Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Reformasi Perpajakn

Reformasi perpajakan adalah perubahan yang mendasar di segala

aspek perpajakan, reformasi pajak dilakukan agar sistem perpajakan dapat

lebih efektif dan efisien, sejalan dengan perkembangan globalisasi yang

menuntut daya saing tinggi dengan Negara lain. Tentu saja dengan

memperhatian prinsip-prinsip perpajakan yang sehat seperti persamaan

equality, kesederhanaan, simplicity, keadilan (fairness), sehingga tidak

hanya berdampak terhadap peningkatan kapasitas fiskal, melainkan juga

terhadap perkembangan kondisi ekonomi makro. Gunadi (2002:3)

berpendapat bahwa “tujuan umum reformasi pajak adalah meningkatkan

responsivitas dan stabilitas penerimaan, meningkatkan keadilan mengurangi

inefisiensi dan distorsi ekonomi, penyederhanaan administrasi dan struktur

pajak, mengurangi biaya kepatuhan dan peningkatan kesadaran masyarakat,

mengurangi dorongan penghindaran dan penyelundupan pajak. Dalam hal

ini reformasi perpajakan akan menjadikan sistem yang berlaku menjadi

lebih sederhana, yang mencakup penyederhanaan jenis pajak, tarif pajak,

dan pembayaran pajak.

Secara lebih lengkap Gill (2003 1) menyatakan suatu sistem

Penerimanaan Negara yang mengurusi masalah pajak perlu direformasikan

10

Universitas Sumatera Utara


dengan empat alasan utama. Pertama, ketika hukum dan kebijakan pajak

menciptakan potensi peningkatan penerimaan pajak, jumlah aktual pajak

yang mengalir ke kas Negara tergantung pada efisiensi dan efektivitas

administrasi penerimaan Negara. Kedua, kualitas dari administrasi

penerimaan pajak mempengaruhi iklim investasi dan pengembangan sektor

swasta. Ketiga, administrasi perpajakan secara rutin muncul dalam daftar

teratas organisasi dengan kasus korupsi tertinggi. Keempat, reformasi

perpajakan diperlukan untuk memungkinkan sistem perpajakan mengikuti

perkembangan terbaru dalam aktivitas bisnis dan pola penhindaran pajak

yang semakin canggih.

Adapun langkah-langkah reformasi perpajakan tersebut antara lain,

meliputi:

1. langkah langkah pembaruan kebijakan (tax policy reform) melalui

perubahan UU PPh, perubahan UU PPN dan PPnBM, Perubahan UU

PBB, perubahan UU Bea Materai, serta UU kepabeanan dan UU

cukai. Pada intinya paket amandemen undnag-undang perpajakan ini

lebih dititik beratkan pada pemberian rasa keadilan dan kepastian

hukum di bidang perpajakan yang bertujuan untuk mendorong

investasi, serta mengoptimalkan penerimaan perpajakan.

2. langkah langkah pembaharuan administrasi perpajakan (tax

administrative reform) meliputi:

a. Penyempurnaan peraturan pelaksanaan undang undang

perpajakan;

11

Universitas Sumatera Utara


b. Pembentukan dan perluasan kantor pelayanan Pajak (KPP)

khusus wajib pajak (WP) besar (large Taxpayer Office, LTO)

diantaranya meliputi pembentukan organisasi berdasarkan fungsi,

pengembangan sistem administrasi perpajakan yang terintegrasi

dengan pendekatan fungsi dan impelementasi dari prinsip prinsip

Good Corporate Governance;

c. Pengembangan basis data, pembayaran pajak dan penyampaian

SPT secara online

d. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak

e. Peningkatan efektivitas penerapan kode etik dijajaran Direktorat

Jenderal Pajak dan komisi Ombudsman Nasional.

2.1.2 Sejarah reformasi Perpajakan di Indonesia

Langkah perubahan yang dilakukan pemerintah terhadap undang

undang perpajakan telah mencapai lima kali. Liberty (2002:3) mengatakan

bahwa “perubahan undang undang perpajakan diakibatkan oleh cepatnya

terjadi perubahan yang bersifat fundamental baik dalam bidang ekonomi,

sosial budaya maupun politik perubahan ini dipengaruhi oleh faktor internal

didalam negeri dan faktor eksternal dari luar negeri.

Adapun perkembangan reformasi perpajakan yang dilakukan oleh

pemerintah atas undang undang perpajakan adalah sebagai berikut:

1. Reformasi Perpajakan (Tax Reform) tahun 1983

Reformasi pajak (tax reform) atau pembaharuan perpajakan,

telah dilakukan sejak tanggal 1 januari 1984. Bersamaan dengan

12

Universitas Sumatera Utara


dikeluarkannya serangkaian undang undang yaitu UU nomor 6 tahun

1983. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). UU Nomor 7

tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh). Kedua undang undang

tersebut berlaku sejak 1 januari 1984. UU nomor 8 tahun 1983 Tentang

Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPN/PPnBM), direncanakan diberlakukan tahun 1984 juga, tetapi

karena masih ada sesuatu yang harus dipersiapkan lebih matang maka

undang undang tersebut diperlakukan mulai 1 April 1985. UU No. 12

Tahun 1985 dan undang-undang No 7 Tahun 1983 tentang pajak

penghasilan diubah dengan undang-undang No.7 Tahun 1991.

