Anda di halaman 1dari 10

JSI 2 (1) (2013)

Jurnal Sastra Indonesia

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

PEMBERONTAKAN PEREMPUAN DALAM NOVEL PEREMPUAN BADAI


KARYA MUSTOFA WAHID HASYIM: KAJIAN FEMINISME
Tia Ratna Zuraida, Sumartini dan U’um Qomariyah

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Perempuan dipandang sebagai sosok yang lemah, banyak anggapan yang beredar di masyarakat
Diterima September 2013 tentang diri perempuan itu sendiri yang menyebabkan perempuan semakin terpinggirkan.
Disetujui Oktober 2013 Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana bentuk pemberontakan perempuan dan faktor
Dipublikasikan penyebab munculnya pemberontakan perempuan dalam novel Perempuan Badai Karya Mustofa
November 2013 Wahid Hasyim. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk pemberontakan
________________ perempuan dan factor penyebab munculnya pemberontakan perempuan dalam novel Perempuan
Keywords: Badai Karya Mustofa Wahid Hasyim. Penelitian ini menggunakan teori feminisme,
feminism, rebellion, violence. pemberontakan, kekerasan. Data yang menjadi objek penelitian adalah bagian teks novel. Hasil
__________________ penelitian menunjukkan sisi lain dari kehidupan perempuan, sebuah fenomena yang jarang terjadi
ketika sosok perempuan dengan tekad dan kegigihannya berusaha keluar dari kehidupan yang
kurang memihaknya

Abstract
___________________________________________________________________
Women are seen as being weak, a lot of assumptions that circulate in the community about her own self that causes women
more marginalized. Problem this study are: How is a form of rebellion woman and factors causing the emergence of women’s
rebellion in the novel Perempuan Badai Mustofa Wahid Hasyim’s work. The purpose of this research to describe a form of
rebellion women and factors causing the emergence of women’s rebellion in the novel Perempuan Badai Mustofa Wahid
Hasyim’s work. This study uses the theory of feminism, rebellion, violence. Data which is the object or research is parts of the
text novel. The results showed the other side of women’s lives, a phenomenon that rarely happens when the women with the
determination and persistence to get out of the lives of the less side.

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: tiara.zuraida@yahoo.com

1
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN mengalami perubahan di tengah zaman yang


serba modern. Perempuan itu bernama Nur
Karya sastra merupakan cerminan, jannah. Baginya, menjadi perempuan yang
gambaran atau refleksi kehidupan penurut, menyerah pada takdir, diam di
masyarakat. Melalui karya sastra, pengarang tempat dan berkeinginan untuk
berusaha mengungkapkan suka duka memberontak pada kultur patriarkhis, sama-
kehidupan masyarakat yang mereka rasakan. sama beresiko. Menyerah dan pasrah pada
Didalamnya penuh makna yang harus digali arus perubahan zaman, telah menjadikannya
melalui penelitian yang mendalam pula sebagai perempuan yang pasrah, sehingga
(Endraswara 2003:8). Selain itu, karya sastra terus terpinggirkan. Namun, Nur Jannah
juga merupakan salah satu jenis hasil tetap memilih sikap berontak dan ikut arus
budidaya masyarakat yang dinyatakan perubahan juga selalu dipermasalahkan.
dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, Pemberontakan yang digambarkan
yang mengandung keindahan. Karya sastra dalam novel ini yaitu, pada zaman sekarang
diciptakan pengarang untuk dinikmati, menjadi perempuan itu tidak mudah.
dipahami, dihayati, dan dimanfaatkan oleh Apabila mereka diam di tempat, tidak
masyarakat. Menurut Knickerbocker dan mengikuti arus perubahan itu
Reninger (Dalam Hoed 1992:6), novel dipermasalahkan. Mereka dianggap sebagai
adalah hasil karya kreatif, yakni yang perempuan batu dan layak dipinggirkan
menyajikan bukan kenyataan yang ada nasibnya oleh masyarakat. Namun, apabila
dalam dunia ini, tetapi perlambangan dari mengikuti arus perubahan tersebut maka
kenyataan itu. Oleh karena hal yang dengan sendirinya akan lepas dari resiko
disajikan dalam sebuah novel itu bukan yang dipermasalahkan. Apabila mengikuti
kenyataan, maka biasanya novel disebut juga arus perubahan itu dianggap sebagai
karya fiksi atau karya rekaan, yaitu yang perempuan yang kehilangan identitas,
isinya pada dasarnya berupa ciptaan. Novel kehilangan fitrah dan sifat-sifatnya sebagai
mampu menceritakan berbagai perempuan biasa. Dalam keadaan seperti ini
permasalahan atau persoalan kehidupan untuk memilih berontak sama-sama
yang lebih kompleks dibandingkan dengan mengandung resiko dan pasrah hanya akan
karya sastra yang lain seperti puisi, cerpen, mengembalikan dirinya ke posisi tradisional.
novelet, dan lain-lain. Permasalahan yang dikaji dalam
Selama ini, perempuan dipandang penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah
sebagai sosok yang lemah, banyak anggapan bentuk pemberontakan perempuan dalam
yang beredar di masyarakat tentang diri novel Perempuan Badai karya Mustofa Wahid
perempuan itu sendiri yang menyebabkan Hasyim, dan (2) Faktor-faktor apa yang
perempuan semakin terpinggirkan. Adanya menyebabkan munculnya pemberontakan
anggapan bahwa sosok perempuan itu perempuan dalam novel perempuan badai
irrasional dan emosional sehingga perempuan karya Mustofa Wahid Hasyim. Berkaitan
tidak bisa tampil memimpin, berakibat dengan masalah tersebut, penelitian ini
munculnya sikap yang menempatkan bertujuan (1) mendeskripsikan bentuk
perempuan pada posisi yang tidak penting. pemberontakan perempuan dalam novel
Laki-lakilah yang dianggap dominan yang perempuan badai karya Mustofa Wahid
berada di pusat. Perempuan hanya sebagai Hasyim, dan (2) mendeskripsikan faktor-
kanca wingking atau istilah bahasa jawanya faktor apa yang menyebabkan munculnya
“swarga nunut neroko katut” (Fakih 2008:12). pemberontakan perempuan dalam novel
Novel “Perempuan Badai” perempuan badai karya Mustofa Wahid
menceritakan tentang sosok perempuan Hasyim dengan teori feminisme.
santun, istri setia dan cerdas itu harus

