Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH PERSEPSI NILAI, PERSEPSI KUALITAS, DAN CITRA

TOKO TERHADAP NIAT BELI (STUDI KASUS PADA KONSUMEN DI

RESTAURANT KOREA CHINGU CAFÉ YOGYAKARTA)

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat akademik untuk memperoleh

gelar sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Oleh :

Marella Festirari Sasangka

NIM. 2017008144

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERISTAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2019

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………….i

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI…………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………….4

1.1 Latar Belakang Masalah………………………………………………………………………………….4

1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………………………………………….9

1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………………………………………………………9

1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………………………………………...9

1.5 Sistematika Penulisan………………………………………………………………………………….…11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………………………………………….13

2.1 Kajian Teori…………………………………………………………………………………………………….13

2.2 Penelitian Terdahulu………………………………………………………………………………………20

2.3 Pengembangan Hipotesis……………………………………………………………………………….22

2.4 Kerangka Pikir Penelitian………………………………………………………………………………..26

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………………………………………………….29

3.1 Sifat Penelitian……………………………………………………………………………………………….29

3.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian…………………………………..30

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ……………………………………….30

3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data……………………………………………………….31

3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Data…………………………………………………………..32

3.6 Pengembangan Instrumen Penelitian…………………………………………………………….33

3.7 Uji Kualitas Data…………………………………………………………………………………………….36

3.8 Teknik Analisis Data……………………………………………………………………………………….39

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………..42

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan industri membawa

pengaruh besar bagi kehidupan manusia terutama dalam dunia bisnis saat ini.

Di samping itu, banyaknya bisnis yang berdiri mulai dari bisnis kecil sampai

bisnis yang besar sehingga menimbulkan dampak pada persaingan yang ketat

antara pelaku bisnis satu dengan yang lain, terutama bagi bisnis yang sejenis.

Hal ini menyebabkan pelaku bisnis menerapkan konsep pemasaran yaitu untuk

memahami perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli

konsumen. Pada Salah satu cara untuk mencapai tujuan pada suatu bisnis adalah

dengan mengetahui apa saja kebutuhan keinginan yang dicari oleh konsumen.

Para pelaku bisnis harus pandai dalam memilih usaha apa yang sekiranya

berpeluang dan juga harus mempunyai focus sasaran yang banyak meminati

bisnis tersebut. Di zaman milenial ini, bisnis makanan paling banyak diminati

karena makanan merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Terlebih manusia

sehari-hari membutuhkan makanan. Rata-rata hampir semua bisnis makanan di

kota Jogja laku keras dan banyak diminati terutama oleh para generasi milenial.

Namun banyaknya bisnis makanan yang sejenis terkadang membuat sasaran

semakin sempit karena konsumen cenderung mempunyai selera yang berbeda-

beda. Namun hal tersebut tidak menjadi halangan untuk bisnis makanan tetap

eksis di Kota Jogja. Hal tersebut tidak lain disebabkan karena pertumbuhan

4
penduduk yang semakin meningkat sehingga menyebabkan kebutuhan yang

meningkat pula terutama kebutuhan makanan.

Pada zaman ini masyarakat semakin berkembang menjadi masyarakat yang

modern karena mau tidak mau kita dituntut untuk mengikuti perkembangan

zaman. Akal manusia yang semakin cerdas dalam mengembangkan ide-ide

untuk berbisnis, tentu hal ini tidak terlepas dari kecanggihan teknologi. Karena

kecanggihan teknologi muncul banyak website yang menarik yang sekiranya

bisa untuk mencari inovasi baru dan menyeimbangkan dengan akal cerdas

manusia dalam mengembangkan idenya untuk membangun sebuah bisnis.

Banyaknya bisnis kuliner dari luar Indonesia yang berdiri di Kota Jogja. Para

pelaku bisnis pun saling berlomba-lomba menonjolkan usahanya dengan ciri

khas masing-masing. Terlebih munculnya tren Korea di Indonesia khususnya di

Kota Jogja yang membawa pengaruh besar bagi masyarakat di wilayah Jogja

salah satunya di bidang kuliner. Dengan adanya tren Korea yang sedang

mewabah ini dimanfaatkan sebagai peluang oleh para pelaku bisnis untuk

mengembangkan bisnis sesuai dengan tren tersebut. Yang menjadi perhatian

khusus bagi penulis salah satunya adalah dengan adanya restaurant Korea yaitu

Chingu Café di Kota Jogja. Chingu café merupakan kuliner Korea yang

makanannya mempunyai ciri khas kental akan rasa, bentuk, serta keaslian dari

bahan makanan yang disajikan di negara aslinya Korea Selatan, sehingga

masyarakat Indonesia khususnya dapat merasakan cita rasa dari makanan asli

negara tersebut walaupun tanpa harus datang ke negara yang bersangkutan.

Dalam perkembangannya, justru usaha di bidang kuliner Korea ini cepat

5
menyebar. Tentunya banyak pengunjung yang merasa penasaran dan banyak

pula yang ketagihan untuk berkunjung ke Chingu Café kuliner Korea.

Tinggi rendahnya penjualan produk makanan di Chingu Cafe salah satunya

adalah tergantung pada apakah produk makanan tersebut diminati atau tidak

oleh konsumen yang memiliki persepsi manfaat dan nilai atas produk tersebut.

Karena persepsi manfaat dan nilai itulah yang dapat menimbulkan niat beli.

Menurut (Fachrodji, 2015) Niat beli adalah rencana sadar individu untuk

melakukan upaya untuk membeli sebuah produk. Niat beli berhubungan

langsung dengan keputusan pembelian yang pada akhirnya berdampak pada

tinggi rendahnya penjualan suatu produk. Dalam hal ini, rendahnya penjualan

pada produk makanan Chingu Café merupakan konsekuensi langsung dari niat

beli.