2. Reformasi Pajak (Tax Reform) Tahun 1994

Reformasi perpajakan tidak berhenti begitu saja, tetapi terus

dilakukan perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan

perubahan sistem perekonomian. Pada tahun 1992, perubahan pertama

dilakukan terhadap pajak penghasilan. Kemudian pada tahun 1994,

setelah satu dasawarsa peraturan pajak dilaksankan diadakan lagi

serangkaian perubahan terhadap peraturan perpajakan. Undang- undang

pajak yang dikeluarkan adalah:

a. UU Nomor 9 Tahun 1994 Tentang perubahan Atas UU Nomor 6

Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

(KUP),

13

Universitas Sumatera Utara


b. UU Nomor 10 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh) sebagaimana telah

dirubah dengan UU Nomor 7 Tahun 1991

c. UU Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 8

Tahun 1983 Tentang Pajak Pertumbuhan Atas Barang Mewah

(PPN/PPnBM),

d. UU Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas UU Nomor

12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

selanjutnya tahun 1997 dikeluarkan lagi serangkaian undang-

undang baru untuk melengkapi undang-undang yang telah ada.

Selanjutnya tahun 1997 dikeluarkan lagi serangkaian undang-

undang baru untuk melengkapi undang-undang yang telah ada, yaitu:

1. UU Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian

Sangketa Pajak,

2. UU Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah,

3. UU Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dan Surat

Paksa,

4. UU Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak,

5. UU Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan Bangunan.

14

Universitas Sumatera Utara


3. Reformasi Pajak (Tax reform) Tahun 2000

Pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan sosial dan

ekonomi, pemerintah kembali mengeluarkan serangkaian undang-

undang untuk mengubah undamg-undang yang telah ada, yaitu:

a. UU Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan Kedua Atas UU

Nomor 6 tahun 1983 Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan (KUP),

b. UU Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Atas UU

Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan (PPh),

c. UU Nomor 18 Tahun 2000 Tahun Tentang Perubahan Kedua

Atas UU Nomor 8 tahun 1983 Tentang Pajak Pertambaha Nilai

Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,

d. UU Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan

Surat Paksa

e. UU Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas

Tanah atau Bangunan,

f. UU Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan atas UU Nomr

18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

4. Reformasi Pajak (Tax Reform) 2008

Pada tahun 2008, terjadi perubahan undang-undang dan

disahkan UU No. 28/2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan, Serta UU No 36/2008 Tentang Pajak Penghasilan.

15

Universitas Sumatera Utara


2.1.3 Undang- Undang No 36 Tahun 2008

Berdasarkan pertimbangan Presiden Republik Indonesia dalam

upaya mengamankan penerimaan negara yang semakin meningkat,

mewujudkan sistem perpajakan yang netral, sederhana, stabil, lebih

memberikan keadilan, dan lebih dapat menciptakan kepastian hukum serta

transparansi maka dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat,

Presiden Republik Indonesia menetapkan Undang- Undang No 36 Tahun

2008 tentang pajak penghasilan.

Pokok-pokok pikiran dalam UU No. 36 Tahun 2008 adalah:

1. Penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh). Penurunan tarif PPh ini

untuk mengimbangi tarif PPh yang berlaku di negara-negara tetangga

yang relatif lebih rendah, meningkatkan daya saing di dalam negeri,

mengurangi beban pajak dan meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak

(WP).

a. Bagi WP orang pribadi, tarif PPh tertinggi diturunkan dari

35% menjadi 30% dan menyederhanakan lapisan tarif dari 5

lapisan menjadi 4 lapisan, namun memperluas masing-masing

lapisan penghasilan kena pajak (income bracket), yaitu lapisan

tertinggi dari sebesar Rp 200 juta menjadi Rp 500 juta.

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan,

yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun

2009 dan 25% tahun 2010. Penerapan tarif tunggal

dimaksudkan untuk menyesuaikan dengan prinsip

16

Universitas Sumatera Utara


kesederhanaan dan international best practice. Selain itu, bagi

WP badan yang telah go public diberikan pengurangan tarif

5% dari tarif normal dengan kriteria paling sedikit 40% saham

dimiliki oleh masyarakat. Insentif tersebut diharapkan dapat

mendorong lebih banyak perusahaan yang masuk bursa

sehingga akan meningkatkan good corporate governance dan

mendorong pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan

bagi perusahaan.

c. Bagi WP UMKM yang berbentuk badan diberikan insentif

pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif normal yang berlaku

terhadap bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4,8 miliar.

Pemberian insentif tersebut dimaksudkan untuk mendorong

berkembangnya UMKM yang pada kenyataannya memberikan

kontribusi yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia.

Pemberian insentif juga diharapkan dapat mendorong

kepatuhan WP yang bergerak di UMKM.

d. Bagi WP orang pribadi Pengusaha Tertentu, besarnya angsuran

PPh Pasal 25 diturunkan dari 2% menjadi 0,75% dari

peredaran bruto. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk

membantu likuiditas WP dengan pembayaran angsuran pajak

yang lebih rendah serta memberikan kepastian dan

kesederhanaan penghitungan PPh.

17

Universitas Sumatera Utara


e. Bagi WP pemberi jasa yang semula dipotong PPh Pasal 23

sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto menjadi 2% dari

peredaran bruto. Perubahan tarif tersebut dimaksudkan untuk

memberikan keseragaman pemotongan pajak yang sebelumnya

ada yang didasarkan pada penghasilan bruto dan sebagian

didasarkan pada penghasilan neto. Dengan metode ini,

penerapan perpajakan diharapkan dapat lebih sederhana dan

tarif relatif lebih rendah sehingga dapat meningkatkan

kepatuhan WP.

f. Bagi WP penerima dividen yang semula dikenai tarif PPh

progresif dengan tarif tertinggi sampai dengan 35%, menjadi

tarif final 10%. Penurunan tarif tersebut dimaksudkan untuk

mendorong perusahaan untuk membagikan dividen kepada

pemegang saham, mendorong tumbuhnya investasi di

Indonesia karena dikenakan tarif lebih rendah dan

meningkatkan kepatuhan WP.

