Abstrak
Every fertile woman will menstruate, which normally complain of symptoms of the first two days. The most
common physicial symptom is dysmenorrhoea. This study was aimed to determine the effectiveness of Tauma
herbal drink in intensity of dysmenorrhoea. The design of this research study was "Quasy experiment" with
"Non-equivalent control group" which is divided into an experimental group and a control group. The study was
conducted on student school of nursing, University of Riau. Total sample were30 students who fit the inclusion
criteria and using simple purposive sampling technique. Measuring instruments are used sheets observasion
numeric scale. The analysis used univariate and bivariate analysis by independent sample t test and dependent
sample t test. The results showed a decrease in the intensity of dysmenorrhoea in the experimental group after
given Tauma herbal drink with p value (0.000) <α (0.05). This means that Tauma herbal drink was effective to
reduce the intensity of dysmenorrhoea. Tauma herbal drink can reduce dysmenorrhea in non-pharmacological
which can be practiced independently, so it was suggested to students who have other family members or
neighbors can use complementary therapies to reduce pain intensity of dysmenorrhoea.
References: 40 (2002-2014)
konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini farmakologi dan non-farmakologi. Terapi
memperparah hipoksia uterus yang secara farmakologi antara lain adalah pemberian
normal terjadi pada haid, sehingga timbul obat analgetik. Umumnya 50-60% wanita
rasa nyeri hebat (Corwin, 2009). memerlukan obat-obatan analgetik untuk
Dismenorea dapat dikelompokkan mengatasi dismenorea.Penggunaan
menjadi dismenorea primer dan analgetik dapat menghilangkan nyeri
dismenorea sekunder. Dismenoreaprimer dengan efektif dan cepat, namun
adalah menstruasi yang sangat penggunaan akan berdampak ketagihan dan
menyakitkan dan tidak berhubungan akan memberikan efek samping obat yang
dengan penyakit pelvis, sedangkan berbahaya seperti penggunaan dalam
dismenorea sekunder adalah jangka panjang berdampak buruk ke ginjal
ketidaknyamanan yang terjadi akibat dari dan liver. Namun kondisi ini bisa
kelainan pada organ genitalia dan pada diminimalisir dengan upaya sederhana
organ pelvis, misalnya endometriosis, yang tidak memiliki efek samping, salah
infeksi, adhesi akibat peritonitis, dan satunya adalah dengan terapi non-
penyakit pelvis lainnya (Wong, 2008). farmakologi (Prawirohardjo, 2008).
Angka kejadian dismenorea di dunia Apabila keluhan nyeri dapat
sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% dihilangkan dengan cara sederhana maka
perempuan di setiap negara mengalaminya. hal itu akan jauh lebih baik daripada
Persentasi kejadian dismenorea di USA penggunaan obat-obatan farmakologi
sekitar 60%, Swedia 72% dan diperkirakan karena menimbulkan ketergantungan
di Indonesia 55% perempuan usia terhadap efek penghilang nyeri.
produktif tersiksa nyeri selama haid (Lie, Pengobatan non farmakologi dapat
2004).Dismenorea terjadi pada wanita dilakukan dengan relaksasi, kompres air
berbagai usia, namun paling sering terjadi hangat, akupuntur, olahraga teratur dan
biasanya dismenoreaprimer timbul pada mengkonsumsi minuman-minuman herbal,
saat remaja, yaitu sekitar 2-3 tahun setelah diantaranya adalah tauge dan madu.
haid pertama dan terjadi pada umur kurang Menurut penelitian Ali, dkk (2014) ekstrak
dari 20 tahun (Hockenberry & Wilson, air tauge dan kacang hijau permentasi
2006). dibuktikan ampuh sebagai anti inflamasi
Beberapa dampak dismenorea adalah dan menghambal timbulnya nyeri.
terganggunya aktivitas akademik maupun Konsentrasi tauge dan kacang hijau
aktivitas sehari-hari yang akhirnya dapat permentasi sebesar 200 mg/kg dan 1000
berdampak pada penurunan kualitas hidup mg/kg menunjukkan efek kuat terhadap
dan penurunan produktivitas kerja (Sharma penghambat timbulnya nyeri.
dkk, 2008).Proverawati dan Misaroh Tauge/kecambah (phaseolus radiatus)
(2009) mengatakan bahwa masalah adalah tumbuhan kecil yang baru tumbuh
dismenorea setidaknya mengganggu 50% dari biji kacang-kacangan yang disemaikan
wanita masa produksi (25-45 tahun) dan atau melalui perkecambahan. Tauge
60-85% pada usia remaja (11-20 tahun), memiliki kandungan Vitamin E yang dapat
serta 67%pada usia dewasa (25-45 tahun) mengurangi nyeri haid, melalui hambatan
mengakibatkan banyak hambatan dalam terhadap biosintesis prostaglandin dimana
menjalani kegiatan sehari-hari. Vitamin E akan menekan aktivitas enzim
Telah banyak upaya yang dilakukan fosfolipase A dan siklooksigenase melalui
untuk mengatasi dismenorea ini, penghambatan aktivasi post translasi
diantaranya adalah dengan terapi siklooksigenase sehingga akan
981
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
983
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
984
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
985
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
sekitar 2-3 tahun setelah haid pertama dan intensitas dismenorea sebelum pada
terjadi pada umur kurang dari 20 tahun. kelompok kontrol adalah 4,53 dan setelah
Hasil penelitian menggambarkan 4,64. Rata-rata intensitas dismenorea pada
bahwa usia menarche terbanyak ditemukan kelompok eksperimen mengalami
pada umur 13 tahun yaitu 11 orang penurunan sebanyak 1,73 poin. Sedangkan
(36,7%), penelitian ini sama dengan rata-rata intensitas dismenorea pada
penelitian Siahaan (2012) yaitu usia kelompok kontrol juga mengalami
menarche terbanyak ada pada usia 13 penurunan sebanyak 0,11 poin, hal ini
tahun. Menurut Benson (2008) menarche terjadi karena nyeri yang dirasakan
terjadi pada usia 8-13 tahun. Manuaba responden bersifat hilang timbul.
(2007) menjelaskan usia menarche normal Pada saat dismenorea terjadi
adalah pada rentang 12-13 tahun. Menurut peningkatan kadar prostaglandin yang
Progestian (2010) bahwa menstruasi mempunyai efek vasokontriksi yang dapat
pertama dimulai pada antara usia 12-16 menyebabkan iskemi pada otot uterus
tahun, tergantung pada berbagai faktor sehingga menimbulkan rasa nyeri
seperti kesehatan wanita, nutrisi, berat (dismenorea). Nyeri yang dirasakan
tubuh relatif terhadap tinggi badan. responden diperut bawah menyebar ke
Faktor resiko terjadinya dismenorea pinggang dan paha. Penelitian ini sesuai
salah satunya adalah pada orang yang dengan pernyataan Wiknjosastro (2005)
mengalami menarche lebih awal (Smeltzer dismenorea yaitu nyeri diperut bawah,
& Bare, 2002). Hal ini berhubungan menyebar ke bawah pinggang, dan paha.
dengan prostaglandin endometrial dan Nyeri ini timbul tidak lama sebelumnya
leukotrien. Setelah terjadi proses ovulasi atau bersamaan dengan permulaan haid dan
sebagai respon peningkatan progesteron, berlangsung beberapa hari sebelum dan
asam lemak akan meningkat dalam selama menstruasi dan menurut Fardhani
fosfolipid membran sel. Asam arakidonat (2010), nyeri menstruasi yang dirasakan
dan asam lemak omega-7 lainnya bersifat hilang timbul atau nyeri yang
dilepaskan dan memulai suatu aliran bersifat tumpul yang terus menerus ada.
mekanisme prostaglandin dan leukotrien Lokasi nyeri pada daerah perut bawah dan
dalam uterus, kemudian berakibat pada menyebar kepinggang dan paha.
termediasinya respons inflamasi dan tegang 3.Efektifitas tauma herbal drink terhadap
saat menstruasi (Guyton & Hall, 2007). intensitas dismenorea
2.Intensitas Nyeri Berdasarkan hasil penelitian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada perbedaan yang signifikan
didapatkan bahwa nilai rata-rata intensitas rata-rata intensitas dismenorea sebelum dan
dismenorea sebelum diberikan intervensi sesudah diberikan intervensi tauma herbal
pada kelompok eksperimen adalah 5,24 drink pada kelompok eksperimen dengan p
poin dan setelah diberikan intervensi 3,51. value 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
Sebelum diberikan intervensi terjadi tauma herbal drink efektif dalam
peningkatan nyeri haid setiap hari yang penurunan intensitas dismenorea. Tauma
dimulai dari hari pertama dengan nilai rata- herbal drink merupakan kombinasi dari
rata 3,87 dan puncaknya meningkat pada tauge dan madu. Kandungan yang dimiliki
hari ketiga yaitu 6,67. Menurut Smeltzer tauge adalah vitamin C, thiamin, riboflavin,
dan Bare (2007) skala nyeri yang dirasakan niasin, asam panthothenik, vitamin B6,
responden berada dalam rentang nyeri folat, kolin, β-karoten, vitamin A, vitamin
sedang (4-6). Sedangkan rata-rata E dan vitamin K. Vitamin E berfungsi
986
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
987
JOM Vol 2 No 2, Oktober 2015
989
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
Abstract
Dysmenorrhea is increasing and excessive pain during menstruation. There is some pain management to overcome the
pain of dysmenorrhea, one of which is with yoga. This study aims to determine the effectiveness of yoga to decrease the
intensity of dysmenorrhea pain. The design of this research study "Quasy experiment" using "non-equivalent kontrol
group" which is divided into an experimental group and a control group. The study was conducted at SMK Negeri 7
Pekanbaru, the number of 30 students were taken using simple random sampling technique. Measuring instruments used
are observasi.Tindakan sheet was conducted for 45 minutes 3x to rest 5 minutes each treatment. The analysis used
univariate and bivariate analysis using the Mann Whitney and Wilcoxon. The study found a decrease in the intensity of
dysmenorrhea pain in the experimental group after given yoga (p value 0,000 < α 0,05) The results of this study that
merekomdasikan yoga can be used for young women, especially women who have dysmenorrhea to reduce the intensity
of pain dysmenorrhoea.
1258
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
hasil penelitian ini dapat menjadi dasar sumber memenuhi kriteria inklusi. Teknik
data bagi peneliti selanjutnya yang ingin pengambilan sampel yang digunakan yaitu
melakukan penelitian, terutama tentang teknik random sampling dengan sistem undian
mengaplikasikan teknik yoga terhadap untuk menetapkan 15 sampel kelompok
penurunan nyeri dismenore. eksperimen dan 15 sampel kelompok kontrol.
diharapkan dan yang diterima oleh orang responden. Hasil nya menunjukkan
kebudayaan mereka. bahwa responden mengalami penurunan
Hasil penelitian yang telah dilakukan di intensitas nyeri dengan (p-value = 0,000).
SMK Negeri 7 Pekanbaru pada 30 responden Pujiastuti (2014), yoga hanya melibatkan
yang dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu sistem otot dan respirasi dan tidak
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. membutuhkan alat lain sehingga mudah
Kelompok eksperimen diberikan yoga selama dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu.
45 menit sedangkan kelompok kontrol tidak Sehingga, latihan seperti dengan
diberikan perlakukan. Pada kedua kelompok menggerakkan panggul, dengan posisi lutut,
dilakukan pengukuran intensitas nyeri dada dan latihan pemanasan dapat bermanfaat
dismenorea menggunakan Numeric Rating untuk mengurangi dismenore.
Scale (NRS). Yoga adalah suatu cara tehnik
Pengukuran intensitas nyeri dismenorea relaksasi, tehnik relaksasi memberikan efek
didapatkan hasil rata-rata penurunan intensitas distraksi yang dapat mengurangkan nyeri kram
nyeri dismenorea sebelum diberikan yoga abdomen akibat dismenorea (Pujiastuti &
yaitu 5,20 pada kelompok eksperimen dan Sindhu, 2014). Efek relaksasi juga
5,13 pada kelompok kontrol. Sedangkan rata- memberikan individu kontrol diri ketika terjadi
rata penurunan intensitas nyeri dismenorea rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik, emosi
setelah diberikan yoga yaitu 4,20 pada serta menstimulus pelepasan endorfin (Simkin,
kelompok eksperimen dan 5,20 pada Whalley, & Keppler, 2008). Pelepasan
kelompok kontrol. endorfin dapat meningkatkan respons saraf
parasimpatis yang mengakibatkan vasodilatasi
Hasil uji Mann-Whitney untuk pembuluh darah seluruh tubuh dan uterus serta
perbandingan intensitas nyeri sesudah antara meningkatkan aliran darah uterus sehingga
kelompok eksperimen yang diberikan mengurangi intensitas nyeri dismenorea
perlakuan dengan kelompok kontrol yang (Ernawati et al., 2010).
tidak diberikan perlakuan menunjukkan nilai
p-value 0,000 nilai p-value < α (0,05), artinya Setelah yoga didapatkan bahwa intensitas
yoga efektif dalam menurunkan intensitas nyeri dismenorea yang dialami responden
nyeri dismenore. Hasil akhir menunjukkan mengalami penurunan. Menurut Simkin et al
bahwa responden mengalami penurunan (2008) pernapasan lambat bertujuan untuk
tingkat stress dengan p-value 0,000 < α (0,05), memberikan efek rileks serta kontrol diri
maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
rata-rata penurunan intensitas nyeri stres fisik dan emosi pada nyeri. Selain itu,
dismenorea setelah diberikan yoga pada sesuai pendapat dari Anggriana (2010) lakukan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pemanasan ringan dengan tarik nafas dalam
yang tidak diberikan intervensi, sehingga Ha dengan menghitung 1,2,3 didalam hati dan
diterima. Bare dan Smeltzer (2002) tingkat hembuskan secara perlahan-lahan, kemudian
stress juga mempengaruhi terhadap kejadian lemaskan otot-otot tangan, kaki, pinggang dan
dismenore karena stress menimbulkan leher. Tujuannya untuk menaikkan suhu tubuh,
penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan meningkatkan deyut nadi dan mengurangi
otot-otot punggung bahwa sehingga kemungkinan cidera.
menyebabkan dismenore. Siswi yang mengalami dismenorea yang
Penelitian lain yang mendukung diberikan yoga merasakan rasa rileks yang
penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan mengurangi kontraksi uterus dan kram
oleh Kartika (2012) tentang penurunan tingkat abdomen. Efek relaksasi menyebabkan
dismenore pada mahasiswa Fakutas Ilmu peningkatan respons saraf parasimpatis yang
Keperawatan UNPAD dengan menggunakan mengakibatkann efek vasodilatasi pembuluh
yoga. Penelitian tersebut dilakukan pada 20 darah uterus sehingga aliran darah uterus
1262
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
1264
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
1265
Alfaina Wahyuni, Endometriosis dan Infertilitas ................................
Alfaina Wahyuni
Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi, Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstract
Abstrak
Endometriosis adalah suatu penyakit ginekologis yang sering terjadi pada sedikitnya 10%
wanita usia reproduksi. Sebanyak 25-50% wanita infertil menderita endometriosis dan 30-50%
wanita endometriosis adalah infertil. Mekanisme bagaimana endometriosis mempengaruhi fertilitas
belum dapat dijelaskan secara lengkap sehingga manajemen pasien dengan problem infertilitas masih
kontroversial. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk membahas endometriosis kaitannya dengan
infertilitas berikut penatalaksanaannya dengan cara studi kepustakaan.
Dapat disimpulkan bahwa mekanisme terjadinya infertilitas karena endometriosis masih belum
jelas, beberapa faktor diduga berperan dalam mekanisme tersebut yaitu distorsi anatomi, gangguan
fungsi peritoneal, gangguan imunologis, abnormalitas endokrin dan ovarium serta gangguan implantasi.
Penatalaksanaan infertilitas endometriosis sangat komplek dan harus mempertimbangkan aspek
usia, lama infertilitas, riwayat keluarga endometriosis, nyeri pelvis dan stadium endometriosis. Terapi
medikal cukup efektif untuk mengurangi keluhan endometriosis tetapi tidak meningkatkan fekunditas
dan fertilitas, sedangkan terapi bedah laparoskopi secara signifikan meningkatkan angka kehamilan
dan angka kelahiran hidup. Kombinasi terapi medikal dan bedah secara teoritis menguntungkan
tetapi belum cukup bukti yang menunjukkan efektifitasnya dalam meningkatkan fertilitas.
62
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 8 No. 1: 62 - 71, April 2008
63
Alfaina Wahyuni, Endometriosis dan Infertilitas ................................
endometriosis terbagi menjadi 4 stadium. yang didapat. Angka kehamilan IVF akan
Stadium I dan II ditunjukkan dengan lesi yang meningkat apabila digunakan oocyt donor
tersebar, superfisial berimplantasi pada dari wanita yang bukan endometriosis,
uterus, tuba atau ovarium dan tidak ada sebaliknya jika oocyt wanita endometriosis
jaringan parut atau perlengketan. Stadium ditanamkan pada wanita yang tidak
sedang (III) dicirikan oleh adanya implan endometriosis, tetap saja mempunyai
multipel atau endometrioma d” 2cm yang angka kehamilan yang rendah. Hal ini
melibatkan satu atau kedua ovarium, menunjukkan kualitas oocyt yang kurang
terdapat perlengketan minimal di sekitar baik pada wanita endometriosis. Diduga
tuba atau ovarium. Stadium berat (IV) buruknya kualitas oocyt ini terjadi sejak
ditandai dengan adanya endometrioma masih dalam folikel sebelum terlepas ke
besar pada ovarium, terdapat perlengketan cavum abdomen dan tercampur dengan
pada tuba atau ovarium yang berat, cairan peritoneal. Kualitas oocyt ini
obstruksi tuba, obliterasi cavum douglass, tampaknya tidak bisa diperbaiki dengan
serta keterlibatan jaringan uterosakral, pemicu ovulasi gonatropin sekalipun
traktus urinarius maupun usus.1,3 mengingat kenyataannya bahwa angka
Endometriosis dan Infertilitas. kehamilan IVF wanita endometriosis tetap
Fekunditas wanita dengan endometriosis rendah.2
menurun dibandingkan dengan wanita yang Hipotesis yang menerangkan
tidak endometriosis. Fekunditas adalah bahwa endometriosis menyebabkan
probabilitas seorang wanita untuk infertilitas atau penurunan fekunditas masih
melahirkan bayi hidup setiap bulannya. Pada kontroversi dan banyak diperdebatkan
pasangan normal, fekunditas berkisar meskipun sudah banyak penelitian yang
antara 0,15-0,20 per bulan dan angka ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut.
menurun sesuai dengan bertambahnya The Practice Committee of the American
usia. Pada wanita dengan endometriosis Society for Reproductive Medicine (2006)7
yang tidak diterapi angka fekunditas bulanan dan beberapa literatur menjelaskan bahwa
adalah 0,02 – 0,10.7 beberapa mekanisme yang diduga berkaitan
Penelitian pada wanita yang dengan infertilitas pada wanita
ditemukan lesi endometriotik pada endometriosis adalah sebagai berikut:
laparoskopi diagnostik yang secara acak Distorsi struktur anatomi organ
diterapi secara bedah atau dilakukan pelvis. Terjadinya adesi pelvis berperan
menejemen ekspektatif menunjukkan rerata penting dalam infertilitas melalui
kehamilan kumulatif yang meningkat secara mekanisme gangguan pelepasan ovum,
signifikan pada pasien yang menjalani blokade transpor sperma ke cavum
terapi. Hal ini menunjukkan bahwa lesi yang peritonei dan menghambat tubal pickup
ringan sekalipun dapat mempengaruhi oocyt, motilitas tuba dan patensi tuba.1
proses reproduksi7. Peningkatan inflamasi peritoneum
Penelitian eksperimental pada diikuti peningkatan sitokin pada cairan
primata, kelinci dan tikus yang dibuat peritoneum terjadi pada endometriosis.
endometriosis, juga menguatkan argumen Sitokin mempunyai peran yang besar dalam
bahwa endometriosis menyebabkan memicu pembentukan serta progesivitas
infertilitas, tidak tergantung dari lokalisasi penyakit. Sitokin dapat menstimulasi
dan ekstensifitas dari lesi endometriosis. perlekatan sel endometrial ke mesotelial
Menurut Barnhart (2002) dalam peritoneum secara invitro sebaik stimulasi
sebuah metanalisis pada IVF mendapatkan oleh protein matrik ekstraseluler spesifik8.
bahwa angka kehamilan wanita Hiperaktivitas makrofag dalam cairan
endometriosis hampir setengah dari angka peritoneum diduga ikut berperan dalam
kehamilan IVF dengan indikasi lain. Selain patogenesis endometriosis dan infertilitas
itu pada wanita endometriosis juga dengan mensekresi growth factor dan
menunjukkan hasil yang rendah pada angka sitokin . Peningkatan jumlah makrofag pada
fertilisasi, implantasi maupun jumlah oocyt endometriosis tingkat lanjut juga diikuti
64
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 8 No. 1: 62 - 71, April 2008
65
Alfaina Wahyuni, Endometriosis dan Infertilitas ................................
saat itu. Pada percobaan in vitro diduga muncul mulai dari diagnosis, pengobatan
terdapat disregulasi respon dari IL-6 pada bahkan sampai dengan evalusi selanjutnya.
makrofag peritoneal, sel stroma Pengobatan infertilitas endometriosis dapat
endometrium dan makrofag dalam darah berupa pembedahan, medikamentosa, atau
pada pasien endometriosis5,8. kombinasi keduanya.
