Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI
KURVA SPESIES AREA

Dosen Mata Kuliah :


Dr. Ir. Setyono, M.Si.
Yuliawati, SP

Disusun oleh:
Nama : Jumila
NIM : A.1810261

PTOGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang atas rahmat-nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tentang “KURVA SPESIES AREA.” Penulisan
laporan adalah salah satu tugas mata kuliah Praktikum EKOLOGI di Universitas Juanda Bogor Jurusan
AGroteknologi. Dalam penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang di miliki penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhinga
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini :
1. Kepada Bapak Dr. Ir. Setyono, M.Si. selaku dosen mata kuliah EKOLOGI yang telah
memberikan materi, sehingga memberikan modal awal buat penulisan laporan ini
2. Kepada Bu Yuliawati, SP dosen yang telah memberikan materi dan juga mengajarkan saya
bagaimana praktikum di lapangan, sehingga memberikan saya pengetahuan yang bermanfaat
untuk penyelesaian laporan ini..
3. Kepada teman saya Septian Damaynati yang telah berbaik hati meminjamkan saya laptop
dalam pembuatan laporan ini sehingga saya dengan mudah mengerjakan laporan ini
4. Kepada kedua orang tua saya yang selalu menjadi sumber semangat saya dalam mengerjakan
laporan serta adik adik dakn kakak kaka saying yang senantiasa memberikan saya dukungan
serta hiburan dikala saya mulai jenuh dan bosan.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehinga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.
Bogor, 08 Februari 2020
Jumila
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………..
1.1. Latar Belakang……………………………………………………………………………………...
1.2. Tujuan………………………………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………...
BAB III BAHAN DAN METODE……………………………………………………………………...
3.1. Waktu dan Tempat …………………………………………………………………………………
3.2. Alat dan Bahan ……………………………………………………………………………………..
3.3. Cara Kerja…………………………………………………………………………………………..
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………………………………...
4.1. Hasil…………………………………………………………………………...................................
4.2. Pembahasan………………………………………………………………………………………...
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………………………
5.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………
5.2. Saran………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumbuhan merupakan salah satu organisme yang memiliki jumlah varietas yang sangat banyak
tersebar di muka bumi ini. Persebaran tumbuhan relatif bergantung pada jenis tumbuhan dengan kondisi
wilayah yang ditempatinya. Persebaran tumbuhan sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah, kondisi cuaca
atau iklim dan juga kekerabatannya dengan species lain. Keragaman species yang terdapat dalam suatu
wilayah cenderung memiliki jumlah yang sedikit pada musim kemarau jika dibandingkan dengan
keragamana species pada musim penghujan.

Iklim sangat memengaruhi keragaman species dalam suatu wilayah. Namun tidak hanya iklim
yang menjadi salah satu indikator dalam peningkatan jumlah keragaman species pada suatu area.
Kondisi tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keragaman species yang ada.
Tandus atau keringnya area sekitar tanaman dapat menyebabkan kemampuan suatu varietas tanaman
sulit untuk bertahan hidup karena kurangnya unsur hara yang diperoleh dari dalam tanah. Unsur hara
dalam tanah menjadi sumber nutrisi bagi tanaman untuk tetap bertahan hidup. Selain kadar unsur hara
dalam tubuh, kadar air dalam tanah menyebabkan tanaman menjadi layu dan tidak dapat berdiri dengan
tegak. Hal ini disebabkan karena tidak adanya air yang diserap oleh akar kemudian dibawa ke tubuh
tumbuhan oleh xilem

Tumbuhan yang kekurangan nutrisi berakibat pada mudahnya terserang hama. Menurut Girsang
(2008), setiap species tanaman diganggu oleh hampir seratus jenis cendawan, bakteri, molikut, virus dan
nematoda yang berbeda-beda. Mekanisme resistensi pada tanaman yang resistensi cepat terjadi setetlah
patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah perkembangan patogen.

