Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS

Di susun Oleh

Nama : Mila Diana L N

Nim : 20901900060

PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2020
DIABETES MELLITUS

A. Pengertian
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang dapat timbul pada
seseorang yang disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau
glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif [ CITATION
Sme17 \l 1033 ].
Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderitanya tidak bisa
mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan
ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu sistem kerja tubuh secara
keseluruhan [ CITATION Ame14 \l 1033 ].
Menurut Brunner and Suddarth, Diabetes mellitus adalah kelainan
yangditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah atau biasa disebut
hiperglikemia. Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk
berespon terhadap insulin dan penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat
menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis
diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi
mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) [ CITATION Bru17 \l 1033 ].

B. Etiologi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA [ CITATION Has18 \l 1033 ].

b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen [ CITATION Has18 \l 1033 ].
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.

2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

C. Klasifikasi
Menurut pearce (2017) jenis DM dibagi menjadi :
a. Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes tipe ini dapat muncul pada umur berapa saja. Insiden
diabetes mellitus tipe 1 setiap tahunnya dengan kasus sebanyak 30.000
serta dapat dibagi menjadi subtipe. Subtipe yang dimaksud adalah
autoimun akibat kelainan imun yang kekurangan sel β dan idiopatik tanpa
bukti adanya autoimun yang tidak diketahui sumbernya. Diabetes mellitus
tipe 1 ini banyak dialami oleh balita, anak serta remaja.
Hingga sekarang, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya bisa di obati
dengan di terapi insulin yang di berikan secara terus menerus. Perawatan
penderita diabetes mellitus tipe 1 juga di pengaruhi riwayat keluarga, diet
dan faktor. DM tipe 1 kadar glukosa darahnya harus di kontrol dan
dimonitor dengan alat test gula darah. Terlebih pada penderita seperti
balita dan anak-anak harus sangat di awasi karena mereka gampang terjadi
dehidrasi, muntah dan rentan terhadap berbagai penyakit.
b. Tipe 2: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 bisa mencapai 90-95%. Keadaan
ini dapat disebabkan karena sensivitas pada insulin menurun (resisten
insulin) atau dikarenakan akibat pembentukan jumlah insulin menurun.
Cara penanganan yang paling sering digunakan ialah dengan cara
diit dan olahraga. Apabila kadar gula dara masih naik dan menetap akan di
gunakan suplemen dengan preparat hipoglikemia atau dengan kata lain
akan di suntukan insulin jika obat orat belum bisa mengontrol kenaikan
gula darah. Menyerang pada usia > 30 tahun dan yang memiliki berat
badan obesitas.
c. Diabetes gestasional (GDM )
Diabetes gestasional di ketahui sejak kehamilan dengan pengaruh
4% pada kehamilan. Diabetes gestasional akan sering terjadi pada usia tua,
obesitas, serta penyakit diabetes gestasional sebelumnya. Diabetes
gestasional terjadi karena adanya kenaikan sekresi beberapa hormone yang
memiliki efek metabolik pada toleransi glukosa, oleh karena itu kehamilan
di sebut keadaan diabetogenik. Pasien yang memiliki factor utama diabetes
secara genetik tentunya akan menunjukkan gula yang tidak tertoleransi
atau gejala klinis diabetes pada kehamilan.
d. Diabetes Mellitus yang punya hubungan terhadap keadaan atau sindrom
lainnya.
Sebagian kecil, ada setidaknya beberapa kasus penyakit diabetes
yang muncul karena sindrome genetik tertentu seperti fungsi sel β yang
berubah serta manfaat insulin yang berubah secara genetik, kelainan pada
pankreas pada orang yang ketergantungan alcohol, dan pemakaian obat
serta zat kimia. Kasus diatas akan menimbulkan tanda yang mirip seperti
penyakit diabetes mellitus. Setiap klasifikasi yang telah di uraikan
tentunya memiliki penyebab yang berbeda pada setiap jenis tipe penyakit
diabetes mellitus.
D. Manifestasi klinis
Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM
diantaranya:
1. Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam
meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM
dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak
sanggup untuk mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui
urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan
urin yang dikeluarkan mengandung glukosa [ CITATION Kha11 \l 1033 ]
2. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar
glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan
asupan cairan [ CITATION Pac15 \l 1033 ].

3. Timbul rasa lapar (Polifagia)


Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut
disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar
glukosa dalam darah cukup tinggi [ CITATION Kha11 \l 1033 ]
4. Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh
terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi
[ CITATION Pac15 \l 1033 ].
Simptom lain adalah hiperglikemik termasuk gangguan
penglihatan, keletihan, parestesis dan infeksi kulit. Plasma volume yang
rendah menyebabkan badan lemah dan letih. Parestesis menandakan
adanya disfungsi sementara pada saraf sensorik perifer. Infeksi kulit
kronik sering terjadi pada pasien diabetes tipe II. Hiperglikemik dan
glikosuria selalu menyebabkan jangkitan jamur [ CITATION DRW11 \l 1033 ].

E. Patofisiologis
Diabetes tipe I.pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karna sel-sel beta pankreas telah diancurkanoleh proses
autoimun. Hiperglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa yang berasal dari makanan tidak
dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan) [ CITATION Sme17 \l
1033 ].
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor tersebut, terjadi suatu
rangkaian reaksi dalam dalam metabolism glukosa di dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulus
pengambilan glukosa oleh jaringan [ CITATION Sme17 \l 1033 ].

F. Pathways

Defisit Nutrisi

Hipovolemia

Perfusi perifer
tidak efektif
Nyeri Akut
G. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 4 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. 4Tes toleransi glukosa

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM


(mg/dl)

- Plasma vena
- Darah kapiler

Kadar glukosa darah puasa

- Plasma vena

- Darah kapiler
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

I. Fokus Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Identitas keluarga pasien
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
4. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat
terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur
atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi
penyakitnya.
5. Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
6. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi,
perubahan tekanan darah
7. Integritas Ego
Stress, ansietas
8. Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
9. Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan,
haus, penggunaan diuretik.
10. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
11. Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
12. Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
13. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

K. Rencana Keperawatan [ CITATION Tim18 \l 1033 ]

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi lokasi, Mengidentifikasi
keperawatan selama 3 x 24 jam karakteristik, durasi, dan mengelola
diharapkan nyeri membaik, frekuensi, kualitas, pengalaman
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri. sensorik atau
- Keluhan nyeri menurun (5) - Identifikasi skala emosional yang
- Gelisah menurun (5) nyeri berkaitan
- Kesulitan tidur menurun - Identifikasi respons dengan
(5) nyeri non verbal. kerusakan
- Pola tidur membaik (5) - Identifikasi faktor jaringan atau
yang memperberat fungsional
dan memperingan dengan onset
nyeri mendadak atau
- Identifikasi lambat dan
pengetahuan dan berintensits
keyakinan tentang ringan hingga
nyeri berat dan
- Berikan teknik konstan.
nonfarmakologis
(terapi pijat, kompres
hangat/ dingin)
- Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

2 Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan 2x24 - Periksa sirkulasi perifer Mengidentifikasi
tidak efektif jam perfusi perifer meningkat, - Identifikasi faktor dan merawat
dengan kriteria hasil : resiko gangguan area lokal
- Kekuatan nadi perifer sirkulasi dengan
meningkat (5) - Monitor panas, keterbatasan
- Edema perifer meningkat kemerahan, nyeri, sirkulasi perifer.
(5) bengkak pada
- Akral membaik (5) ekstremitas
- Tekanan darah membaik - Lakukan pencegaha
(5) infeksi
- Lakukan hidrasi
- Anjurkan berolahraga
rutin
- Anjurkan minum obat
penurun tekanan darah
3 Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan 3x24 - Periksa tanda dan Mengidentifikasi
jam hipovolemia membaik, gejala hipovolemia dan mengelola
dengan kriteria hasil : - Monitor input dan penurunan
- Kekutan nadi meningkat output cairan volume cairan
(5) - Berikan asupan cairan intravaskuler
- Membrane mukosa lembab oral
meningkat (5) - Hitung kebutuhan
- BB meningkat (5) cairan
- Status mental membaik (5) - Kolaborasi pemberian
cairan infus
4 Defisit Nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x24 - Identifikasi status Mengetahui
jam status nutrisi membaik, nutrisi status nutrisi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi alergi dan pasien dan
- Porsi makan yang intoleransi makanan memudahkan
dihabiskan meningkat (5) - Identifikasi makanan proses
- Nyeri abdomen menurun yang disukai penyembuhan
(5) - Identifikasi kebutuhan pasien.
- Frekuensi makan membaik kalori dan jenis nutrient
(5) - Monitor asupan
- Nafsu makan membaik (5) makanan
- Monitor BB
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi
protein
- Kolaborasi dengan ahli
gizi, jika perlu

L. Evaluasi
1. Nyeri Akut membaik
2. Perfusi perifer meningkat
3. Hipovolemia membaik
4. Defisit nutrisi membaik
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, A. (2014). Standards of Medical Care in


Diabetes. Diabetes Care, 37 (1), S14.

Brunner, S. (2017). Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3.


Jakarta : EGC.

College, P. (2015, march 1). massage-diabetes. pacificcollege.

Hastuti, R. (2018). Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika Pada Penderita Diabtes


Mellitus. Studi Kasus, 56.

Khasanah, N. (2011). Waspadai Beragam Penyakit Degeneratif . Jakarta: Pustaka


karya.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan


Pengurus PPNI.

Smeltzer, S. C. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth. Elsevier.

Whiting, D. (2011). IDF Diabetes Atlas: Global estimates of the prevalence of


diabetes for 2011 and 2030. doi:10.1016/j.diabres.2011.10.029.

Anda mungkin juga menyukai