Dengan banyaknya konsumen yang berkunjung ke Chingu Café, hal

tersebut akan menimbulkan persepsi nilai pada konsumen dimana konsumen

memiliki persepsi yang berbeda-beda. Menurut (Luh & Sari, 2015), Persepsi

nilai adalah sekumpulan keuntungan yang diharapkan oleh pelanggan dari

barang atau jasa tertentu. Konsumen yang berkunjung cenderung merasakan

suatu nilai yang tersirat dibenak pribadi konsumen. Produk yang ada pada

Chingu Café adalah bermacam-macam produk makanan korea. Jika konsumen

yang sudah berkali-kali berkunjung ke chingu café, secara otomatis konsumen

merasa tertarik dengan nilai produk makanan tersebut. Konsumen bisa menilai

bagaimana nilai pada produk makanan tersebut. Konsumen mempertimbangkan

persepsi nilai dengan membandingkan harga dan kualitas dengan café yang

6
sejenis dengan restaurant Korea chingu café. Dimana konsumen bisa merasa

berkesan setelah membeli produk makanan korea di chingu café. Jika konsumen

merasa memberikan nilai positif terhadap produk makanan yang dijual di

chingu café maka konsumen maka hal tersebut akan menyebabkan tingginya

niat pembelian pada konsumen chingu café.

Tidak hanya memperhatikan nilai pada produk makanan namun konsumen

juga menilai kuaitas terhadap suatu produk atau toko tersebut. Menurut (Aru

Fico Septanto, Andi Tri Haryono, 2017) Kualitas produk adalah artinya

kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk

keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian

dan reparasi produk juga atribut produk lainnya. Konsumen menilai

apakah produk makanan di chingu café berkualitas dari segi harga dan

mempunyai kualitas rasa yang baik. Dengan kualitas yang baik maka konsumen

akan berniat dalam membeli produk makanan tersebut. Selain itu konsumen

juga menilai kualitas layanan di chingu café. Pada dasarnya persepsi kualitas

didasarkan pada pandangan konsumen yang telah berkunjung ke chingu café

dan membeli produknya.

Selain persepsi kualitas, hal yang dapat mempengaruhi niat pembelian

pada konsumen adalah citra toko. Menurut (Rahayu, Hussein, & Aryanti, 2016)

mengungkapkan bahwa citra merupakan citra yang dimiliki seseorang

tentang suatu obyek atau barang secara keseluruhan. Citra toko

merupakan jalan pemikiran pembeli yang menggambarkan toko, sebagian

melihat fungsi kualitas dan sebagian lagi melihat suasana toko sebagai atribut

7
prikologi. Selain konsumen menilai produk makanan dan kualitas pada chingu

café secara keseluruhan, maka konsumen juga memperhatikan bagaimana

lingkungan pada Cingu café tersebut yang bisa menonjolkan citra toko tersebut.

Di chingu Café tentu terdapat nuansa yang bagus sehingga dapat menarik

pengunjung untuk mengunjungi Chingu Café. Chingu Café juga memberi spot

foto yang menarik sehingga para konsumen bisa memperoleh foto dengan

background yang bagus. Terlebih Chingu Café juga memberikan atribut

conntohnya seperti ketika memesan minuman pada sendok atau sedotannya

diberikan logo nama boygrup kesukaan Kpop contohnya seperti logo exo, bts,

seventeen. Konsumen bisa memilih sesuka hati logo apa yang diinginkan.

Penelitian ini sangat penting karena untuk menguji apakah persepsi

nilai, persepsi kualitas, dan citra toko berpengaruh terhadap niat beli. Penelitian

ini sangat menarik bagi peneliti karena peneliti merasa tertarik dengan adanya

Chingu Café karena peneliti adalah salah satu penggemar Kpop. Penelitian ini

disusun guna memenuhi salah satu syarat akademik untuk memperoleh gelar

sarjana pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Sarjanawiyata Tamansiswa.

8
1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah persepsi nilai berpengaruh positif terhadap niat beli konsumen di

Chingu Café?

b. Apakah pengaruh persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap niat beli

konsumen di Chingu Café ?

c. Apakah citra toko berpengaruh positif terhadap niat beli konsumen di

Chingu Café ?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh positif persepsi nilai terhadap niat beli

konsumedi chingu café.

b. Untuk mengetahui pengaruh positif persepsi kualitas terhadap niat beli

konsumen di chingu café.

c. Untuk mengetahui pengaruh positif citra toko terhadap niat beli konsumen

di chingu café.

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan penelitiannya dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak yang membacanya maupun yang terkait secara langsung

didalamnya.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah agar dapat dijadikan sebagai bahan

informasi serta evaluasi pengembangan pada restaurant Korea Chingu kafe atas

9
hubungannya dengan pengaruh persepsi nilai, persepsi kualitas, dan citra toko

terhadap niat beli konsumen. Penelitian ini juga berguna pihak Chingu café sebagai

masukan dalam mengembangkan niat beli pelanggannya, juga sebagai bahan

masukan atau tambahan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa serta masyarakat

umum mengenai niat beli konsumen.

Manfaat pada penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

informasi bagi masyarakat tentang Pengaruh Persepsi Nilai, persepsi

kualitas, dan citra toko terhadap niat beli konsumen pada Chingu Café

Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan informasi bagi pihak yang berkepentingan sebagai bahan

pertimbangan terkait masyarakat tentang Pengaruh persepsi nilai, persepsi

kualitas, dan citra toko terhadap niat beli konsumen pada restaurant Korea

Chingu Café Yogyakarta.

10
1.5 Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan dalam pembacaan isi penelitian, secara umum

penelitian ini akan dibuat dalam 5 bab yang terdiri dari :

BAB I :

Pendahuluan Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika dalam penulisan

penelitian.

BAB II :

Tinjauan Pustaka Bab ini berisikan tentang landasan teori yang merupakan

penjabaran dari teori kemudahan penggunaan, kenikmatan berbelanja,

pengalaman berbelanja, kepercayaan konsumen dan minat beli konsumen, serta

teori-teori lain yang mendukung. Bab ini juga berisi hasil penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran, dan hipotesis.