Abnormalitas endokrin dan Terapi medikamentosa. Terapi
ovarium. Diduga terdapat perubahan medikamentosa untuk mengatasi nyeri
hormonal dan fungsi ovarium pada wanita pada endometriosis cukup efektif, namun
endometriosis yang meliputi the luteinized belum ada bukti ilmiah bahwa terapi ini bisa
unruptured follicle syndrome, luteal phase meningkatkan fekunditas. Beberapa pilihan
dysfunction dan abnormal follicular growth. obat yang bisa digunakan adalah danazol,
Namun dugaan ini tidak didukung dengan GnRH agonis, GnRH antagonis, progestin
bukti yang valid. Banyak kemungkinan yang dan kombinasi estrogen-progesteron.
dapat dimunculkan, mulai dari pengaruh Beberapa penelitian RCT membuktikan
folikulogenesis, disfungsi ovulasi, bahwa danazol, GnRH analog maupun
hiperprolaktinemia, defek fase luteal, progestin tidak efektif sebagai terapi
accelereratad ovum transport, infertilitas endometriosis ringan sampai
spermphagocytosis, impaired fertilization sedang. Pada 2 penelitian RCT yang
sampai embriotoksisitas pada saat awal mengikutsertakan 105 wanita infertil yang
perkembangan embrio7. Sebuah penelitian menderita endometriosis ringan sampai
menunjukkan adanya kelainan proses sedang, menunjukkan bahwa dengan terapi
steroidogenesis diidalam folikel wanita danazol, angka kehamilan tidak meningkat
endometriosis. Didalam cairan folikel dibandingkan dengan menejemen
preovulasi wanita endometriosis ringan ekspektatif. Selanjutnya dalam penelelitian
terdapat kadar endothelin-1 yang tinggi dan RCT yang diikuti 71 wanita infertil dengan
kadar receptor LH yang rendah di sel endometriosis ringan sampai sedang,
granulosa selama fase folikuler. angka kehamilan selama pengamatan 1
Dampaknya adalah adanya gangguan dan 2 tahun tidak menunjukkan perbedaan
proses steroidogenesis folikuler.2 antara terapi GnRH agonis selama 6 bulan
Gangguan proses implantasi. dibandingkan dengan terapi ekspektatif.
Beberapa peneltian sudah dilakukan untuk Penelitian RCT serupa dengan
mempelajari kaitan endometriosis dengan menggunakan terapi progestin
implantasi. Berkurangnya ekspresi ávâ menunjukkan hasil yang sama. Pada
integrin suatu molekul adesi selama penelitian RCT yang hanya diikuti 31 wanita
implantasi terjadi pada beberapa wanita infertil endometriosis, angka kehamilan
endometriosis. Pada penelitian lainnnya, dengan terapi progestin dibandingkan
pada wanita infertil dengan endometriosis dengan ekspectatif menejemen adalah 41%
terdapat penurunan kadar enzim yang dan 43%. Dalam sebuah metanalisis dari
terlibat dalam endometrial ligand. Pada 7 penelitian yang membandingkan terapi
penelitian lain dikatakan bahwa reseptivitas medikal dan tanpa terapi atau plasebo
endometrial pada pasien endometriosis menunjukkan bahwa odds ratio kehamilan
tidak ada gangguan, diduga menurunnya adalah 0,85 (95%CI 0,95-1,22). Jadi terapi
angka implantasi berhubungan dengan hormonal tidak memperbaiki fekunditas
kualitas oocyt dan embrio serta wanuta infertil yang menderita
7
menurunkan kualitas zona pellucida endometriosis grade I-II .
sehingga sehingga menghambat proses Alastair et al (2001) telah melakukan
hatching.7 metaanalisis pada beberapa penelitian
Penatalaksanaan Infertilitas tentang efek terapi medimentosa terhadap
Endometriosis. Penatalaksanaan angka kehamilan. Tabel berikut
infertilias endometriosis sangat komplek, menunjukkan bahwa terapi dengan
mempunyai banyak masalah dan masih progestogen, GnRH agonis dan oral
banyak silang pendapat. Masalahnya sudah kontrasepsi dibandingkan dengan danazol
66
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 8 No. 1: 62 - 71, April 2008
tidak meningkatkan angka kehamilan (OR dibandingkan dengan placebo atau tanpa
1,2 95%CI 0,9-1,7), demikan halnya antara terapi juga tidak menunjukkan peningkatan
terapi danazol, GnRH agonis, Progestagen angka kehamilan (OR 0,8 95%CI 0,5-1,4).10
67
Alfaina Wahyuni, Endometriosis dan Infertilitas ................................
68
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 8 No. 1: 62 - 71, April 2008
69
Alfaina Wahyuni, Endometriosis dan Infertilitas ................................
70
Mutiara Medika
Edisi Khusus Vol. 8 No. 1: 62 - 71, April 2008
71
PENGARUH PELATIHAN RELAKSASI ZIKIR TERHADAP PENINGKATAN
KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF ISTRI YANG MENGALAMI INFERTILITAS
Dina Wahyunita
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email:dinawahyunita@yahoo.com.
Tina Afiatin
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
ABSTRACT
This research aims at identifying the effect of zikr relaxation training to increase subjective well being of
wife’s infertility. Zikr relaxation training is a training which using zikr relaxation concept from Maimunah
(2011) involving education of infertility, education of zikr relaxation, practice zikr relaxation, experience
discussion, and self monitoring. The subject of research was four wife infertility primary. The data collected
was conducted using subjective well being scale, interview, and observation. The research design used was
one group pretest posttest design. Quantitative and qualitative analysis were used to analyze data. The result
showed that all aspects of subjective well being difference significantly infertility before getting zikr
relaxation training and after getting training with value Z=-1,826, p=0,034 ( p<0,05), r=-0,913. Effect size
of indicaties that zikr relaxation training has a large effect to aspect of life satisfaction, positive affect, and
negative affect because able to explain variant of life satisfaction, variant of positive affect, and variant of
negative affect equal to 83,36%. The conclusion of this Research is subjective well being of wife infertility
increase after following zikr relaxation training. Zikr Relaxation training could increase aspect of life
satisfaction and affective aspect of wife infertility.
Key words: Subjective Well Being, Zikr Relaxation, Wife Infertility.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan relaksasi zikir terhadap peningkatan
kesejahteraan subjektif istri yang mengalami infertilitas. Pelatihan relaksasi zikir adalah pelatihan yang
menggunakan konsep relaksasi zikir dari Maimunah (2011) yang terdiri atas materi infertilitas, materi
relaksasi zikir, praktek relaksasi zikir, diskusi pengalaman, dan self monitoring. Subjek dalam penelitian ini
adalah empat orang istri yang mengalami infertilitas primer. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan skala kesejahteraan subjektif, wawancara, dan observasi. Desain penelitian yang digunakan
adalah one group pretest posttest design. Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan
kualitatif. Hasil penelitian, yaitu semua aspek pada kesejahteraan subjektif menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan pada istri yang mengalami infertilitas sebelum mendapatkan pelatihan relaksasi zikir dengan
setelah mendapatkan pelatihan dengan nilai Z=-1,826, p=0,034 (p<0,05), r=-0,913. Hasil estimasi effect
size mengindikasikan bahwa pelatihan relaksasi zikir memiliki a large effect terhadap aspek kepuasan hidup,
afek positif, dan afek negatif karena mampu menjelaskan varian kepuasan hidup, varian afek positif, dan
varian afek negatif sebesar 83,36%. Kesimpulan penelitian ini adalah kesejahteraan subjektif istri yang
mengalami infertilitas lebih tinggi setelah mengikuti pelatihan relaksasi zikir dibandingkan sebelum
mengikuti pelatihan. Kesejahteraan subjektif istri infertilitas meningkat setelah mengikuti pelatihan relaksasi
zikir. Pelatihan relaksasi zikir dapat meningkatkan aspek kepuasan hidup dan aspek afektif pada istri yang
mengalami infertilitas.
Kata Kunci : Kesejahteraan Subjektif, Relaksasi zikir, Istri Infertilitas
kecemasan dan memiliki tekanan darah diberi perlakuan dan kelompok kontrol.
tinggi dapat menurunkan tekanan darah, Pemilihan subjek ditetapkan dengan cara
rasa marah, cemas, takut, khawatir, dan tidak random yaitu dengan cara matching.
lain-lain.
Suatu penelitian yang dilakukan Subjek Penelitian
oleh Newberg (2000) menyimpulkan Subjek penelitian ini adalah sebagai
bahwa terdapat hubungan yang positif berikut (a) pasien hipertensi esensial
antara pengalaman spiritual dan kese- pralansia berusia 45-59 tahun, (b)
hatan. Salah satu contoh misalnya mereka beragama islam, (c) memiliki skor
yang rajin dan secara teratur menjalani kecemasan dari kategori sedang sampai
meditasi dan berdoa serta berzikir tinggi, dan (d) berada pada kategori
memiliki taraf kesehatan fisik dan mental hipertensi esensial stadium 1 dan 2.
yang lebih tinggi daripada mereka yang
tidak mengamalkan meditasi serta berdoa Metode Pengumpulan Data
dan berzikir. Dikemukakan bahwa penga- Pengumpulan data dalam penelitian
laman meditasi serta berdoa dan berzikir ini diperoleh melalui wawancara awal
itu dapat menurunkan tekanan darah dan dan observasi. Selain itu penelitian ini
denyut jantung, oleh karenanya resiko juga menggunakan pengukuran dengan
penyakit jantung dan stroke dapat skala kecemasan yang disusun oleh Dony
dihindari. (2012) yang terdiri atas 20 aitem setelah
Berdasarkan penjelasan di atas, tryout. Penyusunan skala kecemasan ini
dirumuskan sebuah hipotesis penelitian. memuat aspek emosi, kognitif, fisik, dan
Hipotesis penelitian ini adalah ada perilaku (Calhoun & Acocella, 1990;
perbedaan tingkat kecemasan pasien Greenberger & Padesky, 1995; Nevid,
hipertensi esensial pralansia yang men- dkk, 2005). Skala tersebut menggunakan
dapatkan terapi relaksasi zikir dengan empat alternatif pilihan respon yaitu HTP
tingkat kecemasan pasien hipertensi (Hampir Tidak Pernah), J (Jarang), S
esensial pralansia yang tidak men- (Sering), dan HS (Hampir Selalu). Jumlah
dapatkan terapi relaksasi zikir. aitem pada skala kecemasan adalah 20
butir. Rentang skor yang diberikan untuk
METODE PENELITIAN masing-masing jawaban bergerak dari 1-4.
Skor 1 yaitu untuk pilihan jawaban TP, 2
Rancangan Eskperimen untuk pilihan jawaban J, 3 untuk jawaban
Penelitian ini merupakan penelitian S, dan 4 untuk jawaban HS. Skor
kuasi-eksperimen dengan model rancang- terendah yang mungkin didapat subjek
an penelitian yang akan digunakan adalah adalah 20 dan tertinggi adalah 80.
pretest-posttest control group design Semakin tinggi skor yang didapat maka
(Shadish, Cook, & Campbell, 2002). semakin tinggi tingkat kecemasannya,
Desain ini bertujuan untuk melihat efek sedangkan semakin rendah skor yang
suatu perlakuan terhadap kelompok yang didapat subjek maka semakin rendah
kan terapi relaksasi zikir daripada kelom- esensial pralansia. Berdasarkan analisis U
pok kontrol yang tidak diberi terapi relak- Mann Whitney menunjukkan skor Z = -
sasi zikir. Berdasarkan hasil analisis hipo- 2,627 dan nilai p = 0,008 (p<0,05). Hal
tesis dapat diterima. ini menunjukkan bahwa ada perbedaan
tingkat kecemasan antara kelompok
PEMBAHASAN eksperimen dan kelompok kontrol setelah
diberi terapi dan pada saat tindak lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk me- Hasil penelitian ini mendukung
ngetahui pengaruh terapi relaksasi zikir penelitian terdahulu yang telah dilakukan
untuk menurunkan kecemasan pada oleh Maimunah (2011) yang menggu-
pasien hipertensi esensial pralansia pada nakan relaksasi dengan zikir untuk
kelompok eksperimen dan kelompok kon- mengatasi kecemasan. Dalam penelitian
trol. Selain itu juga untuk mengetahui tersebut terbukti signifikan bahwa
perbedaan tingkat kecemasan sebelum relaksasi dengan zikir dapat menurunkan
dan sesudah diberikan terapi relaksasi tingkat kecemasan yang dialami subjek.
zikir pada kelompok eksperimen dan Hal ini juga sesuai dengan penelitian
kelompok kontrol. yang telah dilakukan oleh Hoelscher dan
Berdasarkan analisis data yang telah Lichstein (1986) menunjukkan bahwa
dilakukan didapatkan hasil bahwa terda- relaksasi dapat menurunkan tekanan
pat perbedaan tingkat kecemasan antara darah systolic dan diastolic pada pasien
kelompok eksperimen dan kontrol setelah hipertensi. Selain itu, sejalan dengan
diberi terapi relaksasi zikir. Hasil analisis Penelitian Taylor, Farquhar, Nelson, dan
U Mann Whitney menunjukkan skor Z = Agras (1997) pada penderita hipertensi
-2,627 dan nilai p = 0,008 (p<0,05). Hal esensial menunjukkan manfaat relaksasi
ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang dapat menurunkan tekanan darah
tingkat kecemasan pasien hipertensi esen- sistolik dan diastolik sebesar 14/5 mmHg.
sial pralansia yang signifikan antara ke- Faktor penting yang menunjang
lompok eksperimen dan kelompok kon- keberhasilan sebuah penelitian adalah
trol setelah diberi terapi relaksasi zikir. modul terapi relaksasi zikir, fasilitator,
Kelompok eksperimen menunjukkan dan karakteristik partisipan. Modul terapi
tingkat kecemasan lebih rendah diban- relaksasi zikir ini merupakan modifikasi
dingkan dengan kelompok kontrol. Hal terapi yang sudah dilakukan pada
ini menandakan bahwa terapi relaksasi penelitian sebelumnya. Terapi relaksasi
zikir mempunyai pengaruh terhadap pe- zikir disusun sebagai bentuk intervensi
nurunan kecemasan pada pasien hiper- bagi para pasien hipertensi esensial
tensi esensial pralansia setelah diberi pralansia yang mengalami kecemasan.
terapi relaksasi zikir. Setelah dua minggu Metode yang ada pada terapi relaksasi
dilakukan tindak lanjut untuk melihat zikir ini adalah pemberian informasi
pengaruh terapi relaksasi zikir terhadap tentang kecemasan, psikoedukasi dengan
penurunan kecemasan pasien hipertensi pendekatan islami, penggalian masalah,
pengungkapan ide dan perasaaan serta nya kondisi lapangdada pada seseorang.
harapan dari setiap peserta dalam Nashori (2007), menyebutkan beberapa
mengikuti proses terapi, saling berbagi faktor yang memengaruhi kelapangdada-
pengalaman dan adanya problem solving an seseorang, di antaranya adalah zikir.
dari masing-masing peserta dan terapis, Ketika berzikir, seseorang mengingat
melakukan proses relaksasi dan zikir besarnya kuasa Allah Swt dalam hidupnya
bersama. sehingga manusia memasrahkan segala
Setelah semua peserta mengetahui sesuatu hanya pada Allah Swt. Hal ini
tentang kondisi yang mereka alami, sesuai dengan tulisan dari Al-Hafidz ibn
kemudian pada tahap selanjutnya terapis Al-Qayyim Al-Jauziyah (Saleh, 2010) bah-
memberikan informasi dan praktek me- wa manfaat zikir yang dirasakan manusia
ngenai relaksasi otot progresif terhadap salah satunya adalah zikir akan membawa
keluhan fisik dari setiap peserta. Adanya seseorang menyerahkan dirinya kepada
informasi dan praktek relaksasi otot pro- Allah sehingga perlahan Allah menjadi
gresif ini membantu peserta mengenali tempat perlindungan dari segala hal.
dan mengurangi ketegangan yang terjadi
karena kecemasan. Terapis juga menye- SIMPULAN DAN SARAN
diakan waktu bagi peserta untuk saling
memberikan pengalaman yang dirasakan Simpulan
sebelum dan sesudah melakukan relaksasi Berdasarkan hasil penelitian yang
otot progresif. Hal ini juga tidak terlepas telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
dari dinamika yang terjadi pada kelompok bahwa terapi relaksasi zikir mempunyai
eksperimen yang juga ikut berperan aktif pengaruh terhadap penurunan kecemasan
dalam menjalankan proses terapi ini se- pada pasien hipertensi esensial pralansia.
hingga bisa menurunkan kecemasan yang Artinya, ada perbedaan tingkat kecemasan
dialami oleh pasien. Hal ini juga di kelompok eksperimen setelah diberi
dukung oleh penelitian relaksasi yang terapi relaksasi zikir dan kelompok
dilakukan oleh Patel dan North (1975) kontrol yang tidak diberi terapi relaksasi
pada penderita hipertensi esensial dan zikir. Kelompok eksperimen memiliki
hasilnya dapat menurunkan tekanan tingkat kecemasan lebih rendah
darah sistolik dan diastolic 26,1/15 dibandingkan dengan kelompok kontrol.
mmHG.
Selain pemberian relaksasi otot pro- Saran
gresif tersebut, tahap selanjutnya terapis Berdasarkan kesimpulan penelitian
memberikan penjelasan mengenai zikir dan keterbatasan yang terdapat pada
dan mengajak semua peserta melakukan penelitian ini, maka terdapat beberapa hal
zikir bersama-sama. Dengan melakukan yang dapat disarankan dalam rangka
zikir setiap peserta merasa lebih tenang mengembangkan relaksasi zikir. Pertama,
dan ketegangan mereka berkurang. Ba- saran untuk Puskesmas Godean 2. Bagi
nyak faktor yang memengaruhi muncul- Pihak Puskesmas Godean 2 agar bisa
Nevid, J. S; Rathus, S.A; & Greene, B. Shadish, W.R, Cook, T.D, Campbell, D.T.
(2005). Psikologi Abnormal Edisi (2002). Experimental and Quasi
Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Experimental Design For General-
ized Causal Inference. NewYork:
Newberg, A.B. (2000). Spritual Practice
Houghton Mufflin Company.
and Health. Spirituality and Medi-
cine Connection, Vol. 4, Issues 1, Sustrani, L., Alam, S., & Hadibroto, I.
Spring. (2006). Hipertensi: Informasi Leng-
kap untuk Penderita dan Keluarga-
Patel. C.H., and North, W.R. (1975).
nya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Randomized Controlled Trial of
Utama.
Yoga and Biofeedback in the
Management of Hipertension. Taylor, C.B., Farquhar, J.W., Nelson, E.,
Lancet, ii, 93-95. and Agras, W.S. (1997). The Effect
of Relaxation Therapy Upon High
Rachmawati, I. (2007). Hubungan antara
Blood Pressure. Archive of General
Religiusitas dengan Kecemasan
Psychiatry, 34, 339-342.