2
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

Feminisme berasal dari kata feminist menghasilkan kekacauan, penjarahan dan


(perjuangan hak-hak kaum wanita), yang pertumpahan darah. Bahkan yang
kemudian meluas menjadi feminism (suatu diperintahkan kepada kaum muslimin
faham yang memperjuangkan hak-hak kaum adalah bersabar atas kedhaliman penguasa
wanita) (sugihastuti 2010:63). Secara dan menghadapi gangguan mereka dengan
leksikal, Moeliono, dkk. (1993:241) tabah. Karena yang demikian dapat
menyatakan bahwa feminisme adalah mencegah timbulnya kerusakan yang lebih
gerakan kaum perempuan yang menuntut besar baik kerusakan pada agama maupun
persamaan hak sepenuhnya antara kaum kerusakan materi, yang terjadi akibat
perempuan dan laki-laki. Persamaan hak itu ketidaksabaran dan pemberontakan.
meliputi semua aspek kehidupan, baik dalam Pemberontakan termasuk kekerasan
bidang politik, ekonomi, maupun sosial emosional. Kekerasan terhadap perempuan
budaya (Djajanegara 2000:16). Feminisme merupakan hal yang lazim terjadi. Menurut
merupakan kegiatan terorganisasi yang Diarsi (La Pona, dkk 2002:9), hal ini dipicu
memperjuangkan hak-hak dan kepentingan oleh relasi gender yang timpang, yang
perempuan (Geofe 1986:837). diwarnai oleh ketidakadilan dalam
Kemunculan feminisme diawali hubungan antarjenis kelamin, yang berkaitan
dengan gerakan emansipasi perempuan, erat dengan kekuasaan. Ketimpangan gender
yaitu proses pelepasan diri kaum perempuan adalah perbedaan peran dan hak perempuan
dan dari kedudukan sosial ekonomi yang dan laki-laki di masyarakat yang
rendah serta pengekangan hukum yang menempatkan perempuan dalam status lebih
membatasi kemungkinan-kemungkinan rendah daripada laki-laki. “Hak istimewa”
untuk berkembang dan untuk maju yang dimiliki oleh pihak laki-laki seolah-olah
(Moeliono, dkk 1993:225-226). Selain itu, menjadikan perempuan sebagai “barang”
feminisme bukan merupakan upaya milik laki-laki yang berhak untuk
pemberontakan terhadap laki-laki, upaya diperlakukan dengan semena-mena,
melawan pranata sosial seperti institusi termasuk dengan cara kekerasan.
rumah tangga dan perkawinan, maupun Fakih (2008:17) menyatakan bahwa
upaya perempuan untuk mengingkari kekerasan terhadap sesama manusia pada
kodratnya (Fakih 2008:78), melainkan upaya dasarnya berasal dari berbagai sumber,
untuk mengakhiri penindasan dan namun salah satu kekerasan terhadap jenis
eksploitasian perempuan (Fakih 2008:79). kelamin tertentu, misalnya perempuan
Feminisme muncul sebagai akibat dari disebabkan oleh anggapan gender.
adanya prasangka gender yang cenderung Ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam
menomorduakan kaum perempuan. masyarakat menyebabkan munculnya
Perempuan dinomorduakan karena adanya bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan
anggapan bahwa secara universal laki-laki sebagai kekerasan gender seperti
berbeda dengan perempuan. Perbedaan itu pemerkosaan, pemukulan, serangan fisik
tidak hanya terbatas pada kriteria biologis, dalam ranah domestik, penyiksaan yang
melainkan juga sampai pada kriteria sosial mengarah kepada organ alat kelamin,
dan budaya (Susilastuti 1993:29-30). kekerasan dalam bentuk pelacuran,
Menurut Darma (dalam Mernissi pornografi, pemaksaan sterilisasi dalam
1999:205), pemberontakan adalah suatu keluarga berencana, serta pelecehan seksual
proses perlawanan atau hal-hal yang bersifat (Fakih 2008:17-20).
menentang terhadap sesuatu yang dianggap Kekerasan emosional adalah
menyimpang dari peraturan maupun kekerasan yang disebabkan oleh emosi
penyalahgunaan kekuasaan yang telah ada. sesaat. Kekerasan emosional termasuk
Selain itu, pemberontakan hanya akan kategori kekerasan nonseksual (Sugihastuti