2. Pembebasan kewajiban pembayaran fiskal luar negeri bagi WP yang

telah mempunyai NPWP fiskal sejak 2009 serta penghapusan

pemungutan fiskal luar negeri pada tahun 2011. Pembayaran fiskal

luar negeri adalah pembayaran pajak di muka bagi orang pribadi yang

akan bepergian ke luar negeri. Kebijakan penghapusan kewajiban

pembayaran fiskal luar negeri bagi WP yang memiliki NPWP

dimaksudkan untuk mendorong WP memiliki NPWP sehingga

18

Universitas Sumatera Utara


memperluas basis pajak. Diharapkan pada 2011 semua masyarakat

yang wajib memiliki NPWP telah memiliki NPWP sehingga

kewajiban pembayaran fiskal luar negeri layak dihapuskan.

3. Peningkatan nilai Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) untuk diri

WP orang pribadi sebesar 20% dari Rp 13,2 juta menjadi Rp 15,84

juta, sedangkan untuk tanggungan istri dan keluarga ditingkatkan

sebesar 10% dari Rp 1,2 juta menjadi Rp 1,32 juta dengan paling

banyak 3 tanggungan setiap keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk

menyesuaikan PTKP dengan perkembangan ekonomi dan moneter

serta mengangkat pengaturannya dari peraturan Menteri Keuangan

menjadi undang-undang.

4. Penerapan tarif pemotongan/pemungut an PPh yang lebih tinggi bagi

WP yang tidak memiliki NPWP

a. Pengenaan tarif 20% lebih tinggi dari tarif normal untuk WP non

NPWP yang menerima penghasilan dipotong PPh Pasal 21.

b. Pengenaan tarif 100% lebih tinggi dari tarif normal untuk WP non

NPWP yang menerima penghasilan dipotong PPh Pasal 23.

c. Pengenaan tarif 100% lebih tinggi dari tarif normal untuk WP non

NPWP yang menerima penghasilan dipotong PPh Pasal 22

5. Perluasan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

Dimaksudkan bahwa pemerintah memberikan fasilitas kepada

masyarakat yang secara nyata ikut berpartisipasi dalam kepentingan

19

Universitas Sumatera Utara


sosial, dengan diperkenankannya biaya tersebut sebagai pengurang

penghasilan bruto.

a. Sumbangan dalam rangka penganggulangan bencana nasional dan

infrastruktur sosial

b. Sumbangan dalam rangka fasilitas pendidikan, penelitian dan

pengembangan yang dilakukan di Indonesia.

c. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga dan keagamaan

yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di

Indonesia.

6. Pengecualian dari objek PPh

a. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh lembaga atau badan nirlaba

yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang

penelitian dan pengembangan yang ditanamkan kembali paling

lama dalam jangka waktu 4 tahun tidak dikenai pajak.

b. Beasiswa yang diterima atau diperoleh oleh penerima beasiswa

tidak dikenai pajak.

c. Bantuan atau santunan yang diterima dari Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial tidak dikenai pajak

7. Penegasan surplus Bank Indonesia sebagai objek pajak. Aturan ini

dimaksudkan untuk memberikan penegasan terhadap penafsiran yang

berbeda tentang surplus BI. Menurut UU No.7 Tahun 1983 tentang

PPh, pengertian penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan

ekonomis yang diterima atau diperoleh WP dengan nama dan dalam

20

Universitas Sumatera Utara


bentuk apapun. Dengan demikian surplus BI adalah tambahan

kemampuan ekonomis yang termasuk objek PPh yang diatur dalam

UU PPh.

8. Peraturan perpajakan untuk industri pertambangan minyak dan gas

bumi, bidang usaha panas bumi, bidang usaha pertambangan umum

termasuk batubara dan bidang usaha berbasis syariah, diatur tersendiri

dengan Peraturan Pemerintah.

Berdasarkan UU No. 36 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat

atas Undang-undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, tarif

pajak penghasilan yang dikenakan atas penghasilan kena pajak baik untuk

WP Perseorangan (WP OP) maupun WP Badan telah terjadi perubahan.

Khusus untuk WP Badan sebelumnya berlaku tarif progresif yaitu

10%, 15% dan 30% [UU No. 17 tahun 2000 pasal 17 ayat (1b)], sedangkan

berdasarkan Pasal 17 ayat (1b) UU No. 36 tahun 2008 dikenakan tarif

tunggal sebesar 28%. Kemudian, dalam ayat 2a diatur lebih lanjut bahwa

mulai tahun pajak 2010 tarif yang berlaku diturunkan lagi menjadi 25%.

UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 berlaku efektif per 1 Januari 2009,

dimana tarif PPh Badan menggunakan tarif tunggal 28% untuk tahun pajak

2009 (Pasal 17 ayat 1 huruf b) dan berubah menjadi 25% untuk tahun pajak

2010 (Pasal 17 ayat (2a)).