Pasien Penderita Penyakit Kronis.
http://www.jiptummpp.ac.id. Wilianto, V. M. 2009. Terapi Musik
Kognitif Perilaku untuk Menurun-
Saleh, A. Y. (2010). Berdzikir untuk
kan Kecemasan Pada Penderita
Kesehatan Syaraf. Jakarta: Penerbit
Tekanan Darah Tinggi. Tesis.
Zaman.
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Uni-
versitas Gadjah Mada.
Email : arik.triastutik.psi1015@gmail.com
Abstrak
Kecemasan merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang dialami oleh wanita di fase
premenopause yang ditandai adanya beberapa reaksi yaitu ; Reaksi fisiologis,Reaksi
Kognitif, Reaksi perilaku, dan Reaksi Emosional. Metode SEFT merupakan suatu teknik
yang mengkombinasikan penyelarasan sistem energi tubuh dan terapi spiritualitas dengan
menggunakan metode tapping (ketukan) dalam mengatasi masalah fisik dan psikologis
yang dilakukan dengan cara mengetuk dibeberapa titik dibagian tubuh dengan dua jari
yang berdurasi waktu ±5-50 menit. Pada penelitian ini, pelatihan SEFT bertujuan untuk
menetralisir emosi negatif sehingga subjek lebih realistis terhadap kecemasannya sehingga
akan berdampak pada penurunan kecemasan yang selama ini dialami subjek. Desain
penelitian ini termasuk ke dalam quasi experiment dengan jenis rancangan yang
digunakan adalah one group pre test - post test design (before and after). Subjek penelitian
diambil dengan teknik purposive sampling pada wanita berusia 40-55 tahun yang belum
menopause. Instrumen pengumpulan data menggunakan skala ARS (Hamilton Anxiety
Rating Scale) telah dibuktikan memiliki validitas dan reliabilitas cukup tinggi untuk
melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic yaitu 0,93 dan 0,97.
Analisis data yang menggunakan uji non parametric Wilcoxon Signed Ranks Test pada
kelompok eksperimen diperoleh hasil Z = -2,820 dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05), artinya
setelah dilakukan intervensi pelatihan SEFT terjadi penurunan skor skala kecemasan. Hal
tersebut menandakan bahwa Pelatihan SEFT efektif secara signifikan untuk menurunkan
kecemasan pada wanita premenopause, sehingga hipotesis pertama diterima. Perhitungan
hasil analisis menggunakan uji Mann Whitney Test berdasarkan tingkat pengetahuan
tentang premenopause menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan antara
pengetahuan tentang premenopause kategori kurang, kategori cukup, dan kategori baik.
Hal ini berarti tingkat pengetahuan tentang premenopause tidak mmberikan pengaruh
yang signifikan terhadap kecemasan, sehingga hipotesis ditolak.
Proses menjadi tua seringkali menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap
orang, khususnya kaum wanita. Kekhawatiran ini mungkin berawal dari pemikiran
bahwa dirinya akan menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi. Kondisi
tersebut memang tidak menyenangkan. Padahal, masa tua merupakan salah satu fase
yang harus dijalani seorang wanita dalam kehidupannya, seperti halnya fase-fase
kehidupan yang lain, yaitu masa anak-anak, remaja, masa reproduksi, dan pasca
reproduksi (Kasdu, 2002).
Masa lanjut usia identik dengan masa klimakterium. Klimakterium merupakan
suatu masa peralihan yang dilalui seorang perempuan dari masa reproduktif ke masa
non-reproduktif. Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan
berakhir 6-7 tahun setelah menopause. Masa klimakterium terjadi selama kurang lebih
13 tahun. Masa ini terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2004). Masa klimakterium
menurut Baziard (2003) meliputi : Premenopause, perimenopause, menopause, dan
postmenopause. Sebelum seorang wanita mengalami menopause, ia akan mengalami
fase premenopause. Masa ini ditandai dengan berbagai macam keluhan endokrinologis
dan degeneratif. Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya
kadar estrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin.
Kekurangan hormon estrogen ini menyebabkan menurunnya berbagai fungsi
degeneratif ataupun endokrinologik dari ovarium yang menimbulkan rasa cemas pada
sebagian besar wanita. Keluhan-keluhan pada masa ini disebabkan oleh sindroma
klimaterik. Wanita pada masa klimakterium akan terjadi perubahan-perubahan tertentu
yang dapat menyebabkan gangguan-gangguan ringan sampai berat. Perubahan dan
gangguan itu sifatnya berbeda-beda. Tahap awal dari perubahan ini yaitu haid atau
menstruasi tidak teratur dan sering terganggu. Periode ini disebut sebagai masa
premenopause. Masa premenopause sering pula dibarengi dengan meningkatnya
aktivitas yang ditandai oleh gejala meningkatnya rangsangan seksual.
Perubahan psikologis masa klimakterium tidak sama pada tiap wanita, sangat
individual tergantung pada kehidupan psikologis emosional dan pada pandangan
sebelumnya terhadap masa klimakterium. Wanita dengan keseimbangan psikologis
emosional yang baik, berpengetahuan luas dan dikelilingi keluarga yang harmonis,
umumnya mengalami hanya sedikit gangguan psikologis.
Wanita yang memiliki anggapan salah tentang klimakterium, akan diliputi
kecemasan yang berlebihan (Proverawati & Suliswati, 2010). Cemas merupakan suatu
reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang
dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundeen,
1998). Kecemasan atau anxietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif, yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui
secara khusus penyebabnya (Usnawati, 2008).
Kecemasan merupakan salah satu konsep terpenting dalam teori psikoanalisa.
Dijelaskan oleh Freud (1980) bahwa kecemasan merupakan suatu tanda akan adanya
sesuatu yang membahayakan dan akan mengganggu ego, oleh karena itu ego harus
dipersiapkan untuk mempertahankan diri terhadap kecemasan, selain itu kecemasan
merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang dapat berupa ketegangan,
rasa tidak aman, merasa terancam dan sebagainya pada diri seseorang sebagai
manifestasi dan berbagai proses emosi yang bercampur baur dan sifatnya sangat
subyektif.
Freud (dalam Rachmawati, 2013) menjelaskan bahwa kecemasan timbul manakala
seseorang tidak siap menghadapi ancaman. Kemudian Freud membagi menjadi 3 jenis
kecemasan, yaitu :
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Realistic anxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang
mengancam di dunia nyata. Salah satu contohnya adalah takut akan kebakaran, angin
tornado, kecelakaan, dan melahirkan. Kecemasan ini dapat diartikan sebagai persiapan
seseorang dalam menghadapi bahaya yang akan datang, mengarahkan pada solusi untuk
mencapai keseimbangan. Tidak jarang ketakutan yang bersumber pada realitas ini
menjadi ekstrim. Seseorang dapat menjadi takut untuk melahirkan secara normal karena
takut tidak mampu menahan rasa sakitnya, sehingga akhirnya lebih memilih untuk
melahirkan dengan jalan operasi karena ada proses pembiusan. Tindakan operasi di
anggap sebagai perlindungan yang efektif untuk menghadapi resiko yang mungkin
terjadi.
b. Perilaku
Gelisah, tremor, berbicara cepat, tindakan tanpa tujuan, memukulkan tangan,
intonasi suara berubah, tegang, meremas tangan, aktivitas dan gerakan kurang
terkoordinir.
c. Kognitif
Kecemasan yang dialami oleh individu dapat mempengaruhi sistem kognitif,
seperti tidak mampu memusatkan perhatian atau konsentrasi, pelupa, dan sulit untuk
berfikir. Ketika sesorang merasa cemas, fokus perhatian akan terpusat pada dirinya
tanpa memikirkan lingkungan sekitar.
d. Emosional
Seseorang yang dalam keadaan cemas akan mengalami perubahan emosi seperti,
mudah marah, mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, tremor, adanya
perasaan bersalah yang berlebih.
Di Indonesia prevalensi yang mengalami kecemasan sebanyak 11,6 % dari
jumlah penduduk Indonesia (Riskesdas, 2007). Menurut Riskesdas, (2010) jumlah
wanita Indonesia yang mengalami masa klimakterium mencapai 2,9% dari keseluruhan
jumlah wanita Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas apabila kecemasan tidak mampu
teratasi akan menyebabkan gangguan panik dan depresi berat (Kaplan & Sadock, 2007).
Terapi untuk mengatasi kecemasan dapat dilakukan dengan terapi psikologis.
Salah satu terapi psikologis yang digunakan adalah SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique). SEFT merupakan kombinasi antara Spiritual Power dengan Energy
Psychology yang memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki kondisi
pikiran, emosi dan perilaku manusia. Prinsip SEFT adalah mengatasi masalah kesehatan
dengan cara merangsang titik titik kunci di sepanjang 12 jalur energi meridian tubuh.
SEFT tidak menggunakan alat bantu terapi dan cara penggunaan SEFT mudah
dipelajari. SEFT menggunakan teknik ketukan ringan (tapping) dengan ujung jari
telunjuk dan jari tengah pada 18 titik kunci di sepanjang 12 energi meridian tubuh
(Zainuddin, 2006).
SEFT memandang jika aliran energi tubuh terganggu karena dipicu kenangan
masa lalu atau trauma yang tersimpan dalam alam bawah sadar, maka emosi seseorang
akan menjadi kacau. Mulai dari yang ringan, seperti bad mood, malas, tidak termotivasi
melakukan sesuatu, hingga yang berat, seperti PSTD, depresi, phobia, kecemasan
berlebihan dan stres emosional berkepanjangan. Sebenarnya semua ini penyebabnya
sederhana, yakni terganggunya sistem energi tubuh. Karena itu solusinya juga
sederhana, menetralisir kembali gangguan energi itu dengan SEFT (Zainuddin, 2009).
Aliran energi yang tersumbat di beberapa titik kunci tubuh harus dibebaskan,
hingga mengalir lagi dengan lancar. Cara membebaskannya adalah dengan mengetuk
ringan menggunakan dua ujung jari (tapping) di bagian tubuh tertentu. Menurut
Zainuddin (2009) ada 3 tahap dalam melakukan SEFT, yakni :
1) The Set-Up
Bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh terarah dengan tepat. Langkah
ini dilakukan untuk menetralisir “Psychological Reversal” atau “Perlawanan
Psikologis” (biasanya berupa pikiran negatif spontan atau keyakinan bawah sadar
negatif).
2) The Tune-In
Untuk masalah fisik, melakukan tune-in dengan cara merasakan rasa sakit yang
dialami, lalu mengarahkan pikiran ke tempat rasa sakit, dibarengi dengan hati dan
mulut mengatakan : “Ya Allah saya ikhlas, saya pasrah” atau “Ya Allah saya ikhlas
menerima sakit saya ini, saya pasrahkan kepadaMu kesembuhan saya”. Untuk masalah
emosi, tune-in dilakukan dengan cara memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik
tertentu yang dapat membangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkan.
3) The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan denga dua ujung jari pada titik - titik tertentu di tubuh
sambil terus Tune – in. titik – titik ini adalah titik – titik kunci dari “The Major Energy
Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak pada netralisirnya
gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Tapping menyebabkan aliran energi
tubuh berjalan dengan normal dan seimbang kembali
Telah banyak penelitian tentang SEFT berguna untuk mengatasi masalah emosi,
diantaranya adalah penelitian oleh Yuliani dan Purwanti (2013) yang melaporkan bahwa
setelah dilakukan spiritual healing kecemasan wanita menopause sudah tidak ada lagi.
Selain itu, penelitian lain yang dilakukan oleh Dhianto juga melaporkan bahwa ada
pengaruh terapi SEFT terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien preoperasi hernia
di RSUD Kraton Pekalongan (Dhianto et al., 2014).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini termasuk ke dalam quasi experiment dengan jenis rancangan
yang digunakan adalah one group pre test - post test design (before and after). Disini
kelompok tidak diperlukan karena hal yang diutamakan hanya perlakuan, sehingga tidak
ada kelompok pembanding.
Adapun proses Pre - Experiment design dengan one group pre test - post test,
yakni sebelum subjek diberikan perlakuan berupa SEFT (Spiritual Emotional
Freedom Technique) terlebih dahulu subjek diberikan pre test berupa kuesioner
Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), dan setelah subjek mendapat pelatihan
SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) subjek diberikan tugas rumah untuk
mengaplikasikan sendiri SEFT dengan meminta bantuan keluarga terdekat untuk
memonitoring sebagai self report, setelah interval waktu satu minggu (2-3 kali
mengaplikasikan) subjek diberikan post test kembali berupa kuesioner yang sama,
lalu hasil dari pre test dan post test ini akan dibandingkan.
Keterangan :
Hasil analisis hipotesis kedua dengan menggunakan uji Mann Whitney Test
berdasarkan tingkat pengetahuan tentang premenopause dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan kecemasan antara pengetahuan tentang premenopause kategori
rendah, kategori sedang, dan kategori tinggi, sehingga hipotesis penelitian yang
menyatakan ada perbedaan cemas berdasarkan tingkat pengetahuan tidak terbukti.
Apabila dilihat dari hasil secara rinci, berikut perhitungan uji Mann-Whitney Test
pada tabel 2, tabel 3, tabel 4.
Tabel 2. Analisis uji Mann-Whitney Test pengetahuan premenopause kategori sedang & rendah
post_kecemasan
Mann-Whitney U 7.000
Wilcoxon W 13.000
Z -.149
Asymp. Sig. (2-tailed) .881
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b
a. Grouping Variable: tingkat_pengetahuan
b. Not corrected for ties.
Tabel 3. Analisis uji Mann-Whitney Test pengetahuan premenopause kategori rendah & timggi
post_kecemasan
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 7.000
Z -1.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .248
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .400b
a. Grouping Variable: tingkat_pengetahuan
b. Not corrected for ties.
Tabel 4. Analisis uji Mann-Whitney Test pengetahuan premenopause kategori sedang & tinggi
post_kecemasan
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -.775
Asymp. Sig. (2-tailed) .439
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .571b
a. Grouping Variable: tingkat_pengetahuan
b. Not corrected for ties.
Berdasarkan perhitungan uji Mann-Whitney Test pada tabel 2 diketahui bahwa nilai
Z= -0,149 dan p = 0.881 (p > 0.05), tabel 3 diketahui bahwa nilai Z= -1,155 dan p = 0.248
(p > 0.05), tabel 4 diketahui bahwa nilai Z= -0,775 dan p = 0.438 (p > 0.05), secara
keseluruhan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara cemas
dengan kategori pengetahuan premenopause yang rendah, sedang, dan tinggi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan ibu premenopause dalam
menghadapi masa menopause diantaranya : sikap, dukungan keluarga, usia, status
pekerjaan, kondisi ekonomi dan gaya hidup. Sehingga penelitian ini memberikan bukti
empiris bahwa faktor pengetahuan merupakan hanya salah satu faktor dari berbagai faktor
kompleks yang mempengaruhi kecemasan wanita dalam menghadapi premenopause.
Freud dalam Hall (1980) dalam Purwanto (2008), menjelaskan faktor yang
mempengaruhi kecemasan menghadapi masa menopause dikaitkan dengan usia senja dan
kehidupan tua, menopause dikaitkan dengan berakhirnya peran istri bagi suami dan peran
ibu bagi anak-anaknya, menopause dikaitkan dengan hilangnya daya tarik seksual dan
penurunan aktivitas seksual, menopause dikaitkan dengan gangguan kejiwaan,
menopause dikaitkan dengan status kerja. Menurut Priest (1987) dalam Purwanto (2008),
bahwa sumber umum dari kecemasan adalah lingkungan di sekitar individu, pergaulan,
usia yang bertambah, keguncangan rumah tangga, dan adanya masalah yang dihadapi
wanita premenopause.
Tallis (1995) dalam Purwanto (2008) menyatakan bahwa penyebab individu
cemas adalah masalah yang tidak dapat terselesaikan, contoh penuaan dan kematian. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kecemasan
menghadapi menopause adalah masalah yang tidak terselesaikan, kekhawatiran terhadap
sesuatu yang belum terjadi, adanya motif sosial dan motif seksual. Kematangan mental,
kedewasaan berfikir, faktor ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause serta
dukungan sosial suami akan menentukan berat ringannya seorang istri menghadapi
kecemasan saat memasuki masa menopause. Dukungan sosial suami membantu istri yang
memasuki masa menopause dengan memberikan informasi, bimbingan, dukungan
emosional dan semangat sehingga setidaknya dapat mengurangi kecemasan yang sedang
dihadapinya (Kasdu, 2002).
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, hasil penelitian yang menunjukkan tidak
adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu premenopause dengan tingkat kecemasan
mengindikasikan bahwa faktor pengetahuan bukan merupakan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi kecemasan wanita dalam menghadapi menopause, akan tetapi kecemasan
tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks yang ada pada diri setiap wanita
premenopause.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan SEFT efektif
secara signifikan untuk menurunkan kecemasan wanita yang berada pada masa
klimakterium yang sedang mengalami fase premenopause dan tidak ada perbedaan yang
signifikan antara cemas dengan kategori pengetahuan premenopause yang rendah,
sedang, dan tinggi.
SARAN
Merujuk pada hasil penelitian di atas, penilii dapat mengemukakan beberapa
saran sebagai berikut : (1) Bagi subjek pada penelitian ini disarankan untuk lebih sering
lagi mengaplikasikan SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai upaya preventif menurunkan kecemasan pada saat mengalami
gejala-gejala premenopause ataupun sebagai upaya kuratif menghilangkan munculnya
simtom-simtom kecemasan yang mungkin masih dirasakan; (2) Bagi peneliti lain
hendaknya pada penelitian sejenis di masa mendatang perlu melibatkan berbagai faktor-
faktor lain sebagai pertimbangan yang diduga mempengaruhi tingkat kecemasan wanita
premenopause, sehingga mampu menyajikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang
terlibat. Misalnya, faktor keluarga atau teman sebagai faktor pendukung, sosial ekonomi,
budaya, status kesehatan, dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Zainul & Niagara, S. T. 2011. Model Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) Untuk Mengatasi Gangguan Fobia Spesifik. Naskah Publikasi
Peneltiian Pengembangan IPTEKS. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Muhammadiyah Malang.
Anggorowati, Prapti. 2014. Evaluasi Hasil Metode Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) Bagi Pecandu Rokok. Skripsi. Program Studi Kesejahteraan
Sosial Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Astuti, Ria. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Wanita Perimenopause di Dusun Sonopakis Lor RT 2 Bantul
Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Bidan pendidik Jenjang D IV Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Hastono, SP. 2001. Analisis Data. Jakarta : FKM-UI.
Hawari, Dadang. 2016. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat, Mohamad Riyan. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Premenopause
Dengan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause di Desa Pulutan
Wonosari Gunung Kidul. Skripsi. Pprogram Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Lilyanti, Henny. 2016. Studi Analisis Terhadap Penggunaan Terapi Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) Yang Dapat Digunakan Sebagai Terapi Pada Klien
Yang Mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD).jurnal Kesehatan Bakti
Tunas Husada Volume 15 Nomor 1 Februari 2016.
Lombogia, Moudy. 2014. Hubungan Perubahan Fisik Dengan Kecemasan Wanita Usia
40-50 Tahun Dalam Menghadapi Menopause di Kelurahan Papusungan Kecematan
Lembeh Selatan. JUIPERDO,VOL 3, N0. 2 September2014l. Jurusan Keperawatan
Politeknik Kemenkes Manado.
Remedina, Gipeel. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Usia 40-45 Tahun tentang
Premenopause di Desa Kunden Kecamatan Bulu Kab.Sukoharjo. Tugas Akhir.
Program studi diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta.
Santoso, S. 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta : Gramedia.
Santoso, S. 2001. Buku Laatihan Statistik Non Parametrik. Jakarta : Gramedia.
Sriwaty, Ida. 2015. Pengaruh Psikoedukasi Menopause dan RelaksasiUntuk Menurunkan
Kecemasan Pada Wanita Perimenopause. Tesis. Porgram Pascasarjana Magister
Profesi Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Suhaidah, Dede. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Kecemasan
Perempuan Dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ulyah, Shifatul. 2014. Efektifitas SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) Dalam
Menurunkan Kecemasan. Skripsi. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan
Kesehatan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Wahyuni, Sri. 2013. Tingkat Pengetahuan Wanita Premenopause Tentang Menopause di
Desa Ngablak Kelurahan Tanjung Kecamatan Klego Kab.Boyolali. Tugas Akhir.
