pasar Arab Saudi harus dapat menyesuaikan dengan nilai-nilai budaya Islam. Apabila tidak dapat mengontrol adanya perbedaan budaya tentunya pemasaran tidak akan berjalan lancar. Bisnis internasional sebagai perdagangan lintas batas ini semakin berkembang dari tahun ke tahunnya mengingat tingginya permintaan pasar maupun persaingan dalam bisnis. Semakin kompleksnya tantangan dalam bisnis internasional ini mendorong para aktor pasar untuk mengatasi adanya perbedaan nilai atau norma maupun sikap dan pola perilaku untuk mampu mengontrol interaksi antara aktor dalam pasar (Czinkota & Ronkainen, 2013). Menurut Bhaskaran (2007) maksud budaya dalam bisnis internasional adalah hal yang merujuk pada etnis, adat istiadat dan juga kepercayaan dalam berperilaku bisnis maupun negara tempat pemasaran. Sedangkan menurut Czinkota & Ronkainen (2013) budaya adalah suatu pola pemikiran yang terintergrasi sebagai karakteristik anggota suatu kelompok marsyarakat dengan kelompok lainnya yang bersifat berkelanjutan dan konservatif. Selain itu, kebudayaan nasional juga penting dalam menentukan model interaksi apa yang akan terjadi dalam bisnis internasional oleh para aktor bisnis (Leung, et al., 2005). Contoh kebudayaan nasional yang mempengaruhi bisnis internasional yaitu nilai, struktur, kepercayaan, norma dan perilaku yang diterapkan oleh kelompok nasional, baik aktor negara ataupun aktor non-negara (Leung, et al., 2005). Pengertian budaya memiliki beberapa poin di dalamnya, yaitu bahasa, nilai-nilai dalam masyarakat, artifak materi dan perasaan dalam masyarakat. Terdapat strategi-strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam menghadapi perbedaan budaya, yakni pertama mendukung dan menghargai budaya lokal, mempererat hubungan dengan masyarakat setempat, melibatkan pekerja tenaga kerja lokal sebagai cara untuk dapat memahami budaya, menyelaraskan antara produk dan budaya dan dapat meciptakan masyarakat yang menerima dan paham akan produk dari perusahaan. Namun perlu diketahui bahwa bisnis internasional juga dapat menyebabkan begesernya tradisi masyarakat seperti pola konsumsi, gaya berpakaian maupun organisasi sosial (Czinkota & Ronkainen, 2013). Menurut Cateora, et. al (2011) terdapat sepuluh poin dalam budaya yang mempengaruhi bisnis internasional, yaitu bahasa, tulisan, agama, nilai, cara dan adat, elemen material, estetika, pendidikan, institusi sosial dan sumber pengetahuan kultural. Poin pertama, bahasa yang menjadi poin utama dalam komunikasi untuk melakukan pemasaran bisnis seperti language aids, language provides dan language capability. Selanjutnya, tulisan atau bahasa non-verbal yang fokus terhadap waktu, ruang, harta benda, pola pertemanan dan perjanjian bisnis (Czinkota & Ronkainen, 2013). Ketiga, agama sebagai pedoman tata cara manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keempat, nilai selaku kepercayaan masing-masing individu yang kemudian terapkan ke perilaku. Kelima, cara dan adat masing-masing negara berbeda sehingga harus dapat menyesuaikan pemasarannya dengan strategi cultural convergance. Selanjutnya, elemen material meliputi kondisi ekonomi, sosial dan finansial mempengaruhi aktivitas ekonomi. Ketujuh, estetika seperti simbol, warna, musik dan lain- lain akan mempengaruhi strategi pemasaran untuk mengidentifikasi brand sesuai selera masyarakat. Pendidikan menjadi wadah berbagi budaya dan saling memahami masing- budaya. Kemudian kinerja pemasaran institusi sosial turut berpengaruh pemasaran produk. Terakhir, sumber pengetahuan budaya yang memerlukan keahlian sehingga komunikasi, penelitian dan juga edukasi berjalan dengan baik (Czinkota & Ronkainen, 2013). Contoh kasus bahwa budaya dapat mempengaruhi bisnis internasional adalah penjualan album musik di Arab Saudi. Arab Saudi sebagai negara berpenduduk mayoritas Islam menegakkan hukum-hukum kesopanan yang ketat pada wanita sesuai dengan budaya dan hukum Islam, yang mana melarang menunjukan kulit selain wajah dan tangan. Seperti yang kita ketahui bahwa banyak cover album dari penyanyi pop wanita yang menggunakan pakaian terbuka sehingga hal tersebut sangat bertentangan dengan nilai-nilai budaya Islam. Kemudian kebijakan yang ditetapkan pemerintah Arab Saudi oleh pihak perusahaan adalah harus menyensor cover album yang dianggap ‘seksual’ dan melanggar nilai-nilai budaya Islam (Gordon, 2015). Perusahaan rekaman dalam melakukan strategi pemasaran pun juga dituntut untuk dapat memahami akan keyakinan dan tradisi budaya dari setiap pasar. Sehingga seluruh perusahaan rekaman jika ingin memasarkan produknya ke pasar Arab Saudi harus menyesuaikan cover album untuk menghindari pelanggaran (Gordon, 2015). Dalam mengontrol masuknya perusahaan asing, Arab Saudi memiliki CPVP sebagai lembaga pemerintah yang mempekerjakan polisi agama atau Muttawa, untuk memastikan bahwa warga mematuhi ajaran-ajaran Islam, terutama yang berkaitan dengan pakaian, sosialisasi, moralitas dan doa (Lakrtiz, 2017). Muttawa ini bertugas dalam menyeleksi dan menyensor cover album untuk masuk ke pasar Arab Saudi. Beberapa contoh cover album yang telah dirubah untuk menyesuaikan nilai-nilai budaya Islam adalah Katy Perry, Lady Gaga, Madonna, Mariah Carey, Christina Aguilera hingga Miley Cyrus. Dapat dilihat bahwa perusahaan dalam melakukan pemasaran harus dapat menyesuaikan diri dengan budaya dari target pasarnya agar tetap mendapatkan profit. Kesimpulannya, bisnis internasional memperhatikan aspek budaya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku bisnis. Dengan budaya, kita dapat menilai perilaku bisnis dan memahami perbedaan antar aktor. Budaya juga mempengaruhi proses berjalannya bisnis karena budaya merupakan suatu struktur yang berproses secara turun menurun. Budaya dalam konteks bisnis internasional ini membantu kita untuk dapat mengontrol adanya perbedaan nilai-nilai dan norma dalam interaksi antara aktor di pasar. Pemasaran perusahaan akan berjalan lancar apabila berhasil adaptasi dan toleransi terhadap budaya pasar setempat. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan rekaman dalam memasuki