Sesuai Pasal 31E ayat (1) menyatakan bahwa : Wajib Pajak badan

dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00

(lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif

21

Universitas Sumatera Utara


sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan

Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp4.800.000.000,00

(empat miliar delapan ratus juta rupiah).

2.1.4 Pajak Penghasilan (PPh) Badan

2.1.4.1 Subjek Pajak Badan

Subjek pajak PPh badan bukan hanya perusahaan. Yang

dimaksud dengan badan adalah sekumpulan orang dan atau modal

yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang

tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan

comanditer, perseroan lainnya BUMN, BUMD dengan nama bentuk

apapun, termasuk firma, kongsi, koperasi, dana pension,

persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi

sosial politik atu organisasi sejenis, lembaga, Bentuk Usaha Tetap

(BUT), dan bentuk badan lainnya.

Subjek PPh badan dibedakan menjadi subjek PPH badan

dalam negeri dan subjek Pajak Badan Luar Negeri. Subjek Pajak

Badan Dalam Negeri adalah badan yang didirikan atau bertempat

kedudukan di Indonesia. Kewajiban pajak subjektifnya dimulai pada

saat badan tersebut didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia

dan berakhir pada saat badan tersebut dibubarkan atau tidak lagi

bertempat kedudukan di Indonesia. Subjek Pajak Badan Luar Negeri

adalah badan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di

22

Universitas Sumatera Utara


Indonesia yang memperoleh atau menerima penghasilan di Indonesia

baik melalui BUT maupun tidak. Kewajiban pajak subjektifnya

dimulai pada saat menjalankan usaha melalui BUT atau pada saat

menerima dan memperoleh penghasilan. Sedangkan berakhirnya

pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan di

Indonesia.

Badan yang dikecualikan sebagai subjek PPh (pasal 3 UU

PPh) adalah :

1. Badan Perwaiklan Negara Asing (Kedutaan Besar),

2. Organisasi- organisasi Internasional yang ditetapkan dengan

keputusan Menteri Keuangan dengan syarat :

a. Indonesia menjadi organisasi tersebut;

b. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk

memperoleh penghasilan dari Indonesia selain

pemberian pinjaman kepada pemerintah yang

dananya berasal dari iuran anggota. Contoh :

UNESCO, UNICEF, WHO, dan lain- lain.

3. Unit tertentu badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

a. Dibentuk berdasarkan peraturan perundang- undangan

yang berlaku;

b. Dibiayai dengan dana yang bersumber dari APBN dan

APBD;

23

Universitas Sumatera Utara


c. Penerimaan lembaga tersebut dimasukkan dalam

anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah;

d. Pembukuannya diperiksan oleh Aparat Pengawasan

Fungsional Negara.

2.1.4.2 Objek Pajak Badan

Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap

tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak,

baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang

dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Dilihat dari mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis

kepada wajib pajak, penghasilan dapat dikelompokkan menjadi :

1. Penghasilan dari usaha atau kegiatan,

2. Penghasilan dari modal (bunga, dividen, royalti, sewa, dan

keuntungan penjualan harta),

3. Penghasilan lain- lain (pembebasan hutang, hadiah, laba

selisih kurs).

Objek Pajak Badan yaitu :

1. Laba Usaha,

2. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

termasuk :

24

Universitas Sumatera Utara


a. Keuntungan karena pengalihan harta kepada

perseroan, persekutuan, atau badan lainnya sebagai

pengganti saham atau penyerta modal;

b. Keuntungan karena pengalihan harta kepada

pemegang saham, sekutu atau anggota yang diperoleh

perseroan , persekutuan , dan badan lainnya;

c. Keuntungan karena likuidasi, penggabungan,

peleburan, pemekaran, pemecaha, pengambilalihan

usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk

apapun;

d. Keuntungan karena pengalihan harta.

3. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah

dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan

pengembalian pajak,

4. Bunga termasuk premium diskonto,

5. Dividen,

6. Royalti atau imbalan atas penggunaan harta,

7. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan

harta,

8. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala,

9. Keuntungan karena pembebasan hutang,

10. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing,

11. Keuntungan karena penilaian kembali aktiva,

25

Universitas Sumatera Utara


12. Premi asuransi,

13. Imbalan bunga.

Tidak semua penghasilan yang diterima atau diperoleh

wajib pajak adalah objek PPh, pasal 4 ayat 3 UU PPh mengatur

penghasilan yang tidak menjadi objek pajak, antara lain :

1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima

oleh badan amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh

pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang

berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib

bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia;

2. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan

sebagaimana maksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagi

pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal;

3. Pengganti atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau

jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura atau

kenikmatan;

4. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri,

koperasi, Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha

Milik Daerah dari penyertaan modal pada badan usaha yang

didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan

syarat :

26

Universitas Sumatera Utara


a. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan,

dan;

b. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara

dan Badan Usaha Milik Daerah yang menerima

dividen, kepemilikan saham pada badan yang

memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah

modal disetor.

5. Beasiswa yang diberikan kepada warga negara Indonesia

dalam rangka mengikuti pendidikan di dalam negeri

dengan syarat penerimaan beasiswa tidak mempunyai

hubungan istimewa dengan pemilik, komisaris, direksi,

pengurus wajib pajak yang memberikan beasiswa;

6. Iuran yang diterima atau diperoleh dan pensiun yang

pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik

dibayar pemberi kerja maupun pegawai;

7. Penghasilan yang diberikan dari modal yang ditanamkan

oleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan, baik dibayar oleh pemberi kerja maupun

pegawai;

8. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota perseroan

comanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham- saham,

persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk

pemegang unit penyertaan kontrak invetsasi kolektif;

27

Universitas Sumatera Utara


9. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal

ventura berupa bagian laba dari badan pasangan yang

didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,

dengan syarat badan pasangan tersebut :

a. Memperoleh perusahaan mikro, kecil, menegah, atau

yang menjalankan kegiatan dalam sektor- sektor

usaha yang diatur dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan

b. Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek

Indonesia.

10. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang

ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan

Peraturan Menteri Keuangan;

11. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga

nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau

bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar

pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan

kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan

pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam

jangka waktu paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa

lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan

atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

28

Universitas Sumatera Utara


12. Bantuan atau sumbangan yang dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu.

2.1.5 Analisis Kinerja Keuangan Bank

Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara

keseluruhan yang dicapai bank dalam operasinya, baik menyangkut aspek

keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi

maupun sumber daya manusia. Sawir ( 2005:1) mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan “kinerja keuangan adalah ukuran mengenai seberapa jauh

perusahaan- perusahaan berada dari batas normal agar perusahaan dapat

dikatakan sehat dan berjalan baik sehingga dapat memenuhi kewajiban dan

menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang.”

Dari penjelasan diatas maka dapat diambil suatu kesimpulan

mengenai arti kinerja keuangan yaitu keadaan atau potensi keuangan yang

dimiliki oleh perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Kinerja keuangan

dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan. Laporan keuangan dapat

dijadikan jendela untuk melihat kondisi atau aktivitas yang telah dijalankan

perusahaan. Dengan menilai dan menganalisa laporan keuangan tersebut

akan ditemukan tanda- tanda permasalahan dan kondisi perusahaan secara

lebih spesifik mengenai kinerja perusahaan.

Langkah- langkah dalam penghitungan tingkat kesehatan bank

adalah :

1. Menghitung rasio berdasarkan rumus yang ditetapkan;

29

Universitas Sumatera Utara


2. Menghitung besarnya nilai kredit (credit point) untuk masing-

masing komponen CAMELS;

3. Mengalikan nilai kredit (credit point) tersebut dengan bobot

masing- masing komponen CAMELS;

4. Menjumlah seluruh nilai komponen CAMELS;

5. Memperhitungkan nilai keseluruhan berkaitan dengan pemberian

batas kredit;

6. Menetapkan kategori kesehatan bank.

2.1.6 Laporan Keuangan Bank

2.1.6.1 Pengertian Laporan Keuangan

Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan, maka

perlu mengetahui keadaan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Keadaan keuangan suatu perusahaan perusahaan dapat diketahui dari

laporan keuangan.

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting

untuk memperoleh informasi mengeai posisi keuangan dan hasil

yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Laporan

keuangan menggambarkan informasi prestasi keuangan pada masa

lalu dan dapat memberikan petunjuk untuk menetapkan kebijakan

pada masa yang akan datang. Informasi yang tersedia dalam laporan

keuangan terutama menyangkut bentuk keuangan, yang diukur dan

dinyatakan dalam unit uang, biasanya dirangkum dan disajikan

dalam periode yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi

30

Universitas Sumatera Utara


bagaimanapu hebatnya laporan keuangan jika belum dianalisis tidak

memberikan informasi apa- apa.

Menurut Munawir (2004:2) “laporan keuangan pada

dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan

sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu

perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau

aktivitas dari perusahaan tersebut”. Laporan keuangan

menggambarkan kondisi keuangan suatu bank juga menilai kinerjas

manajemen apakah manajemen berhasil atau tidak dalam

menjalankan perusahaan. Kasmir (2008:253) menyatakan bahwa

“laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara

keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank

yang sesungguhnya. Laporan ini juga menunjukkan inerja

manajemen bank selama satu periode”.

2.1.6.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan yaitu :

1. Memberikan informasi kas yang dapat dipercaya mengenai

posisi keuangan perusahaan (termasuk bank) pada saat

tertentu;

2. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya

mengenai hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi

tertentu;

31

Universitas Sumatera Utara


3. Memberikan informasi yng dapat membantu pihak- pihak

yang berkepentingan untuk menilai atau

menginterpretasikan kondisi dan potensi suatu perusahaan;

4. Memberikan informasi penting lainnya yang relevan dengan

kebutuhan pihak- pihak yang berkepentingan dengan

laporan keuangan yang bersangkutan.

2.1.6.3 Laporan Keuangan Menurut Jenisnya

Sama seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki

beberapa jenis laporan keuangan yang disajikan sesuai SAK dan

SKAPI. Jenis- jenis laporan keuangan bank yang dimaksud adalah

sebagai berikut :

1. Neraca

Neraca bank adalah suatu laporan keuangan yang

diterbitkan setiap hari kerja oleh satuan kerja akunting. Laporan

tersebut menunjukkan posisi saldo serta mutasi- mutasi dari

rekening subgroup yang dikelola oleh satuan kerja akunting yang

bersangkutan. Aktiva bank pada umumnya terdiri atas alat- alat

likuid, aktiva produktif, dan aktiva tidak produktif. Sisi pasiva

menggambarkan kewajiban bank yang berupa klaim pihak ketiga

atau pihak lainnya atas kekakayaan bank yang dinyatakan dalam

bentuk rekening giro, deposito berjangka, tabungan, dan

instrumen kewajiban lainnya serta ekuitas yang menggambarkan

nilai buku pemilik saham.