3
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

2010:183). Terdapat beberapa kewajiban METODE PENELITIAN


yang harus ditunaikan istri terhadap suami
Pertama, istri wajib menaati segala perintah Penelitian ini termasuk penelitian
suami selama perintahnya benar. Kedua, kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan
istri wajib memelihara amanat suami berupa data deskriptif berupa kata-kata tertulis
harta, anak, dan kehormatan. Ketiga, istri (Bogdan dan Taylor dalam Moleong
sebaiknya tetap menjaga penampilan agar 2010:4). Penelitian ini menggunakan
enak dilihat suami. Keempat, istri wajib pendekatan feminisme untuk
mensyukuri segala kebaikan suami. mengungkapkan bentuk-bentuk
Hasyim (2006:85) menyatakan pemberontakan dan faktor penyebab
Bentuk-bentuk pemberontakan perempuan munculnya pemberontakan perempuan.
yaitu (1) istri melepaskan kerudung tidak izin Data yang dijadikan objek dalam
dengan suami terlebih dahulu, (2) memotong penelitian ini adalah bagian-bagian teks
rambutnya pendek seperti laki-laki, (3) tidak novel Perempuan Badai karya Mustofa Wahid
mau berhubungan intim, (4) istri sibuk Hasyim yang menunjukkan bentuk-bentuk
sendiri dengan kegiatannya dan tidak pemberontakan perempuan dan faktor-faktor
perhatian dengan suami, (5) wanita merasa penyebab munculnya pemberontakan
memiliki hak untuk mau atau tidak perempuan. Adapun sumber data penelitian
mempunyai anak ini berupa novel Perempuan Badai karya
Faktor-faktor yang menyebabkan Mustofa Wahid Hasyim. Tebal novel
munculnya pemberontakan perempuan yaitu tersebut secara keseluruhan adalah 180
faktor eksternal dan faktor internal. halaman yang diterbitkan oleh penerbit
Faktor eksternal disebabkan oleh (1) Nuansa Aksara cetakan pertama tahun 2006.
hasutan orang lain, (2) takut dicemooh oleh Teknik pengumpulan data yang
tetangga. Darma (2008:6) menyatakan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
Faktor eksternal yang mempengaruhi dokumentasi. Menurut Guba dan Lincoln
pemberontakan antara lain (1) represi adalah (dalam Moleong 2010:216) dokumen adalah
mekanisme yang dilakukan ego untuk setiap bahan tertulis atau film. Pengumpulan
meredakan kecemasan dengan jalan data merupakan langkah yang akan
menekan dorongan-dorongan atau berpengaruh pada langkah-langkah
keinginan-keinginan yang menjadi penyebab berikutnya sampai pada tahap penarikan
kecemasan ke dalam alam tak sadar, (2) simpulan. Pendokumentasian dalam
proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, penelitian ini dilakukan dengan mencatat
atau tingkah laku untuk berubah dan bagian-bagian teks yang memperlihatkan
dipengaruhi oleh orang lain, (3) rasionalisasi bentuk pemberontakan dan penyebab
adalah upaya individu mengalihkan atau terjadinya pemberontakan perempuan dalam
melakukan hal yang diperintahkan oleh novel Perempuan Badai karya Mustofa Wahid
orang lain untuk mempengaruhinya agar Hasyim.
dikerjakan, (4) regresi adalah suatu
mekanisme di mana individu, untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
menghindarkan diri dari kenyataan yang
mengancam, kembali pada taraf Bab ini membahas tentang
perkembangan yang dulu dia selalu pemberontakan perempuan dalam novel
disanjung tetapi sekarang berubah menjadi Perempuan Badai karya Mustofa Wahid
rendah. Faktor internal disebabkan oleh (1) Hasyim dengan menggunakan kajian
usaha untuk mengubah, (2) memiliki niat Feminis. Perempuan dalam karya sastra
untuk mengubah. telah menjadi media yang mendidik untuk
terus berani berpikir bebas. Pernyataan

