Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PERCOBAAN I

PENETAPAN KADAR BORAK DALAM BAKSO DENGAN


METODE ASIDIMETRI

Oleh :

Sari Aprianti

NIM.1804277031

Farmasi 3A

PROGRAM STUDI D 3 FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
CIAMIS
2020
A. Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui kadar borak dalam sampel melalui titrasi asam
(Asidimetri ).
B. Prinsip Praktikum
Netralisasi.
C. Teori Dasar
Borak
Bahan tambahan pangan (BTP) secara umum adalah bahan yang biasanya
tidak digunakan sebagai bahan makanan dan biasanya bukan merupakan
komponen khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang
dengan sengaja di tambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi
pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan dan penyimpanan (Wisnu, 2006).

Boraks adalah senyawa berbentuk kristal putih tidak berbau dan stabil pada
suhu dan tekanan normal. Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama
natrium tetraborat (NaB4O710H20). Jika larut dalam air akan menjadi
hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam boraks biasanya
digunakan untuk bahan pembuat deterjen, mengurangi kesadarahan air dan
antiseptic (Wardayati, 2012).
Boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering
disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti bakso, mie
basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan
untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi
lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan. Natrium borat atau yang
lebih dikenal dengan boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O7 merupakan
serbuk kimia berwarna putih yang terdapat di alam atau dari pembuatan
pabrik. Boraks di kalangan para pedagang bakso lebih dikenal dengan nama
“pemutih pentol” atau “pemutih” saja, dan merupakan bahan tambahan
pangan yang dilarang (Permenkes, 1998).
Boraks bersifat toksik bagi sel, berisiko terhadap kesehatan manusia yang
mengonsumsi makanan mengandung boraks (See et al., 2010). Keracunan
kronis akibat boraks karena absorpsi dalam waktu lama. Akibat yang dapat
ditimbulkan antara lain anoreksia, berat badan turun, muntah, diare, ruam
kulit, kebotakan (alopesia), anemia, dan konvulsi. Konsumsi terus menerus
dapat mengganggu peristaltik usus, kelainan susunan saraf, depresi, dan
gangguan mental. Dosis tertentu mengakibatkan degradasi mental, serta
rusaknya saluran pencernaan, ginjal, hati, dan kulit karena boraks cepat
diabsorpsi oleh saluran pernafasan dan pencernaan, kulit yang luka, atau
membran mukosa (Saparinto and Hidayati, 2006). Boraks dapat
mempengaruhi sel dan kromosom manusia (Pongsavee, 2009a), dan dapat
mengakibatkan abnorma l i t as kromosom manusia serta menyebabkan cacat
genetik (Pongsavee, 2009b).
Boraks dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga menghasilkan rupa
yang bagus serta memiliki kekenyalan yang khas. Dengan kemampuan
tersebut boraks sering disalahgunakan oleh para produsen makanan yaitu
digunakan sebagai bahan pengawet pada makanan yang dijualnya seperti mie
basah, bakso, lontong, cilok, dan otak-otak dengan ciri-cirinya tekstur sangat
kenyal, tidak lengket, dan tidak mudah putus pada mie basah. Namun begitu
boraks merupakan bahan tambahan makanan yang sangat berbahaya bagi
manusia karena bersifat racun (Hamdani, 2012).
Boraks beracun terhadap semua sel, bila tertelan boraks dapat
mengakibatkan efek pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Konsentrasi
tertinggi dicapai selama ekskresi. Ginjal merupakan organ paling mengalami
kerusakan dibandingkan dengan orang lain. Dosis fatal untuk dewasa 15-20 g
dan untuk anak-anak 3-6 g (Simpus, 2005).
Peningkatan dosis boraks dapat mengakibatkan edema , inflamasisel ,
neovaskularisasi, dan dosis sangat tinggi mengakibatkan kematian mendadak
(Kabu, 2015). Penurunan jumlah sperma dan atrofi testis pada tikus jantan
serta penurunan ovulasi pada tikus betina (USDA, 2006). Boraks bisa
berpengaruh terhadap kesuburan tikus jantan dan terganggunya
perkembangan (Bolt et al., 2012). Pemberian suplemen mengandung boraks
pada ayam broiler memengaruhi hati, otot dan saluran pencernaan,
menimbulkan gangguan metabolisme dan keseimbangan elektrolit (Eren et
al., 2012).

Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi berwarna putih


yang mengandung atom Boron (B) dan Oksigen (O) yang memiliki sebutan
kimia Natrium tetraborat decahydrate dengan rumus molekul Na2B4O710H2O
atau Na2[B4O5(OH)4]8H2O, CAS number 1303-96-4, HS Code28401990,
memiliki berat masa molekul 381.37 Dalton. Jenis-jenis Boraks yang biasa
digunakan antara lain adalah Natrium biborat (Sodium biborate), Natrium
piborat (Sodium piborate), Disodium tetraborate, Sodium borate
decahydrate, Boric acid, Disodium salt, Antypionin, Boracsu, Boricin, Jaikin,
Neobar, Polybor.Boraks berbentuk serbuk atau kristal yang tidak berbau.
Bahan kimia ini dapat dengan mudah larut dalam air, Gliserol (Glycerol) dan
Alkohol (Alcohol), tetapi tidak larut dalam asam. Jika larut dalam air akan
menjadi Natrium hidroksida (Sodium hydroxide) dan asam borat (H3BO3).