BAB III :

Metode Penelitian Bab ini berisikan tentang variabel penelitian dan definisi

operasional, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV :

11
Hasil dan Pembahasan Bab ini berisikan tentang pembahasan hasil penelitian,

analisis data dan pembahasannya.

BAB V :

Penutup Bab ini berisikan tentang simpulan dari pembahasan hasil penelitian

dan saran kepada pihak-pihak yang memperoleh manfaat dari penelitian.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Teori Prospek (Rejeki, 2014)

Tujuan dari Teori Prospek adalah untuk menggambarkan bagaimana

konsumen membuat keputusan jika terdapat kondisi ketidakpastian pada

konsekuensi pilihannya. Teori Prospek membedakan 2 fase proses

pemilihan : fase editing dan fase evaluasi.

1. Proses editing meliputi tiga tingkatan :

a. Representatif

b. Ketersediaan (availability)

c. Penyesuaian dan anchoring

2. Fase evaluasi yaitu :

a. Fungsi nilai

b. Pembobotan probabilitas dan penilaian sikap terhadap resiko)

Fase editing berisi analisis awal prospek yang ditawarkan. Fase

kedua, prospek yang sudah diedit dievaluasi dan prospek dengan nilai

tertinggi yang dipilih. Fungsi dari fase editing adalah untuk

mengorganisasikan dan memformulasikan ulang pilihan sehingga

memudahkan proses evaluasi dan pemilihan produk. Fase editing antara

lain :

13
1) Coding. konsumen lebih mempersepsikan hasil sebagai

keuntungan (gain) dan kerugian (loss), daripada realita. Kondisi

menguntungkan dan kerugian tergantung dari titik referensi

(reference point ). Titik referensi didapat dari kondisi saat ini

dibandingkan dengan kondisi atau niat (intensi) yang diinginkan

Titik referensi dihasilkan dari persepsi individu. Lokasi titik

referensi dan konsekuensi koding keuntungan dan kerugian,

dapat dipengaruhi oleh formulasi dari prospek yang ditawarkan

dan harapan dari pengambil keputusan.

2) Combination. Prospek kadang-kadang dapat di sederhanakan

dengan mengkombinasikan probabilitas dengan mengkaitkan

dengan hasil yang identik.

3) Segregasi. Prospek yang kurang beresiko akan dipisahkan dari

komponen yang beresiko.

4) Cancellation. Pembatalan pembelian.

Fase evaluasi meliputi penilaian pada fungsi (value function) dan

fungsi pembobotan (weight function) :

1) Fungsi nilai (Value Function)

Fungsi nilai lebih memfokuskan pada perubahan

kenyamanan atau “rasa sejahtera” daripada kondisi final. Persepsi

kita akan cenderung mengevaluasi perubahan daripada melakukan

evaluasi dari besaran absolut. Misalnya tingkat pencahayaan, tingkat

kebisingan atau temperatur tergantung dari tingkat adaptasi, titik

14
referensi, serta stimulus yang dipersepsikan. Jadi seseorang

merasakan kepanasan atau kedinginan tergantung dari sejauh mana

temperatur tersebut dia adaptasikan. Begitu juga hal yang bersifat

non sensory, misalnya kesehatan, prestise, dan kemakmuran. Orang

dinyatakan Makmur.

a. Weight Function

Nilai dari masing-masing hasil dikalikan dengan bobot

keputusan merupakan fungsi pembobotan (Weight Function).

Fungsi bobot muncul dari pilihan antara prospek-prospek yang ada.

Fungsi bobot ini bukanlah probabilitas dan bukan pula ukuran dari

tingkat maupun keyakinan.

2.1.2 Niat Beli

Pengertian niat beli menurut (Iriani, 2014) adalah penentuan

dari pembeli untuk melakukan suatu tindakan seperti membeli suatu

produk dan jasa. Niat itu sendiri merupakan gabungan dari

kepercayaan dan sikap konsumen terhadap produk dan jasa. Niat

terjadi setelah melalui tahap kepercayaan dan sikap. Sehingga,

diperlukan diperlukan kajian mengenai komponen kognitif dan

komponen afektif dalam mengukur niat beli.

Intention atau niat beli merupakan kecenderungan konsumen

untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang

berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat

15
kemungkinan konsumen melakukan pembelian. Purchase Intention atau

minat beli yaitu kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek

atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.

Niat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang

membentuk suatu persepsi. Minat beli yang muncul menciptakan suatu

motivasi yang terus terekam dalam benaknya, yang pada akhirnya ketika

seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan

mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Meskipun

merupakan pembelian yang belum tentu akan dilakukan pada masa

mendatang namun pengukuran terhadap niat pembelian umumnya

dilakukan guna memaksimumkan prediksi terhadap pembelian actual

itu sendiri (Khairul Amal, 2017).

Niat beli merupakan kemungkinan bahwa konsumen akan

merencanakan atau bersedia untuk membeli produk atau jasa tertentu di

masa depan. Peningkatan minat beli berarti peningkatan kemungkinan

pembelian. Niat beli merupakan kemungkinan bahwa kosumen akan

merencanakan atau bersedia untuk membeli produk atau jasa tertentu di

masa depan.

2.1.3 Persepsi Nilai

Nilai adalah opini seseorang pelanggan terhadap nilai suatu produk.