4
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

tersebut sama halnya dengan inti tujuan berkerudung. Menurutnya dia berhak
feminisme yang meningkatkan kedudukan berkerudung atau tidak mengenakan
dan derajat perempuan agar sama atau kerudung dan tidak ada yang memaksanya.
sejajar dengan kedudukan laki-laki. Akan Anwar terkejut karena istrinya melepaskan
tetapi, sebelum membahas dan menganalisis kerudung dan tidak izin terlebih dahulu pada
pemberontakan perempuan dalam novel suaminya. Nurjanah mulai hari ini berniat
Perempuan Badai karya Mustofa Wahid untuk tidak berkerudung. Ternyata sikap
Hasyim dengan menggunakan kajian Nurjanah berubah karena dipengaruhi oleh
Feminis tersebut penulis akan memaparkan Narsih yang ingin mengubah Nurjanah
tentang bentuk pemberontakan perempuan menjadi pemberontak. Rambut adalah
dan faktor-faktor yang menyebabkan bagian dari aurat wanita yang harus ditutup.
munculnya pemberontakan perempuan yang Jika ingin mengubah suatu sikap yang baik
ada pada novel perempuan badai karya kita harus berpikir terlebih dahulu agar tidak
Mustofa Wahid Hasyim. terjadi hal yang buruk dan merugikan diri
Bentuk Pemberontakan Perempuan sendiri.
dalam Novel Perempuan Badai karya Memotong Rambutnya Pendek
Mustofa Wahid Hasyim seperti Laki-laki
Bentuk pemberontakan ini terjadi Nurjanah juga mengubah
karena permasalahan rumah tangga yang penampilannya memotong rambutnya
istrinya tidak perhatian dengan suami dan seperti laki-laki padahal rambutnya itu
sibuk dengan kegiatannya sendiri.Nurjanah bagus kalau terurai panjang. Rambut adalah
memilih untuk berontak dan mengubah sebagai mahkota wanita yang harus dijaga.
sikapnya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah
Istri Melepaskan Kerudung Tidak ini.
Izin Terlebih Dahulu oleh Suami Kini rambut telah dipangkas nyaris
Nurjanah mengubah penampilan habis. Ia tidak lagi mengenakan kerudung
yang dulunya berkerudung menjadi tidak atau tutup kepala apa pun. Wajahku, kenapa
berkerudung. Hal ini dapat dilihat dari aneh begini? Agak gelisah juga dia ketika
kutipan di bawah ini. bertanya seperti itu kepada dirinya sendiri.
“Saya ke kampus dulu Mas.” ”Ini, aku,Nurjanah atau orang lain
Anwar menoleh. Kaget. sih?”
”Lho? Tidak pakai kerudung?” Berkali-kali ia menggeleng. Kaget
”Mulai hari ini aku tidak memakai juga. Gerak menggeleng kepala itu tampak
kerudung.” bukan gerakan dia. Ia tahu persis bagaimana
”Kenapa?” selama ini ia menggelengkan kepala. Ini kok
”Demi kebebasanku sebagai manusia. lain? Gayanya lebih kaku dan kasar.
Sebagai manusia yang otonom. Tubuhku Ia meraba-raba rambutnya yang
adalah tubuhku, aku berhak mengenakan tersisa. Kenapa ia berbuat kejam dengan
kerudung atau tidak mengenakan kerudung. membabat hampir habis rambut
Tidak ada yang bisa memaksaku. Rambutku panjanngnya? Untuk apa? Sedih juga.” (PB,
juga ingin bebas, berkibar, menghirup hlm. 145)
udara.” (PB, hlm. 122) Kutipan tersebut dapat diketahui
Kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Narsih memotong rambut Nurjanah
bahwa Nurjanah berpamitan kepada yang hampir abis dan dia juga tidak lagi
suaminya untuk pergi ke kampus. Anwar menggunakan kerudung atau penutup
menoleh dan kaget setelah melihat istrinya kepala. Menurutnya wajahnya aneh kalau
tidak memakai kerudung saat ke kampus. tidak memakai kerudung. Nurjanah juga
Nurjanah berkata mulai hari ini aku tidak tidak mengenali dirinya sendiri, gayanya

