Draft Pedoman Penerapan Sra - Final - 09012013
Draft Pedoman Penerapan Sra - Final - 09012013
2012
PETUNJUK TEKNIS PENERAPAN SEKOLAH RAMAH ANAK
Diterbitkan oleh:
ISBN : ...............................................
Tim Penyusun
Penanggungjawab
Ketua
Anggota
Yusuf Supiandi
Yanti Sriyulianti
Maydian Werdiastuti
Tata Usaha
Sutrimo Saltar
Dian Ekawati
Hartini
KATA PENGANTAR
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-
hak asasi manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan, pendidikan adalah sarana utama bagi
setiap orang termasuk anak-anak yang mengalami hambatan secara ekonomi, sosial dan
geografi untuk tumbuh kembang mandiri termasuk untuk berpartisipasi dalam pembangunan
berkelanjutan.
Pendidikan pun diyakini sebagai salah satu investasi finansial yang paling baik dan
tersedia bagi Negara dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia/Human
Development Index (HDI). Pikiran yang cerdas, cerah, aktif, kreatif, inovatif, kritis dan peduli
adalah salah satu kebahagiaan dan imbalan yang didapat dari eksistensi sebagai manusia yang
hanya bisa diperoleh melalui pendidikan.
Tujuan penyusunan Juknis SRA ini adalah menyediakan kriteria layanan prima
Pemenuhan Hak Pendidikan Anak (PHPA) melalui Penerapan Sekolah Ramah Anak di
sekolah/madrasah, keluarga, komunitas, lingkungan, media massa dan dunia usaha.
Akhir kata, semoga Petunjuk Teknis Penerapan Sekolah Ramah Anak ini bermanfaat
dan dapat memperkuat komitmen para pemangku kepentingan dalam pemenuhan hak
pendidikan anak-sama agar anak-anak Indonesia tumbuh sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................I-II
DAFTAR ISI..........................................................................................................................III
BAB IPENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................1-3
B. DASAR HUKUM...........................................................................................................4
1. Kesepakatan Nasional..............................................................................................4-6
2. Kesepakatan Internasional..........................................................................................6
C. TUJUAN DAN SASARAN............................................................................................7
1. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus..............................................................................7
2. Sasaran........................................................................................................................7
D. HASIL YANG DIHARAPKAN..................................................................................7-8
E. PROSES PENYUSUNAN..............................................................................................8
F. PENGERTIAN SEKOLAH RAMAH ANAK................................................................9
BAB VPENUTUP...................................................................................................................38
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................39-41
GLOSSARIUM.................................................................................................................42-45
LAMPIRAN......................................................................................................................46-65
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Proses pendidikan masih menjadikan anak sebagai obyek dan guru menjadi pihak
yang merasa paling benar dan tidak pernah salah, kejadian bullying di sekolah/madrasah
masih sering terjadi.Jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Indonesia dari tahun ke
tahun cenderung menunjukkan peningkatan, namun data yang ada belum terdeteksi secara
akurat. Hasil survei yang dilakukan Pusat Data dan Informasi Departemen Sosial Tahun
2007, populasi penyandang cacat sekitar 3,11% dari total penduduk Indonesia. Data ABK
1
yang tercatat di Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan
PA) tahun 2010 berjumlah 198.485 anak, sedangkan Kementerian Pendidikan Nasional pada
tahun 2010 melansir terdapat 347.000 ABK. Jumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia
pada tahun 2008 tercatat 1.689 sekolah dengan rincian 412 SLB negeri dan 1.274 SLB
swasta. Jumlah peserta didik sebanyak 73.122 anak, 22.646 anak di sekolah yang
diselenggarakan pemerintah dan pemerintah daerah dan 50.476 anak di sekolah yang
diselenggarakan masyarakat. Angka Partisipasi Kasar (APK) yang masih sangat rendah, yaitu
antara 20-25 % ini diantisipasi oleh pemerintah dengan kebijakan sekolah inklusi berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang pendidikan inklusif
bagi peserta didik yang memiliki kecacatan tertentu dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa. Namun dalam pelaksanaannya, masih belum memadai sehingga masih
banyak ABK yang tidak dapat menikmati hak pendidikan anak.
Alasan kenapa anak-anak tidak pernah mendaftar ke sekolah, putus sekolah atau
dikeluarkan dari sekolah sangatlah kompleks. Tidak semua penyebabnya secara eksklusif
semata-mata berkaitan dengan sistem pendidikan tetapi berkaitan juga dengan masalah
kesehatan dan kemiskinan. Tingginya tingkat kerusakan sekolah dan masih kurangnya
fasilitas air bersih, sanitasi dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) serta perpustakaan terutama
di sekolah dasar menjadi hambatandalam penuntasan Wajib Belajar(Wajar) 9 (sembilan)
tahun apalagi dengan kenyataan Indonesia memiliki tingkat risiko bencana yang tinggi.
Tingkat kerusakan yang cukup tinggi dan kurangnya fasilitas air bersih, sanitasi dan UKS
serta perpustakaan di SD dan SMP menjadi persoalan tersendiri. Disisi lain, dalam hal
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bahwa partisipasi, kreativitas dan inisiatif peserta didik
masih dianggap berbenturan dengan lingkungan belajar dengan keharusan mengejar nilai
tertentu.
Seiring globalisasi yang menuntut peserta didik berpikir kreatif,kritis dan peduli,
pendidikan di setiap tingkatan harus mengembangkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang bermutu denganmenjadikan kepentinganterbaik bagi anak sebagai
pertimbangan utama. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) pun diarahkan agar
sesuai dengan standar isi, kompetensi dan kompetensi lulusan yang disusun oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Setiap satuan pendidikan dituntut untuk menjalankan
fungsi pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana gunamewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaranyang mendorong peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya dengan kualitas/mutu dan relevan dengan nilai-nilai luhur dan lingkungan yang layak
anak.
Persentase Sekolah Ramah Anak (SRA) merupakan salah satu indikator KLA
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Nomor 12 Tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak
Pasal 11 bahwaindikator KLA untuk klaster pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan
kegiatan budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d meliputi:(a) angka partisipasi
pendidikan anak usia dini; (b) persentase wajib belajar pendidikan 12 (duabelas) tahun; (c)
persentase sekolah ramah anak; (d) jumlah sekolah yang memiliki program, sarana dan
prasarana perjalanan anak ke dan dari sekolah; dan (e) tersedia fasilitas untuk kegiatan kreatif
dan rekreatif yang ramah anak, di luar sekolah, yang dapat diakses semua anak. KPP dan PA
juga telah menyusun Panduan Umum Pendidikan Ramah Anak (PRA) dan oleh karena itu,
KPP dan PA memandang perlu untuk menyusun Petunjuk Teknis Penerapan Sekolah Ramah
Anak.
B. DASAR HUKUM
g. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
j. PeraturanPemerintahNomor47Tahun2008tentang Wajib
Belajar(LembaranNegaraRepublikIndonesia Tahun 2008Nomor90,Tambahan
LembaranNegara Republik IndonesiaNomor 4863);
k. PeraturanPemerintahNomor17Tahun2010tentang Pengelolaandan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010
4
Nomor23, TambahanLembaranNegaraRepublik IndonesiaNomor
5105),sebagaimana telahdiubah denganPeraturanPemerintahNomor 66
Tahun2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5157);
5
1067/Menkes/SKB/VII/2003; MA/230 A/2003; No. 26 Tahun 2003 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah;
2. Kesepakatan Internasional
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
2. SASARAN
7
D. HASIL YANG DIHARAPKAN
4. Menghapus tindak kekerasan terhadap anak di rumah, sekolah, dan lingkungan tempat
tinggal anak; dan
5. Adanya komitmen media massa untuk menandai setiap program tayangan dan rubrik
dengan rating yang sesuai.
E. PROSES PENYUSUNAN
8
Pendidikan Bencana, Perkumpulan Keluarga Peduli Pendidikan (KerLiP), penyelenggara
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Sekolah Ramah Anak adalah sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau,
inklusifdan nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anakperempuan dan
anak laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus.
