Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

KEPERAWATAN ANAK II
(Dengue Haemorrhagic Fever )

Dibuat Oleh
KELOMPOK C2

Kelas : C

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2020
Nama – nama kelompok C2

No Nama NPM
1 Helena Cristi Noya 12114201180081
2 Yansye Noya 12114201180005
3 Dian M Lambiombir 12114201180151
4 Agnes Lay 12114201180162
5 Chichilia E F Patikawa 12114201170019
6 Marlen Pattipeilohy 12114201180024
7 Hendriany Maitimu 12114201180138
8 Christi N Soukotta 12114201180213
9 Gilbert J Tomasoa 12114201180028
10 Febiola Tasya Sual 12114201180132
11 Meyke Clara Tanate 12114201180155
12 Silvana Teslatu 12114201180116
13 Rien Natasya Latue 12114201180149
14 Levina Hellen Umpenewany 12114201180066
15 Rany Olivia Soukotta 12114201180019
16 Kelfin Y Tuaewa 12114201180111
17 Senthia Sitania 12114201180198
18 Ruben Lumatalale 12114201180054
19 Rafi F Setiawan 12114201180089
20 Jeanette C Pattisina 12114201170217
21 Chintya Tehupuring 12114201180015
22 Salomi Hatulely 12114201180035
23 Devianty Garium 12114201180004
24 Axell Malakauseya 12114201180108
25 Gloria Tanikwele 12114201180047
26 Louis Poceratu 12114201180094
27 Frisilia Mamuly 12114201180021
28 Aprilia Mahakena 12114201170143
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas penyertaan dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
Semoga dengan adanya makalah ini pembaca dapat memahami dan
mengetahui tentang “Penyakit dengue haemorrhagic fever pada anak ”.Penulis
menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Ambon 17 November 2020

Penulis
Kelompok C2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Tujuan Penuliasan ............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Konsep DHF pada anak
2.1.1. Defenisi .........................................................................................................2
2.1.2. Etiologi ..........................................................................................................3
2.1.3. Tanda dan Gejala ..........................................................................................3
2.1.4. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................5
2.1.5. Penatalaksanaan ............................................................................................7
2.1.6. Patofisiologi ..................................................................................................9
2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF
2.2.1. Pengkajian ..................................................................................................10
2.2.2. Diagnosa keperawatan ................................................................................11
2.2.3. Rencana Keperawatan..................................................................................12
2.2.4. Intervensi dan Rasional................................................................................12
2.2.5. Implementasi Keperawatan..........................................................................13
2.2.6. Evaluasi ......................................................................................................13
2.3. Intervensi Mandiri keperawatan ....................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1.Kesimpulan......................................................................................................16
3.2.Saran.................................................................................................................16

Daftar Pustaka ......................................................................................................17


1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Demam berdarah dengue /DBD ( dengue haemorrhagic fever ) adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Biasanya terjadi
pembesaran plasma yang ditandai dengan homeokonsentrasi ( peningkatan
hematokrit ) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN – 1 , DEN – 2, DEN – 3, DEN – 4.
Keempat ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang
bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terdapat serotipe lain sangat
kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keepat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di indonesia
[ CITATION sud09 \l 1057 ]

1.2. Tujuan Penulisan


Semoga dengan adanya maklah ini mahasiswa dapat lebih mengetahui dan
memahai tentang penyakit DHF ( Dengue Haemorrhagic Fever) serta tindakan
mandiri yang dapat dilakukan pada pasien dengan DHF.
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep DHF pada anak


2.1.1. Defenisi
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue
shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan atau syok
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi
berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah
suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan
oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari,
2016)
DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut,
ditularkan
oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis, seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia, kecuali
di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas
permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui
kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab
3

demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono


2012)

2.1.2. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan
DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini
biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air
yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap
serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya.
Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di
Indonesia (Sudoyo dkk. 2010)
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif
terhadap inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada
suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan pula di Indonesia
dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto
2010).

2.1.3. Tanda dan Gejala

1. Demam dengue
4

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan


dua lebih manifestasi klinis sebagai berikut :

- Nyeri kepala

- Nyeri retro-orbital

- Mialgia / artralgia

- Ruam kulit

- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)

- Leucopenia

- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD


yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang
sama[ CITATION ami152 \l 1057 ]

2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila


semua hal dibawah ini dipenuhi

a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya

bersifat bifasik.

b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :


5

- Uji tourniquet positif

- Petekie, ekimosis, atau purpura

- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran


cerna,tempat bekas suntik.

- Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai

umur dan jenis kelamin.

- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian

cairan yang adekuat

e. Tanda kebocoran plasma seperti :

- Hipoproteinemia
6

- Asites

- Efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi


yaitu:

- Penurunan kesadaran, gelisah


7

- Nadi cepat, lemah

- Hipotensi

- Tekanan darah turun <20mmHg

- Perfusi perifer menurun


8

- Kulit dingin, lembab.

2.1.4. Pemeriksaan Penunjang


1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari
hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya
tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).
c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
e. Protein rendah
f. Natrium rendah (hiponatremi)
g. SGOT/SGPT bisa meningkat
h. Asidosis metabolic
i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine
9

Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012)


Sumsum tulang pada awal sakit biasanya hiposeluler, kemudian
menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi dan
pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik
dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi
berbaring.

4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat
diperiksa sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan
cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat
misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan
penebalan pankreas
5. Diagnosis Serologis
a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya
sensitif namun tidak spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan
tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI bertahan dalam tubuh
lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada
studi serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan
titer konvalesen 4x lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280)
baik pada serum akut atau konvalesen dianggap sebagai pesumtif
(+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(Vasanwala dkk. 2012).
b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)
10

Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya


rumit dan butuh tenaga berpengalaman. Antibodi komplemen
fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3 tahun).
c. Uji Neutralisasi
Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan
biasanya memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test
(PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi
virus dengue karena IgM sudah timbul kemudian akan diikuti
IgG. Bila IgM negatif maka uji harus diulang. Apabila sakit ke-6
IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat
bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi
(Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase
chain reaction (RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik
terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan dapat diulang dengan
mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang
berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk
(Vasanwala dkk. 2012).

2.1.5. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter
dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat
antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak
umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit belum
berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus
diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus
menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga
11

mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung


meningkat .
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai
pengganti cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang
diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan tersebut tidak ada
respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 –
30 Ml/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus
harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba,
amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi
menjadi 10 Ml/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)

c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)

1) Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan
Ringer Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam
larutan Ringer Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5%
dalam larutan Faali (d5/GF).
2) Koloid
- Dextran 40
- Plasma
2. Keperawatan
a. Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2
liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b. Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun
klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat
12

akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk


memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.
c. Derajat III dan IV

- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan


elektrolit (RL) dengan cara diguyur kecepatan 20
ml/kgBB/jam.

- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk


tindakan secepatnya baik obat – obatan maupun darah
yang diperlukan.

- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan


gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa dicabut apabila
perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah
boleh diberikan makanan cair

2.1.6 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan


demam karena proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang
hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan
meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi,
selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok
dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat
mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan
trombositopenia yang akan mengakibatkan perdarahan, dan jika
13

virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis sehingga


terjadi mual dan muntah.

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF


2.2.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh
perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk
menentukan masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Konsep
keperawatan anak pada klien DHF menurut Ngastiyah (2005) yaitu
a. Pengkajian
1. Identitas pasien Keluhan utama
2. Riwayat penyakit sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah
pernah dirawat sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang
demam, apakah ada riwayat penyakit keturunan, kardiovaskuler,
metabolik, dan sebagainya.
6. Riwayat psikososial
Bagaimana riwayat imunisasi, bagaimana pengetahuan keluarga
mengenai demam serta penanganannya.

b. Data subyektif
Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau
keluarga pada pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan
antara lain
1. Panas atau demam
2. Sakit kepala
14

3. Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.


4. Lemah
5. Nyeri ulu hati, otot dan sendi
6. Konstipasi

c. Data obyektif
Merupakan data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat
pada keadaan pasien. Data obyektif yang sering ditemukan pada
penderita DHF antara lain:
1. Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
2. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+),
epistaksis, ekimosis,hematoma, hematemesis, melena
3. Hiperemia pada tenggorokan
4. Nyeri tekan pada epigastrik
5. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa
6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi,
ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.
7. Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF
(Nanda, 2015).
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas
terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan, nyeri, hipoventilasi.
b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
c. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
kebocoran plasma darah.
d. Nyeri akut berhubungan dengan cidera biologis (penekanan intra
abdomen)
15

e. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan


intravaskuler ke ekstravaskuler.
f. Resiko syok (hipovolemik)
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
dan nafsu makan yang menurun.
h. Resiko perdarahan