32

Universitas Sumatera Utara


2. Penghitungan Laba Rugi

Penyusunan penghitungan laba rugi bank dilakukan dengan

menganut konsep konservatisme, yang menekankan bahwa

pendapatan yang diperhitungkan adalah pendapatan yang benar-

benar telah diterima secara efektif, seperti bunga atau pendapatan

lain yang telah diterima oleh bak dari nasabah secara tunai atau

atas beban giro nasabah yang saldonya masih mencukupi.

Perlakuan terhadap biaya operasional dan non operasional yang

dilakukan dengan memnggunakan prinsip accrual basis, yaitu

biaya yang akan dibayar dimasa yang akan datang sudah

diperhitungkan penjelasan pos komitmen dan kontijensi bank

umum konvensional.

3. Laporan Komitmen dan Kontijensi

Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui komitmen

dan kontinjensi yang tidak dapat dibatalkan dari suatu bank

karena komitmen dan kontijensi tersebut dapat mempengaruhi

likuiditas dan solvabilitas bank, serta dapat menimbulkan

kerugian suatu bank. Para pengguna juga memerlukan informasi

yang memadai tentang gambaran dan jumlah transaksi diluar

neraca yang dilakukan oleh bank. Sistematika penyajian laporan

komitmen dan kontinjensi disusun berdasarkan uraian tingkat

kemungkinan pengaruhnya terhadap perubahan posisi dan hasil

usaha bank. Komitmen dan kontijensi, baik yang bersifat tagihan

33

Universitas Sumatera Utara


maupun kewajiban, masing- masing disajikan secara tersendiri

tanpa pos lawan.

4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang

menunjukkan semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan bank,

baik yang berpengaruh langsung maupun yang tidak langsung

terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep

kas selama periode laporan.

5. Catatan atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan menginformasikan

kebijaksanaan akuntansi yang mempengaruhi posisi keuangan

dari hasil keuangan perusahaan. Catatan atas laporan keuangan

merupakan lampiran yang berisi catatan tersendiri mengenai

posisi devisa neto, menurut jenis mata uang dan aktivtas lainnya.

6. Laporan Keuangaan Gabungan dan Konsolidasi

Laporan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang

bank yang bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun

di luar negeri, sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan

bank yang bersangkutan dengan anak perusahaannya.

2.1.7 Rasio CAMELS Perbankan

2.1.7.1 Pengertian Rasio Camels

34

Universitas Sumatera Utara


Rasio camel adalah rasio yang menggambarkan suatu

hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan

jumlah lain yang terdapat dalam laporan keuangan suatu lembaga

keuangan. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik

buruknya keadaan posisi keuangan suatu lembaga keuangan pada

tahun berjalan. Dalam kamus perbankan (Institus Bankir Indonesia,

1999) dinyatakan bahwa CAMELS adalah aspek paling banyak

berpengaruh terhadap tingkat kesehatan lembaga keuangan.

CAMELS merupakan tolak ukur objek pemeriksaan bank yang

dilakukan oleh pengawas bank.

2.1.7.2 Komponen Rasio Camels

Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia

N0.06/23/DPMP/2004, tingkat kesehatan bank merupakan hasil

penelitian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor- faktor CAMELS,

berarti selain melakukan peniliaian secara kualitatif, Bank Indonesia

juga menerapkan rasio- rasio yang berkaitan dengan faktor- faktor

CAMELS, yang dinilai melalui rasio CAMELS ini adalah sebagai

berikut :

1. Permodalan (capital)

Aspek permodalan sering disebut juga sebagai aspek

solvabilitas , dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki

bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum

bank. Jumlah modal yang ada dalam sebuah bank menunjukkan

35

Universitas Sumatera Utara


tingkat kemampuan sebuah bank dalam menutup resiko kerugian dan

tingkat kemampuan bank dalam meningkatkan pertumbuhan bank

(Sudirman, 2013: 110). Bank Indonesia mnetapkan Capital

Adequacy Ratio (CAR) yaitu kewajiban penyediaan modal minimum

yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu

proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

(ATMR). Perbandingan rasio CAR adalah rasio terhadap modal

terhadap ATMR (Kasmir,2008) yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

CAR = x 100%

Keterangan :

Modal = Modal Inti + Modal Pelengkap

ATMR = ATMR kredit + ATMR resiko pasar

Aktiva Tertimbang Menurut Resiok (ATMR) adalah nilai

total masing- masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-

masing bobot resiko aktiva tersebut. Aktiva yang paling tidak

beresiko diberi bobot 100%. Dengan demikian, ATMR menunjukkan

nilai aktiva beresiko yang memerlukan antisipasi modal dalam

jumlah yang cukup. Menurut Peraturan Bank Indonesia

No.14/37/DPNP/2012 Bank Indonesia telah menetapkan kewajiban

penyediaan modal inti minimum bank umum sebesar 8% dari Aset

Tertimbang Menurut Resiko untuk bank dengan profil resiko

36

Universitas Sumatera Utara


peringkat satu, 9% sampai kurang dari 10% dari ATMR untuk bank

dengan profil resiko peringkat dua, 10% sampai kurang 11% dari

ATMR untuk bank dengan profil resiko peringkat 3, 11% sampai

dengan 14% untuk bank dengan profil peringkat empat dan lima.

