Anda di halaman 1dari 12

ASKEP PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS

ANAK JALANAN

Oleh Kelompok 6:
DHEA PERTAMA SARI (18301046)
NURHIKMAH (18301060)
SUJA LASMINI (18301071)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Askep pada anak dengan kebutuhan khusus ANAK
JALAN” dapat terselesaikan sebagai tugas mata kuliah keperawatan jiwa II. Penulis ucapkan
terima kasih kepada Ibu Ns. Yeni Devita, M.Kep. selaku dosen pengampu mata kuliah
keperawatan jiwa II atas bimbingan yang diberikan dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Tidak lupa penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
penulisan makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 20 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................ 3
A. Pengertian Anak Jalanan............................................................ 3
B. Faktor Resiko untuk Anak Jalanan............................................. 3
C. Populasi Khusus pada Anak Jalanan.......................................... 5
D. Kejahatan dan Kebencian Anak Jalanan.................................... 6
E. Asuhan Keperawatan Anak Jalanan............................................ 7
BAB III PENUTUP................................................................................... 11
A. Simpulan ....................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak jalanan adalah anak- anak yang menghabiskan sebagian waktunya untuk bekerjadi
jalanan kawasan urban. Sedangkan menurut Departemen Sosial RI, anak jalanan
merupakan anak yang berusia di bawah 18 tahun dan berada di jalan lebih dari 6 jam
sehari dalam 6 hari dalam seminggu
Anak jalanan ini setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini
merupakan salah satu akibat dari krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia. Akibat dari
krisis ini banyak sekali permasalahan yang muncul baik di bidang perekonomian,sosial,
dan kesehatan.
Dalam keadaan seperti ini, sangatlah besar kemungkinan bagi anak untuk terjerumus
kejalanan. Perekonomian yang kacau akibat krisis moneter menyebabkan terjadi
pemutusan hubungan kerja dimana- mana. Hingga pada akhirnya anak- anak pun sampai
diperkerjakan oleh orang tuanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Mereka
yang seharusnya bermain dan belajar telah ikut menanggung beban keluarga. Pada
akhirnya mereka menjadi penghuni tetap jalanan yang menghabiskan waktunya untuk
bekerja dan menggantungkan hidup di jalanan sehingga mereka menjadi anak jalanan.
Jumlah anak jalanan terus bertambah setiap tahunnya. Lembaga Perlindungan Anak mencatat
pada tahun 2003 terdapat 20.665 anak jalanan di Jawa Barat dan 4.626 di antaranya berada di
kotamadya Bandung.
Data dari Pusdatin Kementerian Sosial RI tahun 2008 diketahui populasi anak jalanan di
seluruh nusantara 232.000 orang dan 12.000 diantaranya berada diwilayah Jabotabek serta
8000 ada di Jakarta. Begitu pula di Semarang yang merupakan ibu kota provinsi Jawa Tengah
jumlah anak jalanan pun semakin tahun mengalami peningkatan. Dari data pada tahun 2005
terdapat 335 anak
Pada tahun 2007 didapatkan data sebanyak 416 menurut yayasan Setara
Semarang.Peningkatan ini semakin signifikan tiap tahunnya, bahkan berdasarkan majalah
Gemari edisi 106 tahun 2010, menyebutkan bahwa jumlah anak jalanan di Semarang
mencapai hampir 2000 anak. (Ernawati, 2012)

B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kelompok khusus anak jalanan?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang bagaimana asuhan keperawatan pada pasien kelompok
khusus anak jalanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian anak jalanan

1
b. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang factor resiko untuk anak jalanan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang populasi khusu pada anak jalanan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kejahatan dan kebencian pada anak
jalanan.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak
jalanan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK JALANAN


Anak jalanan adalah anak yang berusia 5-18 tahun baik laki-laki maupun
perempuan yang menghabiskan sebagai waktunya untuk bekerj dijalan kawana urban,
memiliki komunikasi yang minimal atau sama sekali tidak pernah berkomunikasi
dengan keluarga dan kurang pengawasan, perlindungan, dan bimbingan sehingga
rawan terkena gangguan kesehatan dan psikologis.
Sedangkan menurut departemen sosial RI (2005:5), Anak jalanan adalah
anakyang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup
sehari-hari dijalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaraan di jalan dan
ditempat umum lainnya. Anak jalanan merupakan anak yang berusia dibawah 18
tahun dan berada dijalan lebih dari 6 jam sehari dalam 6 hari dalam seminggu . Akan
tetapi, secara umum anak jalana terbentuk dari dua kata yaitu anak dan jalanan. Anak
mengacu pada usia yang hingga kini masih beragam pendapatnya. Sedangkan jalanan
mengacu pada tempat dimana anak terseut beraktivitas.
B. FAKTOR RESIKO UNTUK ANAK JALANAN
Faktor resiko yang rentan dialami oleh anak jalanan dapat menjadi faktor
penyebab munculnya perilaku agresi pada anak jalanan. Beberapa faktor penyebab agresi
yang dialami anak jalanan, seperti
1. kekerasan antar anak, senior jalanan, antar kelompok, oknum aparat, oknum
pekerja sosial yang lepas kendali.
2. kekerasan seksual dan eksploitasi seksual seperti perkosaaan, sodomi, pelecehan
seksual, ayla (anak yang dilacurkan),penculikan/ perdagangan/ trafficking anak.
3. rawan tindak pelanggaran dan anak yang berkonflik dengan hokum.
4. dieksploitasi sebagai pengguna dan pengedar narkoba.
5. langkanya atau terbatasnya lembaga-lembaga recovery dan rehabilitasi yang
memadai.
6. terhambatnya hak tumbuh kembang anak dan rawan terjadinya degradasi mental,
nilai dan norma.
7. rawan sakit atau kesehatan tak terjaga dengan baik.

3
8. tertinggal dalam mengembangkan pendidikan diri dan pengembangan budaya.
9. penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
10. penganiayaan dan perlakuan tidak semestinya terhadap anak secara fisik,
seksual dan psikis. secara verbal maupun fisik.
C. POPULASI KHUSUS ANAK JALANAN
Anak jalanan yang turun ke jalan mempunyai latar belakang yang berbeda
beda dari anak yang satu dengan anak yang lainnya. Sehingga anak jalanan yang ada
di jalan tersebut tidak bisa disamakan begitu saja. Akan tetapi yang jelas kehidupan
mereka akan berbeda jika dibandinkan dengan kehidupan anak biasa yang tidak
menjadi anak jalanan. Oleh karna itu anak jalanan tersebut dapat dibedakan ke dalam
beberapa kategori.
Menurut Tjoemi s. Soemiarti ( 2004:197), anak jalanan merupakan bagian
kehidupan anak yang memiliki ciri-ciri khusus dan dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu:
1. Kelompok High risk to be steet children yitu anak jalanan yang masih
tinggal dengan orang tua , beberapa jam di jalanan kembli kerumah.
2. Kelompok children on the street yatu mereka melakukan aktivitas ekonoi
dijalanan dari pagi hingga sore hari. Dorongan ke jalan disebabkan oleh
keharusan membantu orang tua atau untuk pemenuhan kebutuhan sendiri.
3. Kelomok childreen of the street yaitu mereka telah terputus dengan
keluarga bahkan tidak lagi mengetahui keberadaan keluarganya. Hidup
dijalanan selama 24 jam, menggunakan fasilitas mobilitas yang ada di
jalanan secara garis.
Pengelompokkan anak jalanan di atas menitik beratkan pada hubungan anak
jalanan dengan keuarganya dapatdibedakan ke dalam tiga kelompok yaitu anak yang
masih tinggal dengan orang tua, anak jalanan yang sudah terputus dengan
keluarganya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Tata sudrajat (1996:154), pada umumnya


ada tiga tingkat yang menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan yaitu:

1. Tingkat Mikro (immediate cause ) yaitu faktor-faktor yang berhubungan


dengan situasi anak dalam keluarga.
2. Tingkat miso ( underlying causes) yaitu faktor-faktor yang ada
dimasyarakat tempat anak dan keluarga berada.

4
3. Tingkat makro (basic causes) yaitu faktor-faktor yang berhubungan
dengan strukutur makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik,
kebudayaan.
D. KEJAHATAN DAN KEBENCIAN TERHADAP ANAK JALANAN
Kejahatan terhadap anak jalanan adalah kekerasan dan eksploitasi seksual.
Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan seksual, terlebih
bagi anak yang tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerap kali anak jalanan perempuan
menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan, misalnya digerayangi
tubuh dan alat vitalnya. Bentuk kekerasanan lainnya adalah pemerkosaan. Pelecehan
seksual adalah suatu bentuk tindakan atau percakapan seksual, seorang dewasa mencari
kepuasan dari seorang anak. Dan pelecehan seksual pada anak dapat mencakup kontak
atau interaksi antara anak dan orang dewasa, anak tersebut digunakan untuk stimulasi
seksual oleh pelaku atau orang lain yang berada dalam posisi memiliki kekuatan atau
kendali atas korban, termasuk di dalamnya kontak fisik yang tidak pantas, membuat
pornografi atau memperlihatkan alat genital orang dewasa kepada anak
Jenis gangguan mental yang terkait dengan kejahatan adalah:
1. Skizofernia
Gangguan kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak, fungsi normal
kognitif, emosional dan tingkah laku manusia. Gangguan jiwa psikotik yang paling
lazim, dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional.
a. Penarikan diri dan realita sosial
b. Sering kali diikuti dengan delusi: Mengembangkan pemikiran/ ide yang tidak rasional
( keyakinan yang salah ) dan halusinasi.
c. Halusinasi: mengalami fenomena seperti melihat atau mendengar sesuatu yang
sebenarnya tidak ada (persepsi yang muncul tanpa ada rangsang panca indra).
d. Memiliki teman imajiner
e. Unpredictable: tertawa, grimaces, menangis, meraung-raung, marah Secara berlebihan
(menyerang seseorang atau objk tertentu) kemudian mendadak diam.
f. Bluntes effect: Menurunnya reaksi emosi
g. Alogia: Menurunnya percakapan, miskin kata-kata
h. Anhedonia: Berkurangnya kemampuan menikmati kesenangan
i. Social and occupational dysfunction: Menurunnya motivasi untuk bersosialisasi
j. Bertingkah laku aneh: Sangat kekanak-kanakan, kotor, acak-acakan

5
k. Diam seperti patung: ibarat seseorang yang berada dalam sikap tubuh yang kaku dan
menolak untuk digerakkan, atau bahkan melakukan gerakan yang tidak bermanfaat.
a) Ada asumsi bahwa ( mungkin ) ada hubugan antara ide-ide paranoid dan
kekerasan, bahwa korban kekerasan serangan seringkali orang- orang yang
digambarkan dalam delusi para penderita skizofrenia ini.
b) Diduga ibunya menjadi objek delusi pelaku yang berakibat timbulnya pelaku
kejahatan → kebencian , dendam terhadap ibu, pengalaman masa kecil .
c) Jika tidak membunu ibunya, tersangka akan mebunuh seseorang sebagai
pengalihan sasarn kearaha terhadap ibu (yang tidak dibenarkan dala norma
sosial) kepada pihak (objek) lain yang dianggap lebih layak dijadikan sasaran
kemarahan → Dispalcement. Tindakpidana yang dilakukan setidak-tidaknya atau
sebagiandengan motivasi adanya afiliasi korban.

E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK JALANAN


Pengkajian
1. Identitas klien
2. Faktor predisposisi
 Genetik
 Neurobiologis : penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
 Teori virus dan infeksi
3. Faktor presipitasi
 Biologis
 Sosial kutural
 Psikologis
4. Penilaian terhadap stressor

Respon Adaptif Respon Maladaptif


- Berfikir logis - Pemikiran sesekali - Gangguan
- Persepsi akurat - Terdistorsi pemikiran
- Emosi konsisten - Ilusi - Waham/halusinasi
dengan pengalaman - Reaksi emosi - Kesulitan
berlebihDan tidak pengolahan
- Perilaku sesuai bereaksi - Emosi

6
- Berhubungan sosial - Perilaku aneh - Perilaku kacau dan
- Penarikan tidak isolasi social
bisa berhubungan
sosial

5. Sumber koping
 Disonasi kognitif ( gangguan jiwa aktif )
 Pencapaian wawasan
 Kognitif yang konstan
 Bergerak menuju prestasi kerja
6. Mekanisme koping
 Regresi( berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan pengeluaran
sejumlah besar tenaga dalam upaya mengelola anxietas)
 Proyeksi ( upaya untuk menjelaskan presepsi yang membingungkan dengan
menetapkan tanggung jawab kepada orang lain)
 Menarik diri
 Pengingkaran
A. DIAGNOSA
1. Harga Diri Rendah
B. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Harga Diri Rendah


Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa berhubungan
dengan orang lain dan lingkungan.
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
C. KRITERIA EVALUASI
1. Ekspresi wajah tidak bersahabat, menunjukkan ekspresi datar, kontak mata
kurang, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab
salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang di hadapi.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan:
1. Anak jalanan adalah seseorang yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan
sebagian atau seluruh waktunya di jalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Anak jalanan
merupakan sebagian dari anak-anak yang hidup dan tumbuh dijalanan tanpa ada
pemantauan dan tumbuh secara mandiri.
2. Kategori anak jalanan berdasarkan hubungannya dengan keluarga menurut dibagi 3
kelompok: a. Children on the street b. Children of the street c. Children in the street
atau children from the families of the street
3. Faktor resiko yang rentan dialami oleh anak jalanan adalah kekerasan antar anak,
senior jalanan, antar kelompok, oknum aparat, oknum pekerja sosial yang lepas
kendali. Kekerasan seksual dan eksploitasi seksual.
4. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai perawat mampu memahami
tentang Askep pada Anak dengan Kebutuhan Khusus : Anak Jalanan
sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal
kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa. Tentunya dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan sehingga butuh kritik dan
saran bagi para pembaca

DAFTAR PUSTAKA
Sudarjat, Tata. 1999. “Isu Prioritas dan program intervensi untuk Menangani
Anak Jalanan.” Jurnal Hakiki Vol. 1 No. 2 November 1999
Adi, Isbandi Rukminto. (2001). Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas. Lembaga penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Adiningrum. 2014. Perawatan Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus Health First

. Vol 28 Mustofa, M. (2010).

8
9

Anda mungkin juga menyukai