9
BAB II
PENERAPAN SEKOLAH RAMAH ANAK
A. KARAKTERISTIK UMUM
1. Melindungi dan menjamin keselamatan anak-anak perempuan dan anak laki laki
termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan
khusus dari gangguan fisik, psikososial dan risiko bencana;
2. Menjamin kesehatan anak perempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang
memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus selama berada di
sekolah/madrasah;
3. Mengembangkan budaya sekolah/madrasah yang peduli lingkungan dan
mengedepankan nilai-nilai luhur bangsa termasuk dalam situasi darurat;
4. Membuka kesempatan belajar bagi setiap anak perempuan dan laki-laki termasuk
yang memerlukan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus;
5. Menerapkan kurikulum yang sesuai dengan usia, kemampuan dan cara belajar anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau
pendidikan layanan khusus;
6. Melibatkan peran serta keluarga, masyarakat sekitar dan pihak pihak lainnya dalam
pengelolaan pendidikan; dan
7. Menerapkan pembelajaran yang PAIKEM.
10
B. PRINSIP-PRINSIP DAN NILAI
1. PRINSIP-PRINSIP
b. Non diskriminasi, yaitu tidak membedakan suku, ras, agama, jenis kelamin,
bahasa, paham politik, asal kebangsaan, status ekonomi, kondisi fisik maupun
psikis anak, atau faktor lainnya;
c. Kepentingan terbaik bagi anak, yaitu menjadikan hal yang paling baik bagi anak
sebagai pertimbangan utama dalam setiap kebijakan, program, dan kegiatan;
d. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan anak, yaitu menjamin
hak anak untuk hidup dantumbuh kembang semaksimal mungkin dalam semua
aspek kehidupannya, termasuk aspek fisik, emosional, psikososial, kognitif, sosial,
budaya; dan
1. RUANG LINGKUP
12
Kewajiban negara untuk menghormati, melindungi dan memenuhi Hak
Pendidikan Anak juga diatur dalam Undang-UndangNomor 11 Tahun 2005 tentang
Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. Dalam hal ini, penerapan SRA
memastikan para pemangku kepentingan menghormati ketersediaan pendidikan
dengan tetap menghormati partisipasi masyarakat dalam menyelenggarakan
pendidikan; melindungi aksesibilitas anak perempuan dan anak laki-laki termasuk
anak berkebutuhan khusus; menerapkan Standar Pelayanan Minimal(SPM) yang
memastikan pendidikan diselenggarakan relevan secara budaya termasuk bagi
kelompok minoritas dan penduduk asli; memenuhiketersediaan pendidikan dengan
aktif mengembangkan sekolah/madrasah yang aman, bersih, sehat, hijau, inklusif dan
nyaman bagi perkembangan fisik, kognisi dan psikososial anak perempuan dan anak
laki-laki termasuk ABK; memenuhi ketersediaan pendidikan melalui pengembangan
kurikulum yang mencerminkan kebutuhan semuaanak untuk tumbuh kembang di
dunia yang sedang berubah.
a. Pengembangan Kurikulum
13
b. Sarana dan Prasarana
d. Pengelolaan
14
Pengelolaan sumber daya pendidikan mulai dari kebijakan dan anggaran
yang diatur oleh pemerintah dan pemerintah daerah teridentifikasi dengan jelas
dan dapat digunakan untuk menerapkan kesempatan belajar yang sesuai dengan
tumbuh kembang dan perlindungan anak dalam semua tahap pelaksanaannya.
15
mencakup gambaran yang jelas tentang konteks, hambatan terhadap PHPA dan
strategi untuk mengatasi hambatanPHPA dalam setiap ruang lingkupnya.
e. Pembiayaan
2. INDIKATOR
a. Pengembangan Kurikulum
i. Tersedianya kesempatan belajar dan tempat belajar yang sama dalam jarak yang
terjangkau oleh anak perempuan dan anak laki-laki termasuk anak yang
memerlukan pendidikan khusus yaitu setara dengan berjalan kaki maksimal 3 km
untuk SD/MI/SDLB dan 6 km untuk SMP/MTs/SMPLB dan
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB dari kelompok permukiman permanen di daerah
terpencil.
17
dan/atau pendidikan layanan khusus untuk belajar, memanfaatkan waktu luang
dan berkegiatan budaya bersama teman sebaya.
iv. Adanya kepastian/keterjaminan tidak ada anak yang sampai menderita karena
perlakuan diskriminasi didalam kelas maupun diluar kelas dalam pengembangan
kurikulum di sekolah/madrasah.
v. Adanya pengembangan kurikulum yang bermutu dengan menggunakan materi dan bahan
ajar yang relevan dengan keseharian peserta didik termasuk dalam keadaan darurat.
vi. Adanya ragam model penilaian dan evaluasi perkembangan belajar peserta didik
yang menjadikan kepentingan terbaik anak perempuan dan laki-laki termasuk
anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus
sebagai pertimbangan utama.
vii. Tersedianya ragam bahan ajar yang memenuhi kebutuhan belajar anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus sesuai minat, bakat dan tingkat
kemampuannya dengan kualitas/mutu dan relevan dengan nilai-nilai luhur dan
lingkungan yang layak anak.
viii. Tersedia ragam metoda pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan dan tanggap terhadap perubahan kebutuhan dan cara belajar
anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan
khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.
ix. Tersedianya wahana pengembangan komunitas anak sesuai dengan minat dan
tumbuh kembang anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang
memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus.
xi. Memfasilitasi anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus untuk mengekspresikan
diri melalui seni – musik, gambar, drama dan dalam bentuk lainnya sesuai
minat, bakat dan kemampuan anak secara individu maupun dalam komunitas.
18
i. Bangunan
19
p) Risiko-risiko yang ditimbulkan pembawa penyakit telah diminimalkan
misalnya: genangan air, lubang, bangunan kosong dan kotor, galian yang
dapat menjadi tempat pembiakan bagi binatang penyebar penyakit;
q) Harus dipastikan bersama instansi terkait dan masyarakat bahwa
kawasan sekitar sekolah terbebas dari ancaman asap rokok, narkoba,
pornografi dan pengaruh lingkungan yang buruk bagi kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang anak;
r) Letak sekolah jauh dari keramaian, tidak berdekatan dengan pusat
perbelanjaan, terminal dan pusat keramaian lainnya;
s) Tersedianya kamar mandi (WC) yang terpisah untuk anak perempuan
dan anak laki-laki yang aman, sehat dan bersih serta tersedia dengan
jumlah kamar mandi/WC untuk anak perempuan lebih banyak dari anak
laki-laki, dalam rasio yang memadai (1:40 untuk WC laki-laki dan 1:25
untuk WC perempuan);
t) Tersedianya kantin sehat dan makanan yang sehat, halal dan baik sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
u) Tersedia ruang untuk perpustakaan;
ii. Halaman
iii. Perabot
a) Perabot kuat, stabil, aman, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik;
b) Desain sesuai dengan kelompok usia peserta didik dan tinggi badan anak
perempuan dan anak laki-laki;
c) Desain meja memiliki penutup pandangan agar peserta didik perempuan
duduk dengan nyaman;
d) Meja dan kursi cukup kuat untuk tempat berlindung sementara ketika
terjadi bencana;
20
e) Meja dan kursi bersudut tumpul;
f) Perletakan meja dan kursi kelas harus memperhatikan ruang gerak yang
nyaman bagi pemakai kursi roda dan kondisi darurat;
g) Mengatur tempat duduk yang menjamin kenyamanan anak untuk
berinteraksi dengan teman sebaya dan guru;
h) Papan tulis ditempatkan pada posisi yang memungkinkan seluruh peserta
didik menjangkau dan melihat tulisan dengan jelas;
i) Stop kontak tinggi lebih kurang 1,5 meter, tidak terjangkau oleh anak
dan bisa ditutup;
j) Tiang teras bersudut tumpul;
k) Khusus untuk sekolah/madrasah di area pantai dan daerah banjir tersedia
perahu karet/pelampung;
l) Tersedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR) seperti karung goni, ember,
air atau pasir;
m) Perletakan lemari dan hiasan dinding di dalam ruang kelas harus kuat
menempel di dinding agar tidak mudah lepas jika terjadi goncangan;
n) Hal-hal yang terkait dengan kelistrikan harus tertata rapi, terletak di luar
jangkauan anak-anak dan mudah diawasi dan dirawat;
o) Tersedia sarana bagi anak untuk memajang hasil karya masing-masing
seperti papan buletin, sudut khusus yang dirancang bersama anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak-anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;
p) Tersedia sarana untuk menjaga kebersihan secara teratur; dan
q) Tersedia fasilitas dan perlengkapan untuk menumbuhkan minat, bakat
dan kemampuan anak di bidang akademik, seni, keterampilan dan
olahraga.