2. Kualitas Aktiva Produktif ( Asset Quality )

Penilaian asset harus sesuai dengan peraturan oleh Bank

Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif

(Kasmir, 2005:49). Menurut Peraturan Bank Indonesia No

14/15/PBI/2012 aset produktif adalah penyediaan dana bank untuk

memperoleh penghasilan dalam bentuk kredit, surat berharga,

penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat

berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (reserve repurchase

agreement), tangguhan derivative, penyertaan, transaksi rekening

administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat

dipersamakan dengan itu. Penilaian kualitas asset merupakan

penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen

resiko kredit. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor

kualitas asset dilakukan melalui penilaian terhadap komponen

berikut :

a. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD)

disbanding dengan Total Aktiva Produktif (AP),

b. Debitur ini kredit diluar pihak terkait dibandingkan dengan

total kredit,

37

Universitas Sumatera Utara


c. Perkembangan aktiva produktif bermasalah/ non performing

asset dibandingkan dengan aktiva produktif,

d. Tingkat keukupan pembentukan Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif (PPAP)]

e. Kecukupan kebijakan dan prosedur aktiva produktif, sstem

kaji ulang (review) internal terhadap aktiva produktif,

f. Dokumentasi aktiva produktif,

g. Kinerja penanganan aktiva produktif bermasalah.

Indikator kualitas aktiva yang dipakai dalam penelitian ini

diproksikan dengan RORA (Return Of Risk Asset ) yang merupakan

rasio antara pendapatan operasi (bunga) dengan risk asset . Risk

asset merupakan penjumlahan kredit yang diberikan ditambah

dengan penanaman dalam surat berharga . RORa diformulasikan

sebagai berikut :

RORA =

3. Manajemen (Management)

Manajemen untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman

penerapan prinsip manajemen bank yang sehat, terutama uyang

terkait dengan manajemen umum dan manajemen resiko penilaian

kualitatif terhadap manajemen mencakup beberapa komponen yaitu

manajemen resiko dan manajemen umum. Manajemen umum

meliputi strategi/ sasaran perusahaan, struktur organisasi, sistem

operasional, sumber daya manusia, kepemimpinan dan budaya kerja.

38

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan manajemen resiko meliputi resiko likuiditas, resiko pasar,

resiko operasional dan resikohukum.

Dalam penelitian ini aspek manajemen yang dianalisis adalah

analisis kualitatif terhadap manajemen resiko. Manajemen resiko

merupakan inti dari pengukuran masyarakat apakah sebuah bank

telah dikelola berdasarkan asas- asas perbankan yang sehat atau

dikelola secara tidak sehat. Indikator yang digunakan untuk

mengukur manajemen resiko secara kuantitatif dapat terlihat dari

besarnya Profit Marfgin Net Profi Margin adalah indikator yang

digunakan untuk mengukur kemampuan bank seberapa efektif dan

efisien bank tersebut memanfaatkan potensi yang ada dilihat dari

besarnya laba operasi. Semakin tinggi profit margin makan semakin

besar tingkat laba yang diperoleh bank dari pendapatan yang

diterima dalam kegiatasn operasionalnya. NPM diperoleh dengan

perbandingan laba operasi dibandingkat pendapatan operasional.

Net Profit Margin =

4. Earning (Rentabilitas)

Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal bank

dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian tingkat

rentabilitas dapat digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan.

Laba yang besar yang dihasilkan perusahaan belum merupakan

ukuran perusahaan telah bekerja dengan efisien. Pandia (2012:64)

menyimpulkan bahwa “rentabilitas (earning) adalah suatu alat untuk

39

Universitas Sumatera Utara


mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba dengan

membandingkan laba dengan aktiva atau modal dalam periode

tertentu. Pendekatan penilaian kuantitatif dan kualitatif faktor

rentabilitas antara lain dilakukan melalui peniliaain terhadap

komponen- komponen berikut :

a. Return On total Assets (ROA)

Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir

terhadap rata- rata volume usaha (ROA) dalam periode yang

sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang diukur

dari volume penjualan. Rasio ini igunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara

keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan :

Return On Assets =

b. Return On Equity

Return On Equity merupakan indikator yang amat

penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk

mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih

yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan rasio

ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang

bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan pembayaran

dividen (terutama bagi bank yang telah go public ).

40

Universitas Sumatera Utara


Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih pajak

dengan modal sendiri (equity). Rasio ini driumuskan sebagai

berikut :

Return On Equity = x 100%

c. Net Interest Margin (NIM)

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

manajamen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk

menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga

bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga.

NIM=

d. Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO)

Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional

dengan pendapatan perasional dalam mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan

operasinya. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa usaha utama

bank adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

selanjutnya menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam

bentu kredit, sehingga beban bunga dan hasil bunga

merupakan porsi terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan

sebagai berikut :

41

Universitas Sumatera Utara


BOPO =

5. Likuiditas (Liquitdity )

Peniliaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan

bank untuk memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang

memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Rasio ini

mengukur kemampuan bank untuk menyeimbangkan antara

likuiditasnya dengan rentabilitasnya (Harahap, 1998:320). Bank

dikatakan likuid apabila mempunyai alat pembayaran berupa harta

lancar lebih besar dibandingkan kewajiban seluruhnya. Penilaian

tehadap faktof didasarkan pada :

a. Cash Ratio

Rasio ini mengukur perbandingan alat likuid terhadap dana

pihak ketiga yang terhimpun bank yang harus segera dibayar.

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

membayar kembali simpanan nasabah.