Keanekaragaman jenis tumbuhan dalam suatu ekosistem yang terdapat di alam terdiri atas
beberapa populasi. Komunitas tumbuhan umumnya terdiri atas lebih dari satu populasi. Satu populasi
dengan populasi yang lainnya menyebabkan terjadinya interaksi dalam suatu ekosistem. Menurut
Wirakusumah (2003), ekosistem tidak ada yang homogen meskipun hanya berupa relung yang sempit
sekalipun karena adanya mikrohabitat ekosistem yang beragam (heterogen). Perbedaan tingkat
heterogenitas itu dapat terjadi karena adanya perbedaan topografi.

Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum ekologi tumbuhan yang berkaitan dengan
keanekaragaman jumlah species atau varietas yang terdapat disekitar area kampus UNM Parangtambung
sesuai dengan topografinya. Pengukuran dengan menggunakan plot kuadrat dilakukan pada dua area
kampus UNM Parangtambung yaitu samping Masjid Ulil Albab dan pelataran Baruga Fakultas Bahasa
dan Sastra.
Pengamatan mengenai keanakergaman tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kurva
minimal area. Penggunaan kurva minimal area dapat menjadikan data yang diperoleh akurat dan
mewakili semua jenis vegetasi atau bersifat representatif. Ukuran plot terkecil yang digunakan yaitu 0,5
x 0,5 meter hingga plot area dengan ukuran tertentu sesuai dengan pertambahan jenis species.

1.2. Tujuan Praktikum


Menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili ciri suatu komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untul menganalisis vegetasi yang
menggunakan petak contoh (kuadrat). Kurva spesies area digunakan untuk memperoleh luasan
minimum petak contoh yang dianggap dapat mewakili suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu
yanf sedang dipelajari, Luasan petak contoh mempunyai hubungan erat dengai keragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut. Makin beragam jenis yaif terdapat pada areal tersebut, makin luas kurva
spesies areanya.
Bentuk luasan kurva spesies area dapat berbentuk bujur sangkar, empi persegi panjang dan dapat
pula berbentuk lingkaran. Luas petak contoh mini mum yang mewakili vegetasi hasil kurva spesies area,
akan dijadikan patokai dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Simorangkir, 2009).
Luas minimum adalah luas terkecil yang dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau
vegetasi secara keseluruhan. Luas minimum dan jumlah minimum dapat digabung dengan menentukan
luas total dari jumlah minimum yang sesuai dengan luas minimum yang sudah dapat didapat terlebih
dahulu. Penyebaran individu suatu populasi mempunyai 3 kemungkinan yaitu: Penyebaran acak,
Penyebaran secara merata, Penyebaran secara kelompok, untuk mengetahui apakah penyebaran individu
suatu polpulasi secara merata atau kelompok maka penentuan letak percontoh dalam analisis vegetasi
dapat dibedakan dengan cara pendekatan yaitu: Penyebaran percontohan secara acak, penyebaran
percontohan secara sistematik, penyebaran secara semi acak dan semi sistematik ( Rahardjanto, 2005).
Lokasi yang digunakan terletak di Kota makassar khususnya kampus UNM parangtambung
dengan kondisi lingkungan yang cukup gersang. Lokasi pertama dengan kondisi tanah yang kurang
subur dan lokasi kedua dengan kondisi tanah yang cukup subur. Hal ini didasarkan pada jumlah species
yang nampak. Salah satu metode untuk menentukan luas minimal suatu daerah yaitu dengan Species
Area Curve (SAC). Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui minimal jumlah petak contoh.
Sejumlah sampel dikatakan representive bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar jenis
tanaman pembentuk komunitas atau vegetasi tersebut (Odum, 2001).
Pemilihan lokasi plot dilakukan berdasarkan survey pendahuluan serta studi literatur dilengkapi
pula dengan studi peta kawasan. Salah satu kriterianya adalah lokasi yang masih memiliki kawasan
hutan yang masih utuh. Didapatkan lokasi plot di sebelah utara atau bagian belakang gunung karena
areal bagian muka atau selatan gunung telah mengalami kerusakan akibat kebakaran. Plot dibuat dengan
berukuran 1 ha dengan sub plot ukuran 20 x 20 m, yang berdasarkan hasil perhitungan kurva areal jenis
dan “kalibrasi” dengan luas serupa di lokasi lain yang juga memiliki plot sampel permanen (Sutomo,
dkk., 2012).
Keanekaragaman spesies dalam suatu area digambarkan dalam grafik seperti di bawah. Pola
kurva ditentukan oleh distribusi individu masing-masing jenis dalam hutan. Apabila individu-individu
semua jenis bercampur secara merata, kurva yang dihasilkan akan memperlihatkan pola peningkatan
jumlah jenis yang tajam pada kuadrat kecil yang kemudian diikuti dengan pola mendatar pada ukuran
kuadrat yang lebih besar (Lomolino, 2000).
Tipe kurva area spesies ada enam. Penentuannya berdasarkan karaktestik ekologi dari berbagai
sampel. Tipe I memiliki data pokok berdasarkan pada pengukuran tunggal yang sudah ada petak
bersarang. Tipe IIA dan IIB tersusun atas penaksiran keberagaman yang terdapat pada suatu area. Tipe
IIIA dan IIIB memiliki data yang diperoleh dari kuadrat terdekat. Tipe IV memiliki data dari sampel
area yang memiliki ciri khusus (Scheiner, 2003).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu
persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran
yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam
menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu populasijenis tumbuhan di dalam area
tersebut. Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis tumbuhan.
Dalam praktikum ini, khusus untuk variabel kerapatan dan kerimbunan, cara perhitungan yang dipakai
dalam metode kuadrat adalah berdasarkan kelas kerapatan dan kelas kerimbunan yang ditulis oleh Braun
Blanquet (1964). Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N),
biasanya dalam persen (%) (Surasana, 1990).
Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu
atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini
dapaat dinyatakan secara numerik sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies
dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah
bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994).
Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan untu
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan untuk
memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi
pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang
terdapat pada areal tersebut, maka makin luas petak contoh yang digunakan (Badriah, 2011).
Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan dapat pula
berbentuk lingkaran. Luas petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan
dijadikan patokan dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat. Analisa vegetasi adalah cara
mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut
(Badriah, 2011).
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan
teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar
agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik
berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh
yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies
Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan Luas minimum atau kurva spesies
area merupakan langkah awal yang digunakan untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan
petak contoh (kuadrat) (Badriah, 2011).
Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari.
Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal
tersebut. Makin tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut, makin luas petak contoh
yang dgunakan. Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi panjang dan
dapat pula berbentuk lingkaran (Badriah, 2011).
Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan luas daerah contoh vegetasi yang akan
diambil dan didalamnya terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk pengambilan contoh
haruslah representative bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan kepada
sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis
populasi. Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat komunitas akan
ditentukan oleh keadaan-keadaan individu dalam populasi (Badriah, 2011).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu praktikum ini dilaksanakan setiap hari selasa pukul 13.00 – selesai, dan tempat praktikum ini
di lakukan di Green House Agroteknologi Universitas Juanda.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah komunitas tumbuhan, tali rafia atau benang,
patok, alat tulis dan kertas label.

3.3. Cara Kerja


Langkah-langkah pelaksanaan praktikum ini adalah :
1. Pilihlah satu jenis vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan tentukan batas-batasnya.
2. Di tengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1. Petak contoh 1 ini tergantung pada luasan
areal dan keragaman jenisnya. Petak contoh yang umum digunakan untuk permulaan petak contoh
pada tanaman herba adalah 1 x 1 m atau sebuah lingkaran dengan jari-jari 0.56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1 dalam tabel lembar data.
4. Perluas petak contoh 1 menjadi dua kali lipatnya (= petak contoh 2) dan catat pertambahan jenis
yang terdapat pada petak contoh 2.
5. Perluas petak contoh 2 menjadi dua kali lipatnya (= petak contoh 3) dan catat pertambahan jenis
yang terdapat pada petak contoh 3. Demikian seterusnya.
6. Penambahan petak contoh dihentikan bila tidak ada kenaikan jumlah jenis atau penambahan jenis
sudah tidak
7. Apabila petak contoh berbentuk lingkaran, ulangi butir 3, 4,5 seperti telah disebutkan di atas.
8. Masukkan data hasil pengamatan ke dalam tabel perekam data
7

6
3
2
1 2

Gambar 2.1 Contoh petak kurva spesies area

Keterangan:

Petak contoh 1 = 1 m2

Petak contoh 2 = petak contoh 1 + 2 = 2 m2

Petak contoh 3 = petak contoh 1 + 2 + 3 = 4 m2

Petak contoh 4 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 = 8 m2

Petak contoh 5 = petak contoh 1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 16 m2 ; dan seterusnya.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.1. Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan

plot 1 plot 2
No No
Spesies Spesies
Bunga Katarak/ Daun Kitolod (
1 1 Crassocephalum Crepidioides
Hippobroma longifora )
Rumput Bambu ( Lophatherum Gracile Bunga Katarak/ Daun Kitolod (
2 2
Brongn ) Hippobroma longifora )
3 Crassocephalum Crepidioides 3 Cyperus rotundus L.
4 Bandotan ( Ageratum Conyzoides ) 4 Oxallis barrelieri (Calincing)
5 Bunga Randa 5 Ilalang
Rumput Bambu ( Lophatherum Gracile
6 Cyperus rotundus L. 6
Brongn )
Rumput Gajah Mini ( Axonopus Rumput Gajah Mini ( Axonopus
7 7
compressus (Swartz.) Beauv. ) compressus (Swartz.) Beauv. )
8 Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora ) 8 Krokot
9 Mikania Micrantha ( Caputuheun ) 9 Bunga Randa

10 Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora )

11 Mikania Micrantha ( Caputuheun )


plot 3 plot 4
No
Spesies No Spesies

1 Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora ) 1 Bunga Randa

Bunga Katarak/ Daun Kitolod ( Bunga Katarak/ Daun Kitolod (


2 2
Hippobroma longifora ) Hippobroma longifora )
3 Ilalang (Imperata Cylindrica ) 3 Bandotan ( Ageratum Conyzoides )
4 Bunga Randa 4 Oxallis barrelieri (Calincing)
Rumput Bambu ( Lophatherum Gracile
5 Bandotan ( Ageratum Conyzoides ) 5
Brongn )
6 Oxallis barrelieri (Calincing) 6 Dandelion

Rumput Gajah Mini ( Axonopus


7 7 Cyperus rotundus L.
compressus (Swartz.) Beauv. )
8 Mikania Micrantha ( Caputuheun ) 8 Borraria ( Rumput kentang – kentangan )

9 Crassocephalum Crepidioides 9 Beluntas

10 Euphorbia hirta L. (Kirinyuh) 10 Crassocephalum Crepidioides

Rumput Gajah Mini ( Axonopus


11 Krokot 11
compressus (Swartz.) Beauv. )

4.1.2 Tabel Hasil kurva spesies area

No. Luas Petak


Jenis Tumbuhan
Petak Kuadrat (m2)

1 1 9
2 2 11
3 4 11
4 8 11

4.2 Pembahasan

Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 1, dengan ukuran 1 x 1 m. Species yang
ditemukan pada plot 1 adalah Bunga Katarak/ Daun Kitolod ( Hippobroma longifora ), Rumput
Bambu ( Lophatherum Gracile Brongn ), Crassocephalum Crepidioides, Bandotan ( Ageratum
Conyzoides ), Bunga Randa, Cyperus rotundus L., Rumput Gajah Mini ( Axonopus compressus
(Swartz.) Beauv. ), Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora ), dan Mikania Micrantha ( Caputuheun
). Jumlah keseluruhan spesies adalah 9 jenis spesies yang terdapat pada plot 1.

Untuk plot ke 2 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 2 ditemukan jumlah species
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan plot 1 Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa
kualitas tanah dan jumlah varietas tanaman dari plot 2 jauh lebih banyak dibandingkan dengan
plot 1. Dengan ukuran 2 x 1 m terjadi penamabahan pada jumlah spesies yaitu Oxallis barrelieri
(Calincing), Ilalang, dan Krokot. Namun juga ada pengurngan pada spesies bandotan. Jumlah
keseluruhan spesies adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada plot 2.

Untuk plot ke 3 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 3 ditemukan jumlah species
yang sama banyak dengan plot 2 Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa kualitas tanah dan
jumlah varietas tanaman dari plot 3 sama banyak dengan jumlah di plot 2. Dengan ukuran petakan/
plot 2 x 2 m tidak terjadi penamabahan pada jumlah spesies Namun ada pergantian spesies yaiu
pada Bandotan ( Ageratum Conyzoides ), dan Euphorbia Hirta L. Jumlah keseluruhan spesies
adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada plot 3.