5
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

lebih kaku dan kasar setelah meraba-raba Berdasarkan kutipan tersebut dapat
rambutnya yang masih tersisa. Nurjanah diketahui bahwa Nurjanah menolak ajakan
sedih setelah melihat kenyataan bahwa suami yang ingin melakukan hubungan
rambutnya sekarang dipotong hampir habis intim. Tidak biasanya Nurjanah menolak
oleh Narsih. Narsih baru menyadari kalau ajakan suaminya untuk berhubungan intim.
tidak memakai kerudung itu kelihatan aneh Sejak perkawinannya bertahun-tahun baru
dan ada yang kurang dalam penampilannya. malam ini sang istri menolaknya padahal dia
Nurjanah baru menyesal setelah menerima tidak lagi berhalangan tetapi mengapa dia
ajakan Narsih untuk memotong rambutnya menolak ajakan yang tidak seperti biasanya.
seperti laki-laki dan merasa tidak pantas Anwar menduga kalau istrinya berubah
kalau rambutnya dipotong. Nurjanah sudah karena telah dihasut oleh Narsih. Suaminya
terkena hasutan Narsih karena selalu ingin sekali dan menginginkan dirinya untuk
tunduk, patuh atas perintahnya. Setelah malam ini saja tetapi istrinya juga tetap tidak
rambutnya dipotong Nurjanah baru mau dan tidak bisa menunda sampai besok
menyadari kalau perbuatan Narsih itu sangat malam. Suami sudah berusaha mendekati
kejam. Penyesalan itu selalu datang istrinya berkali-kali dan merayunya agar
belakangan. Maknanya Apabila seseorang mau tetapi hasilnya negatif. Istri yang baik
memilih teman harus berhati-hati dan jangan itu seharusnya mentaati perintah suami.
mudah terpengaruh dengan orang lain yang Suami itu merupakan kepala rumah tangga
belum kita kenal. Orang juga baru menyesali yang harus ditaati perintahnya.
perbuatannya sendiri, apabila perbuatan itu Istri Sibuk dengan Kegiatannya dan
sudah dilakukan. Kita juga tidak boleh Tidak Perhatian dengan Suami
berbuat seenaknya sendiri kepada orang lain Nurjanah sibuk dengan kesibukannya
dan harus dipikirkan terlebih dahulu sendiri sehingga tidak perhatian dengan
sebelum berbuat sesuatu. suaminya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan
Tidak Mau Berhubungan Intim dibawah ini.
Sikap Nurjanah itu tidak biasa Lelaki itu kagum bukan main kepada
dilakukan olehnya untuk menolak ajakan istri. Setiap pertanyaan pendek selalu
suaminya dalam berhubungan intim. mampu ditanggapi dengan jawaban panjang
Suaminya terkejut karena sikap istrinya itu lebar. Persis uraian ilmiah dalam kuliah.
tidak seperti biasanya. Hal ini dapat dilihat Sampai rumah pun yang namanya
dari kutipan dibawah ini. rezim ide dan kuasa kata-kata terus mengejar
Sambil menonton, keduanya duduk perempuan itu. Ia segera menata buku-buku
di sofa. Anwar yang tersiksa oleh hawa tebal di meja, membuka halaman tertentu,
panas melepaskan baju. Ia ingin memeluk dengan tegang mencari buku lain di rak
istri tetapi perempuan itu menangkap buku, menyiapkan alat tulis, kembali sibuk.
tangannya. Tidak memperdulikan ajakan makan malam.
“Kenapa?” Padahal suami telah susah payah memasak
Perempuan itu menggeleng. nasi goreng panas dengan taburan ikan abon
“Tanggal merah?” dan irisan telur tipis. Ditambah dengan
“Bukan.” brambang goreng, irisan mentimun, tomat
“Kenapa?” sledri dan kerupuk udang. Sajian untuk
“Aku sedang tidak ingin.” makan malam paling lezat diabaikan begitu
Lelaki itu diam-diam terkejut. saja. (PB, hlm. 108).
“Kok tidak seperti biasanya?” Berdasarkan kutipan tersebut dapat
“Aku ingin memiliki diriku sendiri, diketahui bahwa Nurjanah berubah sikap
paling tidak untuk malam ini.” (PB, hlm. 87) apabila suaminya bertanya pendek Nurjanah
menjawab pertanyaan itu dengan jawaban