21
d) Setiap SD/MI/SDLB memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku
referensi serta setiap SMP/MTs/SMPLB dan
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB memiliki 200 judul buku pengayaan dan
20 judul buku referensi sebagai sumber belajar yang menunjang
gerakan aman, sehat, hijau, inklusi dan ramah anak dengan dukungan
keluarga dalam rasio yang memadai, menambah wawasan dan disukai
anak-anak.
e) Setiap sekolah dan madrasah menyediakan alat peraga dan bahan ajar
dengan rasio yang memadai untuk setiap rumpun mata pelajaran.
a) Tersedia dalam rasio yang memadai dan terjangkau oleh setiap anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan
khusus dan/atau pendidikan layanan khusus;
b) Tidak mengandung unsur-unsur yang membahayakan kesehatan dan
keselamatan.
22
vii. Tersedianya Guru Bimbingan dan Konseling yang peduli anak perempuan dan
laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan pendidikan
layanan khusus dengan rasio yang memadai.
viii. Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk
membantu meningkatkan kemampuan belajar peserta didik perempuan dan
laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan atau
pendidikan layanan khusus berdasarkan prinsip kepentingan terbaik anak.
ix. Setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil
penilaian setiap peserta didik kepada kepala sekolahpada akhir semester dalam
bentuk laporan hasil prestasi belajar peserta didik.
x. Tersedianya tenaga kependidikan yang mendukung penerapan gerakan aman,
sehat, hijau, inklusi dan ramah anak dengan dukungan keluarga.
d. Pengelolaan
23
viii.Adanya sistem pengelolaan kantin sekolah/madrasah yang menyediakan
makanan yang sehat, halal, baik dan bergizi.
ix. Adanya manajemen berbasis sekolah/madrasah yang peduli anak.
x. Adanya koordinasi sekolah/madrasah secara teratur dengan komite
sekolah/madrasah dan/atau dewan pendidikan setempat untuk
mengidentifikasi anak-anak usia sekolah yang tidak menikmati hak atas
pendidikan.
xi. Komite sekolah/madrasah mendukung program wajib belajar.
xii. Tersedianya sistem yang dapat memeriksa kehadiran peserta didik dan
mengatasi masalah yang terkait dengan ketidakhadiran mereka.
xiii.Komite sekolah/madrasah memfasilitasi kerjasama para pemangku
kepentingan.
xiv.Tersedia standar operasional prosedur dan/atau atau kode etik yang disusun,
disepakati dan dipahami oleh semua peserta didik perempuan dan anak laki-
laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus mengenai: tata tertib, anti kekerasan, anti pelanggaran hak
(bullying, perpeloncoan, pelecehan, penggunaan/pembawaan senjata dan
praktik pelanggaran hak anak lainnya) dan gerakan aman, sehat, hijau, inklusi
dan ramah anak dengan dukungan keluarga.
xv. Adanya gerakan peduli terhadap keselamatan dan keamanan anak perempuan
dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus dan/atau
pendidikan layanan khusus tidak hanya di dalam lingkungan
sekolah/madrasah tetapi juga selama dalam perjalanan menuju
sekolah/madrasah.
xvi.Melaksanakan latihan simulasi prosedur evakuasi dan tanggap darurat yang
dilaksanakan secara periodik.
xvii. Komite sekolah/madrasah membentuk Tim Pengembang SRA yang
melibatkan anak perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus dan pendamping
mereka.
xviii. Peraturan penerimaan peserta didik di sekolah/madrasah
mengutamakan kepentingan terbaik anak.
xix. Adanya kriteria penerima beasiswa yang disusun secara partisipatif
dengan dukungan akuntabilitas dan kepastian/keterjaminan terutama untuk
mencegah anak putus sekolah.
xx. Mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi penerapan SRA yang
melibatkan para pemangku kepentingan termasuk anak yang memberikan
perhatian mengenai kecukupan gizi anak, kondisi kesehatan anak,
24
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan partisipasi anak termasuk dalam
keadaan darurat.
e. Pembiayaan
25
adanya jaminan ketersediaan anggaran, kesehatan, keselamatan, aksesibilitas termasuk
kelayakan bagi ABK, kenyamanan dan keamanan bagi anak dan warga
sekolah/madrasah setiap saat.Pelembagaan aktivitas anak, warga sekolah/madrasah
dalam upaya penerapan sekolah ramah anak terintegrasi dengan model PHPA yang
sudah berjalan seperti sekolah aman, sekolah sehat, hijau, inklusi dan ramah anak
diyakini sebagai pendukung keberhasilan termasuk proses pembelajaran di dalam
kelas;
4. Data dan informasi mengenai penerapan sekolah aman, sehat, hijau, inklusi, ramah
anak dan keluarga yang dihasilkan oleh EDS disamping bermanfaat bagi sekolah
untuk dasar penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Rencana Kegiatan Sekolah
(RPS/RKS) serta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah/Rencana
Anggaran Kegiatan Sekolah (RAPBS/RAKS), juga amat berguna bagi jajaran
Kabupaten/kota khususnya Dinas Pendidikan dan Kantor Kemenag. Melalui kegiatan
Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MSPD) yang dilaksanakan oleh
Pengawas, data tersebut dijadikan dasar laporan MSPD. Perlu dicatat, bahwa
efektivitas MSPD sangat tergantung pada mutu pelaksanaan EDS sehingga EDS
memerlukan kejujuran untuk memperoleh data yang sebenarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan;
5. Penguatan Peran Dunia Usaha. Kepedulian dan komitmen pihak swasta yang sangat
tinggi terhadap pemenuhan hak anak dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia
Indonesia sejak anak usia dini makin menguat dengan dibentuknya Asosiasi
Perusahaan Sahabat Anak Indonesia (APSAI).
26
E. PRAKTIK-PRAKTIK BAIK
27
BAB III
PERAN, STRATEGIDAN MEKANISME KERJA
1. Anak
a. Peserta didik melembagakan ragam aktivitas penerapan SRA sesuai minat, bakat,
dan kemampuannnya di sekolah/madrasah masing-masing
b. Peserta didik menjadi tutor sebaya untuk menerapkan SRA di rumah, komunitas,
sekolah/madrasah terdekat.
c. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif dalam penerapan Sekolah Ramah Anak
melalui koordinasi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) untuk
SMP/SMPLB/MTs/SMA/MA/SMK atau melalui komunitas anak untuk usia
SD/MI/SDLB di Forum Anak.
2. Keluarga
a. Prinsip-prinsip dan nilai-nilai SRA diterapkan oleh orangtua/wali dan anggota
keluarga dalam pendidikan, perawatan dan pengasuhan anak sejak usia dini untuk
menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak;
b. Keluarga terutama orangtua/wali mendukung peningkatan partisipasi anak dalam
upaya penerapan SRA mulai dengan menggiatkan Obrolan Pendidikan Ramah
Anak di rumah kemudian dalam pertemuan orangtua murid dan guru di kelas dan
dalam pertemuan komite sekolah/madrasah ;
c. Keluarga terutama orangtua/wali bersama-sama dengan warga sekolah/madrasah
termasuk anak perempuan dan anak laki-laki, menyusun Rencana Aksi Menuju
SRA dalam pertemuan komite sekolah/madrasah; dan
d. Keluarga dapat bergabung dalam komunitas yang mendukung anak-anak mereka
dalam mempelajari, memantau dan menyebarluaskan penerapan SRA.
3. Satuan Pendidikan
28
a. Menyusun dan mengintegrasikan Rencana Aksi Menuju SRA kedalam kebijakan
satuan pendidikan;
b. Koordinasi dengan para pemangku kepentingan termasuk anak perempuan dan
laki-laki melalui pertemuan Komite sekolah/madrasah;
c. MenerapkanSRA; dan
d. Menyusun pelaporan terhadap penerapanSRA.
4. Masyarakat
a. Masyarakat penyelenggara pendidikan formal, pendidikan nonformal/informal
berupaya secara sungguh-sungguh untuk menerapkan SRA;
b. Masyarakat melalui Komite Sekolah/Madrasah secara proaktif memberikan
dukungan sumber daya yang diperlukan dalam penerapan SRA;
c. Masyarakat melalui Komite Sekolah/Madrasah dapat bekerjasama dalam
melakukan kajian kerentanan anak terhadap masalah-masalah yang menghambat
penerapan SRA; dan
d. Masyarakat secara proaktif melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap
kebijakan dan alokasi anggaran penerapan SPM PAUD/pendidikan
dasar/pendidikan menengah/madrasah dalam upaya penerapan Sekolah Ramah
Anak.