Inimungkin memiliki sedikit atau tidak ada hubungannya dengan harga

16
pasar produk, dan tergantung pada kemampuan produk untuk memenuhi

kebutuhan atau persyaratan nya Nilai ialah Evaluasi pelanggan tentang

perbedaan antara semua keuntungan dan biaya tawaran pasar dibandingkan

dengan penawaran pesaing (Khairul Amal, 2017)

Persepsi nilai adalah sekumpulan keuntungan yang diharapkan oleh

pelanggan dari barang atau jasa tertentu. Persepsi nilai memainkan peran

penting dalam mempengaruhi niat beli dan merupakan penentu penting

dalam keduanya mempertahankan hubungan pelanggan jangka panjang dan

mempengaruhi kepercayaan pelanggan (Luh & Sari, 2015)

Sikap seseorang terhadap suatu objek ada kemungkinan tidak secara

sistematis berkaitan erat dengan perilaku tertentu. Akan tetapi, penentu

apakah konsumen akan berperilaku tertentu adalah niat (intention) kepada

perilaku tersebut Dengan menggunakan berbagai kriteria yang ada di benak

konsumen, salah satu merek produk dipilih untuk dibeli (B.Dimas, 2017)

2.1.4 Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai penilaian konsumen

mengenai keseluruhan keunggulan produk. persepsi kualitas sebagai

penilaian konsumen mengenai standar proses penyampaian pelayanan

secara keseluruhan. Persepsi kualitas memiliki tujuh dimensi,

diantaranya adalah:

17
1. Kinerja (performance), merupakan karakteristik operasional

suatu produk yang dipertimbangkan seseorang sebelum

melakukan pembelian.

2. Bagian-bagian tambahan (features), yakni elemen tambahan

yang melengkapi fungsi dasar suatu produk yang berkaitan

dengan pilihan-pilihan produk serta pengembangannya. Elemen

tambahan ini berfungsi sebagai pembeda antara produk satu

dengan yang lainnya.

3. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance with

specifications), merupakan pandangan mengenai kualitas

proses manufaktur (tidak adanya cacat pada produk) yang

sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan diuji.

4. Keandalan (reliability), merupakan konsistensi pada kinerja

produk dari satu pembelian ke pembelian selanjutnya.

5. Ketahanan (durability), menggambarkanseberapa lama

suatu produk dapat digunakan.

6. Kemampuan pelayanan (serviceability), mencerminkan

kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku selama periode tertentu.

7. Kualitas yang dirasakan (fit and finish), karakteristik yang

bersifat subjektif yang berkaitan dengan perasaan

konsumen mengenai keberadaan produk sebagai produk

yang berkualitas (Dewi, 2016)

18
2.1.5 Citra toko

Citra toko adalah gabungan dari dimensi-dimensi yang dirasakan

oleh konsumen dari sebuah toko yang merupakan gambaran keseluruhan

yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing-masing

bagian berinteraksi satu sama lain dalam pikiran konsumen (Putri, 2016)

Menurut (Uriatin, 2013) Citra toko sebagai suatu cara bagaimana

menggambarkan sebuah toko dalam benak konsumen, sebagian oleh

pancaran atribut psikologis dan sebagian lagi oleh kualitas fungsional toko.

Citra toko merupakan bagia dari kepribadian toko. Terdapat lima dimensi

pada citra toko yaitu:

1. Product Variety (Variasi Produk). Evaluasi konsumen dari

berbagai jenis produk di toko.

2. Product Quality (Kualitas Produk). Evaluasi subyektif

konsumen mengenai kualiatas produk.

3. Price (Harga). Penilaian konsumen terhadap murahnya produk.

4. Value for Money (Nilai Uang). Penilaian konsumen mengenai

hubungan antara nilai dan harga produk.

5. Store Atmosphere (Suasana Toko). Mengacu pada pereasaan

konsumen tentang suasana dekorasi interior toko.

19
2.2 Penelitian terdahulu

Penelitian oleh Xueyuan Road, Hangzhou (2017). Penelitian ini

menggunakan perceived value sebagai variabel independen; dan purchase intention

sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dengan

hasil perceived value berpengaruh signifikan positif terhadap purchase intention

(H5).

Penelitian oleh (Thoumy, 2017) Penelitian ini menggunakan persepsi nilai

sebagai variabel independen; dan purchase intention sebagai variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan riset kausal digunakan untuk mengetahui hubungan

sebab akibat antara variable independen dan variable dependen dengan hasil

persepsi nilai berpengaruh positif terhadap niat beli (H1).

Penelitian oleh Ya -Hui Wang (2014). Penelitian ini menggunakan persepsi

nilai dan persepsi kualitas sebagai variabel independen; dan purchase intention

sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif

dengan hasil persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap niat beli (H5)dan

persepsi nilai berpengaruh positif terhadap niat beli (H8) .

Penelitian oleh Putu Gede,Ni Wayan (2015). Penelitian ini menggunakan

persepsi kualitas sebagai variabel independen; dan niat beli sebagai variabel

dependen. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda dengan hasil

persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap niat beli (H3).

20
Penelitian oleh Paul C.S. Wu a, Gary Yeong-Yuh Yeh, Chieh-Ru Hsiao

(2011). Penelitian ini menggunakan store image sebagai variabel independen; dan

purchase intention sebagai variabel dependen. Penelitian ini menggunakan Analisis

reliabilitas dan validitas dengan hasil store image berpengaruh positif terhadap

purchase intention (H2)

Tabel 1.1

Tabel Ringkasan penelitian Terdahulu

HIPOTESIS PENULIS METODE HASIL

H1 Xueyuan Road, Analisis kuantitatif Persepsi nilai

Hangzhou (2017) berpengaruh positif

terhadap niat beli.

H1 Umar Muhammad Riset Kasual Persepsi nilai

Ath Thoumy berpengaruh positif

(2017) terhadap niat beli.

H1 Ya -Hui Wang Analisis Statistik Persepsi nilai

(2014 berpengaruh terhadap

niat beli.

21
H2 Putu Gede,Ni Analisis regresi Persepsi kualitas

Wayan (2015) linear berganda berpengaruh vpositif

terhadap niat beli.

H3 Paul C.S. Wu a, Analisis reabilitas Citra toko

Gary Yeong-Yuh berpengaruh positif

Yeh, Chieh-Ru terhadap niat beli.

Hsiao (2011).

2.3 Pengembangan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Persepsi Nilai pada Niat Beli

Berdasarkan pengamatan mengenai perilaku konsumen, dimensi

yang terdapat pada nilai persepsi konsumen ada empat dimensi yaitu nilai

harga, nilai fungsional, nilai sentimental, dan nilai sosial. Adanya

pernnyataan bahwa nilai yang dirasakan memiliki pengaruh positif

terhadap niat pembelian konsumen, menurut Penelitian ekstensif; nilai

persepsi yang tinggi berhubungan positif dengan niat pembelian. (Peng,

Zhang, Wang, & Liang, 2018)

Atas dasar teori prospek menunjukkan adanya pernyataan bahwa

secara keseluruhan penilaian nilai mempengaruhi niat pembelian karena

nilai yang dirasakan digolongkan dapat memberi manfaat bagi konsumen

terhadap biaya yang dikeluarkan saat konsumen melakukan pembelian .

Jelas, konsumen ingin membeli produk dengan biaya yang lebih murah.

22
Bahkan, literatur telah menunjukkan bahwa nilai yang dirasakan memiliki

pengaruh positif terhadap niat beli maka telah terkonfirmasi bahwa

hubungan antara nilai yang dirasakan dan niat beli memiliki pengaruh

yang positif (Bonsón Ponte, Carvajal-Trujillo, & Escobar-Rodríguez,

2015)

Para konsumen mencari berbagai informasi yang nantinya akan

membentuk suatu pengetahuan bagi konsumen akan produk yang mau

beli . Berdasarkan pada pengetahuan dan informasi yang dimiliki

konsumen, kosumen menilai persepsi yang ada pada produk yang

nantinya akan memengaruhi niat pembelian konsumen. Jika konsumen

merasa penilaiannya didasarkan pada informasi yang tidak lengkap, maka

hal tersebut akan mengakibatkan persepsi nilai dari suatu produk

bertindak sebagai sinyal positif yang akan memengaruhi niat beli. Hal ini

berarti bahwa semakin tinggi nilai yang dirasakan bagi konsumen, maka

semakin tinggi pula niat pembelian konsumen terhadap suatu produk

tersebut. Persepsi nilai juga menjadi penentu jangka panjang dalam

memepertahankan hubungan jangka panjang konsumen. Selain itu

persepsi nilai pada konsumen juga berperan dalam memepengaruhi niat

pembelian. Adanya pernyataan bahwa persepsi nilai berpengaruh positif

terhadap niat pembelian konsumen. Persepsi nilai yang buruk dapat

menyebabkan hilangnya niat pembelian pada konsumen. Jika hal yang

dirasakan konsumen yaitu nilai suatu produk yang lebih tinggi, maka

mereka lebih cenderung tertarik dan akhirnya berniat untuk membeli

23
produk tersebut. Menurut keputusan pembelian, konsumen yang

cenderung mencari informasi serta pengetahuan mengenai produk

merupakan konsumen yang mempertimbangkan keuntungan konsekuensi

positif produk. Hal ini dikarenakan konsumen tidak mungkin membeli

produk dengan nilai yang rendah, sehingga pemasar mencoba untuk

memberi pengaruh terhadap konsumen mengenai konsekuensi positif

pembelian dan penggunaan produk melalui pemberian informasi produk

yang dapat digunakan konsumen dalam melakukan penilaian terhadap

suatu produk. Konsekuensi positif tersebut adalah reaksi afektif atas

keuntungan berwujud perasaan positif yang dikaitkan dengan konsekuensi

yang diharapkan dapat berpengaruh pada niat pembelian konsumen

terhadap produk tersebut (Iriani, 2014)

H1. Perceived value berpengaruh positif pada purchase intention

2.3.2 Pengaruh Persepsi kualitas pada Niat Beli

Pada dasarnya tujuan dasar dari pemasar adalah agar kemauan

konsumen untuk membeli produk cenderung meningkat, Sejalan dengan

pernyataan itu ada temuan bahwa tingginya persepsi kualitas akan

memperkuat niat beli pada konsumen (Konuk, 2018b)

Dalam hal perilaku pembelian, para konsumen menginginkan produk

yang dibeli memiliki kualitas yang bagus sehingga produk tersebut bias

tahan lama jika berupa barang. Jika hal produk makanan, para konsumen

cenderung menyukai makanan dengan cita rasa yang berkualitas sehingga

24
dapat menarik niat beli konsumen. Dengan demikian adanya pernyataan

bahwa kualitas yang dirasakan memiliki dampak positif pada niat beli

(Konuk, 2018b)

Persepsi konsumen terhadap suatu produk atau jasa yang memiliki

kualitas tinggi secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan niat

beli konsumen. Adanya pernyataan bahwa persepsi kualitas terwujud dari

pengalaman pembelian konsumen, akibatnya hal tersebut akan

meningkatkan niat pembelian pada konsumen. Apabila semakin tinggi

kualitas yang dirasakan oleh konsumen, maka semakin tinggi pula

ketertarikan konsumen dan akhirnya timbul niat untuk membeli (I Putu

Gede Handre Haryantana, 2015)

.Persepsi kualitas adalah faktor yang penting dalam membentuk niat

pembelian konsumen. Terdapat pernyataan bahwa niat pembelian

konsumen dipengaruhi oleh beberapa variabel, salah satu variabelnya yaitu

adalah persepsi kualitas. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang

menyatakan jika persepsi kualitas memiliki pengaruh signifikan

terhadap niat beli (Gumilar, 2017) Persepsi konsumen yang baik terhadap

kualitas dari suatu produk akan mempengaruhi sikap konsumen dalam

pengambilan keputusan untuk membeli sebuah produk. Dalam hal ini

adalah niat beli. Hal ini sesuai sebuah pendapat bahwa kesan kualitas

memberikan nilai dalam alasan untuk membeli. Semakin suatu produk

dipandang berkesan dimata konsumen maka semakin konsumen yakin

untuk membeli produk tersebut. Terdapat sebuah penelitian tentang

25
pengaruh persepsi kualitas terhadap niat beli, terdapat pengaruh langsung

yang positif (MUHAMMAD ATH THOUMMY, 2017)