6
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

yang panjang dan tidak seperti biasanya. Istri Faktor Eksternal


tidak perhatian lagi dan memilih sibuk Faktor ini disebabkan oleh orang lain
sendiri dengan mencari buku dirak yang sehingga Nurjanah mengubah menjadi
dikoleksinya. Dia juga tidak memperdulikan pemberontak. Faktor ini terjadi karena
ajakan suaminya untuk makan malam hasutan orang lain dan takut dicemooh oleh
bersama. Suaminya sudah menyiapkan tetangga.
semuanya tetapi istrinya tidak menghargai Hasutan Orang Lain
apa yang sudah dilakukan oleh suaminya Faktor ini disebabkan karena
untuk dirinya dan memilih sibuk dengan pengaruh orang lain yang mengubah
kehidupannya. Sesibuk apapun istri harus menjadi pemberontak. Pemberontakan
meluangkan waktunya sebentar untuk dilakukan karena dia ingin menjadi dirinya
suaminya agar tidak kecewa dengan sikap sendiri tanpa pengaruh suaminya. Nurjanah
yang sudah ditunjukkan kepadanya. berubah menjadi pemberontak karena
Perempuan Merasa Memiliki Hak dipengaruhi oleh Narsih, adanya kecocokan
untuk Mau atau Tidak Mempunyai Anak antara Nur Jannah dengan Narsih sehingga
Perempuan memilih hak untuk mereka mudah berinteraksi dan terpengaruh.
mempunyai anak atau tidak. Hal ini dapat Ketika Nurjanah duduk di kantin
dilihat dari kutipan di bawah ini. kampus tiba-tiba ada seorang perempuan
Ia tersenyum. Menemukan gagasan yang mendatangi dan bertanya padanya.
baru. Cepat masuk rumah tanpa mengunci Mereka berkenalan dan ngobrol membahas
pintu depan. Ia mendekati istri yang masih tentang novel. Hal ini dapat dilihat dari
menonton televisi. Masih musik yang tadi. kutipan di bawah ini.
“Dik Nur, kalau begini caranya, “Hai, apa kabar mbak? Nunggu suami
lantas kapan kita punya anak?” lagi.?”
Tanpa berpaling perempuan itu “Ya. Tapi mbok kita kenalan dulu
menjawab dengan suara datar. biar lebih enak.
“Aku berhak untuk memilih punya “O, baik. Narsih.”
anak atau tidak punya anak.” (PB, hlm. 91) “Nurjanah.”
Berdasarkan kutipan tersebut dapat Nama yang biasa. Mudah diingat,
diketahui bahwa Suaminya bertanya pada mudah dilupakan.
Nurjanah kalau sikapnya begini kapan bisa “Mbak Nur, novelnya sudah ganti?”
punya anak dan Nurjanah juga memiliki hak “Sudah. Yang dulu selesai. Ini saya
untuk punya anak atau tidak. Biasanya hal mau melengkapi trilogi.”
ini disebabkan oleh dirinya yang sibuk dan “Pengarangnya memang piawai
capek jadinya janinnya tidak bisa menghayutkan pembaca. Saya sudah baca
berkembang. Hal ini juga tidak bisa semua. Dalam edisi bahasa inggrisnya. “
disalahkan oleh istri karena anak juga Ngobrol tentang novel, tak
karunia allah. membosankan. Waktu seperti mete goreng.
Faktor-faktor Penyebab Munculnya Empuk, gurih, nikmat dikunyah-kunyah.
Pemberontakan Perempuan pada Novel Narsih membuka tas, mengeluarkan buku-
Perempuan Badai karya Mustofa Wahid buku. (PB, hlm. 79)
Hasyim Berdasarkan kutipan tersebut dapat
Penyebab pemberontakan perempuan diketahui bahwa Nurjanah berkenalan
disebabkan oleh faktor eksternal terdiri atas dengan Narsih tetapi belum mengenalnya
(1) hasutan orang lain, (2) takut dicemooh secara mendalam dan hanya sekedar
oleh tetangga, dan faktor internal terdiri atas menyebutkan namanya saja. Mereka juga
(1) usaha untuk mengubah, (2) memiliki niat membahas tentang novel karena Narsih dan
untuk mengubah. Nurjanah suka membaca novel tetapi novel

