PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman diera globalisasi saat ini, banyak orang
mengabaikan konsep Tri Hita Karana banyak penyimpangan tingkah laku dalam kehidupan
sehari-harinya. Manusia berbuat semaunya terhadap alam semesta dengan cara merusak tanpa
memikirkan akibatnya. Mereka lakukan hanya demi kepuasan yang bersifat duniawi semata
saja dalam agama hindu mengenal konsep tri kerangka agama yaitu, tatwa, susila dan
upacara. Ketiga hal tersebut beriringan berjalan demi terciptanya keharmonisan. Prinsip
pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan
tercapai, manusia dapat hidup dengan mengekang dari pada segala tindakan buruk. Hidupnya
akan seimbang, tentram dan damai.
Manusia sebagai makhluk hidup yang harus berinteraksi dengan tuhan, sesame
manusia dan alam sekitarnya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya sebab
memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan hidupnya. Sebaliknya juga, manusia
tergantung terhadap lingkungan. Maka dari itu kita harus menjaga alam dengan sebagaimana
mestinya. Hubungan manusia dengan alam lingkungan perlu terjalin dengan harmonis, jika
keharmonisan tersebut dirusak oleh tangan-tangan jahil, bukan mustahil alam akan murka dan
marah.
Oleh karena itu, keberadaan sumber daya manusia menjadi penentu terhadap kondisi
lingkungan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif melalui suatu sistem
kelembagaan seperti desa adat. Karena itulah perlu adanya tuntutan tentang keseimbangan
hidup yang disebut Tri Hita Karana. Ajaran ini begitu terkenal di Indonesia, khususnya bagi
umat Hindu di Bali.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tri Hita Karana
Istilah Tri Hita Karana pertama kali muncul tanggal 11 November 1966, pada saat
diselenggarakan Konferensi Daerah 1 Badan Perjuangan Umat Hindu Bali bertempat di
Perguruan Dwijendra Denpasar. Konferensi tersebut diadakan berrlandaskan kesadaran umat
Hindu akan dharmanya untuk berperan serta dalan pembangunan bangsa menuju masyarakat
sejahtera, adil dan Makmur berdasarkan Pancasila. Kemudian istilah Tri Hita Karana ini
berkembang, meluas dan memasyarakat.
Kata Tri Hita Karana berasal dari Bahasa Sansekerta, dimana kata Tri artinya tiga,
Hita artinya sejahtera atau bahagia dan Karana artinya sebab atau penyebab. Tri Hita Karana
berarti tiga hubungan yang harmonis yang menyebabkan kebahagian bagi umat manusia.
Untuk itu ketiga hal tersebut harus dijaga dan dilestarikan agar mencapai hubungan yang
harmonis. Sebagaimana dimuat dalam ajaran Agama Hindu bahwa “kebahagian dan
kesejahteraan” adalah tujuan yang ingin dicapai dalam hidup manusia, baik kebahagiaan atau
kesejahteraan fisik atau lahir yang disebut “Jagadhita” maupun kebahagiaan rohani dan
batiniah yang disebut “Moksa”.
Secara leksikal Tri Hita Karana berarti tiga penyebab kesejahteraan (Tri = tiga, Hita =
sejahtera, Karana = penyebab). Pada hakikatnya Tri Hita Karana mengandung pengertian tiga
penyebab kesejahteraan itu bersumber pada keharmonisan hubungan antara:
Kata Parahyangan berasal dari Bahasa sansekerta, dari kata “Hyang”, yang berarti Ida
Sang Hyang Widhi Wasa. Jadi, kata parahyangan berarti hubungan yang harmonis dengan
Ida sang Hyang Widhi Wasa. Dengan demikian kita harus dapat menjalin hubungan yang
harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dengan cara menjalankan perintahnya dengan
menjauhi larangannya.