5. Dunia Usaha
6. Media Massa
a. Membangun pencitraan yang baik tentang penerapan SRA secara transparan dan
bertanggung jawab; dan
b. Sosialisasi dan publikasi praktek-praktek baik penerapan SRA di rumah,
sekolah/madrasah dan komunitas.
7. Kelurahan/Desa
a. Sinkronisasi dan integrasi penerapan SRA dalam konteks pembangunan
berkelanjutan di Kelurahan/Desa.
b. Peningkatan partisipasi anak dalam penerapan SRA melalui Musrenbang Desa.
8. Kecamatan
29
a. Sinkronisasi dan integrasi penerapan SRA dalam konteks pembangunan
berkelanjutan di Kecamatan.
b. Peningkatan partisipasi anak dalam penerapan SRA melalui Musrenbang
Kecamatan.
9. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Sinkronisasi dan integrasi penerapan SRA dalam konteks pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten/Kota.
b. Peningkatan partisipasi anak dalam penerapan SRA melalui Musrenbang
Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan partisipasi publik termasuk anak dalam melakukan optimalisasi
penerapan SRA melalui alokasi sekurang-kurangnya 20 (duapuluh) persen
dari APBD untuk pendidikan dalam kelima ruang lingkupnya; dan
d. Melakukan pembinaan, pengendalian, pengawasan dan pelaporan terhadap
penerapanSRA di Kabupaten/Kota.
11. Pemerintah
a. Sinkronisasi dan integrasi penerapan SRA dalam konteks pembangunan
berkelanjutan di K/L/D/I.
b. Peningkatan partisipasi anak dalam penerapan SRA melalui Musrenbang.
c. Melakukan sosialisasi dan advokasi penerapan SRA;
d. Pemantauan dan Evaluasi penerapan SRA di tingkat nasional; dan
e. Memperkuat peran Gubernur dan Bupati/Walikota dalam upaya Penerapan
SRA.
B. STRATEGI
30
Tema strategis bidang pendidikan pada periode tahun 2010-2014 menekankan
pada pembangunan penguatan pelayanan prima pendidikan dalam hal ketersediaan,
keterjangkauan, kualitas/mutu dan relevansi, kesetaraan dan kepastian/keterjaminan.
Akses pendidikan yang semakin mudah dan akuntabilitas publik yang semakin
transparandidukung dengan mutu layanan prima pendidikan yang bermuara pada
kepentingan terbaik anak. Implementasi dan operasi yang optimal terhadap tata nilai,
sistematika dan prosedur, serta koordinasi kerja yang terstruktur di
Kementerian/Lembaga/Daerah/Instansi (K/L/D/I), dunia usaha, media massa, masyarakat
sampai keluarga menjadi modal utama dalam mewujudkan penerapan SRA.
1. Sinkronisasi Kebijakan
Sinkronisasi dilakukan melalui kebijakan yang ada pada masing-masing
K/L/D/Idalam mendukung penerapan SRA.
Merujuk pada pengalaman implementasi KLA, penerapan SRA dan perluasan dampaknya
dilakukan secara simultan melalui pendekatan-pendekatan:
1. Kombinasi antara bottom up dan top-down dan perluasan cakupan wilayah percontohan
KLA diperkuat dengan Penerapan SRA dapat dilakukan melalui pendekatan :
Replikasi Internal
Replikasi Eksternal
2. Bottom-up : dimulai dari keluarga dengan Ragam Kegiatan 20 Menit yang Memukau 1
menemani anak menyusun Buku Daftar Rencana Anak Mandiri (DReAM) sebagai model
penerapan SRA mulai dari rumah secara individu kemudian mengajak teman-teman
sebaya anak. Secara proaktif, orangtua/wali dapat menjangkau Pertemuan Persatuan Orang
Tua Murid dan Guru (POMG) di kelas tempat ananda belajar sebagai wahana untuk
mengapresiasi kegiatan 20 menit yang memukau tersebut. Ananda dan teman-teman
sekelasnya difasilitasi untuk merencanakan, melaksanakan, melaporkan ragam kegiatan 20
menit yang memukau di rumah masing-masing dalam pertemuan POMG kelas. Kegiatan
ini meluas ke kelas-kelas lainnya dengan mendorong anak-anak untuk mengaktifkan
Obrolan Pendidikan Ramah Anak dalam pertemuan Komite Sekolah/Madrasah. Gerakan
masyarakat ini meluas ke desa/kelurahan untuk mewujudkan “DESA/KELURAHAN
LAYAK ANAK”, selanjutya meluas ke kecamatan-dalam wujud, “KECAMATAN
LAYAK ANAK”, berujung pada kabupaten/kota-dalam wujud “KABUPATEN/KOTA
LAYAK ANAK”. Seluruh rangkaian ini dikemas dalam Gerakan Membangun Indonesia
Ramah Anak (GeMBIRA) bersama Keluarga Peduli Pendidikan.
3. Top-Down : dimulai dengan fasilitasi dari tingkat nasional, menuju provinsi dan berujung
pada kabupaten/kota, dalam wujud “KABUPATEN/KOTA LAYAK ANAK” dengan
1
http://female.kompas.com/read/2011/05/20/19553570/Siap.Ikut.Gerakan.Mendongeng.20.Menit.
32
penerapan SRA sebagai salah satu indikator dalam Kluster IV. Secara garis besar
digambarkan sebagai berikut:
D
G
PemKab/Kota KLUSTER IV: PENDIDIKAN,dlll N
Badan PPKB
Urusan anak G
U
G
U
UPTD Pendidikan KLUSTER IV: PENDIDIKAN,dll S
(hanya di
Kabupaten) untuk
K
kota langsung ke
disdik kota L
A
SATUAN PENDIDIKAN
(PAUDNI, SD/MI/SDLB, SMP/MI/SMPLB, SMA/SMALB/SMK/MAN)
a. Koordinasi
Koordinasi dilaksanakan melalui berbagai pertemuan, yaitu:
33
Gugus KLA. Tahapan persiapan/awal kegiatan dilaksanakan menjelang akhir
tahun anggaran untuk memastikan pemerintah dan pemerintah daerah
mengalokasikan anggaran yang memadai untuk Penerapan SRA.
2) Sinkronisasi dan integrasi regulasi dan kebijakan anggaran yang mendukung
Penerapan SRA mengacu pada RPJMN, renstra K/L terkait dan RPJMD
diramu kedalam Rencana Aksi Nasional Penerapan SRA sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing K/L/D/I terintegrasi
kedalam Rencana Aksi Nasional Gugus KLA.
3) Kluster IV menggali dan menyamakan persepsi dan pemahaman,
usulan/masukan, pelaporan hasil pelaksanaan yang dicapai tahun sebelumnya,
alokasi pendanaan pada tahun anggaran dan konsep rencana penganggaran
kemudian.
4) Pada pelaksanaan koordinasi nasional ini Kluster IV Gugus KLA di tingkat
Pusat perlu melibatkan Tim Pembina UKS Pusat, Forum Kordinasi Nasional
Pendidikan Untuk Semua, Forum Anak Nasional dan perwakilan masyarakat
madani lainnya.
5) Koordinasi di lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
perlindungan Anak dilaksanakan secara berkala dan diagendakan dalam jadwal
rutin Menteri Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak. Koordinasi ini
berfungsi sebagai sarana untuk pelaporan seluruh pelaksanaan kegiatan
Penerapan SRA terintegrasi pelaporan 5 kluster dalam Gugus KLA lainnya.
6) Koordinasi penerapan SRA oleh Kluster IV dilaksanakan setiap bulan untuk
mendiskusikan mengenai hasil pengumpulan data mutakhir, sasaran yang sudah
dilakukan, kemajuan pelaksanaan kegiatan, rencana kerja selanjutnya.
7) Pada pelaksanaan Koordinasi ini khususnya pada Deputi Tumbuh Kembang
Anak, dan Penanggung Jawab Kegiatan terkait Penerapan SRA.
8) Pada waktu tertentu pada koordinasi bulanan ini dapat juga mengundang
perwakilan penyelenggara sekolah/madrasah/satuan pendidikan lainnya,
anak, keluarga, pendidik dan tenaga kependidikan, media massa dan
mitra K/L/D/I serta mitra Pembangunan Internasional terkait.
9) Koordinasi di tingkat Provinsi, dilaksanakan oleh Kluster IV dalam Gugus
KLA tingkat provinsi dilakukan secara berkala, berfungsi sebagai sarana
koordinasi antara Kluster IV, TP UKS tingkat Provinsi, Forum Kordinasi
Pendidikan Untuk Semua di tingkat Provinsi, Forum Anak di tingkat provinsi,
mitra penyelenggara pendidikan dan jika dimungkinkan juga melibatkan forum
CSR, P2TP2A serta mitra masyarakat madani lainnya
34
10) Koordinasi di tingkat Kabupaten/Kota, dilaksanakan oleh Kluster IV
dalam Gugus KLA tingkat Kabupaten/Kota dilakukan secara berkala,
berfungsi sebagai sarana koordinasi antara Kluster IV, TP UKS tingkat
Kabupaten/Kota, Forum Kordinasi Pendidikan Untuk Semua di tingkat
Kabupaten/Kota, Forum Anak di tingkat Kabupaten/Kota, dan mitra
penyelenggara pendidikan jika dimungkinkan juga melibatkan forum CSR,
P2TP2A serta mitra masyarakat madani lainnya
11) Koordinasi ini bertujuan untuk melakukan evaluasi data, laporan daftar satuan
pendidikan yang telah terjangkau pembinaan serta kemajuan pelaksanaannya,
menggali pendapat donor dan Lembaga Kemitraan untuk Pendidikan ramah Anak,
laporan daftar satuan pendidikan yang belum terjangkau, rencana kegiatan
selanjutnya, daftar perincian masalah yang berpotensi menghambat
pembinaan, rencana antisipasi dan hal yang perlu dilakukan.
b. Perencanaan
35
akhir setiap tahap kegiatan. Hasil kajian Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
menjadi umpan balik dalam penerapan SRA secara berkelanjutan sebagai salah
satu indikator dalam Kluster IV Gugus KLA
36
BAB IV
PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN
Penerapan SRA dapat berjalan dengan baik, apabilapemantauan dan evaluasi dilakukan
secara efektif dan terpadu. Hasil pemantauan dan evaluasi penerapan SRAdapat dimanfaatkan
dalammendukung kinerja SPN secara terprogram dan sistematis.
A. PEMANTAUAN
3. Memantau proses dan hasil penerapan SRA dalam kelima ruang lingkup penerapan
SRA, meliputi: proses sosialisasi program, pengolahan data, penyelenggaraan dan
pemanfaatan program;
B. EVALUASI
37
Evaluasi akan menilai kriteria penerapan SRA secara berjenjang:
1. Evaluasi diri sekolah ramah anak di tingkat satuan pendidikan, dilaksanakan sesuai
dengan indikator penerapan SRA dan Peran Para Pemangku Kepentingan utama;
a. sosialisasi program;
b. pengolahan data;
c. penyelenggaraan; dan
C. PELAPORAN
39
BAB V
PENUTUP
Petunjuk Teknis Penerapan SRA ini diharapkan akan menjadi acuan bagi semua
pemangku kepentingan dalam penerapan SRA baik pada tingkat pemerintah, provinsi,
kabupaten/kota, dunia usaha/swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat
dan anak.
Tentunya Petunjuk Teknis ini jauh dari sempurna, tambahan kelengkapan data
permasalahan anak dan praktik-praktik baik masih diperlukan untuk menyempurnakan
petunjuk teknis ini. Masukan, saran, dan kritik dari berbagai pihak diharapkan dapat
melengkapi dan memperbaiki Petunjuk Teknis ini.
40
DAFTAR PUSTAKA
Asdep Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus, Deputi Bidang perlindungan anak, KPPPA.
(2010). Karakteristik Anak berkebutuhan Khusus. Jakarta: KPPPA.
Balitbang Kemendiknas RI. (2008). Buku saku pendidikan tahun 2007/2008. Jakarta:
Kemendiknas RI.
Balitbang Kemendiknas RI. (2009). Data Sekolah Luar Biasa (SLB) tahun 2008/2009.
Jakarta: Kemendiknas RI.
BNPB (2012). Peraturan Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2012: Pedoman Penerapan
Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana. Jakarta : BNPB
Deputi Bidang TKA, KPPPA. (2009). Pedoman Kabupaten/Kota Layak Anak. Jakarta:
KPPPA.
Education Section Programme Division, UNICEF. (2009). Child Friendly School (Sekolah
Ramah Anak). New York: UNICEF.
Gugus Tugas SSB. (2011). Kerangka Kerja Sekolah Siaga Bencana. Jakarta: KPB.
Kemendiknas RI, BNPB dan Bank Dunia. 2011. Kerusakan Sekolah dan Resiko Bencana
Gempa, Tsunami dan Gunung Merapi. Jakarta:
Kementerian pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. (2009). Data Anak Korban
Kekerasan. Jakarta: KPPPA.
41
KPPPA dan BPS. (2010). Kondisi Perempuan dan Anak Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
KPPPA.
Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI) dan Plan Indonesia (2011). Standar-
Standar Minimum untuk Pendidikan: Kesiapsiagaan, Respon, Pemulihan, edisi
versi bahasa Indonesia dari INEE Edisi Cetak Ketiga. Jakarta:MOC Publishing.
Regional Advisor, Programme Communication UNICEF Regional Office for South Asia
(ROSA). (2005). Strategic Communication– for Behaviour and Social Change in
South Asia. Nepal: UNICEF.
Ridho, Irsyad. (2008). Strategi Wacana Sekolah Rumah: Studi Awal Tentang Sekolah Rumah
Jakarta: Litbang KerLiP.
Tim Pembina UKS Pusat. (2008). Sekolah Sehat. Jakarta: Kemendiknas RI.
Tim Pengarah Penyusunan PNBAI 2015.(2004). Buku 3: Uraian Per Bidang Program
Nasional Bagi Anak Indonesia 2015. Jakarta: Bappenas.
Tim Penyusun Laporan MDGs Indonesia 2010. (2011). Laporan Pencapaian MDGs Indonesia
2010. Jakarta: Bappenas.
Tim Penyusun Sosialisasi Hak-hak Anak di Indonesia. (2010). Membangun Potensi Bangsa
melalui Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak. Jakarta: KPPPA.
Tim revisi LIRP. (2007). Lingkungan Inklusif, Ramah terhadap pembelajaran (LIRP).
Jakarta: International Development Partner (IDP) – Norway.
Tim Teknis Sekolah Aman. (2011). Panduan Teknis Rehabilitasi Sekolah Aman Dengan
Dana Alokasi Khusus (DAK) Pendidikan – Tahun 2011. Jakarta: BNPB.
42
Wijanarko, Wijang. Kartiko, Aris Bambang. Kurniawan, Raditya. (2009). Bangunan Sekolah
Layak Anak. Plan Indonesia, Jakarta.
Sumber Online
www.depkes.go.id/downloads/Psikososial.PDF Psikososial2
43
GLOSSARIUM
1. Anak, adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk
yang masih dalam kandungan.
44
9. Layanan Prima Pendidikan Nasional, adalah layanan pendidikan yang: (1)
Tersedia secara merata di seluruh pelosok nusantara; (2) Terjangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat; (3) Berkualitas/bermutu dan relevan dengan kebutuhan
kehidupan bermasyarakat, dunia usaha dan dunia industri; (4) Setara bagi Warga
Negara Indonesia (WNI) dalam memperoleh pendidikan berkualitas dengan
memperhatikan keberagaman latar belakang sosial-budaya, ekonomi, geografi,
gender dan sebagainya; dan (5) Menjamin kepastian bagi WNI mengenyam
pendidikan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan masyarakat, dunia usaha dan
dunia industri.
12. Sekolah Sehat, adalah sekolah yang memiliki ciri ciri sebagai berikut:
e. Memiliki sumber air bersih yang memadai (jarak sumber air bersih dan septic
tank minimal 10 m);
13. Pelayanan Khusus, adalah berbagai upaya yang dilaksanakan untuk memulihkan
dan mengembangkan ABK untuk memperoleh bimbingan, pemenuhan kebutuhan
pokok, pemberian keterampilan, pendidikan, pemberian bantuan/fasilitas dan
pembinaan sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik
secara rohani, jasmani maupun sosial.
14. Pendidikan Khusus, merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki
tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa.
15. Pendidikan Layanan Khusus, merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami
bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
16. Psikososial, adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat
psikologi maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik.
Secara Umum: Sekolah yang mengakui dan melindungi hak-hak anak dengan
menyediakan suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran,
kesehatan, keselamatan dan keamanan siswanya terjamin setiap saat;
Secara Khusus: sekolah aman adalah sekolah yang menerapkan standar sarana dan
prasarana yang mampu melindungi warga sekolah dan lingkungan sekitarnya dari
bahaya bencana.
46
Berkaitan dengan pengurangan resiko bencana: Sekolah Aman, adalah komunitas
pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat, sadar akan resiko,
memiliki rencana yang matang dan mapan sebelum, saat dan sesudah bencana dan
selalu siap untuk merespon pada saat darurat dan bencana.
18. Tim Evaluasi KLA, adalah Tim yang membantu Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak RI dalam melaksanakan evaluasiKLA di
lingkup nasional.
19. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), adalah suatu wahana untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang
pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI, 1986).
UKS ini juga merupakan upaya terpadu lintas program dan lintas sektoral. Apabila
ditinjau dari sudut pembangunan di bidang kesehatan, UKS adalah salah satu
strategi untuk mencapai kemandirian masyarakat khususnya peserta didik dalam
mengatasi masalah kesehatan dan menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan
yang selanjutnya akan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes RI,
1995).
20. Pemerintah Daerah, adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat
daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
47
LAMPIRAN I
Setiap keluarga dapat berpartisipasi aktif dalam Penerapan SRA dengan menjalankan
Ragam Kegiatan 20 menit yang Memukau bersama ananda tercinta melalui langkah-
langkah berikut:
48
mengirimkan 3 (tiga) buah foto karya mandiri yang paling disukai ananda ke
email: gembirabersamakerlip@gmail.com
10. Buat kesepakatan untuk menyelesaikan setiap tahap kegiatan
11. Foto essay karya Ananda dapat ditampilkan dan dipresentasikan dalam pertemuan
Persatuan Orangtua Murid dan Guru (POMG) di kelas
12. Ajak Ananda belajar bersama menyanyikan lagu terkait evakuasi gempa
13. Ayah dan bunda dapat mendukung Ananda untuk mengundang teman-teman
sekelasnya bermain dan belajar bersama di rumah untuk membuat buku DReAM
tentang kelas idaman anak dan menyanyikan lagu evakuasi gempa tersebut.
14. Setiap anak diberi kesempatan untuk memotret setiap tahap kegiatan dan
menyusun foto essay dalam Buku DReAM tentang kelas idaman anak dan
keluarga
15. Temani Ananda merancang usulan kegiatan Menuju Sekolah Ramah Anak
(MeSRA) dalam bentuk Obrolan Pendidikan Ramah Anak (OPERA) pada
pertemuan POMG berikutnya
16. Hubungi pengurus POMG kelas ananda untuk meminta waktu khusus bagi ananda
untuk menyampaikan rancangan OPERA MeSRA tersebut
17. Temani Ananda untuk bertemu dengan pengurus POMG
18. Jika jadwal dan rancangan OPERA sudah disepakati, temani Ananda untuk
menyiapkan bahan presentasi, absen dan undangan istimewa OPERA MeSRA
dengan tema pilihan ananda bersama teman-teman sekelasnya.
19. Setiap keluarga diminta untuk membawa makanan favorit tanda cinta dari
keluarga untuk Potluck Aman, Sehat, Bersih dan Halal (ASIH) dalam sesi ramah
tamah dan penutupan
20. Fasilitasi Ananda dan teman-temannya untuk bergantian memotret setiap tahap
kegiatan mulai dari persiapan sampai penutupan OPERA MeSRA
21. Sampaikan ajakan kepada keluarga-keluarga lainnya untuk memulai 20 menit
yang memukau dengan menyusun narasi serunya OPERA MeSRA bersama
Ananda tercinta sambil menikmati foto-foto karya Ananda
22. Ayah dan bunda dapat membantu ananda dan pengurus POMG untuk
mengumpulkan foto essay dan narasi karya setiap anak dengan dukungan keluarga
dalam bentuk file dan hard copy.
49
23. Nikmati kembali saat bersama Ananda dengan menemani ananda merancang
kegiatan tutor sebaya di kelas lain
24. Fasilitasi Ananda untuk dapat memotret kegiatan tutor sebaya tersebut.
25. Pastikan dalam POMG berikutnya seluruh foto essay dan narasi yang
dikumpulkan dapat dipamerkan dan mendapat komentar tertulis dari setiap
keluarga yang hadir dalam POMG tersebut.
26. Seluruh foto essay dan narasi dapat dikirimkan ke email
gembirabersamakerlip@gmail.com untuk memenuhi persyaratan ananda menjadi
Duta Anak untuk Sekolah/Madrasah Aman dari bencana.
27. Ananda berhak atas PIN dan Sertifikat yang akan diterbitkan oleh Sekretariat
Nasional Sekolah Aman bersama mitra K/L/D/I dan jika dimungkinkan
menerimanya langsung pada Annual Family Gathering, “GeMBIRA bersama
Keluarga Peduli Pendidikan setiap bulan Februari mulai tanggal 16 Februari 2013.
50
LAMPIRAN II
EVALUASI DIRI SEKOLAH RAMAH ANAK
PADA SATUAN PENDIDIKAN (SD/MI/SDLB,SMP/MTS/SMPLB,
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB)
1. Formulir ini diisi oleh Tim Pengembang Sekolah Ramah Anak atas persetujuan komite
sekolah/madrasah dan kepala sekolah/madrasah dengan menyertakan pendapat peserta
didik perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus bersama pendamping masing-masing.
2. Silakan beri tanda (√) pada kolom 3 sesuai dengan hasil pemeriksaan.
3. Jawaban hanya ada pilihan: “Ya dan Tidak”. Untuk jawaban “Ya” artinya apa yang
dinyatakan sudah tersedia dengan bukti yang bersesuaian. Contoh untuk pernyataan poin
1.2 , “Adanya kepastian/ keterjaminan bahwa tidak ada anak yang sampai menderita
karena perlakuan diskriminasi didalam kelas maupun diluar kelas, Kalau jawaban ”Ya”
yang diberi tanda (√) , maka di sekolah/madrasah tersebut sudah tersedia aturan atau
kode etik tentang anti diskriminasi disekolah, dan jika masih belum terpikirkan dan belum
ada aturan atau kode etik maka beri tanda (√) pada kolom ” Tidak”.
4. Tim Pengembang Sekolah Ramah Anak menyusun dan menandatangani Berita Acara
Evaluasi Diri Sekolah Ramah Anak pada Satuan Pendidikan
a) Tumbuh:
i. Memenuhi indikator SRA yang sesuai dengan indikator SPM pendidikan
dasar/pendidikan menengah/madrasah
ii. Ada peserta didik perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus yang memenuhi salah
satu dari 3 (tiga) peran peserta didik dalam Penerapan SRA
51
iii. Ada keluarga yang memenuhi salah satu peran keluarga dalam Penerapan SRA
b) Kembang.
i. Memenuhi kategori Tumbuh
ii. Memenuhi satu indikator SRA dalam 5 (lima) ruang lingkup yang bersesuaian
dengan indikator sekolah aman/bersih dan sehat/hijau/adiwiyata/inklusi
c) Mandiri:
i. Memenuhi seluruh indikator SRA
ii. Ada peserta didik perempuan dan laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan layanan khusus yang memenuhi 3
(tiga) peran dalam Penerapan SRA
iii. Ada keluarga yang memenuhi 4 (empat) peran keluarga dalam Penerapan SRA
iv. Memenuhi 4 (empat) peran satuan pendidikan dalam penerapan SRA.
DAFTAR PERIKSA
PEMANTAUAN DAN EVALUASI INDIKATOR PENERAPAN SRA PADA SATUAN
PENDIDIKAN
1. Nama Sekolah :
2. Desa/Kelurahan :
3. Kecamatan :
4. Kabupaten/Kota :
5. Provinsi :
6. Peran Pemangku Kepentingan Utama :
NO INDIKATOR JAWABAN JUMLAH VERIFIKASI
PARTISIPAN
a. Anak Ya Tidak P L
a. Peserta didik melembagakan ragam
aktivitas penerapan SRA sesuai
minat, bakat, dan kemampuannnya di
sekolah/madrasah masing-masing
b. Peserta didik menjadi tutor sebaya
untuk menerapkan SRA di rumah,
komunitas, sekolah/madrasah
terdekat.
c. Peserta didik dapat berpartisipasi aktif
dalam penerapan Sekolah Ramah
52
Anak melalui koordinasi Organisasi
Siswa Intra Sekolah (OSIS) untuk
SMP/SMPLB/MTs/SMA/MA/SMK
atau melalui komunitas anak untuk
usia SD/MI/SDLB di Forum Anak.
b Keluarga
a. Prinsip-prinsip dan nilai-nilai SRA
diterapkan oleh orangtua/wali dan
anggota keluarga dalam pendidikan,
perawatan dan pengasuhan anak sejak
usia dini untuk menjamin
kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak;
b. Keluarga terutama orangtua/wali
mendukung peningkatan partisipasi
anak dalam upaya penerapan SRA
mulai dengan menggiatkan Obrolan
Pendidikan Ramah Anak di rumah
kemudian dalam pertemuan orangtua
murid dan guru di kelas dan dalam
pertemuan komite sekolah/madrasah ;
c. Keluarga terutama orangtua/wali
bersama-sama dengan warga
sekolah/madrasah termasuk anak
perempuan dan anak laki-laki,
menyusun Rencana Aksi Menuju
SRA dalam pertemuan komite
sekolah/madrasah; dan
d. Keluarga dapat bergabung dalam
komunitas yang mendukung anak-
anak mereka dalam mempelajari,
memantau dan menyebarluaskan
penerapan SRA.
C Satuan Pendidikan
a. Menyusun dan mengintegrasikan
Rencana Aksi Menuju SRA kedalam
kebijakan satuan pendidikan;
b. Koordinasi dengan para pemangku
kepentingan termasuk anak
perempuan dan laki-laki melalui
53
pertemuan Komite sekolah/madrasah;
c. Menerapkan SRA; dan
d. Menyusun pelaporan penerapanSRA.
57
pembawa penyakit telah diminimalkan
misalnya: genangan air, lubang,
bangunan kosong dan kotor, galian yang
dapat menjadi tempat pembiakan bagi
binatang penyebar penyakit;
q) Harus dipastikan bersama instansi terkait
dan masyarakat bahwa kawasan sekitar
sekolah terbebas dari ancaman asap
rokok, narkoba, pornografi dan pengaruh
lingkungan yang buruk bagi
kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak;
r) Letak sekolah jauh dari keramaian, tidak
berdekatan dengan pusat perbelanjaan,
terminal dan pusat keramaian lainnya;
s) Tersedianya kamar mandi (WC) yang
terpisah untuk anak perempuan dan anak
laki-laki yang aman, sehat dan bersih
serta tersedia dengan jumlah kamar
mandi/WC untuk anak perempuan lebih
banyak dari anak laki-laki, dalam rasio
yang memadai (1:40 untuk WC laki-laki
dan 1:25 untuk WC perempuan);
t) Tersedianya kantin sehat dan makanan
yang sehat, halal dan baik sesuai
peraturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia.
u) Tersedia ruang untuk perpustakaan;
ii. Halaman
a) Tersedia fasilitas bermain yang memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan,
kemudahan, kenyamanan dan keamanan
bagi kelangsungan hidup dan tumbuh
kembang anak perempuan dan laki-laki
termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus.
b) Saluran air hujan di halaman mampu
menyerap air hujan dengan cepat dan tidak
membahayakan bagi anak-anak yang
58
melintas di dekatnya.
iii. Perabot
a) Perabot kuat, stabil, aman, dan mudah
dipindahkan oleh peserta didik;
b) Desain sesuai dengan kelompok usia
peserta didik dan tinggi badan anak
perempuan dan anak laki-laki;
c) Desain meja memiliki penutup
pandangan agar peserta didik
perempuan duduk dengan nyaman;
d) Meja dan kursi cukup kuat untuk
tempat berlindung sementara ketika
terjadi bencana;
e) Meja dan kursi bersudut tumpul;
f) Perletakan meja dan kursi kelas harus
memperhatikan ruang gerak yang
nyaman bagi pemakai kursi roda dan
kondisi darurat;
g) Mengatur tempat duduk yang
menjamin kenyamanan anak untuk
berinteraksi dengan teman sebaya dan
guru;
h) Papan tulis ditempatkan pada posisi
yang memungkinkan seluruh peserta
didik menjangkau dan melihat tulisan
dengan jelas;
i) Stop kontak tinggi lebih kurang 1,5
meter, tidak terjangkau oleh anak dan
bisa ditutup;
j) Tiang teras bersudut tumpul;
k) Khusus untuk sekolah/madrasah di area
pantai dan daerah banjir tersedia perahu
karet/pelampung;
l) Tersedia Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) seperti karung goni, ember, air
atau pasir;
m) Perletakan lemari dan hiasan dinding di
dalam ruang kelas harus kuat
menempel di dinding agar tidak mudah
lepas jika terjadi goncangan;
n) Hal-hal yang terkait dengan kelistrikan
harus tertata rapi, terletak di luar
59
jangkauan anak-anak dan mudah
diawasi dan dirawat;
o) Tersedia sarana bagi anak untuk
memajang hasil karya masing-masing
seperti papan buletin, sudut khusus
yang dirancang bersama anak
perempuan dan laki-laki termasuk
anak-anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus;
p) Tersedia sarana untuk menjaga
kebersihan secara teratur; dan
q) Tersedia fasilitas dan perlengkapan
untuk menumbuhkan minat, bakat dan
kemampuan anak di bidang akademik,
seni, keterampilan dan olahraga.
iv. Buku dan Sumber Belajar
a) Buku-buku tidak mengandung materi-
materi yang mendiskriminasikan
perempuan dan/atau laki-laki (bias
gender) termasuk anak-anak yang
memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus;
b) Tidak mengandung unsur-unsur
kekerasan, pornografi dan pelecehan;
c) Setiap sekolah dan madrasah
menyediakan buku teks yang sudah
ditetapkan kelayakannya oleh
pemerintah untuk setiap mata pelajaran
dengan perbandingan 1 set untuk setiap
peserta didik perempuan dan laki-laki
termasuk anak-anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus di sekolah/madrasah.
d) Setiap SD/MI/SDLB memiliki 100
judul buku pengayaan dan 10 buku
referensi serta setiap
SMP/MTs/SMPLB dan
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB memiliki
200 judul buku pengayaan dan 20 judul
60
buku referensi sebagai sumber belajar
yang menunjang gerakan aman, sehat,
hijau, inklusi dan ramah anak dengan
dukungan keluarga dalam rasio yang
memadai, menambah wawasan dan
disukai anak-anak.
e) Setiap sekolah dan madrasah
menyediakan alat peraga dan bahan ajar
dengan rasio yang memadai untuk
setiap rumpun mata pelajaran.
v. Fasilitas dan Perlengkapan Untuk
Bermain dan Olah Raga
a) Tersedia dalam rasio yang memadai dan
terjangkau oleh setiap anak perempuan dan
laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus.
b) Tidak mengandung unsur-unsur yang
membahayakan kesehatan dan keselamatan.
c. PENDIDIK DAN TENAGA PENDIDIK
i. Di setiap SD/MI tersedia 1 (satu) orang
guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6
(enam) orang guru untuk setiap satuan
pendidikan dan untuk daerah khusus 4
(empat) orang guru setiap satuan
pendidikan;
ii. Di setiap SMP/MTs dan
SMA/MA/SMK/MAK tersedia 1 (satu)
orang guru untuk setiap mata pelajaran
dan untuk daerah khusus tersedia satu
orang guru untuk setiap rumpun mata
pelajaran;
iii. Di setiap SD/MI/SDLB tersedia 2 (dua)
orang guru yang memenuhi kualifikasi
akademi S-1 atau D – lV dan 2(dua)
orang guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik,
iv. Di setiap SMP/MTs/SMPLB dan
SMA/MA/SMK/MAK /SMLB tersedia
guru dengan kualifikasi akademik S-
61
1atau D – lV sebanyak 70 % dan separuh
diantaranya (35 % dari keseluruhan
guru) telah memiliki sertifikat pendidik
untuk daerah khusus masing-masing
sebanyak 40% dan 2 0 %.
v. Disetiap SMP/MT/SMPLB dan
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB tersedia
guru dengan kualifikasi akademik S-1
atau D-IV dan telah memiliki sertfifikat
pendidik masing-masing untuk mata
pelajaran Matematika, IPA, Bahasa
Indonesia, dan Bahasa Inggris.
vi. Semua kepala SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB, dan
SMA/MA/SMK/MAK/SMLB
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV
dan telah memiliki sertfifikat pendidik.
vii. Semua pengawas sekolah dan madrasah
berkualifikasi akademik S-1 atau D-IV
dan telah memiliki sertfifikat pendidik.
viii. Setiap guru tetap bekerja 37, 5 jam
perminggu disatuan pendidikan,
termasuk melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, membimbing
atau melatih peserta didik dan
melaksanakan tugas tambahan.
ix. . Setiap guru menerapkan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang
peduli anak dan berwawasan gender
serta disusun berdasarkan silabus untuk
setiap mata pelajaran yang diampunya
termasuk untuk pendidikan khusus dan
pendidikan layanan khusus.
x. Ada guru yang mengikuti pelatihan
penerapan sekolah/madrasah aman,
sehat, hijau, inklusi dan ramah anak di
sekolah/madrasah dengan dukungan
keluarga.
xi. Ada perlindungan dan bantuan hukum
bagi guru dan tenaga kependidikan
62
sebagai pekerja profesi.
xii. Kepala sekolah/madrasah memberikan
dukungan dan melakukan supervisi kelas
bagi guru untuk mengembangkan model-
model PAIKEM bagi anak serta
memberikan umpan balik kepada guru 2
kali dalam setiap semester.
xiii. Guru mengembangkan materi dan bahan
ajar yang bermutu dan relevan dengan
nilai-nilai luhur dan lingkungan yang
layak anak.
xiv. Guru mengembangkan suasana belajar
dan proses pembelajaran di
sekolah/madrasah kepada anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak
yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus
sesuai dengan tumbuh kembang minat,
bakat dan kemampuan masing-masing.
xv. Tersedianya Guru Bimbingan dan
Konseling yang peduli anak perempuan
dan laki-laki termasuk anak yang
memerlukan pendidikan khusus dan
pendidikan layanan khusus dengan rasio
yang memadai.
xvi. Setiap guru mengembangkan dan
menerapkan program penilaian untuk
membantu meningkatkan kemampuan
belajar peserta didik perempuan dan laki-
laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan atau pendidikan
layanan khusus berdasarkan prinsip
kepentingan terbaik anak.
xvii. Setiap guru menyampaikan laporan hasil
evaluasi mata pelajaran serta hasil
penilaian setiap peserta didik kepada
kepala sekolah pada akhir semester
dalam bentuk laporan hasil prestasi
belajar peserta didik.
xviii. Tersedianya tenaga kependidikan yang
63
mendukung penerapan gerakan aman,
sehat, hijau, inklusi dan ramah anak
dengan dukungan keluarga
d. PENGELOLAAN
i. Pemerintah Kota/Kabupaten memiliki
rencana dan melaksanakan kegiatan untuk
membantu satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum dan proses
pembelajaran yang efektif.
ii. Kunjungan pengawas ke satuan
pendidikan dilakukan 1 kali setiap bulan
dan setiap kunjungan selama 3 jam untuk
melakukan supervisi dan pembinaan.
iii. Kepala sekolah/madrasah menyampaikan
laporan hasil ulangan kepada orang tua
peserta didik dan menyampaikan
rekapitulasinya kepada dinas pendidikan
Kabupaten/Kota atau kantor kementerian
agama di Kabupaten/Kota pada setiap
akhir semester.
iv. Setiap satuan pendidikan menerapkan
prinsip-prinsip sekolah ramah anak dalam
manajemen berbasis sekolah.
v. Jumlah peserta didik dalam setiap
rombongan belajar untuk SD/MI tidak
melebihi 32 orang, dan untuk SMP/MTs
dan SMA/MA/SMK/MAK tidak melebihi
36 orang.
vi. Adanya partisipasi anak perempuan dan
laki-laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus dalam penyusunan rencana
program/kegiatan sekolah/madrasah.
vii. Tersedianya pengelolaan UKS yang
mendukung upaya penerapan gerakan
sekolah/madrasah aman dari bencana,
adiwiyata, bersih dan sehat, sekolah hijau,
sekolah hebat, lingkungan inklusif dan
ramah pembelajaran dan model-model
pendidikan ramah anak lainnya.
64
viii. Adanya sistem pengelolaan kantin
sekolah/madrasah yang menyediakan
makanan yang sehat, halal, baik dan
bergizi.
ix. Adanya manajemen berbasis
sekolah/madrasah yang peduli anak.
x. Adanya koordinasi sekolah/madrasah
secara teratur dengan komite
sekolah/madrasah dan/atau dewan
pendidikan setempat untuk
mengidentifikasi anak-anak usia sekolah
yang tidak menikmati hak atas pendidikan.
xi. Komite sekolah/madrasah mendukung
program wajib belajar.
xii. Tersedianya sistem yang dapat memeriksa
kehadiran peserta didik dan mengatasi
masalah yang terkait dengan
ketidakhadiran mereka.
xiii. Komite sekolah/madrasah memfasilitasi
kerjasama para pemangku kepentingan.
xiv. Tersedia standar operasional prosedur
dan/atau atau kode etik yang disusun,
disepakati dan dipahami oleh semua
peserta didik perempuan dan anak laki-
laki termasuk anak yang memerlukan
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus mengenai: tata tertib, anti
kekerasan, anti pelanggaran hak (bullying,
perpeloncoan, pelecehan,
penggunaan/pembawaan senjata dan
praktik pelanggaran hak anak lainnya) dan
gerakan aman, sehat, hijau, inklusi dan
ramah anak dengan dukungan keluarga.
xv. Adanya gerakan peduli terhadap
keselamatan dan keamanan anak
perempuan dan laki-laki termasuk anak
yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus tidak
hanya di dalam lingkungan
sekolah/madrasah tetapi juga selama
65
dalam perjalanan menuju
sekolah/madrasah.
xvi. Melaksanakan latihan simulasi prosedur
evakuasi dan tanggap darurat yang
dilaksanakan secara periodik.
xvii. Komite sekolah/madrasah membentuk
Tim Pengembang SRA yang melibatkan
anak perempuan dan laki-laki termasuk
anak yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus dan
pendamping mereka.
xviii. Peraturan penerimaan peserta didik di
sekolah/madrasah mengutamakan
kepentingan terbaik anak.
xix. Adanya kriteria penerima beasiswa yang
disusun secara partisipatif dengan
dukungan akuntabilitas dan
kepastian/keterjaminan terutama untuk
mencegah anak putus sekolah.
xx. Mengembangkan mekanisme pemantauan
dan evaluasi penerapan SRA yang
melibatkan para pemangku kepentingan
termasuk anak yang memberikan perhatian
mengenai kecukupan gizi anak, kondisi
kesehatan anak, kelangsungan hidup,
tumbuh kembang dan partisipasi anak
termasuk dalam keadaan darurat.
e. PEMBIAYAAN
i. Pemerintah dan pemerintah kabupaten/kota
mengalokasikan sekurang-kurangnya 20
(duapuluh) persen dari anggaran
pembangunan dalam menjamin
keberlanjutan dan kesetaraan bagi semua
anak perempuan dan laki-laki termasuk
anak yang memerlukan pendidikan khusus
dan/atau pendidikan layanan khusus dapat
menikmati hak atas pendidikan.
ii. Adanya partisipasi para pemangku
kepentingan termasuk anak perempuan dan
laki-laki termasuk anak yang memerlukan
66
pendidikan khusus dan/atau pendidikan
layanan khusus dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan laporan
pembiayaan yang transparan untuk
kegiatan-kegiatan yang didanai APBN,
APBD, dan sumber dana lainnya di
sekolah/madrasah.
iii. Kegiatan penyusunan, penetapan,
pelaporan, monitoring dan evaluasi,
pembinaan dan pengawasan, pembangunan
sistem informasi manajemen serta
pengembangan kapasitas untuk mendukung
sekolah ramah anak merupakan tugas dan
tanggung jawab pemerintah.
iv. Kegiatan penerapan, pencapaian
kinerja/target, pelaporan, monitoring dan
evaluasi, pembinaan dan pengawasan,
pembangunan dan sistem informasi
manajemen serta pengembangan kapasitas
merupakan tanggung jawab pemerintah
daerah dibebankan kepada APBD.
67
LAMPIRAN 2
68