Program studi diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma
Husada Surakarta.
Wijayanti, Maria Tri. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan
Kecemasan Pada Wanita Premenopause di Desa Jendi Kec.Selogiri Kab.Wonogiri.
Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Program Studi
Magister Kedokteran Keluarga.
Zainudin, A. F. 2009. Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT). Jakarta : PT. Arga
Publishing
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ----------------------------------- Volume 10 Nomor 2, April 2019
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778
Pemberdayaan Berbasis Health Belief dalam Mengelola Pola Makan Seimbang Sebagai Upaya
Pengendalian Keluhan Klimakterium
Dame Evalina Simangunsong
Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Medan; dameevalinas8@gmail.com (koresponden)
ABSTRACT
Changes in hormone balance in women, which has started since the pramenopause period can influence weight
control. The increase in weight as we get older need to look out for, adepositas or obesity and disorders of
carbohydrate metabolism, which is associated with an increased risk of cardiovascular disease and metabolic
as well as quality of life and function sexual. Empowerment-based health belief about knowledge and action in
managing a balanced diet with regular intake in women pramenopause felt very necessary given the pattern of
the adult age group activity greatly influences behavior food consumption that is not balanced. This type of
research was quasi experimental design two group pretest-posttest design with control group, involving women
aged 40-45 years with samples of 70 people. Data analysis was used to find out the changes before and after the
intervention and influence on intake and eating patterns. Data analysis with t-test. The results showed there
were pramenopause women's empowerment-based influence Health Belief Model before and after interventions
against changes in eating patterns and intake (p = 0.006).
Keywords: health belief, balanced diet, pramenopause, climacterium
ABSTRAK
Perubahan keseimbangan hormon pada wanita, yang telah dimulai sejak periode pramenopause dapat
mempengaruhi pengendalian berat badan. Peningkatan berat badan seiring dengan bertambahnya usia perlu
diwaspadai, adepositas atau kegemukan dan gangguan metabolisme karbohidrat, yang berhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit kardiovaskuler dan metabolik serta kualitas hidup dan fungsi seksual.
Pemberdayaan berbasis health belief tentang pengetahuan dan tindakan dalam mengelola pola makan seimbang
dengan asupan yang teratur pada wanita pramenopause dirasakan sangat perlu mengingat pola kegiatan
kelompok usia dewasa sangat mempengaruhi perilaku konsumsi pangan yang tidak seimbang. Jenis penelitian
adalah quasi eksperimen dengan rancangan two group design pretest-posttest with control group, yang
melibatkan wanita berusia 40-45 tahun dengan sampel 70 orang. Data dianalisis untuk melihat perubahan
sebelum dan sesudah intervensi dan pengaruh terhadap pola dan asupan makan. Data dianalisis dengan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberdayaan wanita pramenopause berbasis Health Belief
Model sebelum dan sesudah intervensi terhadap perubahan pola dan asupan makan (p= 0,006).
Kata kunci: health belief, makan seimbang, pramenopause, klimakterium
PENDAHULUAN
Perubahan hormon selama perimenopause berkontribusi terhadap peningkatan obesitas abdomen.
Kelebihan berat badan pada usia paruh baya selain berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler dan
metabolik, juga mempengaruhi kualitas hidup dan fungsi seksual.(1) Body Mass Index (BMI) yang lebih tinggi
berkorelasi dengan skor yang lebih tinggi dari gejala menopause.(2) Peningkatan BMI dikaitkan dengan
penurunan kesehatan atau hubungan kegemukan dengan penyakit kronis dan juga perubahan tekanan darah.
Hasil penelitian yang dilakukan di Zaria Nigeria, menemukan wanita pasca menopause lebih mungkin
untuk kelebihan berat badan (BMI berarti 25,96 ± 0,53 kg/m2) dibandingkan dengan premenopause (23.13 ±
0.57 kg / m2). Para wanita menopause juga memiliki lingkar pinggang yang lebih tinggi (93,04 ± 1,60 cm)
dibandingkan dengan wanita premenopause (78,87 ± 1,30 cm). Hanya 73,86% dari wanita menopause memiliki
BMI 25 kg/m2 sedangkan prevalensi obesitas sentral adalah 79%. Ada korelasi positif dan signifikan antara
lingkar pinggang dan indeks massa tubuh.(3) Peningkatan berat badan seiring dengan bertambahnya usia perlu
diwaspadai, adepositas atau kegemukan dan gangguan metabolisme karbohidrat dapat terjadi sebagai akibat
perubahan dalam keseimbangan hormon yang mempengaruhi pengendalian berat badan.(4)
Dasar pemberdayaan tentang informasi pola dan asupan makan berbasis Health Belief, pada wanita
pramenopause adalah karena adanya perubahan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang akan dialami
karena fluktuasi hormon dan adanya kecenderungan pola kegiatan kelompok usia dewasa yang mempengaruhi
perilaku konsumsi pangan yang tidak seimbang. Peningkatan risiko terpapar polusi dan makanan yang tidak
aman, ketersediaan berbagai makanan siap saji dan siap olah dan ketidaktahuan tentang gizi bagi wanita yang
bekerja di luar rumah. Usia pekerja cenderung beraktivitas ringan atau santai (sedentary life), maka perhatian
terhadap perilaku gizi seimbang perlu ditingkatkan untuk mencapai pola hidup sehat, aktif dan produktif.
Prinsip pengaturan pola makan seimbang sebagai dasar pengaturan pola makan pada wanita
perimenopause: 1) penurunan estrogen berperan besar dalam kenaikan berat badan; 2) kenaikan berat badan,
menyebabkan wanita melakukan perilaku diet yang salah; 3) perilaku diet yang salah menyebabkan regulasi
gula darah berfluktuasi tidak beraturan sehingga kadar glukosa dan insulin yang tinggi beredar bersamaan.
Promosi kesehatan pada wanita pramenopause dalam pengendalian keluhan klimakterium hingga saat ini
belum mendapatkan perhatian yang berarti. Berbagai identifikasi keluhan yang telah dialami pada periode
perimenopause dan menopause diatasi dengan berbagai tindakan dalam mengurangi keluhan yang dirasakan.
Pemberian upaya promotif atau pengetahuan pada periode perimenopause dirasakan kurang efektif atau sudah
terlambat. Dibutuhkan suatu upaya preventif yang tepat untuk mempersiapkan seorang wanita hidup sehat dan
mandiri dalam menjalani periode perimenopause terutama tentang perubahan metabolisme lemak, protein dan
karbohidrat yang dapat mempengaruhi peningkatan berat badan sebagai akibat dari fluktuasi hormone estrogen.
Upaya pencegahan dengan memberikan informasi kesehatan dalam menghindari perilaku berisiko pada
wanita pramenopause perlu ditekankan. Pemeliharaan pola makan sehat, tetap menjaga keseimbangan berat dan
tinggi badan, penambahan kalsium dalam menu setiap hari dan aktivitas fisik yang teratur perlu disosialisasikan.
Pendekatan melalui pemberdayaan wanita pramenopause dengan Pramenopause Empowerment Model (PEM)
yang berisikan informasi tentang pengetahuan perubahan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat
penurunan estrogen, yang akan dialami wanita di akhir masa reproduksi, ancaman penyakit akibat peningkatan
berat badan, pola hidup sehat berupa keteraturan makan dan pola makan yang seimbang sebagai upaya
mendapatkan berat badan yang ideal dapat diberikan sebelum periode perimenopause tiba. Yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh pemberdayaan wanita pramenopause berbasis health
belief terhadap perubahan pola dan asupan makan seimbang dalam upaya pengendalian keluhan klimakterium di
kota Pematangsiantar dan tujuan penelitian untuk menganalisis perbedaan pola dan asupan makan wanita
pramenopause sebelum dan setelah pemberdayaan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan rancangan two group design pretest-
posttest with control group.(6) Penelitian dilakukan di dua kelurahan Kota Pematangsiantar yaitu Kelurahan
Kahean Kecamatan Siantar Utara (untuk kelompok kontrol) dan Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur
(untuk kelompok intervensi). Penelitian dilakukan selama 3 bulan dengan 3 kali intervensi, telah dilakukan
sejak November 2017- Januari 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita pramenopause yang berusia
40-45 tahun. Tehnik penarikan sampel dilakukan dengan tehnik purposive sampling dengan kriteria inklusi dan
eksklusi. Besar sampel maksimal yang diambil 35 orang untuk kelompok intervensi dan 35 orang untuk
kelompok kontrol (1: 1).
Tabel 1. Tahapan Pemberdayaan
Tahap Uraian
Sesi I Menjelaskan daur kehidupan reproduksi wanita
Sesi II Masalah kesehatan reproduksi pada periode perimenopause
Sesi III Masalah kesehatan potensial yang mengancam kelangsungan hidup sehubungan dengan berkurang
dan hilangnya Estrogen
Sesi IV Pola hidup sehat dengan pola dan asupan makan seimbang, dan frekuensi makan yang teratur
dengan menerapkan pengisian buku harian sebagai upaya alternatif menjaga keseimbangan berat
badan, dalam mengurangi dampak penurunan estrogen.
Pelaksanaan penelitian telah mendapatkan rekomendasi persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara (No. 1058/X/SP/2016). Data dianalisis dengan
dengan menggunakan SPSS versi 21, karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
dan pengaruh terhadap health belief dan pengetahuan dianalisis dengan menggunakan t-test.
HASIL
Hasil penelitian tentang perubahan tingkat keyakinan wanita premenopause sebelum dan setelah
dilakukan pemberdayaan, perbedaan peningkatan pola dan asupan makan serta perbedaan peningkatan skor
mean, health belief, pola dan asupan makan wanita pramenopause dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Perbedaan peningkatan variabel kategorik pola dan asupan makan setelah pemberdayaan
Kelompok Pola dan Asupan Pretest Postest d p
Makan n % n %
Intervensi Baik 12 34,3 22 62,9 10
Lebih 23 65,7 13 37,1 -10 0,006
Kontrol Baik 8 22,9 14 40,0 6
Lebih 27 77 21 60,0 -6 0,070
p* ; Uji McNemar
Tabel 4. Perbedaan peningkatan skor mean, health belief, pola dan asupan makan
Pola dan Asupan Mean Perbedaan SD p Uji t
Makan Pre test Post test Mean
Intervensi 0,7 0,04 0,29 0,67 0,016 2,533
Kontrol 0,8 0,6 0,17 0,44 0,059 2,240
Health Belief
Intervensi 50,3 77,8 18,47 10,6 <0,001 10,30
Kontrol 54,2 54,9 ,714 2,8 0,149 1,475
PEMBAHASAN
Sosialisasi tentang pola dan asupan makanan yang seimbang dan teratur sangat perlu diberikan pada
wanita pramenopause, mengingat kecenderungan terjadinya peningkatan berat badan oleh karena perubahan
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
Terjadinya perubahan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat fluktuasi hormon pada wanita.
Penurunan estrogen berperan besar dalam kenaikan berat badan. Hal ini dapat terjadi oleh karena, tubuh
berusaha mencari sumber estrogen lain. Sel lemak dapat menghasilkan estrogen sehingga tubuh bekerja lebih
keras untuk mengubah kalori menjadi lemak untuk menaikkan kadar estrogen. Akan tetapi sel lemak tidak
membakar kalori seperti halnya sel otot dan inilah yang memicu kenaikan berat badan.(4)
Pemberdayaan wanita pramenopause berbasis Health Belief, mampu mengubah persepsi individu
terhadap kerentanan terkena suatu penyakit (perceived susceptibility). Kerentanan ini mengacu pada keyakinan
tentang kemungkinan seseorang untuk terkena penyakit.(8) Model ini memprediksi bahwa wanita pramenopause
lebih mungkin untuk mematuhi perubahan gaya hidup sehat jika mereka rentan pada dampak jangka panjang
kekurangan atau kehilangan estrogen dalam tubuh. Persepsi keseriusan (perceived severity), hal ini mengacu
pada perasaan wanita pramenopause dalam menilai seberapa serius kondisi masalah kesehatan yang akan terjadi
dan konsekuensi yang ditimbulkan oleh masalah kesehatan tersebut bila dibiarkan tidak dicegah atau
ditangani.(8),(9)
Persepsi manfaat yang dirasakan terjadi saat seseorang merasakan kerentanannya untuk kondisi
kesehatan yang serius, dan persepsi tersebut menyebabkan perubahan perilaku yang akan dipengaruhi oleh
keyakinan seseorang mengenai manfaat yang dirasakan dari berbagai tindakan pencegahan. Persepsi hambatan
yang dirasakan mengacu pada aspek negatif dan bertentangan untuk melakukan suatu tindakan pencegahan.9
HBM merupakan model kognitif yang artinya perilaku individu dipengaruhi proses kognitif dalam
dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh banyak peneliti
sebelumnya seperti variabel demografi, karakteristik sosiopsikologis, dan variabel struktural (yaitu pengetahuan
dan pengalaman tentang masalah yang akan dihadapi).
Informasi tentang gizi seimbang dalam intervensi ini menjelaskan pada wanita pramenopause tentang
asupan makanan yang seimbang pada golongan usia 39-49 tahun sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang,
Permenkes No.41/2014 dan frekuensi makan yang teratur guna menghindari peningkatan berat badan yang
berlebih. Pemberian informasi ini dilakukan dengan memberikan pendidikan gizi seperti yang tertuang dalam
buku saku ditambah dengan menginformasikan pentingnya mengkonsumsi bahan makan yang mengandung
phytoestrogen dan biji-bijian yang dapat menambah estrogen yang sudah mulai berkurang diproduksi oleh
tubuh. Selain itu asupan makanan yang kaya akan Kalsium juga diperkenalkan berikut dengan takaran rumah
tangga yang berguna juga untuk menjaga kepadatan tulang.(10)
Beberapa hasil studi menunjukkan bahwa rendah dan menurunnya aktivitas fisik merupakan faktor yang
paling bertanggung jawab terjadinya obesitas. Penurunan aktivitas fisik dan atau peningkatan perilaku hidup
sedentarian (kurang gerak) mempunyai peranan penting dalam peningkatan berat badan dan terjadinya obesitas.
Perilaku sedentary adalah aktivitas yang tidak meningkatkan kebutuhan energi melampaui level istirahat,
sehingga energi yang dikeluarkan dari dalam tubuh berjumlah kecil.
Distribusi pola makan wanita pramenopause kelompok intervensi setelah diberikan intervensi mengalami
perubahan ke arah teratur dengan frekuensi makan 5-6 kali (3 kali makan, dan 2-3 kali snack). Frekuensi makan
yang teratur atau kebiasaan makan yang tepat dan meningkatkan aktivitas dapat meningkatkan metabolisme.
Frekuensi makan yang teratur dapat menstabilkan gula darah karena lonjakan gula darah dapat mempengaruhi
peningkatan berat badan.(4)
Tabel 5. Anjuran jumlah porsi menurut kecukupan energi untuk kelompok umur 30-49 tahun
Bahan Makanan Dewasa Perempuan 30-49 tahun (2125 kal)
Nasi 4,5 porsi
Sayuran 3 porsi
Buah 5 porsi
Tempe 3 porsi
Daging 3 porsi
Minyak 6 porsi
Gula 2 porsi
(Sumber : Permenkes No 41/2014, Pedoman Gizi Seimbang)(10)
Keterangan: 1) Nasi 1 porsi = ¾ gelas = 100 gr = 175 kkal 2) Sayuran 1 porsi = 1 gelas= 100 gr = 25 kkal, 3) Buah 1 porsi =
1 buah pisang ambon = 50 gr = 80 kkal, 4) Tempe 1 porsi = 2 potong sedang = 50 gr = 80 kkal, 5) Daging 1 porsi = 1 potong
sedang = 35 gr = 50 kkal, 6) Ikan segar 1 porsi = 1/3 ekor = 45 gr = 50 kkal, 7) Minyak 1 porsi = 1 sdt = 5 gr = 50 kkal, 8)
Gula 1 sdm = 20 gr = 50 kkal, 9) Susu sapi cair 1 porsi = 1 gelas = 200 gr = 50 kkal, 10) Susu rendah lemak 1 porsi = 4 sdm
= 20 gr = 75 kkal
31 28
Jlh Orang
35 25 24 26
30 20
25
20 12
15 7 3 5 4 4 3 6
10 2 2 3 3
5
0
media buku saku, menunjukkan adanya perbedaan pola makan dengan frekuensi makan teratur, sebelum dan
setelah perlakuan. Intervensi pola makan ini menekankan pada prinsip pengaturan pola makan seimbang, karena
fluktuasi hormon estrogen akan menyebabkan perubahan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang
mengakibatkan kenaikan berat badan.
Hal ini dapat terjadi oleh karena, tubuh berusaha mencari sumber estrogen lain. Sel lemak dapat
menghasilkan estrogen sehingga tubuh bekerja lebih keras untuk mengubah kalori menjadi lemak untuk
menaikkan kadar estrogen. Akan tetapi sel lemak tidak membakar kalori seperti halnya sel otot dan inilah yang
memicu kenaikan berat badan.(4) Oleh karena kenaikan berat badan, wanita cenderung melakukan perilaku diet
yang salah (melewatkan waktu makan dan melaparkan diri berlebihan). Perilaku diet yang salah menyebabkan
regulasi gula darah berfluktuasi tidak beraturan sehingga kadar glukosa dan insulin yang tinggi beredar di dalam
darah bersamaan. Semakin meningkat insulin darah semakin berkurang kemampuan tubuh membakar lemak.
Risiko obesitas pada wanita meningkat bersama usia. Saat menopause wanita mengalami perubahan
lemak tubuh terutama di daerah perut. Kelebihan lemak perut berhubungan erat dengan obesitas dan kondisi lain
misalnya penyakit jantung.(3),(14),(15)
Pemahaman yang baik terhadap hubungan antara peningkatan berat badan, lemak tubuh dan menopause
akan membantu mengambil langkah positip menuju perbaikan pola dan kualitas hidup seorang wanita.
Kelebihan berat badan dapat menyebabkan peningkatan risiko penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, henti
nafas dalam tidur, kanker, osteoartritis dan masalah kesehatan mental.(3),(11) Oleh sebab itu seorang wanita perlu
menyadari pentingnya upaya pencegahan daripada pengobatan dan tetaplah menjaga kebugaran dan hindari
kelebihan berat badan setelah menopause.
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui indeks massa tubuh pada gejala menopause pada wanita
menopause di Turki, menemukan bahwa meskipun keluhan somato-vegetatif, gejala psikologis dan urogenital
dapat diatasi dengan aktivitas fisik, dan menstabilkan indeks massa tubuh. Hasil penelitian ini
merekomendasikan bagi wanita yang tidak ingin menggunakan therapy farmakologis sebagai pengobatan gejala
menopause dapat menggunakan alternatif penanganan secara konvensional dalam mengatasi keluhan
klimakteriumnya seperti aktivitas fisik yang teratur dan menjaga pola asupan makan dalam menjaga
peningkatan berat badan.(14)
Menghentikan perilaku diet yang salah seperti melewatkan waktu makan dan melaparkan diri berlebihan,
ternyata dapat memperlambat metabolisme dan memicu mekanisme pertahanan tubuh melawan rasa lapar.
Mekanisme pertahanan diri tubuh melawan rasa lapar akan timbul ketika tubuh tidak mendapatkan asupan kalori
yang dibutuhkan setiap hari. Asupan kalori yang kurang, di bawah 1000 kalori per hari selama dua hari akan
memicu mekanisme tersebut. Secara otomatis tubuh mengurangi pembakaran kalori dengan menghemat sedikit
kalori yang didapatkan. Proses ini menciptakan perlambatan laju metabolisme harian tubuh (Daily Metabolic
Rate = DMR). Bila berada dalam keadaan metabolisme ini, maka mustahil akan berhasil menurunkan berat
badan dan membakar lemak.(4)
Perhatian terhadap regulasi gula darah juga perlu diperhatikan dalam upaya mengendalikan penumpukan
lemak dan peningkatan berat badan akibat penurunan estrogen dalam tubuh. Jurnal Menopause 2010 yang
dikutip oleh Harpaz 2014, mengemukakan kenaikan gula darah menyebabkan kelebihan insulin dalam darah
sehingga dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk menggunakan lemak sebagai energy yang efektif dan bila
ini berlangsung maka upaya tubuh dalam membakar lemak dan menurunkan berat badan juga akan berkurang.
