Resume KMB Pengkajian-Fadilla Hafsa-Enggano WPS Office
Resume KMB Pengkajian-Fadilla Hafsa-Enggano WPS Office
NIM : AOA0190895
Prodi : D3 Keperawatan/Enggano
Proses pengkajian meliputi tiga fase, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi. Adapun
ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut :
I. WAWANCARA
Tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi yang diperlukan dalam mengidentifikasi dan
merencanakan tindakan keperawatan, dan memberi kesempatan pada perawat untuk mulai
mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Adapun data-data yang dikumpulkan selama fase wawancara terkait pengkajiankep kerawatan system
perkemihan adalah sebagai berikut :
Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan tampak di seluruh tubuh.
Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.
1. Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
2. Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi; faktor-faktor yang
memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
3. Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan, perubahan nafsu makan,
sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan penglihatan kabur.
4. Pola eliminasi
d. Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau akhir urinasi.
a. Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol, minuman berkarbonat.
Minuman tersebut sering memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
b. Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih, pembentukkan batu
ginjal, dan gagal ginjal.
c. Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang mengandung tinggi protein dapat
menyebabkan pembentukkan batu saluran kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi
system perkemihan.
d. Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat mempengaruhi status cairan.
a. Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani infeksi traktus urinarius,
berapa lama dirawat.
c. Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil pemeriksaan diagnostik
renal atau urinarius
e. Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes mellitus, hipertensi,
trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain, lupus eritematosus sistemik,
scleroderma, infeksi streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis virus,
7. Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung kemih. Angka kejadian
tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada perokok daripada bukan perokok.
1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga (polisistik renal, abnormalitas
kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s / nephritis herediter).
1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol dan ethylene glycol.
Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko kanker kandung kemih. Pekerja tekstil,
pelukis, peñata rambut, dan pekerja industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih.
Seseorang yang lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat menimbulkan
infeksi dan batu ginjal.
2. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas fisik menyebabkan
peningkatan kalsium dalam urin.
3. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah mengangkat barang
berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
4. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi batu saluran kemih
karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di daerah dataran tinggi.
E. Pengobatan
1. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal pasien.
II. PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Fisik
ditemukan
1. Inspeksi
a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.
b. Mulut
c. Wajah
d. Abdomen
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit
dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak
ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.
Moon face
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.
e. Meatus urinary
Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk
membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan meatus
urinary
2. Palpasi
a. Ginjal
1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk
mengetahui ukuran dan sensasi.
Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan
dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih,
pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki
biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.
Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.
Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.
4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.
b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan
di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a. Ginjal
2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau
tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.
Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.
b. Kandung kemih
1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi
distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.
2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung
kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.
Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness
(redup) di atas simphysis pubis.
4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas
abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi
adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)