Cash Ratio =

b. Loan to Deposi Ratio (LDR)

Rasio ini adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah

kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh

bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

42

Universitas Sumatera Utara


Loan to Deposit Ratio =

c. Net Call Money to current asset Ratio (NCMR)

Rasio ini menunjukkan besarnya kewajiban bersih call

money terhadap aktiva lancar atau aktiva yang paling likuid dari

bank, yang dirumuskan sebagai berikut :

Net Call Money Ratio = x 100%

6. Sensitivitas terhadap Resiko Pasar ( Sensitivity to Market Risk)

Penilaian sensitivitas terhadap resiko pasar merupakan penilaian

terhadap kemampuan modal baik untuk mengcover akibat yang

ditimbulkan oleh perubahan resiko pasar dan kecukupan manajemen

resiko pasar. Berdasarkan SE Bank Indonesia No.6/23/DPNP/2004

penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif terhadap resiko pasar

antara lain dilakukan melalui penelitian terhadap komponen-

komponen sebagai berikut :

a. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover

fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potensial loss

sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga,

b. Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover

fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potensial loss

sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) nilai tukar,

c. Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar

dengan indikator.

43

Universitas Sumatera Utara


Dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel sensitivity

to market risk dikarenakan keterbatasan data yang ada. Data- data

yang berhubungan dengan sensitivitas resiko pasar tersebut tiudak

dipublikasikan oleh bank cenderung bersifat internal perusahaan.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian


analisis

Sofiatun Penelitian Struktur Alat Reformasi 1994


Gudono atas Biaya statistik uji t tidak secara
(2002) Pengaruh Pengeluaran beda dua signifikan
Reformasi Modal dan sampel mengubah
Pajak Tahun Pajak yang yang pengeluaran modal,
1994 pada Dibayar dilanjutkan struktur biaya,
Sruktur dengan hubungan antara
Biaya, regresi biaya dan modal,
Pengeluaran efisiensi biaya dan
Modal, dan profitabilitas
Keunggula perusahaan dan
Kompetitif reformasi pajak
Perusahaan secara signifikan
meningkatkan
pendapatan
pemerintah dan
pajak.
Ellija Dampak Struktur Uji beda Reformasi pajak
Setyawan Reformasi biaya dua sampel tahun 2000 tidak
(2004) Pajak Tahun pengeluaran dan model secara signifikan
2000 pada modal dan regresi mengubah
Struktur profitabilitas pengeluaran modal,
Biaya, perusahaan struktur biaya,
Pengeluaran dampak
Modal dan pengeluaran modal
Profitabilias dan jumlah biaya

44

Universitas Sumatera Utara


Perusahaan produksi,
(Studi pada profitabilitas
Perusahaan perusahaan dan
Manufaktur meningkatkan
di Bursa Efek pajak pemerintah
Jakarta)

Peneliti Judul Variabel Metode Hasil Penelitian


Analisis
Erlita Dwi Pengaruh Rasio CAR, Analisis Reformasi pajak
Kartika Reformasi RORA, deskriptif, secara signifikan
Sari Pajak Tahun NPM, dan normalitas, dapat menunjukkan
(2010) 2008 ROA uji grafik, bahwa kinerja
Terhadap uji keuangan
Kinerja kolmogrov perusahaan pada
Keuangan smirnov, periode sesudah
pada dan uji reformasi
Perusahaan hipotesis perpajakan ternyata
Perbankan lebih baik
yang dibanding pada
Terdaftar di periode sebelum
BEI reformasi
perpajakan tahun
2008
Tengku Pengaruh Rasio CAR, Proses CAR, NPL, ROA,
Hasan Rasio NPL, ROA, analisis data ROE, NIM, BOPO,
Basri CAMEL ROE, NIM, adalah uji LDR tidak
terhadap BOPO, LDR asumsi berpengaruh
Kinerja terhadap klasik dan signifikan terhadap
Keuangan pertumbuhan pengujian pertumbuhan laba
Perbankan laba hipotesis. pada perusahaan
yang Metode perbankan yang
Terdapat di statistic terdaftar di BEI
BEI periode yang
2008- 2010 digunakan
adalah
regresi
linier
berganda
Sumber: Penulis

45

Universitas Sumatera Utara


2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka teoritis yang digunakan untuk merumuskan hipotesis dalam

penelitian ini sebagai berikut :

Uji Beda

Sebelum Reformasi Pajak Setelah Reformasi Pajak


( 2005,2006,2007,2008) ( 2009,2010,2011,2012)

X1 = Capital X1 = Capital
X2 = Assets X2 = Assets
X3 = Management X3 = Management
X4 = Earnings X4 = Earnings

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Sumber : Penulis, 2014

2.4 Hipotesis

46

Universitas Sumatera Utara


Menurut Erlina (2008:49) “hipotesis adalah prososisi yang dirumuskan

dengan maksud untuk diuji secara empiris. Hipotesis merupakan dugaan atau

jawaban sementara terhadap masa;ah yang diteliti, melalui analisis data yang

relevan dan kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitan.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan

sebelumnya, maka hipotesis penelitian dapat disusun sebagai berikut :

H1 : Terdapat perbedaan Capital pada perusahaan perbankan yang go public

di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008.

H2 : Terdapat perbedaan Assets pada perusahaan perbankan yang go public di

BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008.

H3 : Terdapat perbedaan Management pada perusahaan perbankan yang go

public di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun

2008.

H4 : Terdapat perbedaan Earning pada perusahaan perbankan yang go public

di BEI sebelum dan sesudah diberlakukannya tarif pajak tahun 2008.

47

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai