( P−ul)=W −l ¿ ¿........................................................................ (3.32)

Kesetimbangan momen menggunakan perhitungan rumus Metode

Bishop yang disederhankan yakni:

1
Σ [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
FK = cos α (1+ tan ɸ. tan α / F) ...............(3.33)
ΣW sin α

Sedangkan rumus kesetimbangan gaya menggunakan perhitungan rumus

Metode Janbu, yakni:

' sec 2 α
Σ[c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ ]( )
(1+ tan ɸ . tan α /F ) ..................................
FK =
ΣW tan α

.. (3.34)
47

Untuk menghitung Er-El digunakan rumus kesetimbangan gaya,

sehingga diperoleh:

Σ(Er-El) = Σ(W-Xr-Xl) tan α – (1/Fm Σ (cl + P-ul) tan ϕ ) sec α)...(3.35)

Setelah didapatkan nilai Er-El, maka Xr-Xl dapat dihitung menggunakan

persamaan (3.29) dengan menentukan λ terlebih dahulu dengan

menggunakan metode iterasi.

Keterangan :

S : kekuatan geser efektif (kN)

c : kohesi efektif (kPa)

P’ : gaya normal efektif pada dasar irisan (kPa)

ɸ : sudut geser dalam efektif (0)

u : tekanan air pori

F : FK

l : panjang dasar irisan (m)

W : berat irisan (kN)

b : lebar irisan (m)

XR,XL : gaya-gaya vertikal pada batas irisan (kN)

ER,EL : gaya-gaya horisontal pada batas irisan (kN)

λ : Skala dari sudut yang terbentuk oleh gaya normal dan gaya gesek

pada sisi irisan

Fm : Faktor Keamanan moment

Ff : Faktor Keamanan gaya

Pada metode Spencer, gaya antar irisan dan gaya normal tidak

diabaikan, tapi untuk mencari angka faktor keamanan pada iterasi


48

pertama (Xr-Xl) dianggap 0 (nol) , sehingga (Er-El) dapat ditentukan.

Untuk iterasi yang kedua terlebih dahulu asumsikan nilai λ, kemudian

cari nilai (Xr-Xl) dengan persamaan (3.29). Nilai (Xr-Xl) yang telah

didapatkan digunakan untuk menghitung nilai P kembali untuk

menentukan F berikutnya. Angka faktor keamanan yang tepat untuk

analisis dengan metode Spencer akan diperoleh ketika Ff = Fm. Untuk

memperoleh nilai Ff = Fm, diperlukan grafik perbandingan antara FK

dengan pengaruh ϴ seperti gambar 3.17

Sumber: Offy Eveny, Skripsi, 2014

Gambar 3.17 Grafik Hubungan Nilai Kesetimbangan Gaya dan Kesetimbangan

Momen sebagai Nilai FK Metode Spencer

3.7 Software Rocscience Slide V 6.0

Rocscience Slide V6.0 adalah salah satu jenis perangkat lunak

analisis stabilitas lereng yang paling komprehensif, memiliki fitur yang


49

lengkap dengan analisis elemen hingga rembesan air tanah, pengunaan cepat,

sensitivitas, analisis probabilistik dan desain pendukung. Semua jenis tanah,

batuan lereng, tanggul, bendungan dan dinding penahan tanah dapat

dianalisis. Ada berbagai metode yang biasa digunakan untuk menganalisis

faktor keamanan dari suatu lereng, seperti Metode Janbu, Metode Bishop,

Metode Spencer, dan Metode Irisan atau Fellenius.

Formulasi yang komprehensif dari Slide V6.0 membuatnya mampu

menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun

yang kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan

faktor keamanannya. Slide V6.0 dapat diterapkan pada analisis dan pekerjaan

perancangan dalam bidang geoteknik, sipil, dan penambangan. Pada

prinsipnya, penggunaan software ini akan menjadi satu kesatuan dalam

perhitungannya dengan Miscrosoft Excel, sebagai bagian dari inputan data

lapangan atau laboratorium yang sudah didapatkan pada pengujian tanah.

Dalam menganalisis suatu lereng penambangan dengan Software Slide V6.0,

maka dibutuhkan data masukan berupa hasil uji sifat fisik dan sifat mekanik

dari tanah atau batuan penyusun lereng tersebut yaitu berupa bobot isi kering,

bobot isi jenuh, kohesi, dan sudut geser dalam. Dari data-data masukan

tersebut kemudian diolah dengan bantuan Slide V6.0 sehingga dihasilkan data

keluaran yaitu faktor keamanan untuk lereng yang dianalisis.


50

Sumber:Tangkapan Layar Software Rocscience Slide V6.0

Gambar 3.18 TampilanSoftware Rocscience Slide V6.0


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Studi Literatur

Tahap pertama yang perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian

lapangan dan pengamatan lapangan adalah mengumpulkan dan mempelajari

berbagai literatur yang dijadikan sebagai sumber acuan dalam pengamatan

mengenai kestabilan lereng ini. Tak terlepas dari itu, sumber yang digunakan

pula tak terbatas pada buku-buku cetak melainkan juga dari artikel, jurnal,

tulisan ilmiah, dan juga sumber lainnya dari internet yang dijadikan sebagai

sumber tambahan dan sedianya berguna sebagai tata cara berpikir dalam

penelitian mengenai kemiringan lereng ini dan penyusunan laporan.

4.2 Lokasi Pengambilan Sampel Penelitian

Pengambilan sampel tanah yang berupa sampel terganggu

(disturbed sample) dan sampel tidak terganggu (undisturbed sample)

bertempat di Ruas Jalan Jalur 40, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur,

tepatnya berada pada koordinat, sedangkan lokasi pengamatan mengenai sifat

fisik dan mekanika tanah bertempat di Laboratorium Pekerjaan Umum (Lab.

PU), Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

4.3 Metode Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah yang digunakan dalam pengamatan sifat fisik dan

mekanika tanah terdiri atas dua jenis yakni sampel tidak terganggu dan sampel

terganggu. Metode pengambilan sampel tanah untuk sampel yang tidak

50
51

terganggu (undistrubed sample) dengan menggunakan pipa paralalon yang

ditancapkan sedalam 50 cm untuk tiga titik berbeda (atas, tengah, dan bawah)

dan kemudian dibungkus menggunakan kertas aluminium foil untuk menjaga

keaslian tanah atau ke-in-situ-annya sehingga tanah tetap fresh. Sedangkan

metode pengambilan sampel tanah yang terganggu (disturbed sample) yakni

dengan menggali sedalam 20 cm pada titik yang sama dengan pengambilan

sampel tanah tidak terganggu.

Sampel tanah yang sudah diambil kemudian dibawa ke

Laboratorium PU Provinsi NTT untuk kemudian dilakukan pengamatan sifat

fisik dan mekanika tanah. Adapun dalam metode pengambilan sampel ini

diharuskan untuk mengukur dimensi geomteri lereng untuk memperoleh

model visual lereng nantinya.

A B
52

C D

Gambar 4.1 (a) Metode Pengambilan Sampel, (b) Pengukuran Dimensi Geometri

Lereng, (c) Pengambilan Sampel Terganggu, (d) Penampakan Geometri Lereng

4.4 Pengujian dan Pengamatan di Laboratorium

Pengujian dan pengamatan yang dilakukan untuk skala laboratorium

berupa pengujian sifat fisik tanah dan pengujian sifat mekanika tanah.

4.4.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah

Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan dilaboratorium

untuk contoh tanah yang telah diambil dari lapangan adalah bertujuan

untuk mendapatkan nilai dari sifat-sifat fisik tanah seperti kadar air, berat

jenis, dan permeabilitas tanah.

4.4.1.1 Uji Kadar Air Optimum

Pengujian kadar air optimum bertujuan untuk memperoleh

persentase kadar air dalam tanah sebagai perbandingan antara berat

air yang terkandung dalam tanah terhadap berat butir tanah kering

yang dinyatakan dalam persen (%). Dalam pengujiannya, hal


53

pertama yang perlu dilakukan adalah pengujian pemadatan tanah

yang telah lolos saringan nomor 4 sebanyak 5 sampel untuk masing-

masing titik pengambilan contoh tanah.

4.4.1.2 Pengujian Berat Jenis

Pengujian berikutnya yang termasuk dalam pengujian sifat

fisik tanah adalah pengujian berat jenis yang merupakan

perbandingan antara berat isi butir terhadap berat isi air pada

temperatur dan volume yang sama yang bertujuan untuk

menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya.

4.4.1.3 Pengujian Permeabilitas Tanah

Pengujian sifat permeabilitas tanah bertujuan untuk

memperoleh nilai koefisien permeabilitas (k) dari sampel tanah

yang diuji di laboratorium, sehingga nilai koefisien tersebut dapat

menentukan sifat tanah berdasarkan sifat permeble atau

impermeable.

4.4.2 Pengujian Sifat Mekanika Tanah (Uji Kuat Geser Langsung)

Pengujian mekanika tanah terhadap sampel yang diambil dari

lokasi penelitian bertujuan untuk memperoleh nilai sifat mekanika tanah

yang kemudian digunakan untuk menganalisis kondisi kestabilan lereng

seperti nilai sudut geser dalam dan kohesi yang diperoleh dari pengujian

kuat geser langsung (direct shear test). Adapun kedua nilai tersebut
54

nantinya menjadi inputan pada analisis kestabilan lereng menggunakan

Software Rocscience Slide V6.0.


55

4.5 Diagram Alir Peneltian


Analisis Stabilitas Lereng berdasarkan perhitungan Software Rocscience
Slide V6.0 Metode Spencer Di Ruas jalan Jalur 40 Sikumana,
Kota Kupang, NTT.

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana kondisi dan atau nilai geometri lereng aktual di lapangan dan hasil pengujian
sifat fisik dan mekanik di laboratorium ?
2. Berapa nilai Faktor Kemanan (FK) untuk lereng asli di lapangan sehingga perlu untuk
diteliti berdasarkan hasil perhitungan Metode Spencer?
3. Bagaimana rancangan rekomendasi lereng berdasarkan perhitungan Metode Bishop yang
Disederhanakan pada Software Rocscience Slide V6.0 untuk nilai faktor keamanan (FK) yang
stabil?

Data Primer: Data Skunder:


Geometri aktual lereng, Peta Geologi, Artikel
Koordinat Lereng, FK aktual data curah hujan, Jurnal

Pengujian Laboratorium

Sifat Fisik tanah: Sifat Mekanika tanah:


Kadar air optimum σ; τ; ɸ; c
Berat jenis
Permeabilitas

Pengolahan data:
Analisis sampel tanah di laboratorium
berupa sifat fisik dan sifata mekanika tanah
(σ; τ; ɸ; c) dan kemudian
diolah menggunakan software
Rocscience slide V6.0

Hasil Penelitian:
Nilai FK > 1.25
Rekomendasi geomteri lereng yang stabil

KESIMPULAN

Gambar 4.2 Diagram Alir Penelitian


56

4.6 Diagram Alir Pemrograman

Mulai

Penggambaran tubuh lereng atau dimensi lereng


menggunakan software Autocad 2012
Koordinat (0,0)

Menyimpan layer permaterial


yakni external boundary dan material boundary
Dalam format “DXF”

Input Define Material Properties, identifikasi Material, Unit


Weight, Sterngth Type, Input Kohesi dan Phi tiap Lapisan,
Penentuan Bidang Gelincir, Surface Type Circular, Auto Grid,
Computee dan interpret

Mohr – Coulomb
(c, γ, ɸ)

Nilai FK <1,25
Metode Spencer Kondisi lereng tidak stabil

Rekomendasi perbaikan
Lereng stabil
lereng
FK > 1.25

Pendeskripsian geometeri lereng

selesai

Gambar 4.3 Diagram Alir Pemrograman


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan dan analisis mengenai kestabilan lereng memerlukan data-

data hasil pengujian laboratorium berupa pengujian sifat fisik tanah dan pengujian

sifat mekanika tanah yang nantinya sangat berguna sebagai data inputan yang

menginterpretasikan kondisi visual lereng dan/atau memberikan pembacaan

mengenai model lereng yang asli dan yang ingin dicapai.

5.1 Pengujian Sifat-sifat Fisik Tanah

Pengujian sifat fisik tanah terhadap contoh tanah yang dilakukan di

laboratorium PU Provinsi bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai indeks

properti dari tanah tesebut, yang di dalamnya termasuk uji pemadatan tanah

untuk mendapatkan persentase kadar air (w) yang terkandung dalam tanah,

berat isi tanah (γb), pengujian berat jenis (Gs), dan pengujian permeabilitas

untuk mengetahui perilaku tanah terhadap air yang lewat melaluinya.

Adapun ketiga sampel yang diambil kemudian diberi nama atau kode

sampel sebagai:

 Sampel atas: adalah sampel tanah yang diambil pada bagian atas dari

sebuah muka lereng yang ditetapkan sebagai titik pada ketinggian atau

elevasi paling tinggi

 Sampel tengah adalah sampel tanah yang diambil pada bagian tengah dari

sebuah muka lereng atau dalam hal ini antara titik atas (elevasi paling

tinggi) dengan titik bawah (elevasi rendah)

57
58

 Sampel bawah adalah sampel tanah yang diambil pada bagian bawah dari

sebuah muka lereng yang ditetapkan sebagai titik pada elevasi paling

rendah Titik Sampel Atas

Titik Sampel
Tengah

Titik Sampel Bawah


Gambar 5.1 Penentuan Nama Sampel berdasarkan Titik Pengambilan Sampel

Tanah

5.1.1 Pengujian Pemadatan

Pengujian pemadatan bertujuan untuk memperoleh nilai

persentase kadar air sampel, berat isi tanah (γb), berat isi kering (γd),

porositas (n), dan derajat kejenuhan.

a. Sampel atas

Tabel 5.1 Hasil Uji Pemadatan Sampel Atas

No. Pengujian Satuan 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml

1. Kadar air (w) % 5,499 11,245 15,937 17,159 18,444

Berat isi basah


2. gr/cm3 1,368 1,471 1,550 1,561 1,794
(γb)

3. gr/cm3 1,297 1,323 1,343 1,332 1,313


Berat is kering
59

(γd)

Garis kepadatan
4. 1,818 1,988 1,816 1.777 1,740
tanah

5. Porositas (n) % 86,545 79,171 74,737 77.330 81,179

Derajat
6. % 4,701 7,574 13,754 12,877 10,948
kejenuhan (Sr)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

b. Sampel tengah

Tabel 5.2 Hasil Uji Pemadatan Sampel Tengah

Satua
No. Pengujian 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml
n

1. Kadar air (w) % 9,8 12,50 13,578 17,068 19,00

Berat isi basah


2. gr/cm3 1,444 1,504 1,570 1,592 1,571
(γb)

Berat is kering
3. gr/cm3 1,352 1,360 1,382 1,360 1,320
(γd)

Garis kepadatan
4. 2,071 1,973 1,813 1,780 1,745
tanah

5. Porositas (n) % 75,550 80,308 80,965 79,570 78,209

Derajat
6. % 8,362 8,00 10,011 11.438 13,554
kejenuhan (Sr)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

c. Sampel bawah
60

Tabel 5.3 Hasil Uji Pemadatan Sampel Bawah

No. Pengujian Satuan 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml

1. Kadar air (w) % 11,513 12,281 18,865 22,679 27,961

Berat isi basah


2. gr/cm3 1,443 1,466 1,578 1,592 1,614
(γb)

Berat is kering
3. gr/cm3 1,294 1,306 1,328 1,298 1,261
(γd)

Garis kepadatan
4. 1,983 1,953 1,730 1,624 1,494
tanah

5. Porositas (n) % 74,665 73,877 68,420 72,628 74,664

Derajat
6. % 10,038 11.042 22,379 21,967 24,378
kejenuhan (Sr)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

5.1.2 Pengujian berat jenis tanah

berat jenis diartikan sebagai perbandingan antara berat isi bahan

terhadap berat isi air. Adapun rumusan perhitungan berat jenis (Bowles,

1991) sebagai berikut:

Wt
Gs=
(W 5−W 3)

5.1.2.1 Sampel atas

Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel tanah

yang lolos saringan no. 10 maka diperoleh nilai-nilai inputan dan

berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka harkat

nilai berat jenis dari sampel atas dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:
61

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Berat jenis Sampel Atas

Pengujian Hitungan Benda Uji

No. Picnometer A B

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 79.10 76.27

Berat Picnometer (gr) W1 65.69 62.22

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 13.41 14.05

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu


W3 174.52 174.54
250 C

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250 C W4 165.98 166.42

W5 = Wt + W4 (Gr) 179.39 180.47

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.87 5.93

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.753 2.369

Berat Jenis Rata-Rata (Gsa + Gsb) / 2 2.561

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Berdasarkan data pada tabel maka diperoleh nilai berat

jenis sampel atas yang diperoleh dari nilai rata-rata sampel adalah

2.561 gr/cm3.

5.1.2.2 Sampel tengah

Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel tanah

yang lolos saringan no. 10 maka diperoleh nilai-nilai inputan dan

berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka harkat

nilai berat jenis dari sampel tengah dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Berat jenis Sampel Tengah

Pengujian Hitungan Benda Uji


62

No. Picnometer C D

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 75.30 77.31

Berat Picnometer (gr) W1 62.57 63.31

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 12.73 14

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu


W3 177.00 182.21
250 C

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250 C W4 169.19 173.53

W5 = Wt + W4 (gr) 181.92 187.53

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.92 5.32

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.587 2.632

Berat Jenis Rata-Rata (Gsc+ Gsd) / 2 2.609

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Berdasarkan data pada tabel maka diperoleh nilai berat

jenis sampel tengah yang diperoleh dari nilai rata-rata sampel adalah

2.609 gr/cm3.

5.1.2.3 Sampel bawah

Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap sampel tanah

yang lolos saringan no. 10 maka diperoleh nilai-nilai inputan dan

berdasarkan perhitungan menggunakan rumus di atas, maka harkat

nilai berat jenis dari sampel bawah dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:
63

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Berat jenis Sampel Bawah

Pengujian Hitungan Benda Uji

No. Picnometer E F

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 52.35 50.82

Berat Picnometer (gr) W1 38.44 36.77

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 13.91 14.05

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu


W3 146.46 145.30
250 C

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250 C W4 137.43 137.40

W5 = Wt + W4 (gr) 151.34 151.45

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.88 6.15

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.850 2.285

Berat Jenis Rata-Rata (Gse+ Gsf) / 2 2.5675

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Berdasarkan data pada tabel maka diperoleh nilai berat

jenis sampel bawah yang diperoleh dari nilai rata-rata sampel adalah

2.5675 gr/cm3.

5.1.3 Pengujian Sifat Permeabilitas Tanah

Permeabilitas didefenisikan sebagai sifat bahan berongga yang

memungkinkan air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes

melalui hubungan antar pori.Bahan yang mempunyai pori-pori kontinu

disebut dapat tembus (permeable).

5.1.3.1 Sampel Atas

Hasil perhitungan pengujian peremeabilitas tanah terlihat

pada tabel di bawah ini:


64

Tabel 5.7 Nilai Koefisien Permeabiltias Sampel Atas

h1 h2 Log T T
h1/h2 L/t k (cm/s)
0
(cm) (cm) (h1/h2) (s) ( C)

100 94,2 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10-6

94,2 88,4 1,07 0,029 0,01 300 250 7,25 x 10-6

88,4 82,6 1,07 0,029 0,01 300 250 7,25 x 10-6


Sumber: Olahan Penulis, 2019

5.1.3.2 Sampel Tengah

Hasil perhitungan pengujian peremeabilitas tanah terlihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.8 Nilai Koefisien Permeabiltias Sampel Tengah

h1 h2 Log T T
h1/h2 L/t k (cm/s)
0
(cm) (cm) (h1/h2) (s) ( C)

100 94,8 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10-6

94,8 89,6 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10

89,6 84,4 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10


Sumber: Olahan Penulis, 2019

5.1.3.2 Sampel bawah

Hasil perhitungan pengujian peremeabilitas tanah terlihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.9 Nilai Koefisien Permeabiltias Sampel Bawah

h1 h2 Log T T
h1/h2 L/t k (cm/s)
(cm) (cm) (h1/h2) (s) (0C)
100 94 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10-6
94 88 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10
65

88 82 1,06 0,025 0,01 300 250 6,25 x 10


Sumber: Olahan Penulis, 2019

5.2 Pengujian Mekanika Tanah

Pengujian mekanika tanah pada dasarnya menerapkan aturan alat uji

kuat geser untuk memperoleh hubungan antar teganan normal (σ) terhadap

tegangan geser (τ) akibat adanya penembahan beban normal yang bervariasi.

Adapun pengujian mekanika tanah menggunakan alat uji kuat geser ini

dilakukan sebanyak 9 kali percobaan dengan rincian 3 sampel uji per titik.

Tetapan nilai konversi y ang digunakan adapun didapat dari penurunan

rumus berikut:

1 MPa = 1 N /mm2

1 kg = 9,81 N

Dimana nilai tersebut didaptkan dari rumus gaya:

F = m (kg) . a (m/s 2) (a = 9,8 m/s2 sebagai percepatan gravitasi

dengan asumsi m = 1)

9.81 9.81
1 kg/cm2 = N/mm2 atau MPa
100 100

Nilai Mpa (Mega Pascal) diubah ke satuan kPa (Kilo Pascal) dimana

9.81
dikalikan dengan 1000 = x 1000=98,1 kPa
100

5.2.1 Sampel atas


66

Pengujian kuat geser dilaboratorium dilakukan tiga kali tiap sampel

dengan berat beban yang berbeda (0,5 kg, 1 kg, dan 1,5 kg). Berikut

perhitungan untuk menentukan nilai tegangan geser maksimum:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 11

= 1,804 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,0189 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,853 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L
67

1,804 kg
=
26,41cm 2

= 0,068 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,699 kPa

Dari hasil pengujian sifat mekanika tanah Sampel Atas dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.10 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Sampel Atas

Sampel Sampel Sampel


Keterangan
AD-01 AD-02 AD-03

Diameter (cm) 5,8 5,8 5,8

Tebal (cm) 1,8 1,8 1,8

Luas penampang (cm2) 26,41 26,41 26,41

Volume (cm3) 47,53 47,53 47,53

Beban normal (kg) 0,5 1 1,5

Tegangan normal (kPa) 1,853 3,717 5,570

Tegangangeser maximum (kPa) 6,699 7,308 9,743


Sumber: Olahan Penulis, 2019
68

Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap


Tegangan Normal (σ)
12

Tegangan Geser (τ)


10
8
6
4
2
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6
Tegangan Normal (σ)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.2 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal (σ)

Sampel Atas

Dari hasil pengujian kuat geser berdasarkan nilai angka proving

ring dial maka nilai kohesi dan sudut geser dalam dapat ditentukan sebagai

berikut:

 Sudut geser dalam

ɸ = arctan ( στ 3−τ 1
3−σ 1 )

= arctan ( 9,743 kPa−6,699 kPa


5,570 kPa−1,853 kPa )

= arctan ( 3,044 kPa


3,677 kPa )
= 39,32 0

 Nilai kohesi

Berdasarkan besaran rata-rata nilai tegangan normal, rata-rata nilai

tegangan geser, dan besarnya nilai sudut geser dalam, maka:

τ = c + σ tan ɸ

7,916 kPa = c + 3,713tan (39,320)


69

c = 7,916 kPa – 3,041 kPa

c = 4,875 kPa

5.2.2 Sampel tengah

Pengujian kuat geser dilaboratorium dilakukan tiga kali tiap sampel

dengan berat beban yang berbeda (0,5 kg, 1 kg, dan 1,5 kg). Berikut

perhitungan untuk menentukan nilai tegangan geser maksimum:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 10

= 1,64 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,0189 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,853 kPa
70

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,64 kg
=
26,41cm 2

= 0,0621 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,089 kPa

Dari hasil pengujian sifat mekanika tanah Sampel Atas dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.11 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Sampel Tengah

Sampel Sampel Sampel


Keterangan
TD-01 TD-02 TD-03

Diameter (cm) 5,8 5,8 5,8

Tebal (cm) 1,8 1,8 1,8

Luas penampang (cm2) 26,41 26,41 26,41

Volume (cm3) 47,53 47,53 47,53

Beban normal (kg) 0,5 1 1,5

Tegangan normal (kPa) 1,853 3,717 5,570

Tegangangeser maximum (kPa) 6,089 6,699 7,917


Sumber: Olahan Penulis, 2019
71

Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap


Tegangan Normal (σ)
10

Tegangan Geser (τ)


8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Tegangan Normal (σ)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.3 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal (σ)

Sampel Tengah

Dari hasil pengujian kuat geser berdasarkan nilai angka proving

ring dial maka nilai kohesi dan sudut geser dalam dapat ditentukan sebagai

berikut:

 Sudut geser dalam

ɸ = arctan ( στ 3−τ 1
3−σ 1 )

= arctan ( 7,917 kPa−6,089 kPa


5,570 kPa−1,853 kPa )

= arctan ( 1,828 kPa


3,717 kPa )
= 26,20 0

 Nilai kohesi

Berdasarkan besaran rata-rata nilai tegangan normal, rata-rata nilai

tegangan geser, dan besarnya nilai sudut geser dalam, maka:

τ = c + σ tan ɸ

6,902 kPa= c + 3,713 tan (26,200)


72

c = 6,902 kPa– 1,827 kPa

c = 5,08 kPa

5.2.3 Sampel bawah

Pengujian kuat geser dilaboratorium dilakukan tiga kali tiap sampel

dengan berat beban yang berbeda (0,5 kg, 1 kg, dan 1,5 kg). Berikut

perhitungan untuk menentukan nilai tegangan geser maksimum:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 10

= 1,64 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,01893 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,853 kPa
73

 Tegangan geser:

F
τ =
L

1,64 kg
=
26,41cm 2

= 0,0621 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,089 kPa

Dari hasil pengujian sifat mekanika tanah Sampel Atas dapat

dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 5.12 Parameter Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Sampel Bawah

Sampel Sampel Sampel


Keterangan
BD-01 BD-02 BD-03

Diameter (cm) 5,8 5,8 5,8

Tebal (cm) 1,8 1,8 1,8

Luas penampang (cm2) 26,41 26,41 26,41

Volume (cm3) 47,53 47,53 47,53

Beban normal (kg) 0,5 1 1,5

Tegangan normal (kPa) 1,853 3,717 5,570

Tegangangeser maximum (kPa) 6,089 7,308 7,917


Sumber: Olahan Penulis, 2019
74

Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap


Tegangan Normal (σ)
10

Tegangan Geser (τ)


8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6
Tegangan Normal (σ)

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.4 Grafik Hubungan Tegangan Geser (τ) terhadap Tegangan Normal (σ)

Sampel Bawah

Dari hasil pengujian kuat geser berdasarkan nilai angka proving

ring dial maka nilai kohesi dan sudut geser dalam dapat ditentukan sebagai

berikut:

 Sudut geser dalam

ɸ = arctan ( στ 3−τ 1
3−σ 1 )

= arctan ( 7,917 kPa−6,089 kPa


5,570 kPa−1,853 kPa )

= arctan ( 1,828 kPa


3,717 kPa )
= 26,20 0

 Nilai kohesi

Berdasarkan besaran rata-rata nilai tegangan normal, rata-rata nilai

tegangan geser, dan besarnya nilai sudut geser dalam, maka:

τ = c + σ tan ɸ

7,105kPa = c + 3,713 tan (26,200)


75

c = 7,105 kPa – 1,827 kPa

c = 5,28 kPa

5.3 Analisis Faktor Keamanan Lereng menggunakan Software Rocscience

Slide V6.0

Faktor keamanan lereng secara harafiah diartikan sebagai

perbandingan antara gaya-gata penahan terhadap gaya-gaya yang bekerja pada

sebuah bidang gelincir, dan yang termasuk ke dalam jenis gaya penggerak

seperti beban yang bekerja pada bidang gelinci tersebut dan yang termasuk ke

dalam jenis gaya penahan adalah nilai kohesi yang bekerja secara berlawanan

arah terhadap gaya penggerak. Dalam menganalisis faktor keamanan lereng

perlu diperhatikan fakotr-faktor yang mempengaruhi kondisi kestabilan suatu

lereng seperti geometri lereng, karateristik fisik dan mekanik tanah, getaran,

dan hal lainnya (Irwandi Arif, 2016).

Lebih jauh lagi hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam

menganalisis kondisi kestabilan suatu lereng adalah data-data hasil pengujian

laboratorium berupap data- data sifat fisik dan data-data sifat mekanika tanah

seperti sudut geser dalam dan nilai kohesi yang diperoleh dari pengujian kuat

geser langsung (direct shear test), dan nilai bobot isi tanah yang diperoleh dari

pengujian pemedatan terhadap sampel tanah. Adapun data-data hasil

pengamatan profil lereng di lokasi penelitian dan data-data pengujian

laboratorium adalah sebagai berikut:

 Profil geometri lereng

Profil lereng atau geometri lereng di lokasi penelitian yang bertempat di

Ruas Jalan Jalur 40 terdiri dari 1 jenjang atau single bench:


76

Lebar lereng : 9,08 m Tinggi lereng : 8,76 m

Sudut lereng : 840 Tinggi jenjang : 12 m

 Hasil pengujian kuat geser langsung dan pemadatan Sampel Atas:

Bobot isi (γ) : 16,80 kN/m3

Kohesi (c) :4,88 kPa

Sudut geser dalam (ɸ) :39,320

 Hasil pengujian kuat geser langsung dan pemadatan Sampel Tengah:

Bobot isi (γ) : 15,97 kN/m3

Kohesi (c) :5,08 kPa

Sudut geser dalam (ɸ) :26,200

 Hasil pengujian kuat geser langsung dan pemadatan Sampel Bawah:

Bobot isi (γ) : 15,48 kN/m3

Kohesi (c) :5,28 kPa

Sudut geser dalam (ɸ) :26,200


77

a. Metode Bishop yang Disederhanakan

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.5 Hasil Perhitungan FK Metode Bishop yang Disederhanakan

(FK=0,543)

b. Metode Janbu yang Disederhanakan

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.6 Hasil Perhitungan FK Metode Janbu (FK=0,562)


78

c. Metode Spencer

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 5.7 Hasil Perhitungan FK Metode Spencer (FK=0,588)

Adapun perhitungan manual FK Metode Spencer bisa dilihat di

lampiran D.

5.4 Rekomendasi Nilai Fk Lereng yang Stabil

Bertolak dari nilai FK aktual maupun nilai FK hitungan

software Rocscience Slide V6.0 terlihat bahwa lereng berada dalam kondis

tidak stabil sehingga perlu dilakukannya redesignlereng atau

merekomendasikan geometri lereng sehingga menghasilkan hitungna yang

stabil atau dengan kata lain meminimalisir kemungkinan longsor di mana

nilai FK lereng adalah >1. Adapun beberapa rekomendasi lereng yang

ditawarkan adalah sebagai berikut:


79

1. Rekomendasi perbaikan lereng 1

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 4,08 m

Lebar jenjang 1 : 7,35 m

Lebar jenjang 2 : 5,00 m

Panjang bidang miring : 5,48 m

Sudut lereng : 440

FK : 1,610

Gambar 5.8 Rekomendasi 1 FK= 1,610

2. Rekomendasi perbaikan lereng 2


80

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 8,16 m

Lebar jenjang 1 : 7,35 m

Panjang bidang miring : 15,58 m

Sudut lereng : 310

FK : 1,410

Gambar 5.9 Rekomendasi 2 FK= 1,410


BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengujian laboratorium dan analisis sifat fisik dan

mekanik tanah pada material pembentuk lereng yang dilakukan pada lokasi

penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Profil geometri lereng

Profil lereng atau geometri lereng di lokasi penelitian yang bertempat di Ruas

Jalan Jalur 40 terdiri dari 1 jenjang atau single bench:

Lebar lereng : 9,08 m Tinggi lereng : 8,76 m

Sudut lereng : 840 Tinggi jenjang : 12 m

Sifat fisik dan mekanik pada area lereng wilayah lokasi penelitian:

1. Sampel Atas

Sifat fisik sampel atas pada lokasi penelitian adalah

 Kadar Air : 11,28%

 Berat Isi Kering : 1,297 gr/cm3

 Berat Jenis : 2.561 gr/cm3

 Permeabilitas : 6,25 x 10-6 cm/s

Sifat Mekanik sampel atas pada lokasi penelitian adalah

 Bobot Isi : 16,80 kN/m3

 Kohesi : 4,88 kPa

 Sudut Geser Dalam : 39,200

81
82

2. Sampel Tengah

Sifat fisik sampel tengah pada lokasi penelitian adalah

 Kadar Air : 11,11%

 Berat Isi Kering : 1,315 gr/cm3

 Berat Jenis : 2.609 gr/cm3

 Permeabilitas : 6,25 x 10-6 cm/s

Sifat Mekanik sampel tengah pada lokasi penelitian adalah

 Bobot Isi : 15,97 kN/m3

 Kohesi : 5,08 kPa

 Sudut Geser Dalam : 26,200

3. Sampel Bawah

Sifat fisik sampel bawah pada lokasi penelitian adalah

 Kadar Air : 11,11%

 Berat Isi Kering : 1,294 gr/cm3

 Berat Jenis : 2.5675 gr/cm3

 Permeabilitas : 6,25 x 10-6 cm/s

Sifat Mekanik sampel bawah pada lokasi penelitian adalah

 Bobot Isi : 15,48 kN/m3

 Kohesi : 5,28 kPa

 Sudut Geser Dalam : 26,200

Berdasarkan hasil analisis hitungan Metode Spencer pada program

Rocscience Slide V6.0, nilai FK yang terbaca adalah 0,588 yang berarti nilai

FK<1 atau berada dalam keadaan yang tidak stabil dan memerlukan

rekomendasi perbaikan lereng. berikut adalah dimensi lereng yang memiliki


83

nilai kestabilan FK>1,25 sebagai bentuk rekomendasi jenjang yang aman dari

lokasi penelitian yaitu :

 Rekomendasi perbaikan lereng 1

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 4,08 m

Lebar jenjang 1 : 7,35 m

Lebar jenjang 2 : 5,00 m

Panjang bidang miring : 5,48 m

Sudut lereng : 440

FK : 1,610

 Rekomendasi perbaikan lereng 2

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 8,16 m

Lebar jenjang 1 : 7,35 m

Panjang bidang miring : 15,58 m

Sudut lereng : 310

FK : 1,410

6.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta analisis terhadap data

dimensi lereng hasil pengujia laboratorium, adapun beberapa saran yang

baiknya diperhatikan sebagai langkah perhatian terhadap kondisi lereng yang

ada:
84

1. Pengawasan yang secara reguler atau berkesinmabungan terhadap kondisi

lereng yang ada, khususnya lereng yang berada sepanjang raus jalan,

sehingga bisa meminimalisir terjadinya longsoran sewaktu-waktu

2. Upaya yang dapat dilakukan dalam mencegah terjadinya longsoran pada

lereng adalah dengan mendesain geometri jenjang lereng hingga mencapai

kondisi yang dapat dikategorikan stabil dengan FK> 1,25.


DAFTAR PUSTAKA

Abramsong, Lee W., dkk. 2002. SlopeStability and Stabilazation Methods

(Second Edition). John Willey and Sons, Inc.: New York.

Arif, Irwandy. 2016. Geoteknik Tambang: Mewujudkan Produksi Tambang yang

Berkelanjatuan dengan Menjaga Kestabilan Lereng. Gramedia:

Jakarta

Bromhead, E. N. 2005. The Stability of Slope (Second Edition). USA: Taylor and

Francis.

Das, Braja M. 2006. Principles of Geotechnical Engineering (Fifth Edition).

Thomson Canada Limited: Canada.

Huang, Yang H. 2014. Slope Stability Analysis by The Limit Equilibrium Method.

America: ASCE Press.

Lopa, R. T., Arham, dan B. Bakri. 2017. Pengaruh Hubungan Intensitas Curah

Hujan Dan Kemiringan Lahan Terhadap Laju Erosi. Jurnal analisis

kestabilan lereng. Diakses pada tanggal 2 Mei 2019.

Muntohar, Dr. Eng. Agus Setyo. 2006. Tanah Longsor (Analisis – Prediksi -

Mitigasi). GERC: Universitas Muhamaidyah Yogyakarta.

Raditia, Restu dan Solihin. 2015. Analisa Stabilitas Lereng Tambang Terbuka

Bahan Galian-C Daerah Desa Batujajar Dan Tegallega Kecamatan

Cigudeg Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal kestabilan lereng.

Diakses pada tanggal 2 Mei 2019.

85
86

Rajagukguk, Octovian Cherianto Parluhutan dan Turangan A.E, Sartje Monintja.

2014. Analisis Kestabilan Lereng Dengan Metode Bishop (Studi

Kasus: Kawasan Citraland Sta.1000m). Jurnal Analisis Kestabilan

Lereng. Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.3, Maret 2014 (139-147). Diakses

pada tanggal: 18 Mei 2019.

Wyllie, Duncan C. dan Christopher W. Mah. 2005. Rock Slope Engineering Civil

and Mining (Fourth Edition). London : Spon Press.


LAMPIRAN A
A-1

PENGUJIAN SIFAT FISIK DAN MEKANIKA TANAH

A. Pengujian Sifat Fisik Tanah

 Pengujian Kadar Air Optimum (Pemadatan)

Penentuan kadar air optimum dalam persen dilakukan pada skala

laboratorium adalah dengan malakukan pemadatan pada sampel tanah yang

diambil dari lapangan dan yang telah lolos saringan no. 4 dengan 25 tumbukan

untuk memadatkan yang ditentukan dengan penumbuk massa 2.5 kg dan

tinggi jatuh tumbukan adalah 30 cm diukur dari permukaan padatan. Kadar air

yang memberikaan pembacaan berat kering yang maksimal disebut kadar air

optimum. Untuk contoh tanah yang berbutir halus, untuk mendapatkan kadar

air optimumnya yakni menggunakan standar batas palstis dari contoh tanah

tersebut.

Alat Pengujian yang Diperlukan

Pada pengujian kadar air optimum ini alat-alat yang dibutuhkan

antara lain: cetakan/mould, sampel uji, saringan no. 4, pan, alat extruder,

cawan, kertas label, timbangan.

Prosedur Pengujian

Pada pengujian kadar air optimum ini, pertama-tama hal yang wajib

diperhatikan adalah banyaknya sampel tanah terganggu (disturbed) minimal

15 kg yang diambil dari lokasi penelitian dan kemudian dijemur selama 1 x

24 jam dengan tujuan mengurangi kadar air asli dari tanah tersebut. Setelah

1 x 24 jam, sampel tanah yang akan diuji terlebih dahulu diayak

menggunakan saringan no. 4 atau biasa disebut tanah lolos uji sariangan no.

4. Tanah tersebut kemudian ditimbang sebanyak 2500 gr untuk masing-


A-2

masing sampel atau titik pengambilan contoh tanah (atas, tengah, dan

bawah) serta masing-masing titik dibutuhkan 5 x 2500 gr sampel. Sampel

yang telah tersedia kemudian dicampur dengan air sampai merata dengan

kenaikan volume air yang digunakan sebanyak 200 ml, 250 ml, 300 ml, 350

ml, dan 400 ml untuk mencapai keadaan optimumnya kemudian dimasukkan

ke dalam plastik sampel dan didiamkan selama 1 x 24 jam dengan catatan

plastik sampel harus tertutup rapat untuk mecegah udara keluar dari plastik

sampel.

A B

C D

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Gambar (A) Pengatakan Sampel menggunakan Saringan No. 4, (B) Pengisian

Sampel lolos Saringan No. 4 ke dalam Plastik Sampel, (C) Pencampuran Air

dengan Sampel, (D) Proses pemadatan mengguanakan Alat Uji Pemadatan

Selanjutnya tanah basah tersebut kemudian padatkan menggunakan

alat pemadat dengan membuat 3 lapisan pemadatan untuk masing-masing


A-3

sampel (5 sampel) yang diberikan tumbukan sebanyak 25 kali tumbukan

untuk satu lapisan (3 x 25 tumbukan/sampel, lalu dikeluarkan dari alat

pemadat dan dipotong kelebihan tanah yang ada menggunakan alat

pemotong sehingga ukuran sampel tanah semerata dengan cetakan, lalu ukur

berat cetakan ditambah berat contoh basah, lalu sampel hasil tumbukan

dikeluarkan dari cetakan menggunakan alat extruder. Sedangkan contoh

tanah sisa dimasukkan ke cawan untuk mendapatkan berat contoh basah

(dilakukan untuk 5 x 3 titik sampel) dan kemudian dikeringkan

menggunakan oven selama 1 x 24 jam. Selanjutn contoh tanah dari dalam

oven dikeluarkan dan didinginkan pada suhu runangan, dan kemudian

ditimbang untuk mendapatkan berat contoh kering dari tanah tersebut

sehingga persentase kadar air bisa kita dapatkan.

 Pengujian Berat Jenis

Harga berat jenis dari butiran contoh tanah berperan penting dalam

berbagai keperluan penelitian, terkhususnya bagian mekanika tanah, yang

secara akurat didapatkan dari penilitian reguler di laboratorium. Secara

harafiah, berat jenis diartikan sebagai perbandingan antara berat isi bahan

terhadap berat isi air yang dalam konteks penelitian berupa nilai rata-rata berat

jenis per sampel tanah.

Alat Pengujian yang Diperlukan


A-4

Pada pengujian sifat fisik berat jenis tanah ini alat –alat yang

diperlukan dalam pengujian adalah: picnometer (3 x 2 buah), timbangan, air

suling, oven, stopwatch, contoh tanah lolos saringan no. 10.

Prosedur Pengujian

Siapkan contoh tanah yang telah lolos uji saringan no. 10 untuk

dimasukkan ke dalam picnometer 100 ml. Lalu setelahnya timbang massa

picnometer kosong (W1) sebanyak 6 buah dengan rincian 2 buah picnometer

per titik contoh tanah (atas, tengah, dan bawah). Kemudian kita timbang

massa tanah yang akan diuji dan biasany anah yang akan dimasukkan ke

dalam picnometer berada pada kisaran 10 gr – 15 gr, kemudian timbang

massa picnometer yang telah ditambahkan contoh tanah tersebut (W2).

Kemudian tambahkan air suling ke picnometer yang telah terisi contoh tanah

sehingga picnometer terisi sepertiganya, lalu digoyang-goyangkan sehingga

tanah dan air di dalam picnometer tercampur secara mereata.

Langkah berikutnya contoh tanah dalam picnometer yang telah

bercampur secara merata dengan air dipanaskan menggunakan oven pada

suhu 1100C - 1500 C selama 5 – 10 menit atau sampai mendidih yang

ditandai dengan munculnya buih-buih (pengamatan menggunakan

stopwatch). Contoh tanah yang telah mendidih kemudian didiamkan selama

1 x 24 jam untuk kemudian tambahkan air suling hingga picnometer terisi

penuh, lalu ditimbang lagi untuk mendapatkan nilai W3 (massa picnometer

+ air + tanah pada suhu 250 C). Dan langkah terakhir pada pengukuran berat

jenis ini adalah timbang berat massa picnometer + air pada suhu 250 C untuk
A-5

mendapatkan nilai W4 sehingga kita bisa menghitung berat jenis dari contoh

tanah yang telah diuji.

A B

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Gambar (A) Menyiapkan Picnometer Kosong untuk Pengujian yang Akan Diisi

Conoth Tanah, (B) Proses peng-oven-an Sampel Tanah yang Telah Ditimbang

Beratnya

 Pengujian Permeabilitas Tanah

Pengujian permeabilitas tanah bertujuan untuk memperoleh

informasi mengenai tingkat meloloskan air melalui pori-pori yang ada atau

sifat bahan berongga yang memungkinkan air atau cairan lainnya untuk

menembus atau merembes melalui hubungan antar pori. Dalam pengujian sifat

permeabilitas tanah ini kemudian dikenal adanya sifat permeable dan

imperemable.

Alat Pengujian yang Diperlukan

Jenis alat uji yang diperlukan pada pengujian sifat permeabilitas

tanah ini adalah: sampel tanah lolos uji saringan no. 10, air, alat uji

permeabilitas, dan jam (atau pencatat waktu).

Prosedur Pengujian
A-6

Pertama-tama yang perlu disiapkan pada pengujian sifat permebilitas

tanah ini adalah sampel tanah yang telah lolos uji saring no. 10 sebanyak 3

sampel (atas, tengah, dan bawah). Selanjutnya campur tanah uji dengan air

hingga merata atau homogen, untuk kemudian dimasukkan ke dalam tabung

pengujian dan dipadatkan hingga mencapai ketebalan 3 cm dari dasar

tabung. Selanjutnya tabung pengujian yang telah terisi tanah tadi diisi air

hingga penuh, dan tunggu sampai air mulai keluar melalui pipa kapiler dan

catat waktu pengujian selama 3 x 5 menit untuk masing-masing sampel.

Setelah 5 menit, catat penurunan air yang bisa dilihat pada pipa kapiler alat

pengujian.

A B
A-7

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2019

Gambar (A) Prose Mencampurkan Tanah dengan Air, (B) Pengisian Air ke

dalam Tabung Pengujian Hingga penuh, dan (C) Pengamatan Pengujian

Permeabilitas untuk Penuruan Air Sekian

B. Pengujian Mekanika Tanah

 Uji Kuat Geser Langsung

Pengujian sifat mekanika tanah yang dilakukan menggunakan

prosedur pengujian kuat geser langsung bertujuan untuk mendapatkan

besaran nilai sudut geser dalam dan nilai kohesi yang nantinya digunakan

dalam perhitungan dan/atau analisis kestabilan lereng. Adapun kedua nilai

tersebut akan sangat tergantung darii beban normal yang dipakai dan nilai

kuat geser dan gaya geser yang dihasilkan melalui prosedur alat kuat geser

terhadap sampel atau contoh tanah yang dipakai.

Alat Pengujian yang Diperlukan

Jenis alat pengujian yang diperlukan dalam pengujian sifat

mekanika tanah ini adalah: alat uji kuat geser dan perangkatnya, ring cetak

sampel uji, alat pengeluar sampel atau extruder, contoh tanah yang lolos
A-8

saringan no. 10, air, timbangan, oven, gelas ukur, stopwatch atau jam

dinding.

Prosedur Pengujian

Siapkan sampel tanah yang telah lolos uji saringan no.10 untuk

sebanyak 9 sampel dengan perincian 3 sampel uji per titik sampel (3 x atas,

tengah, dan bawah). Banyaknya tanah (dalam gram) dan volume air (dalam

mL) yang diperlukan pada pemadatan contoh tanah sangat bergantung dari

hasil pengujian pemadatan pada tahap pertama dengan maksud memperoleh

keseimbangan campuran contoh tanah yang diperoleh dari kadar air

optimum (untuk konteks penulis berada pada angka 300 mL sebagai kadar

air optimum). Setelah berat tanah dan volume air didapatkan, selanjutnya

dicampur menggunakan tangan hingga campuran terasa homogen untuk

kemudian dipadatkan pada ring pemadat yang berdiameter 6 cm dan tebal

atau tinggi 2 cm. Pemadatan menggunakan tangan atau alat terkait dan

diusahakan semua tanah yang ada terisi (dipadatkan) semuanya di dalam

ring tadi. Setelah tanah terpadatkan, keluarkan contoh tanah tersebut

mengguanak alat extruder dan timbang contoh tanah tersebut untuk

mendapatkan berat contoh basah. Lakukan seterusnya untuk masing-masing

berat tanah dan volume tanah pada sampel lainnya.

Setelah kesembilan sampel tanah disiapkan, selanjutnya siapkan alat

uji kuat geser dengan beban normal yang dipakai masing-masing 0,5 kg, 1

kg, dan 1,5 kg yang digunakan untuk masing-masing contoh tanah (berat

beban normal untuk masing-masing 3 contoh tanah dari satu titik


A-9

pengambilan sampe), dan juga siapkan batu pori sebanyak 2 buah (atas dan

bawah).

A B

Sumber: Dokumentasi Pribasi, 2019

Gambar (A) Proses Mencampurkan Contoh Tanah dengan Air hingga Homogen,

(B) Proses Memasukan Sampel Tanah Ke dalam Ring Pemadatan, dan (C) Contoh

Tanah yang Telah Dipadatkan

Setelah semuanya disiapkan masukkan benda uji atau contoh tanah

ke dalam alat uji kuat geser, dengan catatan masukkan pertama masukkan

batu berpori pada bagian bawah, kemudian contoh tahah yang akan diuji,

dan tutup bagian atas conoth tanah dengan batu berpori yang lainnya, serta

saipkan beban normal pertama 0,5 kg. Kemudian putar “stir” alat uji secara

perlahan untuk pembacaan setiap 15 detik dan catat pergesaran yang terbaca

pada jarum alat uji atau biasa disebut pengulangan. Hingga mencapai
A-10

keadaan yang disebut peak shear strength atau keadaan maksimal kuat geser

keluarkan benda uji pertama dan lanjutkan pengujian benda uji berikutnya

untuk beban normal masing- masing 1 kg dan 1,5 kg.

B C
Sumber: Dokumentasi Penulis, 2019

Gambar (A) Alat Uji Kuat Geser, (B) Penambahan Beban Normal Pengujian,

dan (C) Pengamatan Jarum Penunjuk Kuat Geser terhadap Contoh Tanah

Setelah ke-9 contoh tanah tadi diuji kemudian dioven selama 1 x 24

jam untuk mendapatkan berat contoh kering sehingga persentase kadar dari

masing-masing contoh tanah diperoleh dari pengujian tersebut.


A-11
LAMPIRAN B
B-1

HASIL UJI PEMADATAN SAMPEL ATAS


Penambahan air Perhitungan atau simbol 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml Keterangan

Berat cetakan + berat contoh tanah basah W2 3344 3339 3565 3425 3521 Timbangan

Berat cetakan (gr) W1 1966 1966 1966 1966 1966 Timbangan

Volume cetakan (cm3) V 933,937 933,937 933,937 933,937 933,937 ᴨ . r2 . t

Berat contoh basah (gr) W = W2 – W1 1378 1373 1599 1459 1555 3414 – 1966

Berat isi basah (gr) γb = W / V 1,476 1,470 1,712 1,562 1,665 1278/993,937

Berat isi kering (gr) γd = (γb x 100) / (100 + w ) 1,399 1,321 1,477 1,333 1,405 (1,476 x 100)/(100 + 5,50)

Berat cawan + berat contoh basah (gr) W3 805 641 776 724 609 Timbangan

Berat cawan + berat contoh kering (gr) W4 767 585 680 631 526 Timbangan

Berat air (gr) Ww = W3 – W4 38 56 96 93 83 777 – 680

Berat cawan (gr) BC 76 87 76 89 76 Timbangan

Berat contoh kering (gr) Ws = W4 – BC 691 498 604 542 450 680 – 76

Kadar air (%) w = (Ww / Ws) x 100% 5,499 11,245 15,894 17,159 18,444 (97 / 604) x 100%

Berat jenis (gr/cm3) Gs 2.56 2.56 2.56 2.56 2.56 Pengujian berat jenis

ZAV (Gs x γw) / [1 + (Gs x w)] 1,818 1,988 1,816 1,777 1,740 (2,56 x 1) / [1 + (2,56 x 0,55)]

Volume tanah kering (cm3) Vs = Ws / Gs 125,659 194,531 235,938 211,719 175,781 691/2,56

Volume pori (cm3) Vv = V – Vs 808,278 739,400 697,999 722,218 758,156 933,937 – 125,659

Volume air (cm3) Vw = Ww/1 38 56 96 93 83 38/1

Porositas (%) n = Vv / (V x 100) 86,545 79,171 74,737 77,330 81,179 808,278/(933,937 x 100)

Derajat kejenuhan (%) Sr = Vw / (Vv x 100) 4,701 7,574 13,754 12,877 10,948 38/86,545 x 100
B-2

HASIL UJI PEMADATAN SAMPEL TENGAH


Penambahan air Perhitungan atau simbol 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml Keterangan

Berat cetakan + berat contoh tanah basah W2 3315 3371 3487 3475 3432 Timbangan

Berat cetakan (gr) W1 1966 1966 1966 1966 1966 Timbangan

Volume cetakan (cm3) V 933,937 933,937 933,937 933,937 933,937 ᴨ . r2 . t

Berat contoh basah (gr) W = W2 – W1 1362 1405 1521 1509 1466 3315 – 1966

Berat isi basah (gr) γb = W / V 1,458 1,504 1,628 1,616 1,570 1349/933,937

Berat isi kering (gr) γd = (γb x 100) / (100 + w ) 1,328 1,337 1,396 1,380 1,320 (1,444 x 100)/(100 + 9,8)

Berat cawan + berat contoh basah (gr) W3 724 600 611 642 682 Timbangan

Berat cawan + berat contoh kering (gr) W4 665 540 535 557 583 Timbangan

Berat air (gr) Ww = W3 – W4 59 60 76 85 99 724 – 665

Berat cawan (gr) BC 69 67 77 59 62 Timbangan

Berat contoh kering (gr) Ws = W4 – BC 596 480 458 498 521 665 – 69

Kadar air (%) W = (Ww / Ws) x 100% 9,800 12,500 16,594 17,068 19,000 (59 / 596) x 100%

Berat jenis (gr/cm3) Gs 2.61 2.61 2.61 2.61 2.61 Pengujian berat jenis

ZAV (Gs x γw) / [1 + (Gs x w)] 2,071 1,973 1,813 1,780 1,745 (2,61 x 1)/[1 + (2,61 x 0,098)]

Volume tanah kering (cm3) Vs = Ws / Gs 228,352 183,908 177,778 190,805 203,516 596/2,61

Volume pori (cm3) Vv = V – Vs 705,585 750,029 756,159 743,132 730,421 933,937 – 228,352

Volume air (cm3) Vw = Ww/1 59 60 76 85 99 59/1

Porositas (%) n = Vv / (V x 100) 75,550 80,308 80,965 79,570 78,209 705,585/933,937 x 100

Derajat kejenuhan (%) Sr = Vw / (Vv x 100) 8,362 8,000 10,011 11,438 13,554 59/705,585 x 100
B-3

HASIL UJI PEMADATAN SAMPEL BAWAH


Penambahan air Perhitungan atau simbol 200 ml 250 ml 300 ml 350 ml 400 ml Keterangan

Berat cetakan + berat contoh tanah basah W2 3328 3342 3445 3458 3478 Timbangan

Berat cetakan (gr) W1 1966 1966 1966 1966 1966 Timbangan

Volume cetakan (cm3) V 933,937 933,937 933,937 933,937 933,937 ᴨ . r2 . t

Berat contoh basah (gr) W = W2 – W1 1362 1376 1479 1492 1512 3328 – 1966

Berat isi basah (gr) γb = W / V 1,458 1,473 1,584 1,598 1,619 1348 / 933,937

Berat isi kering (gr) γd = (γb x 100) / (100 + w ) 1,308 1,312 1,333 1,303 1,265 (1,433 x 100) / (100 + 11,513)

Berat cawan + berat contoh basah (gr) W3 765 770 975 880 853 Timbangan

Berat cawan + berat contoh kering (gr) W4 695 693 832 731 683 Timbangan

Berat air (gr) Ww = W3 – W4 70 77 143 149 170 765 – 695

Berat cawan (gr) BC 87 66 74 74 75 Timbangan

Berat contoh kering (gr) Ws = W4 – BC 608 627 758 657 608 695 – 87

Kadar air (%) W = (Ww / Ws) x 100% 11,513 12,281 18,865 22,679 27,961 (70 / 608) x 100%

Berat jenis (gr/cm3) Gs 2.568 2.568 2.568 2.568 2.568 Pengujian berat jenis

ZAV (Gs x γw) / [1 + (Gs x w)] 1,983 1,953 1,730 1,624 1,494 (2,57 x 1) / [1 + (2,57 x 0,12)]

Volume tanah kering (cm3) Vs = Ws / Gs 236,576 243,969 294,942 255,642 236,576 933,937 – 236,576

Volume pori (cm3) Vv = V – Vs 697,331 689,968 638,995 678,295 697,361 933,937 – 236,576

Volume air (cm3) Vw = Ww / 1 70 77 143 149 170 70 / 1

Porositas (%) n = Vv / (V x 100) 74,665 73,877 68,420 72,628 74,664 697,331 / 993,937 x 100

Derajat kejenuhan (%) Sr = Vw / (Vv x 100) 10,038 11,042 22,379 21,967 24,378 70 / 697,331 x 100
B-4

A. Pengujian Pemadatan

 Sampel atas

Di bawah ini dijabarkan hasil perhitungan untuk pengujian

pemadatan pada sampel atas atau sampel pertama:

a. Volume cetakan (V):

Di mana: ᴨ = 3,14

r = 5,4 cm

t = 10,2 cm

V = ᴨ . r2 . t

= 3.14 . (5.4)2 . 10.2

= 933.937 cm3

b. Kadar air (w):

Ww
w= x 100 %
Ws

38
= x 100 %=5,499 %
691

c. berat isi basah (γb)

W
γb =
V

1278
γb = =1,368 gr /cm3
933,937

d. berat isi kering (γd)

γ b x 100
γd =
100+ w

1,368 x 100
= =1,297 gr /cm3
100+5,499

e. garis kepadatan tanah (ZAV)


B-5

Gs+ γw
ZAV =
1+(Gsxw )

2,56 x 1
= =1,818
1+(2,56 x 0.55)

f. porositas (n)

Vv
n=
V

808,278
= x 100 %=86,545%
933,937

g. derajat kejenuhan

Vw
Sr = x 100 %
Vv

38
= x 100=4,701%
808,278

 Sampel tengah

Di bawah ini dijabarkan hasil perhitungan untuk pengujian

pemadatan pada sampel tengah atau sampel kedua:

a. Volume cetakan (V):

Di mana: ᴨ = 3,14

r = 5,4 cm

t = 10,2 cm

V = ᴨ . r2 . t

= 3.14 . (5.4)2 . 10.2

= 933.937 cm3

b. kadar air (w)

Ww
w= x 100%
Ws
B-6

59
= x 100% = 9,8%
596

c. berat isi basah (γb)

W
γb =
V

1349
= =1,444 gr /cm3
933,937

d. berat isi kering (γd)

γ b x 100
γd =
100+ w

1,444 x 100
= =1,315 gr /cm3
100+9,8

e. garis kepadatan tanah (ZAV)

Gsxγw
ZAV =
1+(Gsxw )

2,61 x 1
= =2,071
1+(2,61 x 0,098)

f. porositas (n)

Vv
n= x 100 %
V

705,585
= x 100 %=75,55 %
933,937

g. derajat kejenuhan

Vw
Sr = x 100 %
Vv

59
= x 100 %=8,362%
705,585

 Sampel bawah
B-7

Di bawah ini dijabarkan hasil perhitungan untuk pengujian

pemadatan pada sampel bawah atau sampel ketiga:

a. Volume cetakan (V):

Di mana: ᴨ = 3,14

r = 5,4 cm

t = 10,2 cm

V = ᴨ . r2 . t

= 3.14 . (5.4)2 . 10.2

= 933.937 cm3

b. kadar air (w)

Ww
w= x 100%
Ws

70
= x 100% = 11,513%
608

c. berat isi basah (γb)

W
γb =
V

1348
= =1,443 gr /cm3
933,937

d. berat isi kering (γd)

γ b x 100
γd =
100+ w

1,443 x 100
= =1,294 gr /cm3
100+11,513

e. garis kepadatan tanah (ZAV)

Gsxγw
ZAV =
1+(Gsxw )
B-8

2,57 x 1
= =1,983
1+(2,57 x 0,115)

f. porositas (n)

Vv
n= x 100 %
V

697,331
= x 100 %=74,665%
933,937

g. derajat kejenuhan

Vw
Sr = x 100 %
Vv

70
= x 100 %=10,038%
697,331

B. Pengujian Permeabilitas Tanah

 Sampel atas

Tabel 1 Pengujian Permeabilitas Sampel Atas

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94,2 300 250

2 94,2 88,4 300 250

3 88,4 82,6 300 250


Sumber: Olahan Penulis, 2019

Dimana:

t (waktu): 300 s

L (tinggi sampel): 3 cm

h1: 100 cm

h2 : 94,2 cm
B-9

h1/h2 : 100/94,2 = 1,06

log (h1/h2): log (1,06) = 0,025

maka,

L h1
k =0.025 log
t h2

3 100
k =0.025 log
300 94,2

k =6,25 x 10-6 cm/s

 Sampel tengah

Tabel 5.18 Pengujian Permeabilitas Sampel Tengah

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94,8 300 250

2 94,8 89,6 300 250

3 89,6 84,4 300 250


Sumber: Olahan Penulis, 2019

Dimana:

t (waktu): 300 s

L (tinggi sampel): 3 cm

h1: 100 cm

h2 : 94,8 cm

h1/h2 : 100/94,8 = 1,06

log (h1/h2): log (1,06) = 0,025


B-10

maka,

L h1
k =0.025 log
t h2

3 100
k =0.025 log
300 94,8

k =6,25 x 10-6 cm/s

 Sampel bawah

Tabel 5.20 Pengujian Permeabilitas Sampel Bawah

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94 300 250

2 94 88 300 250

3 88 82 300 250
Sumber: Olahan Penulis, 2019

Dimana:

t (waktu): 300 s

L (tinggi sampel): 3 cm

h1: 100 cm

h2 : 94 cm

h1/h2 : 100/94 = 1,06

log (h1/h2): log (1,06) = 0,025

maka,

L h1
k =0.025 log
t h2
B-11

3 100
k =0.025 log
300 94,8

k =6,25 x 10-6 cm/s

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH SAMPEL ATAS

Pengujian Hitungan Benda Uji

No. Picnometer A B

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 79.10 76.27

Berat Picnometer (gr) W1 65.69 62.22

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 13.41 14.05

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu


W3 174.52 174.54
0
25 C

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250C W4 165.98 166.42

W5 = Wt + W4 (Gr) 179.39 180.47

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.87 5.93

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.753 2.369

Berat Jenis Rata-Rata (Gsa + Gsb) / 2 2.561


B-12

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH SAMPEL TENGAH

Pengujian Hitungan Benda Uji

No. Picnometer C D

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 75.30 77.31

Berat Picnometer (gr) W1 62.57 63.31

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 12.73 14

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu 250 C W3 177.00 182.21

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250 C W4 169.19 173.53

W5 = Wt + W4 (gr) 181.92 187.53

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.92 5.32

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.587 2.632

Berat Jenis Rata-Rata (Gsc+ Gsd) / 2 2.609

PENGUJIAN BERAT JENIS TANAH SAMPEL BAWAH

Pengujian Hitungan Benda Uji

No. Picnometer E F

Berat Picnometer + Contoh (gr) W2 52.35 50.82


B-13

Berat Picnometer (gr) W1 38.44 36.77

Berat Tanah (gr) Wt = W2–W1 13.91 14.05

Temperatur Pemanasan (0C) 1500 C

Berat Picno. + Air + Tanah Pada Suhu 250 C W3 146.46 145.30

Berat Picnometer + Air Pada Suhu 250 C W4 137.43 137.40

W5 = Wt + W4 (gr) 151.34 151.45

Isi Tanah (cm3) W5–W3 4.88 6.15

Berat Jenis (gr/cm3) Wt/(W5–W3) 2.850 2.285

Berat Jenis Rata-Rata (Gse+ Gsf) / 2 2.5675

PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH SAMPEL ATAS

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94,2 300 250

2 94,2 88,4 300 250

3 88,4 82,6 300 250

PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH SAMPEL TENGAH

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94,8 300 250


B-14

2 94,8 89,6 300 250

3 89,6 84,4 300 250

PENGUJIAN PERMEABILITAS TANAH SAMPEL BAWAH

No. tes h1 (cm) h2 (cm) T (s) T (0C)

1 100 94 300 250

2 94 88 300 250

3 88 82 300 250
LAMPIRAN C
C-1

1MPa = 1 N /mm2

1 kg = 9,81 N

Dimana nilai tersebut didaptkan dari rumus gaya:

F = m (kg) . a (m/s2) (a = 9,8 m/s2 sebagai percepatan gravitasi dengan

asumsi m = 1)

9.81 9.81
1 kg/cm2 = N/mm2 atau MPa
100 100

Nilai Mpa (Mega Pascal) diubah ke satuan kPa (Kilo Pascal) dimana

9.81
dikalikan dengan 1000 = x 1000=98,1 kPa
100

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL ATAS AD-01

Beban Normal 0,5 kg Berat (Wo) 95,22 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 79,28 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 20,11%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,40 gr/cm2
Volume 47,53 cm3 Tegangan Normal 1,893 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 4 0,656 2,435868838
45 0,40 5 0,82 3,044836047
60 0,60 6 0,984 3,653803256
75 0,80 7 1,148 4,262770466
90 1,00 9 1,476 5,480704885
105 1,20 11 1,804 6,698639303
120 1,40 11 1,804 6,698639303
135 1,60 10 1,64 6,089672094
150 1,80 9 1,476 5,480704885
165 2,00 8 1,312 4,871737675
180 2,20 7 1,148 4,262770466
GAYA GESER MAX 1,804
TEGANGAN GESER MAX 6,698639303 kPa
C-2

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 11

= 1,804 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,0189 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,853 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,804 kg
=
26,41cm 2
C-3

= 0,068 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,668 kPa

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL ATAS AD-02

Beban Normal 1 kg Berat (Wo) 91,62 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 79,62 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 15,07%
Luas Penampang 26,41cm2 Berat Isi Kering 1,40 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 3,717 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 4 0,656 2,435868838
45 0,40 6 0,984 3,653803256
60 0,60 7 1,148 4,262770466
75 0,80 8 1,312 4,871737675
90 1,00 9 1,476 5,480704885
105 1,20 10 1,64 6,089672094
120 1,40 12 1,968 7,307606513
135 1,60 12 1,968 7,307606513
150 1,80 12 1,968 7,307606513
165 2,00 11 1,804 6,698639303
180 2,20 10 1,64 6,089672094
195 2,60 9 1,476 0,558879212
210 2,80 8 1,312 0,496781522
GAYA GESER MAX 1,968
TEGANGAN GESER MAX 7,307606513 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2
C-4

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 12

= 1,968 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1 kg
=
26,41cm 2

= 0,0379 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 3,717 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,968 kg
=
26,41cm 2

= 0,075 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 7,355 kPa
C-5

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL ATAS AD-03

Beban Normal 1,5 kg Berat (Wo) 92,76 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 75,35 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 20,11%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,40 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 5,570 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 5 0,82 3,044836047
45 0,40 6 0,984 3,653803256
60 0,60 8 1,312 4,871737675
75 0,80 10 1,64 6,089672094
90 1,00 11 1,804 6,698639303
105 1,20 13 2,132 7,916573722
120 1,40 14 2,296 8,525540931
135 1,60 15 2,46 9,134508141
150 1,80 16 2,624 9,74347535
165 2,00 16 2,624 9,74347535
180 2,20 15 2,46 9,134508141
195 2,60 14 2,296 8,525540931
210 2,80 12 1,968 7,307606513
225 3,00 10 1,64 6,089672094
240 3,20 10 1,64 6,089672094
GAYA GESER MAX 2,624
TEGANGAN GESER MAX 9,74347535 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2
C-6

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 16

= 2,264 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,0568 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 5,570 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

2,264 kg
=
26,41cm 2

= 0,0994 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 9,748 kPa
C-7

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL TENGAH TD-01

Beban Normal 0,5 kg Berat (Wo) 90,68 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 75,82 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 19,07%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,34 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 1,893 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 4 0,656 2,435868838
45 0,40 5 0,82 3,044836047
60 0,60 7 1,148 4,262770466
75 0,80 8 1,312 4,871737675
90 1,00 9 1,476 5,480704885
105 1,20 10 1,64 6,089672094
120 1,40 10 1,64 6,089672094
135 1,60 9 1,476 5,480704885
150 1,80 8 1,312 4,871737675
165 2,00 6 0,984 3,653803256
GAYA GESER MAX 1,64
TEGANGAN GESER MAX 6,089672094 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt
C-8

= 26,41cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 10

= 1,64 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,0189 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,893 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,64 kg
=
26,41cm 2

= 0,0621 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,090 kPa
C-9

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL TENGAH TD-02

Beban Normal 1 kg Berat (Wo) 90,39 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 74,77 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 20,89%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,33 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 3,717 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 5 0,82 3,044836047
45 0,40 7 1,148 4,262770466
60 0,60 8 1,312 4,871737675
75 0,80 9 1,476 5,480704885
90 1,00 10 1,64 6,089672094
105 1,20 10 1,64 6,089672094
120 1,40 11 1,804 6,698639303
135 1,60 11 1,804 6,698639303
150 1,80 11 1,804 6,698639303
165 2,00 9 1,476 5,480704885
180 2,20 8 1,312 4,871737675
195 2,40 8 1,312 4,871737675
210 2,60 7 1,148 4,262770466
GAYA GESER MAX 1,804
TEGANGAN GESER MAX 6,698639303 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2
C-10

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 11

= 1,804 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1 kg
=
26,41cm 2

= 0,0379 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 3,717 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,804 kg
=
26,41cm 2

= 0,0683 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,698 kPa
C-11

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL TENGAH TD-03

Beban Normal 1,5 kg Berat (Wo) 89,98gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 73,28 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 22,59 %
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,29 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 5,570 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 4 0,656 2,435868838
45 0,40 5 0,82 3,044836047
60 0,60 6 0,984 3,653803256
75 0,80 8 1,312 4,871737675
90 1,00 9 1,476 5,480704885
105 1,20 10 1,64 6,089672094
120 1,40 11 1,804 6,698639303
135 1,60 12 1,968 7,307606513
150 1,80 12 1,968 7,307606513
165 2,00 13 2,132 7,916573722
180 2,20 13 2,132 7,916573722
195 2,40 10 1,64 6,089672094
210 2,60 9 1,476 5,480704885
225 2,80 9 1,476 5,480704885
240 3,00 7 1,148 4,262770466
GAYA GESER MAX 2,132
TEGANGAN GESER MAX 7,916573722 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2


C-12

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 13

= 2,132 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,05680 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 5,570 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

2,132 kg
=
26,41cm 2

= 0,0807 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 7,941 kPa
C-13

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL BAWAH BD-01

Beban Normal 0,5 kg Berat (Wo) 86,45 gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 71,50 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 20,91%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,27 gr
2
Volume 47,53 cm Tegangan Normal 1,856 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 3 0,492 1,826901628
45 0,40 4 0,656 2,435868838
60 0,60 6 0,984 3,653803256
75 0,80 8 1,312 4,871737675
90 1,00 8 1,312 4,871737675
105 1,20 9 1,476 5,480704885
120 1,40 9 1,476 5,480704885
135 1,60 10 1,64 6,089672094
150 1,80 7 1,148 4,262770466
165 2,00 5 0,82 3,044836047
GAYA GESER MAX 1,64
TEGANGAN GESER MAX 6,089672094 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:


C-14

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 10

= 1,64 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

0,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,01893 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 1,856 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,64 kg
=
26,41cm 2

= 0,0621 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 6,0899 kPa
C-15

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL BAWAH BD-02

Beban Normal 1 kg Berat (Wo) 86,98gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 71,81 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 21,18%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,27 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 3,751 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
30 0,20 5 0,82 3,044836047
45 0,40 6 0,984 3,653803256
60 0,60 8 1,312 4,871737675
75 0,80 10 1,64 6,089672094
90 1,00 11 1,804 6,698639303
105 1,20 11 1,804 6,698639303
120 1,40 12 1,968 7,307606513
135 1,60 10 1,64 6,089672094
150 1,80 9 1,476 5,480704885
165 2,00 7 1,148 4,262770466
GAYA GESER MAX 1,968
TEGANGAN GESER MAX 7,307606513 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:


C-16

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 12

= 1,968 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1 kg
=
26,41cm 2

= 0,03786 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 3,751 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

1,968 kg
=
26,41cm 2

= 0,0745 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 7,306 kPa
C-17

HASIL UJI KUAT GESER SAMPEL BAWAH BD-03

Beban Normal 1,5 kg Berat (Wo) 87,57gr


Diameter 5,8 cm Berat contoh kering 72,35 gr
Tebal 1,8 cm Kadar Air (w) 21,04%
2
Luas Penampang 26,41cm Berat Isi Kering 1,27 gr/cm2
Volume 47,53 cm2 Tegangan Normal 5,570 kPa
Proving Ring: 0,1640 kg/pengulangan
DEFLEKSI HORIZONTAL BEBAN GESER TEGANGAN GESER
Waktu (detik) mm Div N kPa
15 0,00 0 0 0
0,656
30 0,20 4 2,435868838
45 0,40 5 0,82 3,044836047
60 0,60 6 0,984 3,653803256
75 0,80 8 1,312 4,871737675
90 1,00 9 1,476 5,480704885
105 1,20 10 1,64 6,089672094
120 1,40 11 1,804 6,698639303
135 1,60 12 1,968 7,307606513
150 1,80 12 1,968 7,307606513
165 2,00 13 2,132 7,916573722
180 2,20 10 1,64 6,089672094
195 2,40 9 1,476 5,480704885
210 2,60 9 1,476 5,480704885
225 2,80 7 1,148 4,262770466
GAYA GESER MAX 2,132
TEGANGAN GESER MAX 7,916573722 kPa

Perhitungan Pengujian Kuat Geser Langsung:

 Luas penampang benda uji:

L = ᴨ x r2

= 3.14 x (2.9 cm)2


C-18

= 26,41 cm2

 Volume benda uji:

V = lxt

= 26,41 cm2 x1,8 cm

= 47,53 cm3

 Menghitung nilai gaya geser:

F = pr x r

= 0,1640 kg x 13

= 2,132 kg

 Tegangan normal:

N
σ =
L

1,5 kg
=
26,41cm 2

= 0,05680 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 5,570 kPa

 Tegangan geser:

F
τ=
L

2,132 kg
=
26,41cm 2

= 0,08073 kg/cm2 (konversikan ke kPa dengan dikalikan 98,067)

= 7,917 kPa
C-19

\
LAMPIRAN D
D-1

PERHITUNGAN MANUAL METODE SPENCER

Perhitungan manual Metode Spencer adalah penggabungan dari

perhitungan kesetimbangan gaya (Metode Janbu) dan kesetimbangan moment

(Metode Bishop yang Disederhanakan).

 Parameter Inputan Perhitungan

Karakteristik sampel -01 sampel -02 sampel -03


Kohesi ( C)
4,88 5,08 5,28
(kPa)
Sudut Geser
39,32 26,20 26,20
Dalam (φ) (0)
Bobos Isi (γ)
16,08 15,97 15,48
(kN/m3)

A. Metode Perhitungan Bishop yang Disederhanakan

1
Σ [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
FK = cos α (1+ tan ɸ. tan α / F)
Σ W sin α

Atau

N1
FK =
N2

Berdasarkan nilai perhitungan Software Rocscience Slide V6.0,

adapun nilai berat irisan (W) dari masing-masing irisan adalah: 1,773;

3,156; 3,804; 4,193; 4,626; 5,011; 5,360; 5,681; 5,980; 6,259; 6,522;

6,771; 7,007; 7,233; 7,374; 6,805; 5,625; 4,972; 4,314; 3,653; 2,991;

2,324; 1,653; 0,983; 0,328. Dengan asumsi lereng dalam keadaan kering,

sehingga tekanan air pori adalah u = 0.


D-2

 Contoh Perhitungan pada Irisan No. 4

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 1 Irisan No. 4

Untuk perhitungan manual dengan metode bishop, parameter yang

dimasukan berbeda untuk masing Pada irisan 4, hanya terdapat 1 jenis

material yakni untuk irisan ini inputan bobot isi material (γ), kohesi (c)

dan sudut geser dalam (ɸ) efektif adalah nilai masing-masing 16,08 kN.m3,

4,88 kPa, dan 39,320, dengan sudut kemiringan irisan adalah 75,000, serta

asumsi nilai F menggunakan metode iterasi yakni F = 0,5.

Perhitungan N2:

' 1
N2 = [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ ]( )
cos α (1+ tan ɸ . tan α / F)

=¿

= 2,1163

Pehitungan N1:

N1 = W4 sin α4

= 4,193 . 0,9659 = 4,050


D-3

Perhitungan yang sama berlaku untuk mencari N1 dan N2 untuk

irisan lainnya. Kemudian nilai N1 dari irisan 1 sampai irisan 25

dijumlahkan, begitu pula dengan nilai N2. Sehingga diperoleh perhitungan

nilai FK adalah:

ΣN 2
FK =
ΣN 1

53,6843
FK = = 0,525
102,1655

B. Perhitungan Metode Janbu

sec 2 α
Σ[c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
1+ tan α . tan ɸ/ F
FK =
ΣW tan α

Atau

N1
FK =
N2

Berdasarkan nilai perhitungan Software Rocscience Slide V6.0,

adapun nilai berat irisan (W) dari masing-masing irisan adalah: 1,773;

3,156; 3,804; 4,193; 4,626; 5,011; 5,360; 5,681; 5,980; 6,259; 6,522;

6,771; 7,007; 7,233; 7,374; 6,805; 5,625; 4,972; 4,314; 3,653; 2,991;

2,324; 1,653; 0,983; 0,328.. Dengan asumsi lereng dalam keadaan kering,

sehingga tekanan air pori adalah u = 0.


D-4

 Contoh Perhitungan pada Irisasn No. 4

Sumber: Olahan Penulis, 2019

Gambar 2 Irisan No. 4

Untuk perhitungan manual dengan metode bishop, parameter yang

dimasukan berbeda untuk masing Pada irisan 4, hanya terdapat 1 jenis

material yakni untuk irisan ini inputan bobot isi material (γ), kohesi (c)

dan sudut geser dalam (ɸ) efektif adalah nilai masing-masing 16,08 kN.m3,

4,88 kPa, dan 39,320, dengan sudut kemiringan irisan adalah 75,000, serta

asumsi nilai F menggunakan metode iterasi yakni F = 0,5.

Perhitungan N2:

sec 2 α
N2 = [c . b+ ( W – b .u ) tan ɸ' ]( )
1+ tan α . tan ɸ/ F

14,9282
= [0,438+ ( 4,193 – 0 ) .0,64 ]( )
1+ 3,7321. 0,64 /0,5

= 7,9438

Perhitungan N1:

N1 = W4 tan α4

= 4,193 . 3,7321 = 15,6485


D-5

Perhitungan yang sama berlaku untuk mencari N1 dan N2 untuk

irisan lainnya. Kemudian nilai N1 dari irisan 1 sampai irisan 25

dijumlahkan, begitu pula dengan nilai N2. Sehingga diperoleh perhitungan

nilai FK adalah:

ΣN 2
FK =
ΣN 1

148,8790
=
286,9008

= 0,5189

C. Metode Spencer

X
1. =konstan=tan ɸ= λ
E

2. ( P−ul)=W −l ¿ ¿

tan ɸ
3. Mi = cos α +sin α .
F

Atau

tan ɸ
Mi = 1 + tan α .
F

4. Kesetimbangan momen:

1
Σ [c . b+ ( W +( Xr− X 1) – b . u ) tan ɸ' ]( )
FK = cos α (1+ tan ɸ. tan α / F)
Σ W sin α

5. Kesetimbangan gaya:

sec 2 α
Σ[c . b+ ( W +( Xr −X 1) – b . u ) tan ɸ' ]( )
(1+ tan ɸ . tan α /F)
FK =
Σ¿ ¿

6. Σ(Er-El) = Σ(W-Xr-Xl) tan α – (1/Fm Σ (cl + P-ul) tan ϕ ) sec α)


D-6

Di mana Fm yang digunakan ada;ah nilai FK dari kesetimbangan

momen yakni FK= 0,525. Dengan masing-masing nilai 𝛴W, 𝛴tan α, 𝛴cl,

𝛴(P-ul), 𝛴tan ɸ, dan 𝛴sec α berdasarkan nilai perhitungan manual masing-

masing metode menggunakan bantuan Microsoft Excel, sehingga

diperoleh grafik hubungan Metode Bishop yang disederhankan dan

Metode Janbu adalah representasi dari nilai FK Metode Spencer.

 Contoh Perhitungan Irisan No. 4

( P−ul)=W −l ¿ ¿

tan ɸ
Mi = 1 + tan α .
F

0,64
= 1 + 3,7321 .
0,5

= 1,50190

( P−ul)=4,193−¿ ¿

= 2,00228

Untuk menghitung nilai Er – E1, kita memakai asumsi Xr – X1 =

0 dan nilai Fm diambil dari nilai FK kesetimbangan momen yakni Fm =

0,525.

(Er-El) = Σ(W-Xr-Xl) tan α – (1/Fm Σ (cl + P-ul) tan ϕ ) sec α)

(Er-El) = (4,193-0).3,7321 – (1/0,525 (1,703 + (2,00228 . 0,64 ) . 3,8637)

= -6,36773

Pehitungan pun berlaku untuk irisan-irisan lainnya, sehingga

didapatkan nilai Xr-X1 mengikuti persamaan 3.34, dengan asumsi nilai λ

menggunakan metode iterasi dan nilai Er-E1 adalah jumlah

keseleruhannya.
D-7

X
=konstan=tan ϴ=λ
E

X
=tan0
−150,38517

X = tan 0 . (-150,38517)

X=0

Asumsi nilai tan ϴ atau nilai λ dipakai seperlunya saja atau

sedemikian sehingga diperoleh hasil perhitungan nilai FK Bishop yang

Disederhankan dan Metode Janbu adalah sama (Fm = Ff), yang adalah

nilai FK Metode Spencer (Lampiran Pehitungan Microsoft Excel).

Gambar 3 Grafik Hubungan FK Metode bishop yang Disederhanakan dengan

Metoede Janbu sebagai nilai FK Metode Spencer

PERHITUNGAN MANUAL Mi, (P-UL), DAN (Er-El)

 Mencari nilai Mi

 Metode Bishop
D-8

tan ɸ
Rumus umum: Mi = cos α +sin α .
F

Contoh perhitungan irisan ke-4

Dik.: cos α : 0,2588

sin α : 0,9659

tan ɸ : 0,64

F : 0,5 (cara coba-coba)

Sehingga diperoleh:

tan ɸ
Mi = cos α +sin α .
F

0,64
Mi = 0,2588 +0,9659 .
0,5

Mi = 1,5019

 Metode Janbu

Rumus umum: Mi = sec α /¿ cos α . ¿ ¿ ¿

Contoh perhitungan irisan ke-4

Dik.: cos α : 0,2588

sec α : 3,8637

tan α : 3,7321

tan ɸ : 0,64

F : 0,53 (cara coba-coba)

Sehingga diperoleh:

Mi = sec α /¿ cos α . ¿ ¿ ¿

Mi = 3,8637 /0,2588 . ¿ ¿

Mi = 2,699

2. Menghitung nilai (P - ul)


D-9

 Contoh Perhitungan Irisan No. 4

( P−ul)=W −l ¿ ¿

tan ɸ
Mi = 1 + tan α .
F

0,64
= 1 + 3,7321 .
0,5

= 1,50190

( P−ul)=4,193−¿ ¿

= 2,00228

3. Menghitung Nilai (Er - El)

Untuk menghitung nilai Er – E1, kita memakai asumsi Xr – X1 = 0

dan nilai Fm diambil dari nilai FK kesetimbangan momen yakni Fm = 0,525.

(Er-El) = Σ(W-Xr-Xl) tan α – (1/Fm Σ (cl + P-ul) tan ϕ ) sec α)

(Er-El) = (4,193-0).3,7321 – (1/0,525 (1,703 + (2,00228 .0,64 ) . 3,8637)

= -6,36773
LAMPIRAN E
E-1

1. Rekomendasi perbaikan lereng 1

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 4,08 m

Lebar jenjang 1 : 7,35 m

Lebar jenjang 2 : 5,00 m

Panjang bidang miring : 5,48 m

Sudut lereng : 440

FK : 1,610

2. Rekomendasi perbaikan lereng 2


E-2

Tinggi lereng : 8,76 m

Tinggi jenjang : 8,16 m

Lebar jenjang : 7,35 m

Panjang bidang miring : 15,58 m

Sudut lereng : 310

FK : 1,410
LAMPIRAN PERHITUNGAN EXCEL

(METODE BISHOP, METODE JANBU,

METODE SPENCER)
tabulasi Perhitungan Nnilai Xr-X1 berdasarkan Asumsi Nilai ϴ yang Berbeda-beda (tan ϴ = λ)

Er - E1 ϴ tan ϴ Xr - X1 c.b w tan ɸ tan α Mi N1 N2 FK


-150,385 0 0 0 10,804 114,455 15,547 72,555 2,2850 8304,283 4090,689 0,49260
-150,385 5 0,08749 -13,15698 10,804 114,455 15,547 72,555 2,2850 9258,887 3623,289 0,39133
1
-150,385 0,17633 -26,51693 10,804 114,455 15,547 72,555 2,2850 10228,219 3148,678 0,30784
0
1
-150,385 0,26795 -40,29554 10,804 114,455 15,547 72,555 2,2850 11227,925 2659,194 0,23684
5
2
-150,385 0,36397 -54,73566 10,804 114,455 15,547 72,555 2,2850 12275,629 2146,210 0,17484
0

Er - E1 ϴ tan ϴ Xr - X1 c.b w tan ɸ Mi W sinα N1 N2 FK


-150,385 0 0 0 10,804 114,455 15,547 38,7277 102,163 102,163 50,284 0,49220
-150,385 5 0,08749 -13,15698 10,804 114,455 15,547 38,7277 102,163 102,163 45,003 0,44050
1
-150,385 0,17633 -26,51693 10,804 114,455 15,547 38,7277 102,163 102,163 39,639 0,38800
0
1
-150,385 0,26795 -40,29554 10,804 114,455 15,547 38,7277 102,163 102,163 34,108 0,33386
5
2
-150,385 0,36397 -54,73566 10,804 114,455 15,547 38,7277 102,163 102,163 28,311 0,27712
0

Anda mungkin juga menyukai