Kata Pawongan berasal dari Bahasa sansekerta, dari kata “Wong”, yang berarti orang
atau manusia. Jadi, kata pawongan berarti hubungan yang harmonis antara manusia dengan
sesame manusia. Dengan demikian kita harus menjalin hubungan yang harmonis dengan
sesame, dengan cara saling menghormati dan saling menghargai satu sama lain.
Tri Hita Karana dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dengan cara
sebagai berikut:
a) Parahyangan
Parahyangan merupakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Cara menjalin hubungan harmonis dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
adalah sebagai berikut:
Contoh nyata saja dapat kita lihat saat ini bencana-bencana alam yang terjadi akibat
ulah manusia sendiri, penebangan hutan secara liar yang menyebabkan tanah longsor, banjir,
menipisnya lapisan ozon sehingga makin hari udara panas terasa menyengat kulit, polusi
udara makin menjadi ancaman persebaran virus, namun begitu sebaliknya, saat kita menjaga
lingkungan alam seperti melakukan penghujauan terhadap lingkungan tentu pohon-pohon
yang kita tanam akan memberikan oksigen yang kita butuhkan serta membantu kita
menyaring polusi-polusi udara yang kita hirup.
Diperjelas lagi dalam konsep ajaran agama hindu tentang Tat Twam Asi, yang artinya
aku adalah kamu dan kamu adalah aku. Artinya baik kita, tumbuhan, hewan serta seluruh isi
alam semesta ini adalah satu kesatuan yang tunggal yaitu Brahman. Dapat kita bayangkan
ketika salah satu bagian organ tubuh kita terluka tentu semua organ akan merasakan sakit
luka tersebut, begitu juga kehidupan ini. Artinya sangat penting untuk kita menjaga
keseimbangan agar terciptanya keharmonisan dan kesejahteraan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat saya simpulkan bahwa sangatlah penting untuk kita
mempelajari konsep hubungan yang harmonis (Tri Hita Karana) dalam kehidupan. Dengan
menjalin hubungan yang harmonis dalam kehidupan ini merupakan dasar untuk mencapai
kehidupan yang damai, tentram, aman dan sejahtera.
Dengan mengetahui konsep Trii Hita Karana, kita jadi lebih paham tentang konsep
ini. Sehingga kita akan berusaha untuk mengamalkan dan menjalankan konsep Tri Hita
Karana sebagaimana mestinya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin baik secara skala
dan niskala.
B. SARAN
Dengan berakhirnya penyusunan paper say aini, saya memberikan sedikit saran kepada:
a. Dosen
Saya memberi saran kepada para dosen agama Hindu, agar tidak bosan-bosannya
mengajarkan konsep Tri Hita Karana terhadap mahasiswanya. Agar para mahasiswa dapat
lebih paham dan mengerti apa sebenarnya hubungan yang harmonis itu.
b. Mahasiswa
Kepada Mahasiswa, saya memberi saran agar selalu belajar tentang konsep-konsep
agama khususnya konsep Tri Hita Karana. Karena konsep ini sangat berguna dalam
kehidupan untuk mencapai kebahagiaan secara lahir maupun batin.
c. Masyarakat umum
Kepada masyarakat umum, jagalah selalu keamanan desa pada khususnya dengan
cara menjalin hubungan yang harmonis kepada semua yang terlibat disana. Bangunlah
masyarakat yang aman, damai dan sejahtera
.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mutiarahindu.com/2018/11/pengertian-tri-hita-karana-dan-bagian.html
https://www.google.com/search?
q=bagian+bagian+tri+hita+karana&rlz=1C1CHBD_enID927ID927&oq=bagian+bagi
an+tri+hita+karana&aqs=chrome..69i57j0j0i22i30l5j69i60.16124j0j4&sourceid=chro
me&ie=UTF-8
https://www.kompasiana.com/dupamarch/5ca5988a95760e5b54659332/implementasi
-ajaran-tri-hita-karana-terhadap-keseimbangan-alam