2.2.3. Rencana Keperawatan


Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (Nanda,
2015)
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh anak dalam rentang normal
Kriteria :
- Suhu tubuh antara 36 – 37°C
- Nadi dan respirasi dalam rentang normal
- Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

2.2.4. Intervensi dan rasional :


a. Monitor suhu tubuh pasien sesering mungkin
Rasional : mengetahui peningkatan suhu tubuh, memudahkan
intervensi
b. Monitor warna dan suhu kulit
Rasional : mengetahui keadaan umum pasien
c. Anjurkan anak untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah
menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah)
tiap 3 jam sekali atau sesuai indikasi
16

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui


keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital
merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat
antipiretik sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien anak
dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat antipiretik untuk menurunkan
panas tubuh pasien.

2.2.5. Implementasi
Merupakan rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun
dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah
direncanakan dalam rencana – rencana perawatan (Tarwoto Wartonah,
2006).

2.2.6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan
sebagai pengukuran dari keberhasilan rencana tindakan keperawatan.
Hasil evaluasi dapat berupa
a. Tujuan tercapai
Jika pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika pasien menunjukkan perubahan sebagian dari standart yang
telah ditetapkan
17

c. Tujuan tidak tercapai


Pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru

2.3. Intervensi Mandiri keperawatan


Intervensi : Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
Tindakan mandiri yang dapat dilakukan adalah
1. Kuras Bak dan Penampungan Air
Telur nyamuk Aedes aegypti mudah bersarang pada penampungan air.
Selalu pastikan agar cucian piring dan gelas tidak dibiarkan
menumpuk. Selain itu, Anda juga rutin menguras bak mandi dan
tempat penampungan air lain di rumah, terutama pada saat musim
hujan.
2. Siapkan Kelambu dan Obat Anti Nyamuk
Pada saat cuaca di luar lembap atau turun hujan, siapkan kelambu atau
selimut saat Anda dan keluarga tidur. Gunakan obat anti nyamuk
untuk menambah perlindungan bagi keluarga. Anda bisa
menggunakan obat oles di kulit jika tidak ingin terganggu dengan
aroma obat anti nyamuk semprot atau bakar.
3. Gunakan Pakaian Panjang
Pada musim hujan, sebaiknya Anda dan keluarga membiasakan diri
menggunakan baju lengan panjang dan celana atau rok yang menutupi
lutut kaki. Pakaian panjang dapat mengurangi risiko terkena gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Bila Anda atau keluarga harus menggunakan
seragam tertentu yang memiliki lengan pendek, kenakan jaket atau
outerwear lengan panjang lain untuk menutupi area kulit di tangan.
4. Selalu Tutup Pintu dan Jendela
18

Bila Anda memiliki kebiasaan membiarkan pintu atau jendela terbuka,


maka Anda perlu menguranginya pada musim hujan. Hal ini berguna
mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah. Lakukan juga
pemeriksaan berkala pada dinding, lantai, atau atap rumah; untuk
mengecek lubang yang mungkin menjadi jalan masuk serangga kecil
dan nyamuk.
5. Jaga Kebersihan dan Kesehatan di Sekitar Rumah
Selain pencegahan yang disebutkan di atas, Anda dan keluarga perlu
sama-sama berpartisipasi menjaga kebersihan dan kesehatan di sekitar
rumah. Pastikan agar ruangan dan pekarangan rumah dibersihkan
teratur. Jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan dan minuman
sehat agar daya tahan tubuh Anda dan keluarga selalu terjaga baik.
19

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue
haemorhagic fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang
disetai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik.
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Penyebab dari Dengue Haemoragic
Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue
mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup
dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan darah, urine, foto
thorax, USG dan identifikasi serologis.
Adapun tidakan mandiri yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit
DHF yaitu kuras bak dan penampungan air, gunakan pakaian yang panjang,
selalu tutup pintu dan jendela, siapkan kelambu dan obat anti nyamuk, jaga
kebersihan dan kebersihan sekitar rumah.

3.2. Saran
20

Semoga dengan adanya maklah ini mahasiswa dapat lebih mengetahui dan
memahai tentang penyakit DHF ( Dengue Haemorrhagic Fever) serta
tindakan mandiri yang dapat dilakukan pada pasien dengan DHF. Semoga
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

amin huda nurarif, h. k. (2015). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis dan nanda nic-noc. jogjakarta: mediaction.
sudoyo, a. (2009). buku ajar ilmu penyakit dalam. jakarta: internal publishing.

Anda mungkin juga menyukai