Untuk plot ke 4 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 4 ditemukan jumlah species
yang sama banyak dengan plot 2 dan Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa vegetasi julah
spesies tanaman hanya berhenti disini karena memiliki jumlah spesies yan g sama walau berbeda
beda namun jumlahnya sama yaitu 11. Dengan ukuran petakan/ plot 4 x 2 m tidak terjadi
penamabahan pada jumlah spesies Namun ada pergantian spesies yaiu pada Rumput Bambu (
Lophatherum Gracile Brongn ), Dandelion, Cyperus rotundus L., Borraria ( Rumput kentang –
kentangan ), dan Beluntas. Jumlah keseluruhan spesies adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada
plot .

Rendahnya pertambahan jumlah species baru dan persentase menjadi indikator untuk
menghentikan proses penambahan luas plot area. Species yang diperoleh pada Plot 2,3,dan 4 lebih
beragam, diantaranya Oxallis barrelieri (Calincing), Ilalang, dan Krokot, Bandotan ( Ageratum
Conyzoides ), dan Euphorbia Hirta L, Dandelion, Cyperus rotundus L., Borraria ( Rumput kentang
– kentangan ), dan Beluntas.

Berdasarkan kedua data dari keempat plot tersebut dapat diketahui bahwa plot yang
memiliki ukuran plot area dengan akumulasi species terbanyak terdapat pada lokasi 2, 3, dan 4.
Plot 1 hanya dengan luas 1 m2 dengan pertambahan species yang tidak signifikan, sedangkan plot
2 dengan luasan 2 m2 , plot 3 memiliki luas 4 m2 dan plot 4 memiliki 8 m2.
Pada table diatas dapat kita simpulkan bahwa ukuran petak contoh minimum yang dapat di
gunakan dalam analisis vegetasi adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 8m2. Dalam hasil pengamatan ini kami
telah mendaptakan sebaran komunitas tumbuhan di lahan perkebunan ini merupakan sabana
rumput karena rata rata spesies yang berada disini merupakan rumput – rumputan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengukur plot area minimum dengan menggunakan ukuran terkecil yaitu 1 x 1 m
kemudian menambahkan plot area apabila terjadi penambahan species dengan persentase
melebihi 5-10%. Plot area ditambahakan hingga tidak ada species baru yang ditemukan.
2. Jumlah species yang ditemukan pada plot 1 berjumlah 9 species dengan ukuran plot 1 m2.
Plot 2 terdapat 11 spesies dengan luasan 2 m2 , plot 3 terdapat jumlah spesies 11 memiliki
luas 4 m2 dan plot 4 memiliki 11 spesies dengan petakan 8 m2..
3. Perbandingan jumlah species yang terdapat diantara keempat plot, plot 2,3, dan 4 yang
memiliki varietas lebih tinggi dibandingkan plot 1.

5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka saran untuk praktikan yang
ingin melakukan praktikum ekologi tumbuhan dengan judul kurva species area agar lebih
teliti dalam mengamati dan mengidentifikasi jumlah species baru yang ditemukan. Selain itu
data vegetasi harus akurat terhadap ekosistem sehingga datanya akurat dan representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Erik Melpin. 2008. Uji Ketahanan Beberapa Varietas tanaman Cabai (Capsicum annum
L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lomolino, M. V. 2000. Ecologist’s most general, yet protean pattern: the species-area
relationship. Journal of Biogeography.
Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press. Yogyakarta.
Rahardjanto, Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press.
Malang
Sheiner, S. M. 2003. Six types of special-area curves. Blackwell Science Ltd. Global Ecology and
Biogeography.
Simorangkir, Roland H., Dkk. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar (Pongo
Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol.
6 No. 2 Desember 2009, p.10-20.
Sutomo dkk. Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi Pohon Hutan Gunung Pohen Cagar
Alam Batukahu Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 366 – 381
Wati, Isna Lidia., Hardiansyah., Sri Amintarti. 2010. Struktur Populasi Tumbuhan Sungkai
(Peronema canescens Jack.) Di Desa Belangian Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. Jurnal Wahana-Bio, Volume III Juni.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai