EKOLOGI
KURVA SPESIES AREA
Disusun oleh:
Nama : Jumila
NIM : A.1810261
Iklim sangat memengaruhi keragaman species dalam suatu wilayah. Namun tidak hanya iklim
yang menjadi salah satu indikator dalam peningkatan jumlah keragaman species pada suatu area.
Kondisi tanah merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keragaman species yang ada.
Tandus atau keringnya area sekitar tanaman dapat menyebabkan kemampuan suatu varietas tanaman
sulit untuk bertahan hidup karena kurangnya unsur hara yang diperoleh dari dalam tanah. Unsur hara
dalam tanah menjadi sumber nutrisi bagi tanaman untuk tetap bertahan hidup. Selain kadar unsur hara
dalam tubuh, kadar air dalam tanah menyebabkan tanaman menjadi layu dan tidak dapat berdiri dengan
tegak. Hal ini disebabkan karena tidak adanya air yang diserap oleh akar kemudian dibawa ke tubuh
tumbuhan oleh xilem
Tumbuhan yang kekurangan nutrisi berakibat pada mudahnya terserang hama. Menurut Girsang
(2008), setiap species tanaman diganggu oleh hampir seratus jenis cendawan, bakteri, molikut, virus dan
nematoda yang berbeda-beda. Mekanisme resistensi pada tanaman yang resistensi cepat terjadi setetlah
patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah perkembangan patogen.
Keanekaragaman jenis tumbuhan dalam suatu ekosistem yang terdapat di alam terdiri atas
beberapa populasi. Komunitas tumbuhan umumnya terdiri atas lebih dari satu populasi. Satu populasi
dengan populasi yang lainnya menyebabkan terjadinya interaksi dalam suatu ekosistem. Menurut
Wirakusumah (2003), ekosistem tidak ada yang homogen meskipun hanya berupa relung yang sempit
sekalipun karena adanya mikrohabitat ekosistem yang beragam (heterogen). Perbedaan tingkat
heterogenitas itu dapat terjadi karena adanya perbedaan topografi.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum ekologi tumbuhan yang berkaitan dengan
keanekaragaman jumlah species atau varietas yang terdapat disekitar area kampus UNM Parangtambung
sesuai dengan topografinya. Pengukuran dengan menggunakan plot kuadrat dilakukan pada dua area
kampus UNM Parangtambung yaitu samping Masjid Ulil Albab dan pelataran Baruga Fakultas Bahasa
dan Sastra.
Pengamatan mengenai keanakergaman tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kurva
minimal area. Penggunaan kurva minimal area dapat menjadikan data yang diperoleh akurat dan
mewakili semua jenis vegetasi atau bersifat representatif. Ukuran plot terkecil yang digunakan yaitu 0,5
x 0,5 meter hingga plot area dengan ukuran tertentu sesuai dengan pertambahan jenis species.
6
3
2
1 2
Keterangan:
Petak contoh 1 = 1 m2
plot 1 plot 2
No No
Spesies Spesies
Bunga Katarak/ Daun Kitolod (
1 1 Crassocephalum Crepidioides
Hippobroma longifora )
Rumput Bambu ( Lophatherum Gracile Bunga Katarak/ Daun Kitolod (
2 2
Brongn ) Hippobroma longifora )
3 Crassocephalum Crepidioides 3 Cyperus rotundus L.
4 Bandotan ( Ageratum Conyzoides ) 4 Oxallis barrelieri (Calincing)
5 Bunga Randa 5 Ilalang
Rumput Bambu ( Lophatherum Gracile
6 Cyperus rotundus L. 6
Brongn )
Rumput Gajah Mini ( Axonopus Rumput Gajah Mini ( Axonopus
7 7
compressus (Swartz.) Beauv. ) compressus (Swartz.) Beauv. )
8 Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora ) 8 Krokot
9 Mikania Micrantha ( Caputuheun ) 9 Bunga Randa
1 1 9
2 2 11
3 4 11
4 8 11
4.2 Pembahasan
Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 1, dengan ukuran 1 x 1 m. Species yang
ditemukan pada plot 1 adalah Bunga Katarak/ Daun Kitolod ( Hippobroma longifora ), Rumput
Bambu ( Lophatherum Gracile Brongn ), Crassocephalum Crepidioides, Bandotan ( Ageratum
Conyzoides ), Bunga Randa, Cyperus rotundus L., Rumput Gajah Mini ( Axonopus compressus
(Swartz.) Beauv. ), Jotang Kuda ( Synedrella Nodiflora ), dan Mikania Micrantha ( Caputuheun
). Jumlah keseluruhan spesies adalah 9 jenis spesies yang terdapat pada plot 1.
Untuk plot ke 2 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 2 ditemukan jumlah species
yang lebih banyak jika dibandingkan dengan plot 1 Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa
kualitas tanah dan jumlah varietas tanaman dari plot 2 jauh lebih banyak dibandingkan dengan
plot 1. Dengan ukuran 2 x 1 m terjadi penamabahan pada jumlah spesies yaitu Oxallis barrelieri
(Calincing), Ilalang, dan Krokot. Namun juga ada pengurngan pada spesies bandotan. Jumlah
keseluruhan spesies adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada plot 2.