Efek termogenik makanan (thermogenic effet of food = TEF) dapat digunakan sebagai usaha tubuh dalam
menggunakan kalori untuk mengurai makanan yang diterima. Jumlah kalori yang digunakan (dan seberapa
cepat menggunakannya), hal ini di dasarkan pada frekuensi makan, kuantitas makanan dan kualitas makanan.
Asupan makan yang seimbang dan pola makan yang teratur akan menciptakan efek termogenik makanan,
dengan strategi sebagai berikut: (1) makanlah minimal 6 kali per hari: sarapan, kudapan pagi, makan siang,
kudapan sore, makan malam dan kudapan malam ; (2) kurangi asupan lemak (≤ 30 gr /hari), tingkatkan asupan
karbohidrat dan protein yang cukup; (3) makanlah lebih dari 1000 kalori per hari.(4)
Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa banyak makanan yang dikonsumsi
seseorang. Responden dalam penelitian ini baik kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagian besar
melewatkan satu atau lebih waktu makan terutama sarapan. Berbagai alasan dikemukakan, mengapa
melewatkan waktu sarapan diantaranya terburu-buru, tidak lapar, menjaga berat badan dan tidak tersedianya
sarapan yang akan di makan.
Dapat dilihat perubahan secara bertahap kelompok intervensi dalam mengubah frekuensi makannya
dengan teratur dan mulai tidak melewatkan waktu makannnya dan menyempatkan diri untuk sarapan. Walaupun
beberapa responden belum seluruhnya dapat mengubah pola dan frekuensi makan dengan teratur. Dibutuhkan
informasi yang berkelanjutan tentang pengetahuan gizi terutama pada wanita pramenopause. Penelitian lanjutan
juga perlu dilakukan guna mengetahui perubahan berat badan bila tetap memperhatikan prinsip gizi seimbang.
Selain pemenuhan asupan makan dengan gizi seimbang dan pola makan yang teratur, informasi
konsumsi Calsium 800 mg/hari dan vitamin D, 5 μg/hari dalam asupan makan sangat penting bagi wanita yang
berusia lebih dari 30 tahun. Asupan fosfor yang dianjurkan adalah 600 μg/hari. Kesehatan tulang sangat penting
untuk pola hidup yang aktif, karena tulang membentuk tubuh, melindungi organ tubuh dan membuat tubuh
dapat bergerak, berpindah, berdiri, duduk, dan aktivitas lainnya.(10),(15) Pemberian fitoestrogen dipakai sebagai
terapi sulih hormon yang di gunakan saat estrogen menurun. Fitoestrogen merupakan fitokimia yang memiliki
aktivitas estrogenik. Isoflavon dan lignans merupakan senyawa fitoestrogen. Selain fitoestrogen, kalsium dan
vitamin D juga bisa menjadi terapi sulih hormone.(16)
Pemberdayaan wanita pramenopause mampu mengubah persepsi individu terhadap kerentanan dan
keparahan suatu penyakit, menghasilkan persepsi terhadap seberapa besar ancaman penyakit terjadi
terhadapnya. Pertimbangan keuntungan yang didapat akan menjadi pertimbangan dalam menyetujui perilaku
yang diharapkan atau tidak, sampai akhirnya memutuskan perilaku yang diharapkan (cues to action).
KESIMPULAN
Pengetahuan wanita pramenopause tentang pola dan asupan makan seimbang setelah dilakukan
pemberdayaan mengalami perubahan. Persepsi terhadap kerentanan dan keseriusan suatu penyakit sebagai
akibat dari peningkatan berat badan mampu mengubah perilaku responden dan meyakini bahwa dengan pola
makan yang teratur dan seimbang dapat mempertahankan berat badan ideal. Berat badan yang ideal merupakan
salah satu upaya dalam mengendalikan keluhan klimakterium yang akan dihadapinya.
Sosialisasi pola konsumsi makan yang seimbang dan teratur pada wanita pramenopause perlu
ditingkatkan sebagai upaya alternative dalam mengendalikan keluhan klimakterium yang akan dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achie LN, Olorunshola KV, Toryila JE, Tende JA. The Body Mass Index, Waist Circumference and Blood
Pressure of Postmenopausal Women in Zaria, Northern Nigeria; Current Research Journal of Biological
Science. 2012;4(3):329-332.
2. Moilanen JM , Aalto AM, Raitanen J, Hemminki E, Aro AR, Luoto R. Physical activity and change in
quality of life during menopause--an 8-year follow-up study. Health and Quality of Life Outcomes
BioMed Central. 2012;10:8
3. David SR, Branco CC, Chedraui P, Lumsden MA, Nappi RE, Shah D, Villaseca P. Understanding weight
gain at menopause, Women”s Health Research Program, Climacteric. 2012;15:419-29.
4. Harpaz M, Wolff R. Menopause Reset. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta; 2014.
5. Depkes RI. Survey Indeks Masa Tubuh (IMT) Pengumpulan Status Gizi Orang Dewasa Berdasarkan IMT.
Jakarta: Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI; 2003.
6. Murti B. Prinsip Dan Metode Riset Epidemiologi. Edisi Kedua. Yogyakarta: Gajah Mada University Press;
2003.
7. Champion VL, Skinner CC. The Health Belief Model In: Health Behavior and Health Education. Theory,
Research and Practice 4 th, Glanz, K., Rimer, B K., Viswanath, K., E-book Jossey-Bass A Wiley Imprint;
2008.
8. Glandz K, Rimer BK,Viswanath K. Health Behavior and Health Education. Theory, Research and Practice
4th, E-book Jossey-Bass A Wiley Imprint; 2008.
9. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi [Internet]. 2003 [cited 2012 Dec 11]. Available from:
http://www.gizi.net/download.pdf
10. Kemenkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kemenkes RI; 2014.
11. Siregar MFG. Review Artile: Hormonal therapy for aging process in women, International Journal of
Advances in Medicine, IJAM. 2015;2(2):83-87.
12. Juntunen M, Niskanen L, Saarelainen J, Tuppurainen M, Saarikoski S, Honkanen R. Changes in body
weight and onset of hypertension in perimenopausal women. Journal of Human Hypertension. 2003;17:
775-779.
13. Baziad A. Menopause dan andropause. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2003.
14. Lestary D. Seluk Beluk Menopause. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2010.
15. Tan MN, Kartal M, Guldal D. The effect of physical activity and body mass index on menopausal
symptoms in Turkish women: a cross-sectional study in primary care. BMC Womens Health. 2014;14:38.
16. Kemenkes RI. Strategi Nasional Penerapan Pola Konsumsi Makanan dan Aktivitas Fisik untuk Mencegah
Penyakit Menular. 2011.
17. Kassem MA, Meksem K, Iqbal MJ, Njiti VN, Banz WJ, Winters TA, Wood A, Lightfoot DA. Definition
of Soybean Genomic Regions That ontrol Seed Phytoestrogen Amounts, Jurnal of Biomedicine and
Biothenology. 2004;1:52-60
ABSTRAK
Latar Belakang: Wanita menopause mengalami perubahan psikis yang berbeda-beda seperti depresi, mudah
tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, cemas serta insomnia. Salah satu terapi yang dapat dilakukan
untuk menurunkan psikologis pada wanita menopause yaitu dengan terapi dzikir. Dzikir dapat membersihkan
hati dan jiwa, menenteramkan hati, dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Tujuan: Mengetahui pengaruh terapi dzikir menjelang tidur terhadap skor DASS pada wanita menopause.
Metode: Penelitian ini berupa quasi experimental study dengan two group pre test-post test control group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita menopause di Kecamatan Maos, berjumlah 60 orang.
Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 60 orang yang memenuhi
kriteria inklusi. Responden terbagi menjadi kelompok kontrol dan intervensi. Masing-masing kelompok
berjumlah 30 responden. Kelompok intervensi mendapatkan terapi dzikir menjelang tidur. Perlakuan diberikan 1
kali sehari, menjelang tidur, dilakukan selama 7 hari.
Hasil Penelitian: Hasil uji komparatif variabel skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing
kelompok menggunakan Wilcoxon pada kelompok intervensi (p value= 0,000) dan kelompok kontrol (p value=
0,013) menunjukkan ada perbedaan skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan secara signifikan.
Kesimpulan: Terapi dzikir menjelang tidur berpengaruh secara signifikan terhadap skor DASS pada wanita
menopause.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi wanita yang mengalami menopause di seluruh dunia menurut WHO mencapai 373 juta orang di
tahun 2012 dan diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar orang pada tahun 2030 (Jannah & Sari, 2010). Badan
Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan bahwa jumlah penduduk wanita berusia di atas 50 tahun meningkat dari
10,7 juta menjadi 37,3 juta orang dan diperkirakan tahun 2025 akan menjadi 75 juta orang (Maita, dkk., 2013).
Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi bagi wanita sebagai akibat hilangnya aktivitas folikel
ovarium (Jannah & Sari, 2010). Perubahan psikis yang terjadi pada masa menopause dapat menimbulkan gejala
yang berbeda-beda seperti depresi, mudah tersinggung, mudah menjadi marah, mudah curiga, cemas serta
insomnia (Jannah & Sari, 2010; Maita, dkk., 2013).
Kekhawatiran yang dirasakan wanita di atas 50 tahun berawal dari pemikiran bahwa dirinya akan
menjadi tidak sehat, tidak bugar, dan tidak cantik lagi (Jannah & Sari, 2010). Kondisi tersebut membuat mereka
merasa tidak menyenangkan dan menyakitkan (Maita, dkk., 2013). Rasa kekhawatiran yang berlebihan
menyebabkan mereka sangat sulit menjalani masa menopause ini (Herawati, 2012).
Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan psikologis pada wanita menopause yaitu
dengan terapi dzikir (Wulandari & Nashori, 2014). Dzikir dapat membersihkan hati dan jiwa, menenteramkan
hati, dan mendapatkan ketenangan jiwa (Amnur, 2010).
Hasil penelitian Lusrizanuri (2017) menunjukkan adanya pengaruh terapi relaksasi dzikir untuk
menurunkan tingkat kecemasan. Jauhari (2014) juga melakukan penelitian yang menunjukan adanya pengaruh
terapi doa dan dzikir terhadap penurunan tingkat depresi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh Terapi Dzikir Menjelang Tidur terhadap skor depresi, kecemasan, dan stres pada wanita menopause
di Kecamatan Maos Cilacap”.
1
Media Berbagi Keperawatan, Vol. 3 No. 1 (Juli, 2020) E-ISSN 2548-7221
Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir menjelang tidur terhadap skor depresi,
kecemasan, dan stres pada wanita menopause di Kecamatan Maos Cilacap
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik responden yang mengalami menopause di Kecamatan Maos
Cilacap.
b. Mengetahui perbedaan skor depresi, kecemasan, dan stres pre test dan post test masing-masing
kelompok.
METODE
Lokasi penelitian ini di Klinik Graha Amanah Maos. Penelitian berlangsung dari Januari 2020 sampai
Mei 2020. Rancangan penelitian berupa quasi experimental study dengan two grouppre test-post test control
group design. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita menopause di Kecamatan Maos. Sampel
menggunakan wanita menopause yang berada di Kecamatan Maos dan memenuhi kriteria inklusi yang diambil
secara purposive sampling. Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi: mampu membaca dengan baik, wanita
menopause, beragama Islam, pasien mengalami depresi, cemas, dan stress. Adapun kriteria eksklusi, yaitu:
responden mengalami hospitalisasi, dan responden mengalami gangguan mental.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
1. Melakukan ijin penelitian kepada Badan Kesbangpol Cilacap dan Bapeda Cilacap.
2. Responden yang memenuhi kriteria inklusi dibagi dalam dua kelompok.
3. Kelompok intervensi (A) adalah wanita menopauseyang diberi terapi dzikir.
4. Kelompok kontrol diberi inisial B adalah kelompok wanita menopause yang tidak diberi terapi dzikir.
5. Penjelasan jalannya penelitian kepada responden.
6. Responden diberi informed consent bila responden setuju maka dilanjutkan pengukuran pre test skor
depresi, kecemasan, dan stress.
7. Pada kelompok intervensi dilakukan terapi dzikir selama 7 hari.Kemudian diukur skor depresi, kecemasan,
dan stress pada hari ke delapan.
8. Pada kelompok kontrol tidak dilakukan terapi dzikir. Kemudian diukur skor depresi, kecemasan, dan stress
pada hari ke delapan.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukan pengolahan data yang meliputi:
1. Data editing
Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah lengkap terisi semua dan dapat
dibaca dengan baik. Pada tahap ini peneliti melakukan pengecekan pada dokumen yang ada apakah sudah
lengkap dan terbaca dengan baik.
2. Coding
Tiap hasil lembar jawaban pasien dilakukan koding pada lembar ceklist untuk memudahkan pada waktu
memasukkan data. Coding yang dilakukan dengan memberi nomor urut pada tiap dokumen pada tiap
kelompok dengan kode untuk kelompok intervensi I + nomor, dan kontrol dengan kode C + nomor.
3. Data Entry
Data dimasukkan dalam lembar rekap ceklist untuk selanjutnya data yang telah terkumpul tersebut
dimasukkan dalam program analisis data.
4. Data Cleaning
Dilakukan untuk memastikan data yang dimasukkan tidak terdapat kesalahan. Setelah dipastikan data
dimasukkan dengan benar, maka dapat dilanjutkan ke tahap analisis data menggunakan program analisis di
komputer.
2
Media Berbagi Keperawatan, Vol. 3 No. 1 (Juli, 2020) E-ISSN 2548-7221
Analisa data:
1. Univariat
Menampilkan deskripsi/ gambaran variable penelitian dalam bentuk prosentase, mean, median, simpangan
deviasi (SD).
2. Bivariat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk untuk pre test dan post test skor DASS pada masing-masing
kelompok. Didapatkan hasil uji normalitas sebagai berikut:
Tabel 1. Uji normalitas pre test dan post test skor DASS
Kelompok Shapiro-Wilk
DASS
Df Sig.
Intervensi Pre 30 0,03
Post 30 0,848
Kontrol Pre 30 0,02
Post 30 0,02
Hasil uji normalitas untuk pre test dan post test skor DASS pada kelompok kontrol pre test dan post test,
kelompok intervensi pre test diperoleh semua nilai p value < 0,05. Hasil menunjukkan data tidak
terdistribusi dengan normal. Sedangkan pada kelompok intervensi post test diperoleh nilai p value > 0,05,
hasil menunjukkan data terdistribusi dengan normal.
b. Uji komparatif
Analisis data digunakan untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap depression anxiety and stress
score. Analisis yang digunakan yaitu Wilcoxon (Dahlan, 2011). Disimpulkan adanya pengaruh/perbedaan
jika p value < 0.05 dan tidak ada perbedaan jika p value > 0.05 (Dahlan, 2011).
HASIL
1. Karakteristik Responden
Karakteristik berdasarkan umur penderita menopause di Kecamatan Maos adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan umur di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap (Januari 2020,
n=30)
Hasil analisis data menunjukkan bahwa umur tertinggi responden adalah 82 tahun.
2. Perbedaan Skor DASS Pre Test dan Post Test pada Masing-masing Kelompok
Uji komparatif variabel skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing kelompok penderita
menopause di Kecamatan Maos adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Uji komparatif skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan masing-masing kelompok di Kecamatan
Maos Kabupaten Cilacap (Januari 2020, n=30)
Hasil uji komparatif menggunakan Wilcoxon pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan ada
perbedaan skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan secara signifikan.
3
Media Berbagi Keperawatan, Vol. 3 No. 1 (Juli, 2020) E-ISSN 2548-7221
PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang dilihat dalam penelitian ini adalah umur responden dengan umur tertinggi
82 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk dalam rentang usia dimana seorang wanita sudah
berhenti siklus menstruasinya atau menopause (Putri, dkk., 2012; Pebrianti & Lestiani, 2016). Hasil penelitian
Herawati (2012) menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan usia menopause adalah konsumsi rokok,
pendapatan, olah raga, jumlah anak, status menikah dan menarche.
2. Perbedaan Skor DASS Pre Test dan Post Test pada Masing-masing Kelompok
Hasil analisis statistik pada kelompok intervensi menunjukkan rata-rata skor DASS setelah intervensi
mengalami penurunan dari rata-rata skor 34,70 menjadi rata-rata skor 25,63. Sedangkan pada kelompok kontrol
menunjukkan skor DASS 28,77 menjadi 28,13. Hasil uji komparatif menggunakan Wilcoxon pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan ada perbedaan skor DASS sebelum dan sesudah perlakuan secara
signifikan.
Tingkat stres responden yang diukur dengan menggunakan kuesioner Depression Anxiety Stress Scale
(DASS) digunakan untuk mengetahui status emosional negatif dari depresi, kecemasan dan stres. Skor stres
diklasifikasikan menjadi 5 yaitu, normal (0–14), stres ringan (15–18), stres sedang (19–25), stres berat (26–33),
stres sangat berat (≥34). Variabel ini menggunakan skala interval (Lovibond & Lovibond, 2003).
Hasil pengambilan data pada kelompok intervensi didapatkan sebelum intervensi skor responden
termasuk stres sangat berat kemudian setelah intervensi menurun menjadi stres sedang. Sedangkan pada
kelompok kontrol skor tidak berubah yaitu pada klasifikasi stres berat.
Stres yang dialami wanita menopause diakibatkan karena mereka mengalami perubahan fisik akibat
menopause (Jannah & Sari, 2010). Kadangkala, diantara kaum wanita yang memasuki masa menopause ada
yang mengalami goncangan. Tidak puas dengan keadaan, kurang bergairah, dilanda rasa kesepian, takut
ditinggal suami, khawatir bahwa rumah tangga akan terancam, atau bahkan segera akan menjadi seorang janda
(Larasati, 2010).
Kecemasan yang timbul di masa menopause sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Menurut Blackburn and Davidson (1990)
penyebab kecemasan ini meliputi; (a) suasana hati yaitu keadaan yang menunjukkan ketidaktenangan psikis,
seperti mudah marah, perasaan sangat tegang, (b) pikiran yaitu keadaan pikiran yang tidak menentu, seperti:
khawatir, sukar konsentrasi, pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri sebagai sangat
sensitif, merasa tidak berdaya, (c) motivasi yaitu dorongan untuk mencapai sesuatu, seperti: menghindari situasi,
ketergantungan yang tinggi, ingin melarikan diri, lari dari kenyataan, (d) perilaku gelisah yaitu keadaan diri
yang tidak terkendali seperti: gugup, kewaspadaan yang berlebihan, sangat sensitif dan agitasi, (e) reaksi-reaksi
biologis yang tidak terkendali, seperti: berkeringat, gemetar, pusing, berdebar-debar, mual, mulut kering.
Pada masa menopause, tidak ada orang yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas,
termasuk para lansia menopause. Ketegangan perasaan atau stress selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan,
pergaulan sosial, kehidupan rumah tangga, dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Demikian juga dengan
gejala depresi di masa menopause. Perempuan yang mengalami menopause sering merasa sedih, karena
kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih
karena kehilangan daya tarik. Perempuan merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai
perempuan dan harus menghadapi masa lansianya. Kebanyakan lansia juga mengalami penurunan fisik berupa
kelumpuhan dan beberapa menderita penyakit kronis, hal tersebut juga dapat menjadi sumber stres bagi lansia
(APA, 2014).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa: umur
responden dengan umur tertinggi 82 tahun, dan skor DASS setelah perlakuan terjadi penurunan secara
signifikan pada kelompok intervensi yang mendapat terapi dzikir menjelang tidur.
DAFTAR PUSTAKA
Al-halaj, Q.M.I. (2014). Pengaruh Dzikir Menjelang Tidur terhadap Kualitas Tidur Lanjut Usia di Panti Sosial
Tresna Wredha Budi Mulia 01 Jakarta Timur. Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Al-hilali, A.U.S. (2005). Syarah Riyadush Shalihin, Jilid II. Penerjemah M. Absul Ghoffar. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-Syafi’i.
4
Media Berbagi Keperawatan, Vol. 3 No. 1 (Juli, 2020) E-ISSN 2548-7221
Amnur, D. (2010). Zikir dan Pengaruhnya terhadap Ketenangan Jiwa Menurut Al-Qur’an (Kajian Tafsir
Tematik). Skripsi: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau.
Anselmo, J. (2005). Relaxation: The First Step to Restore, Renew, and Self-Heal. USA: Jones and Bartlett
Publisher.
Blackburn & Davidson, 1990, Terapi Kognitif untuk Depresi & Kecemasan Suatu Petunjuk Suatu Petunjuk bagi
Praktisi, Semarang : IKIP Semarang
Hanlon, J. T., dkk. (2009). Complementary and Alternative Medicine. USA: The McGraw-Hill Companies.
Herawati, R. (2012). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause di Empat Posyandi Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternal dan Neonatal Vol. 1 No. 1
Oktober 2012.
Jannah, S. R. & Sari, R. P. (2010). Mekanisme Koping Wanita dalam menghadapi Perubahan Fisik Akibat
menopause di Desa Lamhasan,Peukan Bada, Aceh Besar. Idea Nursing Journal, Vol. II No. 1.
Jauhari, J. (2014). Pengaruh Terapi Psikoreligius: Doa dan Dzikir terhadap Penurunan Tingkat Depresi pada
Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Kota
Semarang. Skripsi: Stikes Ngudi Waluyo Semarang.
Kasdu, D. (2004). Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Cet. Pertama. Jakarta: Puspaswara.
Larasati, T. (2010). Kualitas Hidup pada Wanita yang sudah Memasuki Masa Menopause. Skripsi: Universitas
Gunadarma.
Maita, L., dkk.( 2013). Karakteristik Wanita dengan Keluhan Masa Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Rejosari. Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 3, Nopember 2013.
Nada, A. A. (2007). Ensiklopedi Adab Islam menurut Al-Wur’an dan As-Sunnah, Jilid II. Penerjemah Abu Ihsan
Al-Atrasi. Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.
Nida, F.L.K. (2014). Zikir sebagai Psikoterapi dalam Gangguan kecemasan Bagi Lansia. Jurnal Bimbingan
Konseling Islam, Vol. 5, No. 1, Juni 2014.
Nurwahyuni, dkk. (2012). Perilaku Wanita Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kolaka Kabupaten Kolaka
tahun 2012. Skripsi: Universitas HasanudinSulawesi Tenggara.
Pebrianti, R. & Lestiani, I. (2016). Pengetahuan Ibu Menopause tentang Gizi Seimbang pada Masa Menopause
di Wilayah Kerja Puskesmas Awang Besar, Barabai, Hulu Sungai Tengah. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia, Vol. 4, No. 1, Tahun 2016.
Potter, P. A. &Perry, A.G. (2011). Basic Nursing, 7th ed. Canada: mosby.
Proverawati. (2010). Menopause dan Syndrome pre menopause. Yogyakarta: Nuha Medika.
Senolinggi, M. A. (2015). Hubungan antara usia menarche dengan usia menopause pada wanita di kecamatan
kakas Sulawesi utara tahun 2014. jurnal e-clinic (ecl), volume 3, nomor 1, januari-april 2015.
5
Media Berbagi Keperawatan, Vol. 3 No. 1 (Juli, 2020) E-ISSN 2548-7221
Susilowati. (2016). Hubungan Perokok Pasif dengan Kejadian Menopause Dini pada Perempuan di Dusun
Ngaran Desa Balecatur Kecamatan Gamping Sleman. Skripsi: Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
Syarifah, M. & Kusumaputri, E. S. (2011). Hubungan Pengaturan Emosi Positif dengan Kecemasan Menjelang
Menopause pada Perempuan Pekerja. HUMANITAS Vol. 11-2.143-151.
Wulandari, E. & Nashori, H. F. (2014). Pengaruh Terapi Zikir terhadap Kesejahteraan Psikologis pada Lansia.
Jurnal Intervensi psikologi Vol. 6., No. 2, Desember 2014.
6
EFEKTIVITAS SPIRITUAL HEALING TERHADAP
PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA MENOPAUSE
ABSTRACT
Spiritual healing is a healing process through improvement of the
body's energy system and rokhani with method of tapping in some
specific points on the body. In addition to the energy system of the
body there is also a method of relaxation with a confidence factor
involved can reduce anxiety. This research aims to knowing the
effectiveness of spiritual healing in lowering the level of anxiety to
menopausal women kelompok pengajian Majelis Taklim Nurul
Hikmah Purbadana village Kembaran sub-district Banyumas district
2013. The kind of this research is by using quasi-experiment with
Time series design sampling techniques using the quota sampling,
the sample number of 32 people. Therapi spiritual healing is given
once every 1 weeks for 3 consecutive weeks, before and after the
intervention be a assessment of the level of anxiety using a
questionnaire HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale), all data
collected is analyzed with a Wilcoxon test with significant level (α =
0.05 level). The known research results : Indicates that the value of
p = 0.000 < 0.05 it means that the value of asymp sig < value of α ,
it means H0 is rejected indicates that Spiritual healing provide a
positive influence on the decrease in the level of anxiety to
menopausal women. The conclusion of this research Spiritual
healing is effective to decrease the level of anxiety to menopausal
women kelompok pengajian Taklim Nurul Hikmah in Purbadana
Village which belongs to Kembaran Sub-district in Banyumas district
Grafik 1. Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Spiritual Healing pada Wanita Menopouse kelompok
pengajian Majelis Taklim Nurul Hikmah Desa Purbadana Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
tahun 2013
28
(87,5%)
30
25
20 14 4
15 6 (43,8%)(12,5%)
10 (18,8%)
10 13 12
5 9
(31,3%) (40,6%) (37,5%)
0 (28,1%)
Kecemasan
Kecemasan
sangat Kecemasan
berat Kecemasan
berat sedang Tidak ada
ringan
kecemasan
W. HADISAPUTRA
Tujuan: Untuk mengevaluasi kualitas hubungan seksual penderita Objective: To evaluate sexual function among women with endo-
endometriosis sebelum dan setelah menjalani intervensi Laparoskopi metriosis and dyspareunia after underwent operative Laparoscopy.
operatif. Design/data identification: Analytic descriptive study.
Rancangan/rumusan data: Studi deskriptif analitik. Material and Methods: The study conducted to infertile patients
Bahan dan cara kerja: Penelitian deskriptif analitik pada kasus who underwent operative Laparoscopy under indication of endome-
kasus infertilitas dengan sangkaan endometriosis yang menjalani la- triosis in Raden Saleh Clinic Department of Obstetrics and Gyneco-
paroskopi operatif dari tanggal 1 Juni 2004 s.d Juli 2005, di Klinik
Raden Saleh Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM. logy FKUI/RSCM. The questionnaire filled in by the patients before and
Pengisian kuesioner dilakukan sebelum tindakan dan satu tahun pasca 1 year after the surgery. Statistical analysis using significant test of Chi
tindakan. Pengolahan statistik dilakukan dengan uji kemaknaan Chi square and Fisher test.
square dan uji Fisher. Results: From 40 subjects there were significantly deference in in-
Hasil: Dari 40 subjek penelitian didapat perbaikan pada intensitas tensity of orgasms (p = 0.0009), decrease of dyspareunia (p = 0.0026)
orgamus secara sangat bermakna (p = 0,0009) dan hilangnya dispareuni and improving in satisfying in sexual relation (p = 0.0396) and impro-
secara bermakna (p = 0,0026), perbaikan dalam rasa puas (p = 0,0396). ving difficulty in relax during intercourse (p = 0.045) but there were no
Serta perasaan lebih rileks (p = 0,045). Sedangkan beberapa keadaan significant changing of variation in sexual activity, last long enough and
yang tidak berbeda bermakna yaitu dalam hal variasi aktivitas seksual,
lama aktivitas seksual serta frekwensi hubungan seks perminggu. sex frequently in a week.
Kesimpulan: Intervensi Laparoskopi operatif pada penderita en- Conclusions: Operative laparoscopy intervention to the endome-
dometriosis khususnya tindakan koagulasi ligamentum sakrouterina triosis patients by coagulation of uterosacral ligament (Colsu) in par-
menyebabkan perbaikan kualitas kehidupan seksual secara bermakna. ticular, improved significantly in quality of sexual activity.
[Maj Obstet Ginekol Indones 2006; 30-4: 219-22] [Indones J Obstet Gynecol 2006; 30-4: 219-22]
Kata kunci: endometriosis, ligamentum sakrouterina, dispareuni, Keywords: endometriosis, uterosacral ligament, dyspareunia, or-
orgasmus, kolsu gasms, colsu
terina memiliki skor nyeri lebih tinggi dari pen- Usia Menars dan Usia Pertama Kali Hubungan
derita endometriosis tanpa lesi di ligamentum sa- Seksual
krouterina. Dibuktikan juga oleh penelitian Fer-
Dari Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa rerata usia
rero6 mendapatkan 57,3% dispareuni dan nyeri pel-
menars antara 11 - 13 tahun (52,5%) ini adalah usia
vis diderita oleh pasien endometriosis dengan lesi
menars normal. Demikian juga usia pertama kali
di ligamentum sakrouterina, sedangkan tanpa lesi
hubungan seksual peserta pada usia 26 - 30 tahun
di sakrouterina hanya 37,8%.
(60%), ini memperlihatkan bahwa masyarakat telah
Tujuan penelitian ini untuk melihat perubahan
mulai memahami pendidikan seks yang sehat.
perangai aktivitas seksual penderita endometriosis
dengan lesi di ligamentum sakrouterina sebelum Tabel 2. Usia menars
dan sesudah intervensi surgikal laparoskopi.
Tahun Jumlah %
8 - 10 4 12,5
BAHAN DAN CARA KERJA 11 - 13 21 52,5
14 - 16 14 35
> 16 0 0
Penelitian deskriptif analitik dengan subjek pasien
Jumlah 40 100
penderita endometriosis lesi pada ligamentum sa-
krouterina yang menjalani laparoskopi operatif di
Klinik Raden Saleh Divisi Kesehatan Reproduksi, Tabel 3. Usia pertama kali hubungan seks
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Ke- Tahun Jumlah %
dokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
15 - 20 2 5
Jenis intervensi adalah koagulasi ligamentum 21 - 25 9 22,5
sakrouterina (Kolsu) serta kistektomi bila ditemu- 26 - 30 24 60
kan endometrioma. Tindak lanjut pada pasien ada- 31 - 35 5 12,5
> 35 0 0
lah pengobatan hormon padanan penglepas gona-
dotropin (GnRHa) selama 3 kali pemberian dengan Jumlah 40 100
interval 4 minggu.
Kuesioner diisi oleh penderita sebelum men-
jalani operasi dan satu tahun pascaoperasi. Tin- Derajat Endometriosis
dakan operasi seluruhnya dilakukan oleh penulis.
Oleh karena sebagian besar pasien adalah pasien
infertilitas, baik primer maupun sekunder yang
dalam rangkaian pemeriksaan infertilitasnya men-
HASIL
jalani pemeriksaan laparoskopi, maka terlihat se-
bagian besar kasus adalah penderita endometriosis
Usia Pasien derajat berat AFS IV (47,5%).
Pasien yang masuk penelitian ini semuanya telah
menikah, kemudian menjalani laparoskopi operatif. Tabel 4. Derajat Endometriosis
Seluruhnya pasien infertilitas, baik primer ataupun Derajat (AFS) Jumlah %
infertilitas sekunder. Ternyata umur peserta terba-
I 1 2,5
nyak adalah antara 31 - 35 tahun (42,5%). Tidak II 8 20
ada satupun pasien yang berumur di bawah 20 ta- III 12 30
hun. Ini menunjukkan bahwa usia menikah wanita IV 19 47,5
Indonesia mulai bergeser ke usia yang diharapkan. Jumlah 40 100
Tabel 7. Rata-rata jumlah Hubungan Seks sebelum dan setelah di8 melaporkan bahwa jarak antara serat saraf cen-
Laparoskopi
derung lebih pendek pada pasien dengan riwayat
Perangai Seksual Sebelum Setelah
Uji Statistik nyeri pelvis. Lebih jauh Anaf dkk6 membuktikan
Chi square bahwa insisi intraneural dan perineural pada lesi
Jumlah Hubungan rektovaginal mengurang secara bermakna nyeri
seks per minggu 2,3462 2,3462 1,000 yang hebat saat berhubungan seks. Hal ini dapat
menerangkan secara langsung terhadap rasa puas
dan rasa nyaman serta perasaan rileks saat aktivitas
DISKUSI seksual.
Dalam penelitian ini didapat bahwa tidak ada pe-
Dispareuni pada penelitian ini didefinisikan sebagai rubahan bermakna secara statistik dalam hal variasi
nyeri genitalia pada saat penetrasi, sedangkan ada- dan lama hubungan seks; serta jumlah hubungan
nya nyeri superfisial yang terjadi sekitar introitus seks dalam seminggu.
|
| Maj Obstet
222 Hadisaputra Ginekol Indones
Kelemahan penelitian ini ialah tidak dilakukan- 2. Porpora MG, Koninckx PR, Piazze J, Natili M, Colagrande
nya sistoskopi sehingga diabaikannya kemungkin- S, Cosmi EV. Correlation between endometriosis and pelvic
an subjek menderita sistitis intersisial yang meru- pain. J Am Assoc Gynecol Laparosc 1999; 6: 429-34
pakan salah satu penyebab nyeri pelvis dan dispa- 3. Fauconnier A, Chapron C, Dubuisson JB, Vieira M, Dous-
set B, Breart G. Relation between pain symptoms and the
reuni.9
anatomic location of deep infiltrating endometriosis. Fertil
Steril 2002; 78: 719-26
4. Chapron C, Fauconnier A, Dubuisson JB, Barakat H, Vieira
KESIMPULAN M, Breart G. Deep infiltrating endometriosis: relation bet-
ween severity of dysmenorrhea and extent of disease. Hum
N Intervensi koagulasi ligamentum sakrouterina Reprod 2003; 18: 760-6
(Kolsu) pada penderita endometriosis perlapa- 5. Ali IW, Hadisaputra W, Dastri M. Perbandingan efektivitas
roskopi akan memperbaiki kualitas kehidupan ablasi nervus sakrouterina terhadap koagulasi ligamentum
seksual dalam hal: sakrouterina per laparoskopi sebagai terapi dismenorea be-
– Kepuasan orgasme rat pada pasien endometriosis yang dilanjutkan dengan te-
– Berkurangnya dispareuni rapi GnRH analog. Maj Obstet Ginekol Indones 2005; 29:
227-33
– Rasa puas dan nyaman serta rileks dalam
6. Anaf V, Simon P, El Nakadi I, Fayt I, Buxant F, Simonart
melakukan aktivitas seksual T, et al. Relationship between endometriotic foci and nerves
N Tidak mengalami perubahan secara bermakna in rectovaginal endometriotic nodules. Hum Reprod 2000;
dalam hal; variasi dan lama hubungan seks, serta 15: 1744-50
frekuensi hubungan seks per minggu. 7. Steege JF, Ling FW. Dyspareunia A special type of chronic
pelvic pain. Obstet Gynecol Clin North Am 1993; 20: 779-
93
RUJUKAN 8. Tulandi T, Felemban A, Chen MF. Nerve fibers and his-
topathology of endometriosis-harboring peritoneum-J Am
1. Koninckx PR, Meuleman C, Demeyere S, Lesaffre E, Assoc Gynecol Laparosc 2001; 8: 95-8
Comillie FJ. Suggestive evidence that pelvic endometriosis 9. Koziol JA, Clark DC, Gittes RF, Tan EM. The Natural his-
is a progressive disease, whereas deeply infiltrating en- tory of intertitial cystitic: a survey of 374 patients. J Urol
dometriosis is associated with pelvic pain. Fertil Steril 1993; 149: 465-9
1991; 55: 759-65
|
PENATALAKSANAAN ENDOMETRIOSIS
Erna Suparman
69
70 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 69-78
dan E2. Pendapat yang sudah lama dianut poliklonal.13,14 Danazol yang semula di-
ini mengemukakan bahwa pertumbuhan pakai untuk pengobatan endometriosis ka-
endometriosis sangat tergantung pada kadar rena diduga bekerja secara hormonal, juga
estrogen dalam tubuh, tetapi akhir-akhir ini telah dipakai untuk mengobati penyakit
mulai diperdebatkan. Menurut Kim et al, autoimun.Oleh karena itu selain oleh efek
kadar E2 ditemukan cukup tinggi pada hormonalnya, keberhasilan pengobatan
kasus-kasus endometriosis. Olive (1990) danazol diduga juga oleh efek imunologik.
menemukan kadar E2 serum pada setiap Danazol mengurangi tempat ikatan IgG
kelompok derajat endometriosis terdapat (reseptor Fc) pada monosit, sehingga mem-
dalam batas normal. Keadaan ini juga tidak pengaruhi aktivitas fagositik sel-sel ter-
bergantung pada beratnya derajat endo- sebut. Beberapa penelitian menemukan pe-
metriosis, dan makin menimbulkan kera- ningkatan IgM, IgG, serta Ig A dalam
guan mengenai penyebab sebenarnya dari serum pasien endometriosis.15
endometriosis.4,5,7 Bila dianggap perkem-
bangan endometriosis bergantung pada
GEJALA KLINIS
kadar estrogen dalam tubuh, seharusnya
terdapat hubungan bermakna antara berat- Endometriosis dapat ditemukan di
nya derajat endometriosis dengan kadar E2. berbagai tempat dan hal ini mempengaruhi
Di lain pihak, bila kadar E2 tinggi dalam gejala yang ditimbulkan. Tempat yang
tubuh maka senyawa ini akan diubah paling sering ditemukan di belakang kavum
menjadi androgen melalui proses aroma- uteri, pada jaringan antara rektum dan
tisasi, yang berakibat kadar testosteron (T) vagina, dan permukaan rektum. Kadang-
akan meningkat. Kenyataan pada penelitian kadang ditemukan juga di tuba Falopii,
tersebut, kadar T tidak berubah secara ovarium, otot-otot pengikat rahim, kandung
bermakna menurut beratnya penyakit, bah- kencing, dan dinding samping panggul.1-7
kan dalam cairan peritoneal terlihat kadar- Setiap bulan jaringan endometriosis di
nya cenderung menurun seirama dengan luar kavum uteri mengalami penebalan dan
E2. Berdasarkan hal tersebut maka dapat perdarahan mengikuti siklus menstruasi.
dikatakan bahwa memberatnya endometrio- Perdarahan ini tidak mempunyai saluran
sis tidak murni tergantung estrogen saja.7 keluar seperti darah menstruasi yang
Teori endometriosis dapat dikaitkan normal, tetapi terkumpul dalam rongga
dengan aktivitas sistem imun. Teori imuno- panggul dan menimbulkan nyeri. Jaringan
logik menerangkan bahwa secara embrio- endometriosis dalam ovarium menyebab-
logik, sel epitel yang membungkus perito- kan terbentuknya kista coklat. Akibat
neum parietal dan permukaan ovarium me- inlamasi kronis pada jaringan endometrio-
miliki asal yang sama; oleh karena itu sel- sis, terbentuk jaringan parut dan perleng-
sel endometriosis akan sejenis dengan ketan organ-organ reproduksi. Sel telur
mesotel. Telah diketahui bahwa CA-125 sendiri terjerat dalam jaringan parut yang
merupakan suatu antigen permukaan sel tebal sehingga tidak dapat dilepaskan.
yang semula diduga khas untuk ovarium. Sepertiga dari pasien endometriosis tidak
Endometriosis merupakan proses prolife- memperlihatkan gejala apapun selain infer-
rasi sel yang bersifat destruktif dan akan tilitas.16
meningkatkan kadar CA-125. Oleh karena Gejala endometriosis bervariasi dan
itu, antigen ini dipakai sebagai penanda tidak bisa diprediksi. Nyeri haid (dis-
kimiawi.11-13 menorea), nyeri pinggang kronis, nyeri pa-
Banyak peneliti yang berpendapat da saat berhubungan (dispareunea), dan in-
bahwa endometriosis merupakan penyakit fertilitas merupakan gejala yang umum
autoimun karena memiliki kriteria yang terjadi. Banyak pendapat yang dikemuka-
cenderung bersifat familiar, menimbulkan kan berbagai peneliti mengenai nyeri yang
gejala klinik yang melibatkan banyak timbul. Pada dasarnya, nyeri pada endo-
organ, dan menunjukkan aktivitas sel B metriosis muncul sebagai akibat materi
72 Jurnal Biomedik, Volume 4, Nomor 2, Juli 2012, hlm. 69-78
peradangan yang dihasilkan oleh endo- konstipasi dan kolik, serta nyeri sebelum,
metriosis yang aktif. Sel endometrium yang pada saat, dan sesudah buang air kecil.20,21
berpindah tadi akan terkelupas dan ter-
lokalisasi di suatu tempat, selanjutnya me-
DIAGNOSIS
rangsang respon inflamasi dengan melepas-
kan materi sitokin sehingga muncul perasa- Jaringan endometriosis tetap memiliki
an nyeri. Selain itu, nyeri juga dapat ditim- aktivitas sama dengan endometrium se-
bulkan akibat sel endometrium yang ber- sungguhnya sehingga akan terus aktif
pindah tersebut menyebabkan jaringan selama masih terdapat hormon di dalam
parut di tempat perlekatannya dan menim- tubuh. Setelah menopause, keluhan endo-
bulkan perlengkatan organ seperti ovarium, metriosis akan menghilang, Gejala yang
ligamentum ovarium, tuba Fallopi, usus, sering dijumpai ialah nyeri haid (disme-
dan vesika urinaria. Perlengketan ini akan norea) yang terjadi 1-3 hari sebelum haid,
merusak organ-organ tersebut dan menim- dan dengan makin banyaknya darah haid
bulkan nyeri yang hebat di sekitar pang- yang keluar keluhan dismenorea akan
gul.16-19 mereda.6
Endometriosis ditemukan pada 25% Endometriosis pada ovarium akan me-
wanita infertil, dan diperkirakan 50%-60% nyebabkan terjadinya kista endometriosis.
dari kasus endometriosis akan infertil. Bila ukuran kista endometriosis tersebut
Endometriosis yang invasif akan mengaki- sudah >5 cm, sering menimbulkan gejala
batkan kemandulan akibat berkurangnya penekanan. Gejala-gejala lain yang meng-
fungsi kavum uteri dan adanya perlengket- arah pada endometriosis ialah infertilitas,
an pada tuba dan ovarium. Terdapat be- nyeri pelvis, nyeri senggama, nyeri perut
berapa teori yang mengemukakan bahwa merata, nyeri suprapubik, disuria, he-
endometriosis menghasilkan prostaglandin maturia, benjolan pada perut bawah, serta
dan materi proinflamasi lainnya, yang da- gangguan miksi dan defekasi.20,21
pat mengganggu fungsi organ reproduksi Pada pemeriksaan dalam kadang di-
dengan menimbulkan kontraksi atau spas- dapatkan benjolan-bejolan di kavum
me. Juga dikemukakan bahwa pada endo- Douglasi, dan daerah ligamentum sakro-
metriosis fungsi tuba Fallopi menjadi uterina yang sangat nyeri pada penekanan.
terganggu dalam hal pengambilan sel telur Uterus biasanya sulit digerakkan. Jika ter-
dari ovarium, bahkan dapat merusak epitel dapat kista, di parametrium dapat teraba
dinding kavum uteri dan menyebabkan adanya massa kistik yang terasa nyeri bila
kegagalan implantasi hasil pembuahan. disentuh. Bila terdapat kecurigaan endo-
Sebagai akibat, pasien dengan endometrio- metriosis pelvis, dapat dilakukan lapa-
sis memiliki riwayat abortus tiga kali lebih roskopi atau juga dengan USG (Gambar 1)
sering dari pada wanita normal.20,21 untuk menemukan massa kistik di daerah
Gejala yang sering ditemukan ialah parametrium yang pada lapang pandang
nyeri, pendarahan, serta keluhan pada saat laparoskopi tampak pulau-pulau endo-
buang air besar dan kecil. Hebatnya nyeri metriosis berwarna kebiruan dan biasanya
tergantung pada lokasi endometriosis, dapat berkapsul. Pemeriksaan USG dapat dila-
berupa nyeri pada saat menstruasi, serta kukan dengan mengikuti jalur algoritma
nyeri selama dan sesudah hubungan intim. (Gambar 1).22-25
Pendarahan bisa banyak dan lama pada saat Pemeriksaan laparoskopi sangat diper-
menstruasi, berupa spotting sebelum mens- lukan untuk diagnosis pasti endometriosis
truasi, menstruasi yang tidak teratur, dan agar dapat menyingkirkan diagnosis ban-
darah menstruasi berwarna gelap yang ding antara radang pelvis dan keganasan di
keluar sebelum menstruasi atau di akhir daerah pelvis. USG transvaginal yang telah
menstruasi. Keluhan buang air besar dan dikenal akurasinya, hanya sedikit mem-
kecil bisa berupa nyeri pada saat buang air bantu dalam menemukan massa kistik di
besar, adanya darah pada feses, diare, daerah parametrium dengan gambaran
Erna Suparman, Eddy Suparman; Penatalaksanaan Endometriosis 73
harus dibuat pada saat laparoskopi atau medikamentosa; oleh karena itu kombinasi
laparotomi; oleh karena itu rencana peng- obat-obatan dengan pembedahan harus ber-
obatan juga harus dirancang dan dimulai di iringan.32
meja operasi. Dengan adanya perkembang- Skema pengobatan endometriosis di-
an pesat berbagai tehnik pengobatan, ter- susun berdasarkan gejala yang paling
masuk elektrokauter, laser, dan laparoskopi utama dikeluhkan oleh pasien. Nyeri dan
operatif, maka semua susunan endometrio- infertilitas merupakan gejala yang paling
sis yang tampak pada saat laparoskopi awal sering dikeluhkan oleh pasien endo-
kini telah mampu diablasi.22,27 metriosis.
Pada endometriosis derajat berat dan
luas, pembedahan atraumatik merupakan Keluhan nyeri
pilihan utama karena sudah diketahui bah-
wa endometrioma yang lebih besar dari 1 Nyeri merupakan keluhan yang paling
cm tidak menyusut selama pengobatan banyak dirasakan oleh penderita endo-
medikamentosa. Pengangkatan endometri- metriosis; walaupun demikian patofisiologi
oma saat operasi dilakukan karena faktor- nyeri belum jelas dipahami. Heterogenitas
faktor mekanik antara lain perlekatan yang dari proses penyakit ini menyebabkan
mengganggu mekanisme penangkapan kesulitan memastikan etiologi nyeri yang
ovum hanya dapat ditanggulangi dengan sebenarnya. Terdapat teori yang menge-
pembedahan; oleh karena itu, sekuele endo- mukakan bahwa jenis lesi yang berbeda
metriosis merupakan indikasi primer untuk akan menyebabkan timbulnya rasa nyeri
pembedahan.30 dengan cara yang berbeda.16-19
Pada endometriosis derajat minimal, Lesi awal endometriosis mengandung
pengamatan dan sikap menunggu sering kadar prostaglandin yang lebih tinggi
menghasilkan kehamilan. Pada derajat dibandingkan dengan lesi yang lebih tua.
ringan, pengobatan medikamentosa meru- Prostaglandin ini akan mengaktifkan jalur
pakan pilihan. Bila endometriosis ringan saraf aferen. Lesi yang terletak lebih dalam
terjadi bersamaan dengan faktor-faktor pada peritoneum juga meningkatkan rasa
infertilitas lainnya, hasil yang baik akan nyeri. Perlekatan dan fibrosis juga me-
diperoleh dengan memperbaiki faktor- nyebabkan rasa nyeri yang berhubungan
faktor infertilitas tersebut. Pada endo- dengan pasokan darah pada pleksus saraf
metriosis ringan, bila disertai anovulasi, atau menyebabkan terjadinya peregangan
luteinized unruptured follicle (LUF), defek serabut saraf pada jaringan dan meng-
fase luteal, serta hiperprolaktinemia hen- akibatkan nyeri. Iritasi langsung pada
daknya hal-hal tersebut diperbaiki terlebih jaringan saraf sekitarnya akibat infiltrasi
dahulu. Bila pendekatan demikian tidak lesi juga menyebabkan nyeri. Penelitian
menghasilkan kehamilan dalam waktu terhadap pemberian agonis GnRH, danazol,
dekat, maka endometriosisnya harus diobati dan kontrasepsi oral ternyata cukup me-
terlebih dahulu.30-32 muaskan untuk mengurangi keluhan nyeri.
Dengan mikroskop elektron akan ter- Terapi hormonal di atas terutama dengan
lihat bahwa lesi endometriosis yang agonis GnRH harus diikuti dengan
sederhana biasanya terpencar pada permu- pemberian add back therapy untuk
kaan peritoneum sebagai polip-polip kecil mengurangi komplikasi yang ditimbulkan
atau bongkah-bongkah berdiameter <1 mm. akibat pemberian agonis GnRH yang lama.
Lesi endometriosis ini tidak dapat dilihat Beberapa penelitian mengemukakan bahwa
dengan mata telanjang atau dengan add back therapy tidak akan memperberat
laparoskopi saja. Lesi ini juga tidak dapat keluhan nyeri.16-19
dirusak dengan pembedahan atau Tindakan bedah dapat dilakukan jika
koagulasi. Meskipun belum terlihat adanya pemberian terapi medikamentosa untuk
destruksi sempurna, lesi-lesi demikian mengatasi keluhan nyeri tidak memberikan
dapat menyusut selama pengobatan hasil yang berarti. Tindakan bedah yang
Erna Suparman, Eddy Suparman; Penatalaksanaan Endometriosis 75
32. Falcone T, Goldberg JM, Miller KF. 36. Dokras A, Olive DL. Endometriosis
Endometrosis: medical and surgical and assisted reproductive techno-
interventions. Curt Opin Obstet logies. Clin Obstet Gynecol. 1999;
Gynecol. 1996;8:178-83. 42:687-98.
33. Proctor NIL, Latthe PM, Farquhar 37. Olive DL, Kee KL. Analysis of
CM, Khan KS, Johnson NP. sequential treatment protocols for
Surgical interruption of pelvic nerve endometriosis associated infertility.
pathways for primary and secondary Am J Obstet Gynecol. 1986;
dysmenorrhoea [homepage on the 154:613-9.
Internet]. Nodate [Cited 2012 Sept 38. Adamson GD, Pasta DJ. Surgical
14]. Available from: http://www. treatment of endometriosis-asso-
ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16235288 ciated infertility: meta-analysis com-
34. Dmowski VNT, Rana N, pared with survival analysis. Am J
Michalowska J, Friberg J, Obstet Gynecol. 1994;171(6):1488.
Paplernjak C, el-Roeiy A. The 39. Vercammen EE, D'Hooghe TM.
effect of endometriosis, its stage and Endometriosis and recurrent preg-
activity, and of autoantibodies on in nancy loss. Semin Reprod ed 2000;
vitro fertilization and embryo 18:363-8.
transfer success rates. Fertil Steril. 40. Surrey ES. Add-back therapy and
1995;63:555-62. gonadotropin-releasing hormone
35. Pellicer A, Navarro J, Bosch E, agonists in the treatment of patients
Garrido N, Garcia-Velasco, with endometriosis; can a consensus
Remohi J, et al. Endometrial qua- be reached? [homepage on the
lity in infertile women with endo- Internet]. Nodate [Cited 2012 Sept
metriosis. Ann NY Acad Sci. 2001; 15]. Available from: http://www.
943:122-30. ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10065775
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
ABSTRACT
Counterpressure massage and counterpressure massage with lavender essential oil are
effective to increase relaxation and comfort for the mother. This study aimed to determine The
Comparison of Counterpressure Massage and Counterpressure Massage with Lavender Essential Oil
toward First Active Labor Pain Levels in BPS Bunda Bukittinggi 2020. The type of this research was
Quasi Experiment with Non-Equivalent Control Group by giving different treatment to the
experimental group with the control group. It was conducted on July . The populations of this
research are 53 people. Then, 20 people were chosen as the samples by using purposive technique
sampling. The data were analyzed by using Independent T-test.The results of this research showed
that the average rate of labor pain by giving counterpressure massage was 5. In short, it can be
concluded that counterpressure massage with levender essential oil is more effective than
counterpressure massage to reduce labor pain. Then, it is expected to BPM Bunda to develop non-
pharmacological techniques to reduce labor pain levels such as counterpressure massage with
levender essential oil for maternal care. It is expected to conduct further research on the comparison
of conterpressure massage using other essential oils whose properties are able to block pain.
Keywords : Counterpressure Massage, Lavender Essential Oil, Labor
Reference : 37 (2005-2018)
ABSTRAK
dan akhirnya ibu semakin takut ( Rohani, saraf tulang belakang dan otak, sehingga
2014 ; Putra, 2016). tranmisi dari pesan nyeri dapat dihambat
Nyeri pada saat persalinan dapat (Rejeki dkk, 2013 ; Yanti, 2009).
diatasi dengan dua metode yaitu Selain itu pemijatan ini dapat
farmakologi dan nonfarmakologi. Metode dikombinasi menggunakan minyak
farmakologi merupakan metode seperti minyak jahe dan esensial
menggunakan obat yang dapat lavender selain sebagai pelumas. Jahe
mengurangi nyeri, sedangkan metode mengandung senyawa anti inflamasi dan
nonfarmakalogi atau tanpa obat juga minyak volatile yang memiliki efek
dapat membantu mengurangi rasa nyeri. analgesik dan pereda nyeri. Selain
Teknik ini juga dikenal sebagai terapi tanaman jahe, lavender juga sebagai obat
komplementer dan alternatif. Pijat tradisional. Sedangkan kandungan dari
aromaterapi merupakan metode alternatif minyak esensial levender ini yaitu
yang dilakukan oleh bidan atau keluarga linalool asetat dan linalyl asetat yang
yang bertujuan untuk memberian bersifat sebagai bakterisida, analgesik,
kenyamanan pada ibu. Penggunaan dan anti depresan, antipspamodic ketika
aromaterapi ini sangat berperan untuk aromaterapi dihirup oleh hidung zat-zat
menghasilkan relaksasi dan mengatasi yang terkandung didalamnya akan
nyeri pada saat persalinan (Putra, 2016). merangsang hipotalamus untuk
Pijat yang sering digunakan untuk mengeluarkan hormon endorphin karena
mengurangi nyeri persalinan yaitu back- membuat rilex dan menenangkan
effluerage dan counturpressure. Pijat sehingga mampu mengendorkan dan
back-efluerage merupakan berupa melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf
usapan lembut, lambat dan panjang atau dan otot-otot yang tegang. Menggunakan
tidak putus-putus. Pemijatan ini minyak lavender mengalami penurunan
menggunkan telapak jari tangan. nyeri persalinan yang lebih baik dari
Sedangkan pijat couterpressure pada kelompok intervensi yang
melakukan penekanan yang cukup kuat menggunakan minyak jahe Hal ini
pada titik tertentu dipunggung bawah disebabkan aromaterapi lavender dapat
selama kontraksi. Teknik Counter- mempengaruhi aktivitas fungsi kerja
Pressure melakukan pemblokiran impuls otak melalui sistem saraf dan dapat
nyeri yang akan ditramisikan ke otak meningkatkan produksi masa
lebih cepat dibandingkan dengan cara Penelitian lain terkait dengan
kerja teknik Back-Effleurage yang harus fenomena nyeri persalinan dengan
melalui tahap-tahap dalam melakukan metode non farmokoligi salah satunya
pemblokiran impuls nyeri saat kontraksi penelitian yang dilakukan di Ruang
terjadi. Hal ini sangat membantu dalam Bersalin RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
mengurangi nyeri yang dirasakan, karena Kota Gorontalo yang berjudul “Pengaruh
penekanan pada panggul dapat pemberian aromaterapi lavender
mengurangi regangan yang terjadi pada terhadap pengendalian nyeri persalinan
sakro iliaka sehingga mengurangi kala I pada ibu bersalin” didapatkan
tegangan yang terjadi akibat penekanan hasil bahwa ada pengaruh pemberian
internal dari kepala janin. Dengan aromaterapi lavender terhadap
pemberian masase dengan teknik pengendalian nyeri persalinan kala I
Counter-Pressure dapat menutup pada ibu bersalin dengan p value 0,001.
gerbang pesan nyeri yang akan Terjadinya penurunan skala nyeri setelah
dihantarkan menuju medulla spinalis dan diberikan aromaterapi lavende karena
otak, selain itu tekanan kuat pada teknik wangi yang dihasilkan lavender akan
ini dapat mengaktifkan senyawa menstimulasi talamus untuk
endhorpine yang berada di sinaps sel-sel mengeluarkan enkefalin, yang berfungsi
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
dan sekunder. Dengan analisa data Rata-rata tingkat nyeri persalinan kalai I
univariat dan bivariate. fase aktif pada ibu bersalin primipara
seblum diberikan interpensi massage
HASIL DAN PEMBAHASAN counterpressure menggunakan minyak
Analisa Univariat esensial lavender.
Rata-rata tingkat nyeri persalinan kala I
fase aktif pada ibu bersalin primipara
sebelum diberikan interpensi massage
counterpressure.
Analisa bivariate. Perbedaan rata-rata persalinan kala I fase aktif yang diberi
tingkat nyeri persalinan kala I fase perlakukan massage counterpressure
aktif pada ibu primipara antara adalah 5.0000 dengan standar deviasi
kelompok pemberian massage 1.15470
counterpressure dan massage
counterpressure menggunakan minyak Massage counterpressure merupakan
esensial lavender dapat dilihar pada tekanan yang cukup kuat pada titik
tabel dibawah ini tertentu dipunggung bawah selama
kontraksi dengan menggunakan ujung
jari atau alat tertentu atau tekanan
menggunakan kepala kedua tangan
secara kuat. Metode ini sangat
bermanfaat untuk mengurangi nyeri
yang hebat terutama di daerah
pinggang bagian belakang saat dimana
terjadi posisi oksipito posterior (Yanti,
2009).
Hasil penelitian ini sebanding
dengan penelitian yang dilakukan di
Klinik bidan mandiri, diperoleh hasil
bahwa mean penurunan intensitas nyeri
sebelum dilakukan pijat conterpressure
yaitu 8,3 (nyeri berat) dengan standar
Berdasarkan tabel 5.5 dapat deviasi 0,657. Sedangkan sesudah
diketahui bahwa rata-rata tingkat nyeri dilakukan pijat counterpressure
yang diberikan intervensi massage didapatkan mean penurunan intensitas
counterpressure adalah 5.0, sedangkan nyeri sebesar 5,1 (nyeri sedang) dengan
rata-rata tingkat nyeri yang diberikan standar deviasi 1,210. Selisih antara
intervensi massage counterpressure sebelum dilakukan pijat
menggunakan minyak esensial lavender counterpressure dan sesudah dilakukan
adalah 3,4. pijat counterpressure adalah 3,2 (nyeri
Perbedaan rata-rata kedua variabel ringan) dengan standar deviasi 0,768.
yaitu 1,6. Setelah dilakukan uji statistik Pijat counterpressure sangat
diperoleh nilai signifikan 0.002 < 0.05, berpengaruh terhadap pengurangan
artinya Ho ditolak, sehingga dapat rasa nyeri pada ibu bersalin (Satria,
disimpulkan bahwa ada perbedaan 2018)
tingkan nyeri yang diberikan intervensi
massage counterpressure dan massage Menurut asumsi peneliti,
counterpressure menggunakan minyak pemberian intervensi massage
esensial lavender di kota bukittinggi counterpressure membantu terhadap
penurunan tingkat nyeri persalinan kala
B. Pembahasan Hasil Temuan I fase aktif pada ibu primipara, karena
Analisa Univariat pada persalinan kala I, nyeri yang
Rata-Rata Tingkat Nyeri dirasakan ibu terjadi akibat kotraksi
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu rahim yang menyebabkan dilatasi dan
Bersalin Primipara Sesudah Pemberian penipisan serviksserta iksmea rahim
Massage Counterpressure. akibat kontraksi arteri mimetrium dan
Berdasarkan hasil penelitian yang nyeri ini di sebut nyeri viscelar. Nyeri
diketahui bahwa rata-rata tingkat nyeri viscelar juga dapat dirasakan pada
organ lain yang yang disebut dengan
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
nyeri alih (reffered pain) yang dapat levender ini yaitu linalool asetat dan
dirasakan ibu hingga pada bagian linalyl asetat yang bersifat sebagai
punggung bagian bawah dan sacrum. bakterisida, analgesik, dan anti
Pemberian intervensi massage depresan, antipspamodic ketika
counterpressure pada saat kontraksi aromaterapi dihirup oleh hidung zat-
dan diberikan selama kontraksi zat yang terkandung didalamnya akan
berlangsung. Terjadinya penurunan merangsang hipotalamus untuk
tingkat nyeri dapat dipengaruhi oleh mengeluarkan hormon endorphin
kondisi lingkungan, ruangan dan karena membuat rilex dan
kondisi emosional ibu yang bersalin. menenangkan sehingga mampu
Masukan untuk penelitian selanjutnyaa mengendorkan dan melemaskan sistem
supaya mendapatkan hasil yang kerja urat-urat syaraf dan otot-otot
maksimal dalam melakukan penelitian yang tegang. Hal ini disebabkan
tentang massage counterpressure aromaterapi lavender dapat
selain peneliti harus kompeten dalam mempengaruhi aktivitas fungsi kerja
pemberian perlakuan, selain itu otak melalui sistem saraf dan dapat
persiapan lingkungan yang perlu meningkatkan produksi masa
dilaukan juga seperti ruangan yang penghantar saraf otak yang dapat
dapat membuat ibu nyaman, tidak memulihkan kondisi psikis seperti
berisik dan harus didampingi oleh emosi, perasaan, pikiran dan
keluarga keinginan, selain itu efek relaksas bagi
Rata-Rata Tingkat Nyeri saraf dan otot-otot yang tegang (Astuti
Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu dkk, 2017 ; Liliflowers, 2009)
Bersalin Primipara Sesudah Pemberian Hasil penelitian ini sebanding
Massage Counterpressure dengan penelitian yang dilakukan di
Menggunkan Minyak Esensial Bidan Praktek Mandiri di wilayah kerja
Lavender Puskesmas Blabak Kabupaten Kediri
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil nilai t hitung (11.000) >
yang diketahui bahwa rata-rata tingkat nilai t tabel (2.262) dan nilai p 0,000 a
nyeri persalinan kala I fase aktif yang (0,05) sehingga dapat disimpulkan
diberi perlakukan massage bahwa ada pengaruh pijat aromaterapi
counterpressure menggunakan minyak lavender untuk mengurangi nyeri
esensial lavender adalah 3.4000 persalinan kala I fase aktif. Pijat
dengan standar deviasi .84327. menggunakan aromaterapi lavender
Massage counterpressure merupakan mengatakan bahwa merasa lebih tenang,
tekanan yang cukup kuat pada titik nyaman dan tidak cemas dalam
tertentu dipunggung bawah selama menghadapi persalinan. Pemijatan yang
kontraksi dengan menggunakan ujung diberikan bertujuan untuk melancarkan
jari atau alat tertentu atau tekanan peredaran darah dan meregangan daerah
menggunakan kepala kedua tangan otot-otot sehingga nyeri yang dialami
secara kuat. Metode ini sangat selama proses persalinan juga semakin
bermanfaat untuk mengurangi nyeri berkurang. Selain itu kandungan dari
yang hebat terutama di daerah minyak lavender sangat berguna untuk
pinggang bagian belakang saat dimana meringankan nyeri saat kontraksi
terjadi posisi oksipito posterior (Yanti, persalinan ( Kundarti dkk, 2014)
2009) Menurut asumsi peneliti
Selain itu pemijatan ini dapat menggunakan minyak esensial lavender
dikombinasi menggunakan esensial efektif terhadap penurunan tingkat nyeri
lavender selain sebagai pelumas. persalinan kala I fase aktif pada ibu
Kandungan dari minyak esensial primipara, karena memberikan tekanan
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
yang cukup kuat pada titik tertentu bersedia menolak untuk menajadi
dipunggung bawah selama kontraksi responden.
dengan menggunakan ujung jari atau alat Analisa Bivariat
tertentu atau tekanan menggunakan Perbedaan Rata-Rata Tingkat
kepala kedua tangan secara kuat. Metode Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
ini sangat bermanfaat untuk mengurangi Sesudah Pemberian Massage
nyeri yang hebat terutama di daerah Counterpressure Dan Pemberian Massage
pinggang bagian belakang saat dimana Counterpressure Menggunkan Minyak
terjadi posisi oksipito posterior Esensial Lavender Berdasarkan hasil
Sedangkan manfaat dari minyak esensial penelitian ini dapat diketahui bahwa rata-
lavender yaitu selain sebagai pelumas. rata tingkat nyeri antara kelompok yang
Kandungan dari minyak esensial diberikan intervensi massage
levender ini yaitu linalool asetat dan counterpressure dan massage
linalyl asetat yang bersifat sebagai counterpressure menggunakan minyak
bakterisida, analgesik, dan anti esensial lavender. Rata-rata tingkat nyeri
depresan, antipspamodic ketika yang diberikan intervensi massage
aromaterapi dihirup oleh hidung zat-zat counterpressure adalah 5, sedangkan rata-
yang terkandung didalamnya akan rata tingkat nyeri yang diberikan
merangsang hipotalamus untuk intervensi massage counterpressure
mengeluarkan hormon endorphin karena menggunakan minyak esensial lavender
membuat rilex dan menenangkan adalah 3,4. Berdasarkan uji statistik,
sehingga mampu mengendorkan dan diperoleh nilai signifikan 0.002 < 0.05,
melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
dan otot-otot yang tegang (Astuti dkk, perbedaan tingkan nyeri yang diberikan
2017) intervensi massage counterpressure dan
Menurut asumsi peneliti massage counterpressure menggunakan
pemberian intervensi massage minyak esensial lavender di Kota
counterpressure menggunakan minyak Bukittinggi Massage counterpressure
esensial lavender lebih efektif untuk merupakan tekanan yang cukup kuat pada
mengurangi tingkat nyeri persalinan, titik tertentu dipunggung bawah selama
karena ibu yang diberikan massage saja kontraksi dengan menggunakan ujung jari
dapat membuat ibu lebih nyaman apalagi atau alat tertentu atau tekanan
dengan di kombinasi menggunakan menggunakan kepala kedua tangan secara
minyak esensial lavender, selain kuat. Metode ini sangat bermanfaat untuk
digunakan sebagai pelumas pada saat mengurangi nyeri yang hebat terutama di
melakukan massage ibu juga dapat daerah pinggang bagian belakang saat
menghirup bau dari minyak esensial dimana terjadi posisi oksipito posterior
levender tersebut, yang berfungsi untuk (Yanti, 2009).
membuat ibu menjadi lebih rilex
Sedangkan saran untuk penelitian Sedangkan manfaat dari minyak
selanjutnya, sebelum melakukan esensial lavender yaitu selain sebagai
perlakuan alangkan lebih baiknya jika pelumas. Komposisi utama dalam minyak
peneliti melihatkan atau menganjurkan ibu lavender yaitu linalool asetat dan linalyl
untuk mencium bauh dari minyak yang asetat yang bersifat sebagai bakterisida,
kita gunakan pada saat perlakuan, hal ini analgesik, dan anti depresan,
dilakukan supaya ibu merasa nyaman antipspamodic ketika aromaterapi dihirup
pada saat diberikan perlakuan dan tidak oleh hidung zat-zat yang terkandung
merasa terganggu atau risih dengan bau didalamnya akan merangsang hipotalamus
dari perlakuan yang kita berikan. Jika ibu untuk mengeluarkan hormon endorphin
merasa tidak suka dengan bau nya ibu karena membuat rilex dan menenangkan
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
sehingga mampu mengendorkan dan yang berguna untuk membuat ibu lebih
melemaskan sistem kerja urat-urat syaraf nyaman dan rilex.
dan otot-otot yang tegang. Menurut
asumsi peneliti ada perbedaan tingkat SIMPULAN
nyeri persalinan kala I fase aktif sesudah Rata-rata tingkat nyeri persalinan
pemberian massage counterpressure dan kala I fase aktif pada ibu bersalin
pemberian massage counterpressure primipara sesudah pemberian massage
menggunkan minyak esensial lavender ini counterpressure adalah 5.0000 dengan
disebabkan dengan hasil olah statistik standar deviasi 1.15470, keadaan ini
yang didapatkan nilai yang lebih kecil dari berada di tingkat nyeri sedang. Rata-rata
0,05 dan selain itu diperoleh nilai rata-rata tingkat nyeri persalinan kala I fase aktif
tingkat nyeri yang diberikan intervensi pada ibu bersalin primipara sesudah
massage counterpressure lebih besar pemberian massage counterpressure
dibandingkan hasil yang diberikan menggunkan minyak esensial lavender
intervensi massage counterpressure adalah 3.4000 dengan standar deviasi
menggunkan minyak esensial lavender. .84327 keadaan ini berada di tingkat
Dari hasil observasi dari 10 pasein yang nyeri ringan. Hasil uji statistik
diberikan intervensi massage didapatkan nilai signifikansi 0,002 <
counterpressure menggunkan minyak 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
esensial lavender 4 orang diantaranya ada perbedaan tingkan nyeri yang
mengalami nyeri sedang dan 6 orang diberikan intervensi massage
mengalami nyeri ringan. Sedangkan dari counterpressure dan massage
hasil observasi dari 10 pasein yang counterpressure menggunakan minyak
diberikan intervensi massage esensial lavender di Kota Bukittinggi.
counterpressure, 8 orang mengalami nyeri
sedang dan 2 orang mengalami nyeri UCAPAN TERIMAKASIH
ringan. Saya ucapkan terimakasih kepada
Pemberian intervensi massage Rektor dan LPPM Universitas Fort De
counterpressure pada ibu bersalin kala I
Kock Bukittinggi yang telah membantu
fase aktif dapat membantu mengurang
tingkat nyeri persalinan, karena cara kerja penulis dalam memfasilitasi penelitian
dari massege counterpressure yaitu ini.
memberikan penekanan ini sangat
membantu dalam mengurangi nyeri yang REFERENSI
dirasakan. Penekanan pada panggul dapat Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian.
mengurangi regangan yang terjadi pada Jakarta: PT Renika Cipta.
sakro iliaka sehingga mengurangi
tegangan-tegangan yang terjadi akibat Astuti, D., Supardi., & Puspitasari,I. 2017.
penekanan internal dari kepala janin Perbandingan Menggunakan
(Rohani dkk, 2014). Minyak Lavender Dan Minyak
Tetapi menurut asumsi peneliti, Jahe Pada Massage Punggung
lebih efektif jika massage counterpressure Terhadap Pengurangan Nyeri
di kombinasi menggunakan minyak Persalinan. Jurnal Maternal ; 2 :
esensial levender, karena massage 92-101. [diunduh 24 November
counterpressure saja dapat membantu 2018]. Tersedia dari URL:
mengurang tingkat nyeri persalinan, jika https://ejurnal.stikesmhk.ac.id/inde
di kombinasi menggunakan minyak x.php/jurnal_ilmiah_maternal/artic
esensial levender, selain digunakan le/vi ew/559/498.
sebagai pelumas ibu juga bisa menghirup Aziz, E. 2011. Metodologi Penelitian
bau dari minyak esensial levender tersebut Kesehatan. Jakarta: Baduose
Volume 2. No.3 (November,2020) Maternal Child Health Care Journal
Perlakuan Kontrol
Variabel P
Mean ± SD Mean ± SD
Umur 28,74 ± 4472 28,77 ± 5,226 0,979
Pendidikan 2,77 ± 0,497 0,261 ± 0,667 0,285
Pembukaan servik 5,16 ± 1,416 5,65 ± 1,817 0,326
Tabel 3. Uji Paired T test antara Intensitas Nyeri Sebelum dan Sesudah Perlakuan
pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Intensitas P
Kelompok Δ Mean T CI 95 %
Nyeri± SD value
Pre Post
Perlakuan 8,39±1,3 5,84±1,5 -2,55 16,692 <0,001 -2,860-(-2,237)
Tabel 4. Uji T test antara Selisih Intensitas Nyeri pada Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol
Pada kelompok kontrol rata-rata pada kelompok kontrol adalah tidak ada
intensitas nyeri sebelum perawatan standar perbedaan yang bermakna (p= 0,147). Ha-
adalah 8,39 dengan standar deviasi 1,25 sil ini menunjukkan intensitas nyeri sebelum
kemudian intensitas nyeri sesudah perawatan dan sesudah perawatan standar di puskes-
standar didapatkan rata-rata sebesar 8,16. mas pada kelompok kontrol tidak berbeda
Terlihat perbedaan nilai mean pada pera- signifikan.
watan standar sebelum dan sesudah tidak Hasil rerata skor nyeri sebelum dan se-
terlalu tinggi yaitu sebesar -0,23 dengan sudah massage counterpressure pada ke-
standar deviasi 0,845. Hasil uji statistik lompok perlakuan secara statistik adalah
didapatkan nilai p value 0,147 maka dapat berbeda siknifikanp value< 0,001 dengan
disimpulkan tidak ada perbedaan yang mean difference -2,55 (95%CI -2,860-(-
signifikan antara intensitas nyeri sebelum dan 2,237)), hal ini menunjukkan bahwa terdapat
sesudah pada perawatan standar. Uji T test perbedaan yang bermakna antara intensitas
antara selisih intensitas nyeri pada kelompok nyeri sebelum dan sesudah massage
perlakuan dan kelompok kontrol ditampil- counterpressure.
kan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 perbandingan
Berdasarkan Tabel 4 hasil uji statistik selisih intensitas nyeri pada kelompok kon-
uji t test didapatkan p value< 0,001. Hal trol dan perlakuan adalah berbeda bermakna
ini menunjukkan terdapat perbedaan yang p value<0,001 dengan mean difference
bermakna pada kedua kelompok penelitian. 2,097 (95%CI 1665-2,529), hal ini
Rerata perbedaan mean pada kelompok menunjukkan bahwa massage counter-
yang tidak mendapatkan massage hanya pressure dapat menurunkan intensitas nyeri
sebesar 0,23 sedangkan pada kelompok pada ibu bersalin kala I fase aktif diban-
yang mendapatkan massage counterpres- dingkan dengan perawatan standar pada
sure perbedaan mean nya sebesar 2,55. kelompok kontrol.
Berdasarkan Tabel 4 rerata skor nyeri Hasil penelitian ini sesuai dengan
sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan penelitian oleh Gallo et.al (2013) yang me-
Suyani, dkk., Pengaruh Massage Counterpressure... 25
Tabel 5. Model Persamaan Linear (bukan linier) pada Ibu Bersalin Kala I Fase
Aktif
Model I Model II
Variabel
(coef 95% CI) (coef 95% CI)
Massage -2,097 -2.356
Perlakuan (-2,879-(-1,315) (-2,955-(-1,757)
Kontrol
P value <0,001 <0,001
Pendampingan -2.008
Didampingi (-2,608-(-1,409)
Tidak didampingi
P value <0,001
R2 0,32 0,61
nyatakan bahwa massage dapat mengurangi nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
intensitas nyeri persalinan, setelah intervensi dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
intensitas nyeri persalinan pada kelompok pertahanan tertutup. Upaya menutup perta-
intervensi 52 mm (SD 20) dan pada kelom- hanan tersebut merupakan dasar terapi
pok kontrol 72 mm (SD 15), terjadi perbe- menghilangkan nyeri (Potter, 2009).
daan yang signifikan dengan mean Massage counterpressure bekerja
difference 20 mm (95% CI 10-31). memberikan pengaruh paling baik untuk
Penelitian Gallo et.al (2013) sejalan jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi
dengan penelitian Taghinejad et.al, (2010) nyeri intensif hanya berlangsung beberapa
yang menjelaskan bahwa massage dapat menit, misalnya selama pelaksanaan pro-
mengurangi nyeri jika dibandingkan dengan sedur invasif atau saat menunggu persalinan
mendengarkan musik yang lembut dengan (Potter, 2009).
p value 0,009, hal ini menunjukkan bahwa Pemakaian massage counterpressure
skor nyeri pada kelompok massage lebih ini dapat membantu menurunkan skala nyeri
rendah daripada skor nyeri pada kelompok yang dirasakan ibu bersalin, dengan teknik
musik dan menunjukkan bahwa massage ini ibu bersalin akan lebih rileks dan santai
lebih efektif menurunkan intensitas nyeri sehingga akan mengurangi ketegangan
dibandingkan dengan mendengarkan musik karena dilepaskannya endorfin yang dapat
yang lembut. membantu mengurangi skala nyeri pasien
Pemberian massagecounterpressure (Lowdermilk et.al, 2012). Model persa-
pada ibu bersalin efektif menurunkan inten- maan linier intensitas nyeri pada ibu bersalin
sitas nyeri dengan tanpa memberikan efek kala I fase Aktif ditampilkan pada Tabel 5.
samping jika dibandingkan mengurangi nyeri Hasil uji statistik pada Tabel 5 menya-
dengan farmakologi yang bersifat invasif dan takan bahwa variabel yang paling besar pe-
dapat berefek terjadinya keterlambatan ngaruhnya terhadap penurunan intensitas
pengeluaran ASI (Lind, et.al, 2014). nyeri adalah massage counterpressure yai-
Teori pengontrol nyeri, impuls nyeri da- tu sebesar 2,356. Hasil uji juga menunjukkan
pat diatur atau bahkan dihambat oleh meka- koefisien determinasi (R square) didapatkan
nisme pertahanan di sepanjang sistem saraf nilai 0,616 artinya bahwa model regresi yang
pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls diperoleh dapat menjelaskan 61,6% variasi
26 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 12, No. 1, Juni 2016: 20-28
Lind J.N., Perrine CG., Li R. 2014. Rela- Simkin P., Bolding A. 2004. Update on
tionship between Use of Labor Pain Nonpharmacologic Approaches to
Medications and Delayed Onset of Relieve Labor Pain and Prevent
Lactation. J. of Hum. Lact; Vol. Suffering. J. Mid. & Wom. Health
30(2) 167–173. 49: 489–504.
Kimber L., McNabb M., McCourt C., et.al. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuan-
2008. Massage or Music for Pain titatif Kualitatif dan R & D. Ban-
Relief in Labour: A Pilot Ran- dung: Alfabeta. p: 80-90.
domized Placebo Controlled Trial. Taghinejad H, Delpisheh A, & Suhrabi Z.
Euro. J. Pain 12: 961–969. 2010. Comparison between Mas-
Klomp T., Jonge, A., Hutton, EK., et.al. sage and Music Therapies to Re-
2013. Dutch Women in Midwife- lieve the Severity of Labor Pain.
led Care at the Onset of Labour: Women’s Health J. 3: 337–381.
Which Pain Relief Do They Prefer Zwelling E., Johnson K., Allen J. 2006. How
and What Do They Use? BMC to Implement Complementary The-
Preg. and Child. 13: 230. rapies for Laboring Women. The
Lowdermilk D. L., Perry S. E., Cashion K., Amerc. J. Mat.l/Child Nurs. 3:
et.al. 2012. Maternity dan Wo- 364–370.
mens Health Care. St Louis.
Mosby, Inc. p: 386-397.
Melzack R., Wall P.D. 1996. Pain Me-
chanisms: A New Theory. Science
150: 971–978.
Mortazavi, S.H., Khaki S, Moradi R., et.al.
2012. Effects of Massage Therapy
and Presence of Attendant on Pain,
Anxiety and Satisfaction during La-
bor. Arch Gynecol Obstet. 286
(1).
Pillitteri A.. 2010. Maternal & Child Health
Nursing: Care of Childbearing &
Childbearing Family. Philadel-
phia, USA. Lippincott Williams &
Wilkins. p: 395-413.
Potter, P.A. & Perry, A.G.. 2009. Funda-
mentals of Nursing: Concept,
Process & Practice. St. Louis:
Mosby-Year Book.
Prata N., Hamza S., Bell S. et.al. 2011.
Inability to Predict Postpartum
Hemorrhage: Insights from Egyptian
Intervention Data. BMC Preg. and
Child; 11: 97.