7
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

terjemahan. Narsih juga menunjukkan memakai kerudung dianggap tidak memakai


koleksi buku yang dia punya. Kegemaran baju.
mereka sama-sama mengoleksi novel Faktor Internal
sehingga mereka bisa bertukar novel yang Faktor ini disebabkan oleh diri sendiri
belum pernah dibacanya. sehingga Nurjanah memilih untuk berontak.
Takut Dicemooh Oleh Tetangga Faktor ini terjadi karena usaha untuk
Nurjanah yang dulunya berkerudung mengubah dan memiliki niat untuk
menjadi tidak berkerudung karena mengubah
dipengaruhi oleh orang lain. Dia merubah Memiliki Niat untuk Mengubah
penampilan tidak berkerudung juga takut Faktor ini disebabkan oleh diri sendiri
dicemooh oleh tetangga sehingga saat ke sehingga dia ingin mengubah sikap menjadi
rumah mertua Nurjanah memakai kerudung. pemberontak. Memiliki hasrat dalam dirinya
Hal ini dapat dilihat dari kutipan di bawah untuk berubah menjadi pemberontak.
ini. Nurjanah berubah karena pandangan
Kalimat itu dilontarkan ibu yang hidupnya berubah dan perubahan itu terjadi
berumah di Pegunungan Seribu. Anwar karena dirinya sendiri. Hal ini dapat dilihat
buru-buru ke sana, mengajak istri dengan dari kutipan di bawah ini.
memaksa istri mengenakan kerudung. Ia “Kau telah berubah?”
tidak membayangkan bagaimana tanggapan “Ya. Karena pandangan hidupku
para tetangga jika melihat perempuan yang telah berubah.”
masih menjadi istri itu datang ke desa “Kenapa?”
dengan kepala berambut pendek, berpakaian “Aku tidak mau dijajah oleh
mirip turis. Ia terpaksa bilang kepada Nur bermacam-macam kostruksi nilai, norma
agar sekali ini mau menghargai perasaannya, dan hukum lama yang hanya memosisikan
perasaan ibu, dan adik-adik. juga perasaan perempuan sebagai obyek.”
tetangga. “Sebagai obyek? Bukankah dalam
“Mas mbok jangan membesar- sebuah cinta pelakunya hanya subyek?”
besarkan masalah.,” “Itu kalau keduanya sama-sama
“Saya tidak membesar-besarkan menghendaki. Kalau yang satu tidak
masalah, masalah ini memang sudah besar.” menghendaki, berarti yang satu akan
“Rambut menjadi masalah besar? diperlakukan sebagai obyek.”
Kerudung menjadi masalah besar? Bagi saya “Dan kau tadi bilang malam ini kau
itu masalah kecil. Masih banyak masalah ingin memiliki dirimu sendiri. Apakah
besar lain yang perlu diperhatikan.” selama ini dirimu hilang? Dan kau bukan
Berdasarkan kutipan tersebut dapat milikmu sendiri?” (PB, hlm. 89-90)
diketahui bahwa Anwar tidak bisa Berdasarkan kutipan tersebut dapat
membayangkan kalau nanti Nurjanah diajak diketahui bahwa Nurjanah berubah karena
pulang ke rumahnya pasti ibu, tetangga, dan pandangan hidupnya berubah. Menurutnya
keluarganya yang lain membicarakan perkawinan itu yang membuat dirinya hilang
Nurjanah yang dulunya berkerudung sehingga bukan dirinya sendiri dan dia ingin
menjadi tidak berkerudung. Tetapi menurut mandiri. Dia memiliki keyakinan sendiri
Nurjanah suaminya itu membesar-besarkan sebagai perempuan itu harus otonom. Dalam
masalah yang dialaminya. Padahal rambut soal mengelola tubuh atau menjaga tidak ada
itu menjadi masalah yang besar yang harus yang berhak memerintahku apalagi suamiku.
dirawat dan dijaga. Rambut adalah aurat Menurutnya apa yang dia lakukan pada
yang harus ditutup. Menurut keluarga suaminya itu sudah benar. Padahal semua
Anwar apabila perempuan yang tidak yang dibicarakan Nurjanah itu salah karena
dia sudah merubah sikap untuk menjadi

8
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

pemberontak. Maknanya akibat hasutan dari dengan suami terlebih dahulu, memotong
orang lain, pandangan seseorang bisa rambut seperti laki-laki, wanita merasa
berubah tidak menuruti apa kata suami dan memiliki hak untuk mau atau tidak
berfikir bahwa dia sudah benar. Biasanya mempunyai anak, dan wanita tidak
perubahan sikap itu timbul pada diri sendiri perhatian pada suaminya dengan memilih
dan sebelumnya tidak memikirkan terlebih sibuk sendiri. Pemberontakan yang
dahulu atas tindakannya itu merugikan diri digambarkan dalam novel ini yaitu, pada
sendiri atau tidak. zaman sekarang menjadi perempuan itu
Usaha untuk Mengubah tidak mudah. Apabila mereka diam di
Usaha untuk mengubah penampilan tempat, tidak mengikuti arus perubahan itu
yang dulunya berkerudung menjadi tidak dipermasalahkan. Mereka dianggap sebagai
berkerudung itu timbul dari diri sendiri. perempuan batu dan layak dipinggirkan
Dengan jalan apa saja dilakukan untuk nasibnya oleh masyarakat. Namun, apabila
mengubah sikap dan perilaku. Hal ini dapat mengikuti arus perubahan tersebut maka
dilihat dari kutipan di bawah ini. dengan sendirinya akan lepas dari resiko
Perempuan itu membalikkan tubuh, yang dipermasalahkan. Apabila mengikuti
menuju garasi. Anwar memperhatikan arus perubahan itu dianggap sebagai
sampai tubuh istri lenyap di balik sebuah perempuan yang kehilangan identitas,
pintu. Ia saksikan, karena tidak lagi kehilangan fitrah dan sifat-sifatnya sebagai
mengenakan kerudung, maka pakaian yang perempuan biasa. Ide-ide feminis
dikenakan juga berbeda. Mengenakan stelan digambarkan membawa dampak negatif bagi
panjang. Sepertinya sepatunya juga berubah. wanita. Kehadiran feminisme radikal dinilai
Haknya tinggi. Mungkin bagi lelaki lain sebagai penyebab wanita memberontak
perempuan itu makin cantik kelihatannya. konstitusi politik, agama, sosial dan budaya.
Tetapi bagi Anwar keindahan istrinya Selain itu feminisme disebut sebagai
menghilang begitu tadi ia tidak mengenakan penyebab wanita mendapatkan cemoohan
kerudung. Mungkin memang tampak lebih dari masyarakat, wanita dinilai membuat
cantik, tetapi pesona keindahan perempuan malu dan mengecewakan keluarga, wanita
itu telah kabur (PB, hlm.125). tidak dapat dijadikan contoh, wanita
Berdasarkan kutipan tersebut dapat berperilaku menyimpang dengan menjadi
diketahui bahwa Nurjanah mengubah lesbian, hubungan suami istri menjadi
penampilannya dengan susah payah dan renggang, suami memilih untuk
usaha yang keras dalam membuktikannya. melampiaskan nafsunya dengan pembantu
Nurjanah yang dulu berkerudung menjadi rumah tangga, dan menyebabkan kehidupan
tidak berkerudug dan pakaian yang rumah tangga menjadi retak.
dikenakan saat berkerudung dan tidak Faktor-faktor yang menyebabkan
berkerudung itu berbeda. Menurut suaminya munculnya pemberontakan perempuan pada
keindahan istrinya menghilang kalau tidak novel Perempuan Badai adalah (1) faktor
berkerudung. eksternal yang disebabkan oleh hasutan
orang lain, takut dicemooh oleh tetangga.
PENUTUP Faktor ini terjadi oleh Tokoh perempuan
dalam novel ini tokoh Nurjanah berubah
Seorang pemberontak mempunyai menjadi pemberontak karena dipengaruhi
keinginan untuk mengubah sikap untuk oleh Narsih, adanya kecocokan antara
menjadi diri sendiri. Bentuk pemberontakan Nurjanah dengan Narsih sehingga mereka
perempuan yang digambarkan dalam novel mudah berinteraksi dan terpengaruh. (2)
Perempuan badai yaitu menjelaskan tentang faktor internal yang disebabkan oleh usaha
istri yang melepaskan kerudung tidak izin untuk berubah dan niat untuk berubah. Hal

9
Tiara Ratna Zuraida / Jurnal Sastra Indonesia 2 (1) (2013)

ini biasanya sudah dipikirkan terlebih dahulu


sebelum bertindak, tetapi pilihannya salah
Nurjanah berubah menjadi tidak baik.

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi


Penelitian Sastra: Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta:
Pustaka Widyatama.
Fakih, Mansour. 2008. Analisis Gender Dan
Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Goefe, Philips Bob Cock (Ed.). 1986.
Webster’s Thirds International Dictionary
The English Language. Sprinfield
Massachussetts. Merriam Webster
Inc.
Hoed, H Benny. 1992. Kala dalam Novel
Fungsi dan Penerjemahannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
La Pona dkk. 2002. Menggagas Tempat Yang
Aman Bagi Perempuan: Kasus di Papua.
Yogyakarta: Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada.
Moeliono, Anton M. (Penyunting), 1993.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Sugihastuti dan Suharto. 2010. Kritik Sastra
Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sofia, Adib dan Sugihastuti. 2003. Feminisme
dan Sastra. Bandung: Katarsis.
Susilastuti, Dewi H. 1993. “Gender Ditinjau
dari Perspektif Sosiologis”. Dalam
Fauzie Ridjal, dkk. Dinamika Gerakan
Perempuan di Indonesia. Yogayakarta:
Tiara Wacana.

10

Anda mungkin juga menyukai