Untuk plot ke 3 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 3 ditemukan jumlah species
yang sama banyak dengan plot 2 Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa kualitas tanah dan
jumlah varietas tanaman dari plot 3 sama banyak dengan jumlah di plot 2. Dengan ukuran petakan/
plot 2 x 2 m tidak terjadi penamabahan pada jumlah spesies Namun ada pergantian spesies yaiu
pada Bandotan ( Ageratum Conyzoides ), dan Euphorbia Hirta L. Jumlah keseluruhan spesies
adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada plot 3.
Untuk plot ke 4 Berdasarkan dari hasil pengamatan pada plot 4 ditemukan jumlah species
yang sama banyak dengan plot 2 dan Hal ini menjadi salah satu indikator bahwa vegetasi julah
spesies tanaman hanya berhenti disini karena memiliki jumlah spesies yan g sama walau berbeda
beda namun jumlahnya sama yaitu 11. Dengan ukuran petakan/ plot 4 x 2 m tidak terjadi
penamabahan pada jumlah spesies Namun ada pergantian spesies yaiu pada Rumput Bambu (
Lophatherum Gracile Brongn ), Dandelion, Cyperus rotundus L., Borraria ( Rumput kentang –
kentangan ), dan Beluntas. Jumlah keseluruhan spesies adalah 11 jenis spesies yang terdapat pada
plot .
Rendahnya pertambahan jumlah species baru dan persentase menjadi indikator untuk
menghentikan proses penambahan luas plot area. Species yang diperoleh pada Plot 2,3,dan 4 lebih
beragam, diantaranya Oxallis barrelieri (Calincing), Ilalang, dan Krokot, Bandotan ( Ageratum
Conyzoides ), dan Euphorbia Hirta L, Dandelion, Cyperus rotundus L., Borraria ( Rumput kentang
– kentangan ), dan Beluntas.
Berdasarkan kedua data dari keempat plot tersebut dapat diketahui bahwa plot yang
memiliki ukuran plot area dengan akumulasi species terbanyak terdapat pada lokasi 2, 3, dan 4.
Plot 1 hanya dengan luas 1 m2 dengan pertambahan species yang tidak signifikan, sedangkan plot
2 dengan luasan 2 m2 , plot 3 memiliki luas 4 m2 dan plot 4 memiliki 8 m2.
Pada table diatas dapat kita simpulkan bahwa ukuran petak contoh minimum yang dapat di
gunakan dalam analisis vegetasi adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 8m2. Dalam hasil pengamatan ini kami
telah mendaptakan sebaran komunitas tumbuhan di lahan perkebunan ini merupakan sabana
rumput karena rata rata spesies yang berada disini merupakan rumput – rumputan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengukur plot area minimum dengan menggunakan ukuran terkecil yaitu 1 x 1 m
kemudian menambahkan plot area apabila terjadi penambahan species dengan persentase
melebihi 5-10%. Plot area ditambahakan hingga tidak ada species baru yang ditemukan.
2. Jumlah species yang ditemukan pada plot 1 berjumlah 9 species dengan ukuran plot 1 m2.
Plot 2 terdapat 11 spesies dengan luasan 2 m2 , plot 3 terdapat jumlah spesies 11 memiliki
luas 4 m2 dan plot 4 memiliki 11 spesies dengan petakan 8 m2..
3. Perbandingan jumlah species yang terdapat diantara keempat plot, plot 2,3, dan 4 yang
memiliki varietas lebih tinggi dibandingkan plot 1.
5.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan maka saran untuk praktikan yang
ingin melakukan praktikum ekologi tumbuhan dengan judul kurva species area agar lebih
teliti dalam mengamati dan mengidentifikasi jumlah species baru yang ditemukan. Selain itu
data vegetasi harus akurat terhadap ekosistem sehingga datanya akurat dan representatif.
DAFTAR PUSTAKA
Girsang, Erik Melpin. 2008. Uji Ketahanan Beberapa Varietas tanaman Cabai (Capsicum annum
L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Lomolino, M. V. 2000. Ecologist’s most general, yet protean pattern: the species-area
relationship. Journal of Biogeography.
Odum, Eugene P. 2001. Dasar-dasar Ekologi. UGM University Press. Yogyakarta.
Rahardjanto, Abdul Kadir,2005. Buku Petunjuk Pratikum Ekologi Tumbuhan. UMM Press.
Malang
Sheiner, S. M. 2003. Six types of special-area curves. Blackwell Science Ltd. Global Ecology and
Biogeography.
Simorangkir, Roland H., Dkk. Struktur Dan Komposisi Pohon Di Habitat Orangutan Liar (Pongo
Abelii), Kawasan Hutan Batang Toru, Sumatera Utara. Jurnal Primatologi Indonesia, Vol.
6 No. 2 Desember 2009, p.10-20.
Sutomo dkk. Studi Awal Komposisi Dan Dinamika Vegetasi Pohon Hutan Gunung Pohen Cagar
Alam Batukahu Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume 12 No. 2, Agustus 2012, hlm. 366 – 381
Wati, Isna Lidia., Hardiansyah., Sri Amintarti. 2010. Struktur Populasi Tumbuhan Sungkai
(Peronema canescens Jack.) Di Desa Belangian Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar
Kalimantan Selatan. Jurnal Wahana-Bio, Volume III Juni.
LAMPIRAN