Asidimetri
Asidimetri merupakan tipe reaksi penetralan yang ada dalam titrasi asam-
basa. Asidimetri adalah pengukuran atau penentuan konsentrasi
larutan asam dalam suatu campuran. Biasanya dilakukan dengan jalan titrasi
bersama larutan basa yang telah diketahui konsentrasinya, yaitu larutan baku
dan suatu indikator untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Titik dalam titrasi di
mana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan
senyawa yang ditentukan disebut titik ekuivalen.Titik ekuivalen terjadi pada
saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi di mana indikator
warnanya berubah disebut titik akhir. Ekuivalen dari suatu basa, adalah massa
basa yang mengandung suatu gugus hidroksil yang tergantikan. Sedangkan
Ekuivalen dari asam, adalah massa basa yang mengandung sutu gugus
hidroksil yang tergantikan.
D. ALAT DAN BAHAN
Alat : Buret, Erlenmeyer, Pipet volume, Timbangan , Kertas perkamen,
Labu ukur, Pipet tetes.
Bahan : Metil merah, Bakso, Aquadest, HCl 0,1 N, Natrium tetraborat.
E. Prosedur
Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
 Ambil 2,5 ml HCl pekat di dalam lemari asam
 Masukan kedalam beaker glass 100 ml yang telah diberi aquadest
terlebih dahulu sebanyak 50 ml, aduk sampai homogen.
 Masukan kedalam gelas ukur 250 ml ditambahkan aquadest sampai
tanda batas 250 ml.
Pembuatan larutan natrium tetraborat 0,1 N
 Timbang 4,7 gram Natrium tetraborat
 Masukan kedalam labu ukur 250 ml
 Tambahkan aquadest sampai tanda batas
Pembakuan HCl dengan Natrium tetraborat
 Siapkan buret, isi buret dengan HCl 0,1 N
 Siapkan Erlenmeyer 250 ml, masukan 10 ml larutan tetra borat
kedalamnya
 Hitung normalitas HCl

Penetapan kadar borak pada bakso


 Timbang sampel baso sebanyak 5 gram, haluskan, tambahkan
aquadest 5 ml kemudian saring dan ambil filtratnya, masukan kedalam
gelas ukur 10 ml tambahkan aquadest sampai 10 ml.
 Masukan kedalam Erlenmeyer 250 ml
 Tambahkan indicator metil merah 3 tetes
 Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai ada perubahan warna
 Hitung kadar borak pada sampel
DAFTAR PUSTAKA

Pemerintah Republik Indonesia. (2012). Undang- Undang Republik Indonesia


Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. hukum online [Internet]. [diunduh 2014
Oktober 2]. Tersedia pada : http://codexindonesia.bsn.go.id/uploads/dow
nload/UU_Pangan_No.18_.pdf

Pongsavee, M. (2009a). Effect of borax on immune cell proliferation and


sister chromatid exchange in human chromosomes. J. Occup. Medic. Toxicol.
4(27):1-6.doi:10.1186/1745- 6673-4-27.

Pongsavee, M. (2009b). Genotoxic effects of borax on cultured lymphocytes.


Southeast Asian J. Trop. Med. Public Health. 40(2):411-418.

Hamdani, 2012. Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/ boraks-


dalam-makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]

Saparinto, C. and Hidayati, D. (2006). Bahan Tambahan Pangan. edisi ke-1.


Kanisius. Yogyakarta.

See, A.S., Salleh, A.B., Bakar, F.A., Yusof, N.A., Abdulamir, A.S. and Heng,
L.Y. (2010) Risk and health effect of boric acid. Am. J. Appl. Sci. 7(5):620-627.

Simpus. 2005. Bahaya Boraks. Tersedia di http://catatankimia.com/catatan/


boraks-dalam-makanan.html [diakses tanggal 25 Mei 2013]
USDA. United States Department of Agriculture. (2006). Human health and
ecological risk assessment for borax (Sporax®) final report. Forest Service
[Internet]. [diunduh 2014 O k t o b e r 2 9 ] . T e r s e d i a p a d a :
http://www.fs.fed.us/foresthealth/pesticide/p dfs/ 022406borax. pdf

Bolt, H.M., Basaran, N. and Duydu, Y. (2012). Human environmental and


occupational exposures to boric acid: reconciliation with experimental
reproductive toxicity data, J. Toxicol. Envi ron. Health. 75:508-
514.doi:10.1080/15287394.2012.675301.

Kabu, M., Tosun, M., Elitok, B. and Akosman, M.S. (2015). Histological
evaluation of the effects of borax obtained from different sources in different rat
organs. Int. J. Morphol. 33(1):255-261.

Wardayati, Tatik. 2012. Boraks. Tersedia di http://intisari-


online.com/read/bahan-kimia-berbahaya-pada-makanan [diakses tanggal 25 Mei
2013]

Anda mungkin juga menyukai