H2. Perceived quality berpengaruh positif pada purchase intention

2.3.3 Pengaruh Citra Toko pada Niat Beli

Citra toko yang tinggi mengirimkan sinyal yang kuat kepada

konsumen. Karena semakin bagus pandangan konsumen mengenai toko

tersebut maka pengunjung pada toko akan semakin banyak dan toko akan

ramai dikunjungi. Bahkan, citra toko telah terbukti positif pengaruh di

seluruh papan pada niat beli produk yang ditawarkan oleh sebuah toko. Citra

toko memiliki pengaruh positif pada niat konsumen untuk membeli produk

pada toko tersebut karena Konsumen kemudian akan menggunakan citra

toko untuk menilai produk yang dijual pada toko itu. Dimana persepsi tinggi

yang dimiliki konsumen mengenai pandangan terhadap citra toko tersebut

maka hal itu akan mewujudkan hal yang baik pada merek yang dibawa oleh

toko, akhirnya konsumen akan melirik produk yang disediakan pada toko

itu (Wu, Yeh, & Hsiao, 2011).

H3. Store image berpengaruh positif pada purchase intention

2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, maka dapat dihasilkan

sebuah model kerangka pemikiran yang dapat dijadikan landasan dalam

penelitian ini. Model kerangka tersebut tersusun dari tiga variabel

independent dan satu variabel dependen. Variabel independen dalam

26
penelitian ini adalah persepsi nilai, persepsi kualitas, dan citra toko.

Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah niat beli.

Sebelum konsumen membeli suatu produk, konsumen cenderung

mengandalkan informasi dari orang lain yang dimana dia terlebih dahulu

membeli produk tersebut. Informasi yang ditangkap oleh stimulus

seseorang akan mempengaruhi persepsi nilai terhadap suatu produk yang

berniat dibelinya. Persepsi didefinisikan sebagai sebuah proses yang

dilalui seseorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan

menginterpretasikan stimuli ke dalam sebuah gambaran tentang dunia,

yang memiliki arti atau makna yang bersifat koheren. Nilai yang terhantar

pada konsumen merupakan selisih dari jumlah nilai bagi konsumen dan

total biaya dari konsumen, serta total nilai bagi pelanggan adalah

keuntungan yang diharapkan oleh konsumen (Luh & Sari, 2015)

Guna meningkatkan intensitas pembelian maka diperlukan persepsi

kualitas yang baik di mata konsumen. Dengan begitu akan memberi alasan

yang kuat di benak konsumen agar tidak ragu dalam memilih produk

tersebut. Persepsi kualitas merupakan salah satu kunci dimensi ekuitas

merek. Dimana persepsi kualitas dapat diartikan sebagai penilaian

konsumen terhadap semua keunggulan dari suatu produk atau jasa

(Kriswianti, 2017)

Citra toko sering menjadi salah satu sorotan dalam hal penilaian

produk. Oleh karena itu, adanta pernyataan bahwa citra toko memiliki

pengaruh positif dengan niat pembelian konsumen terhadap sebuah

27
produk. Jika citra toko semakin dipandang di mata konsumen , maka akan

terjadi peningkatan terhadap niat beli konsumen (Wu et al., 2011)

Model Penelitian

PERSEPSI NILAI

(X1)

PERSEPSI KUALITAS NIAT BELI

(X2) (Y)

CITRA TOKO)

(X3)

Sumber: (Konuk, 2018) dan (Wu, Yeh, & Hsiao, 2011)

28
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kausal yaitu untuk

mendapatkan bukti hubungan sebab akibat untuk mengetahui hubungan sebab

akibat antara variabel bebas yaitu persepsi nilai, pesepsi kualitas, citra toko dan

variabel terikat yaitu niat beli . Dalam penelitan ini juga digunakan pendekatan

yang bersifat kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, dan pengumpulan datanya

menggunakan semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,

menyelidiki sebuah masalah atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa, dan

menyajikan data-data secara systematis dengan tujuan menguji suatu hipotesis.

Instrument tersebut salah satunya berupa pernyataan yang dicantumkan oleh

peneliti melalui penyebarab kuisioner menggunakan data primer yang

berasaldari jawaban responden yaitu konsumen di Chingu Café.

29
3.2 Definisi Operasional dan Indikator Variabel Penelitian

Variabel independent dalam penelitian ini adalah persepsi nilai, persepsi

kualitas, dan citra toko. Sedangkan variable dependennya adalah niat beli.

Variabel Definisi Operasional Indikator

Persepsi Nilai penilaian konsumen 1. Nilai Harga

(X1) Independen secara keseluruhan 2. Nilai Fungsional

(Wang, Bao, Wang, & tentang utilitas layanan 3. Nilai Emosional

Wu, 2017) produk, ditentukan oleh 4. Nilai Sosial

persepsi pelanggan 5. Nilai Sosial

tentang apa yang

diterima dan diberikan

Persepsi Kualitas (X2) Penilaian konsumen 1. Produk unggulan

Independen mengenai tingginya nilai 2. Nilai produk

(Konuk, F. A, 2018) pada suatu produk,

Citra Toko (X3) Suatu pandangan 1. Pandangan

Independen (Bao, Bao, & konsumen terhadap toko terhadap toko

Sheng, 2011) 2. Pelayanan

terhadao toko

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

30
Populasi yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah pada seluruh

konsumen di Chingu Café. Sampel pada penelitian ini dilakukan secara acak

dengan memilih responden secara lsngsung dan secara tidak langsung melalui

email.Karakteristik responden yang dipilih adalah konsumen pada Chingu Cafe

yang telah memiliki informasi dan pengetahuan tentang Chingu Cafe. Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah 220 responden. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah judgemental sampling dengan data yang digunakan

berupa data primer dan sekunder. Data diperoleh melalui penyebaran kuisioner

kepada konsumen di Chingu Café.

