3.2. Iklim
Data iklim yang diperoleh dari PT. INCO dan stasiun-stasiun pengamatan
cuaca PT. INCO disajikan pada Tabel Lampiran 1. Dari tabel terlihat bahwa
umumnya di lokasi PT. INCO terjadi hujan sepanjang tahun. Musim hujan
umumnya terjadi pada bulan Januari sampai Mei, dimana pada bulan-bulan
tersebut curah hujan > 200 mm perbulan, sedangkan bulan-bulan kering, dimana
curah hujan < 100 mm perbulan umumnya terjadi pada bulan Juni sampai
Desember. Curah hujan bulanan selama periode tahun 1996 sampai 2006 berkisar
antara 12 mm (Agustus 1997) sampai 485 mm (April 2005). Curah hujan tahun
yang terjadi di areal PT. INCO berkisar antara 1.857–3.568 mm, curah hujan
tahunan terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 1.857 mm dan tertinggi pada
tahun 2005 sebesar 3.568 mm. Curah hujan di areal studi PT. INCO menurut
klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson didasarkan pada bulan kering dan bulan basah,
dengan cara membandingkan rata-rata total bulan kering dan rata-rata total bulan
basah. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai Q berkisar antara 0.143–0.333,
oleh karena itu lokasi studi digolongkan kedalam daerah dengan tipe iklim B
(Basah) (Bangun, 2007).
12
1) Lokasi Sorowako Project Area (SPA), dengan luas daerah sekitar 10.010,22
Ha
2) Lokasi Sorowako Outer Area (SOA), dengan luas daerah sekitar 108.377,25
Ha, meliputi daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia,
Lingkona, Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha,
Matano, Larona, dan Malili
3) Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), dengan luas daerah sekitar
100.141,54 Ha, meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah)
dan daerah Latao, Sua-Sua, Pao-Pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, Lasolo
serta Matarape (Sultra).
Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah Blok Timur
(East Block) dan Blok Barat (West Block), lokasinya dipisahkan oleh pabrik
(Plant Site) dan secara umum berbatasan dengan:
5 Limonite
Overburden
Depth (m)
10
Limonite Ore
15
Saprolit Ore
20
Bedrock
Gambar 1. Profil endapan nikel laterit wilayah Sorowako (After Osborne, 1996)
Penampang lapisan bijih laterit nikel daerah Sorowako dapat digambarkan sebagai
berikut :
1) Lapisan Tanah Penutup (Over Burden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan, lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel
1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini
mempunyai ketebalan berkisar antara 1 - 12 meter.
1. Pemboran
Dilakukan pada jarak spasi 25-50 meter untuk mengambil sampel batuan dan
tanah guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah
tersebut.
3. Stripping
Pengupasan pada lapisan tanah penutup yang disebut over burden setebal 10–20
meter. Tanah ini kemudian diangkut dan disimpan di tempat
penimbunan/dispossal ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah
purna tambang sebagai tanah dasar untuk tanaman penghijauan. Hal ini bagian
dari proses revegetasi yang harus dilakukan setelah penambangan selesai
dilakukan.
4. Penggalian / Penambangan
Pada tahap ini dilakukan pengambilan tanah setebal 5-10 meter yang mengandung
bijih nikel yang berkadar sedang hingga tinggi yang ekonomis untuk ditambang.
Bijih nikel kadar sedang dengan kadar nikel 1-1.5% diangkut dan disimpan
sementara di tempat tertentu. Sedangkan bijih nikel kadar tinggi disimpan pada
daerah east block untuk bijih dengan rata-rata kandungan nikel sebesar 1.8 % dan
15
west block bijih dengan rata-rata kandungan nikel sebesar 2.1%. Bijih nikel
tersebut kemudian diangkut ke tempat penyaring bijih (screening station).
5. Pemisahan (screening)
Batuan dengan fraksi yang berbeda dipisahkan, hasil akhirnya siap dikonsumsi
pabrik, diangkut dan dikirim ke pabrik ataupun ditimbun pada lokasi penimbunan
bijih basah (ore stockpile).
6. Penghijauan
Penanaman kembali lahan-lahan purna tambang perlu dilakukan. Dengan metode
open cast mining yang dilakukan sekarang, material dari daerah bukaan baru,
dibawa dan ditimbun ke daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan
landscaping, pelapisan dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan
pengelolaan drainase sebelum proses penghijauan/penanaman ulang dilakukan.
Secara lebih ringkas, proses penambangan tersebut dapat dilihat pada diagram
berikut :