3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data primer yang berasal dari jawaban

responden atas beberapa butir pernyataan yang diajukan peneliti melalui

kuisioner yang disebarkan. Penyebaran kuisioner dilakukan secara langsung

melalui kertas angket kuisioner dengan survey langsung ke tempat dan secara

tidak langsung melalui google form.

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan untuk

mengumpulkan data dan keterangan keterangan lainnya dalam penelitian yang

dilakukan. Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti mengumpulkan dari

berbagai data serta dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian.

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan penyebaran

kuesioner dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi, seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dengan skala likert maka variabel yang diukur

31
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolok untuk menyusun item-item instrument berupa pertanyaan

maupun pernyataan. Adapun alternatif jawaban dengan menggunakan skala

likert yaitu dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban pernyataan

alternative (U. Muhammad, 2017)

Tabel Alternatif Jawaban

No Alternatif Jawaban Bobot

Nilai

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (S) 4

3 Cukup setuju (CS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2017:137), jika dilihat dari

Sumbernya adalah data primer. Data Primer merupakan data yang diperoleh secara

langsung dari hasil observasi dan kuesioner yang disebarkan kepada sejumlah

sampel responden yang sesuai dengan target sasaran dan dianggap mewakili

seluruh populasi yang dalam penelitian ini yaitu konsumen Chingu Café.

3.5 Tempat dan Waktu Pengambilan Data


Penelitian ini dilakukan di Chingu Café Jogja dengan secara langsung

melakukan pengamatan dan bertemu dengan responden secara tidak langsung

32
melalui email. Waktu penelitian yaitu pada bulan Desember 2019 – Januari 2020

atau sampai dengan selesai melakukan pengambilan data dan selesai menyusun

laporan penelitian.

3.6 Pengembangan Instrumen Penelitian

Kuisioner dibuat berdasarkan pada variabel penelitian yaitu variabel

persepsi nilai (X1) terdiri dari 13 item pernyataan, variable persepsi kualitas

(X2) terdiri dari 3 item pernyataan, dan citra toko (X3) terdiri dari 6 item

pernyataan.

No Variabel Item Sumber

1 Persepsi nilai 1. Saya menyimpan uang (Wang, Bao,

ketika saya membeli Wang, & Wu,

makanan di tempat ini. 2017)

2. Saya melakukan

pembelian murah.

3. Saya mendapatkan

pembelian yang

dilakukan lebih murah

daripada jika saya

membuatnya di tempat

lain.

33
4. Produk makan yang akan

saya beli dari promosi ini

baik.

5. Produk makanan yang

akan saya beli dari

promosi ini memiliki

standar kualitas yang

dapat diterima.

6. Kualitas produk ini dapat

diandalkan.

7. Cara pembelian disini

benar-benar menyerap

perasaan saya

8. Cara pembelian ini

menghibur saya.

9. Ini cara pembelian yang

menyenangkan.

10. Saya menikmati

pengalaman membeli

produk makanan ini

sendiri.

11. Akan membantu saya

merasa diterima.

34
12. Akan meningkatkan cara

saya dipersepsikan.

13. Akan membuat kesan

yang baik pada orang

lain.

Persepsi Kualitas 1. Produk makanan di (Konuk, F. A,

Chingu Cafe berkualitas 2018)

tinggi.

2. Produk makanan di

Chingu Cafe adalah

produk unggulan.

3. Produk makanan di

Chingu Cafe ini

berkualitas sangat baik.

Citra Toko 1. • Secara keseluruhan, (Bao, Bao, &

saya memiliki pandangan Sheng, 2011)

yang baik tentang Chingu

Café.

2. Chingu Café dekat

dengan toko 'ideal' saya.

3. Chingu Café memberikan

layanan keseluruhan

yang baik.

35
4. Chingu Cafe menyajikan

produk makanan

berkualitas tinggi.

5. Chingu cafe memiliki

tenaga penjualan yang

membantu dan

berpengetahuan.

6. Chingu Café memberikan

pengalaman membeli

produk makanan yang

menarik.

3.7 Uji Kualitas Data

Pada sub teknik pengolahan data ini menguraikan metode-metode

analisis yang akan digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan

hipotesis penelitian metode analisis data sangat tergantung pada jenis

penelitian dan metode penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

menganalisis data diikuti dengan pengujian hipotesis penelitian.

3.7.1 Uji Validitas

Validitas menurut Sugiyono (2013:200) menunjukkan

derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek

dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Untuk mencari

36
validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total

item-item tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama

atau di atas 0,3 maka item tersebut dinyatakan valid, tetapi jika

nilaikorelasinya di bawah 0,3 maka item tersebut dinyatakan tidak

valid. No Skor Frekuensi Relatif Kriteria Sangat baik dan Sangat

tidak baik Untuk mencari nilai koefisien, maka peneliti

menggunakan rumus pearson product moment sebagai berikut:

Keterangan:

rb = Korelasi Product Moment

n = Banyaknya Pasangan Data X dan Y

∑X = Jumlah dari Variabel X

∑Y = Jumlah dari Variabel Y

∑X² = Jumlah Kuadrat Total Variabel X

∑Y² = Jumlah Kuadrat Total Variabel Y

∑XY = Jumlah Perkalian Total Variabel X dan Variabel Y

Setelah itu, dibandingkan dengan nilai kritisnya. Bila thitung > ttabel, berarti

data tersebut signifikan (valid) dan layak digunakan dalam pengujian hipotesis

penelitian. Sebaliknya bila thitung < ttabel, berarti data tersebut tidak signifikan

37
(tidak valid) dan tidak akan diikut sertakan dalam pengujian hipotesis penelitian.

Pernyataan-pernyataan yang valid selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Uji

validitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistical Package for

Social Science). Validitas suatu butir pertanyaan dapat dilihat pada hasil output

SPSS pada tabel dengan judul Item-Total Statistik. Menilai valid tidaknya masing

masing butir pertanyaan dapat dilihat dari nilai Corrected item Total Correlation

masing-masing butir pertanyaan. Suatu butir pertanyaan.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa

instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang

diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Syarat

kualifikasi suatu instrumenpengukur adalah konsisten,

keajegan, atau tidak berubah-ubah (Saifuddin Azwar,

2012:110). Instrumen yang diuji reliabilitasnya adalah

instrumenyang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini instrumen

tersebut adalah instrumenkomponen konteks, masukan, proses

dan hasil.Reliabilitas ditentukan atas dasar proporsi varian

total yang merupakan varian total sebenarnya. Makin besar

proporsi tersebut berarti makin tinggi reliabilitasnya.

Untukmenguji reliabilitas instrumenyang akan digunakan

dalam penelitianini digunakan rumus koefisien Alpha karena

skor pada butir-butir instrumen merupakan skor bertingkat

yaitu antara 1 sampai 4 atau 1 sampai 5. Menurut Suharsimi

38
Arikunto (2010: 164), instrumenyang berbentuk multiple

choice(pilihan ganda) maupun skala bertingkat maka

reliabilitasnya dihitung dengan menggunakan rumus

Alpha.Rumus tersebut adalah :

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Uji Asumsi Klasik

Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah, uji normalitas, uji heteroskedastisitas dan uji multikolonieritas

1) Uji Normalitas

` Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal (Ghozali, 2011). Dalam penelitian ini metode yang

39
digunakan yaitu dengan melihat probability plot dan uji One Sampel

Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Data

dinyatakan berdistribusu normal jika signifikansi lebih besar dari

0,005 atau 5%.

2) Uji Multikolinieritas

Menurut Imam Ghozali (2011: 105-106) uji multikolinieritas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukanadanya

korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk menguji

multikolinieritas dengan cara melihat nilai VIF masing-masing

variabel independen, jika nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan

data bebas dari gejala multikolinieritas.

3) Uji heteroskedastisitas

bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak

terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Cara mendeteksi ada

tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara

nilai prediksi variabel terikat. Jika distribusi data residual normal,

maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2011).

4) Uji Autokorelasi

40
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada

problem autokorelasi (Imam Ghozali, 2011: 110)

41
Daftar Pustaka

Aru Fico Septanto, Andi Tri Haryono, D. C. H. (2017). Pengaruh Kualitas Produk,

Citra Merk, Persepsi Harga Terhadap Emotional Response Dengan Minat

Beli Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Komparatif Terhadap Produk

Adidas dan Nike). 17(3), 23–32.

Bao, Y., Bao, Y., & Sheng, S. (2011). Motivating Purchase Of Private Brands:

Effects Of Store Image, Product Signatureness, And Quality Variation.

Journal of Business Research, 64(2), 220–226.

https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2010.02.007

Dewi, L. I. & A. S. (2016). Hubungan Persepsi Kualitas, Persepsi Harga, Brand

Image, Dan Persepsi Risiko Dengan Minat Beli Private Label. Jurnal

Manajemen Dan Kewirausahaan, 14(2), 115–126.

Fachrodji, A. dan. (2015). Pengaruh Persepsi Kualitas Produk, Citra Merek dan

Promosi Terhadap Minat Beli Konsumen. Jurnal Mix, 5(1), 124–143.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Iriani, S. R. I. S. (2014). Kurnia Ariyanti dan Sri Setyo Iriani; Pengaruh Persepsi

Nilai …. Pengaruh Persepsi Nilai, 2, 1186–1196.

Khairul Amal, H. (2017). Pengaruh Harga Dan Kepercayaan Terhadap Niat

Pembelian Online Dengan Persepsi Nilai Sebagai Variabel Mediasi (Studi

42
Pada Konsumen Blibli.Com Di Kota Banda Aceh). Jurnal Ilmiah Mahasiswa

Ekonomi Manajemen, 2(1), 252–266.

Konuk, F. A. (2018). The role of store image, perceived quality, trust and perceived

value in predicting consumers’ purchase intentions towards organic private

label food. Journal of Retailing and Consumer Services, 43, 304–310.

https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2018.04.011

Putri, A. L. (2016). Analisis pengaruh citra toko dan harga kompetitif terhadap

keputusan pembelian pada toko H.A LAURY di semarang. Diponegoro

Journal of Management, 5(3), 1–13.

Rahayu, M., Hussein, A., & Aryanti, R. (2016). Analisis Pengaruh Citra Toko, Citra

Merek Produk Private Label, dan Nilai Yang Persepsikan Terhadap Loyalitas

Pelanggan (Studi pada Pelanggan Giant di Kota Malang). Jurnal Ekonomi

Bisnis, 21(1), 46–57.

Rejeki, A. (2014). Teori Prospek Menjelaskan Pengambilan Keputusan dalam

Kondisi Ketidakpastian (. Jurnal Psikosains, 9(2), 1–8.

Thoumy, U. M. A. (2017). Pengaruh Persepsi Kualitas, Citra Merek, dan Harga

terhadap Niat Beli Tablet Pc Advan (Studi pada Pengunjung Royal Plaza dan

Taman Bungkul Surabaya). Jurnal Ilmu Manajemen (JIM), 5(1), 1–7.

Uriatin, F. A. (2013). Pengaruh Store Image Terhadap Purchase Intention Produk

Private Label Carrefour, Giant dan Hypermart di Surabaya. Jurnal Ilmiah

Mahasiswa Universitas Surabaya, 2(2), 1–18.

43
Wang, J., Bao, J., Wang, C., & Wu, L. (2017). The Impact Of Different Emotional

Appeals On The Purchase Intention for green products: The moderating

Effects Of Green Involvement and Confucian Cultures. Sustainable Cities and

Society, 34(May), 32–42. https://doi.org/10.1016/j.scs.2017.06.001

Wu, P. C. S., Yeh, G. Y. Y., & Hsiao, C. R. (2011). The Effect Of Store Image

And Service Quality On Brand Image And Purchase Intention For Private

Label Brands. Australasian Marketing Journal, 19(1), 30–39.

https://doi.org/10.1016/j.ausmj.2010.11.001

44

Anda mungkin juga menyukai