8191 26910 1 PB
8191 26910 1 PB
Types of Farming Techniques of Plant Growth and Rice (Oryza sativa L.)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Widyagama Malang. (0341) 492282, elik_uwg@yahoo.co.id
ABSTRACT
Rice plants ( Oryza sativa L. ) as a staple food to meet the needs of carbohydrates. Kinds of
paddy rice cultivation techniques will affect the conditions of growing media and plant growth.
Intensification of rice cultivation techniques with intensive maintenance and the provision of
nutrient needs of plants wear inorganic fertilizers. Aerobic rice intensification technique controlled
by the organic-based irrigation system returns organic matter through organic fertilizer given rice
straw able to improve the biological properties of the soil and increase root growth. The study was
conducted to test various techniques of rice cultivation and intensification of rice intensification
controlled aerobic organic based on the growth and yield of rice plants. Research compiled by
Complete randomized block design with a single factor treatment. Kinds of treatment consisted of
B1 : intensification of rice cultivation techniques, B2 : Mechanical controlled aerobic cultivation of
rice intensification of organic-based with 1 plant/planting hole and B3 : Mechanical controlled
aerobic cultivation of rice intensification of organic-based with 2 plants/planting hole. Each
treatment was repeated as many as 6replicates. Observation of the growth of plant height, number of
leaves and number of tillers. The observation that crop yields per hectare. The results showed that
rice cultivation technique had no effect on plant height and number of leaves of the rice plant. Rice
cultivation techniques affect the number of tillers and paddy crops. B2 treatment resulted in the
highest number of tillers at 7:33 fruit/plant and the highest crop yields 9:06 tons/plant.
62
Budidaya tanaman padi dengan B2 : Teknik budidaya intensifikasi padi
sistem intensifikasi padi aerob terkendali aerob terkendali berbasis organik dengan 1
berbasis organik (IPAT-BO) berbeda dengan tanaman/lubang tanam, B3 : Teknik budidaya
teknik budidaya intensifikasi. Teknik budidaya intensifikasi padi aerob terkendali berbasis
intensifikasi padi aerob terkendali berbasis organik dengan 2 tanaman/lubang tanam.
organik merupakan teknik budidaya tanaman Banyaknya ulangan pada masing-masing
padi dimana sebagian kebutuan pupuk perlakuan yaitu 6 ulangan.
menggunakan pupuk organik dan pengaturan Pengomposan jerami padi dipersiapkan
kondisi air yang tidak selalu tergenang selama untuk perlakuan B2 dan B3. Komposting
pertumbuhan (Simarmata, 2008). Pemberian jerami padi dilakukan langsung di lahan
pupuk organik berupa pupuk jerami padi sawah. Bahan jerami diberi larutan bioaktivator
memberikan keuntungan terhadap kesuburan yang telah diencerkan (10 ml/liter air) sampai
tanah. Kondisi pengairan yang tidak selalu lembab. Selanjutnya bahan ditutup plastik/terpal
tergenang akan memberikan lingkungan dan untuk menjaga suhu tidak meningkat
aerob yang menguntungkan mikroorganisme dilakukan pembalikan. Setelah 7 hari pupuk
tanah dan pertumbuhan serta perkembangan jerami padi siap untuk diaplikasikan.
perakaran tanaman (Suardi, 2002). Pembibitan padi dilakukan dengan
Macam teknik budidaya tanaman cara menyebar benih yang telah diperam
padi yang berbeda, masing-masing mempunyai selama 24 jam di petak pembibitan untuk
kelebihan dan kelemahannya. Pada teknik mempercepat tumbuhnya benih. Pemeliharaan
budidaya tanaman padi intensifikasi dengan bibit dilakukan dengan mengatur kondisi air
pengaplikasi pupuk anorganik berdampak di lahan pembibitan.
terhadap penurunan kesuburan tanah karena Pengolahan tanah pertama dengan
rendahnya pengembalian bahan organik ke pembajakan untuk membalik tanah. Pada
dalam tanah (Pramono, Basuki dan Widarto, perlakuan B2 dan B3 disertai dengan
2005). Sedangkan dengan intensifikasi padi pengaplikasian kompos jerami padi dengan
aerob terkendali berbasis organik terdapat dosis 500 kg/1000 m2, kemudian dibiarkan
pengembalian bahan organik melalui pupuk selama 3 minggu. Pengolahan tanah kedua
yang diberikan dan perbaikan sifat biologi dilakukan untuk menghaluskan tanah.
tanah. Budidaya tanaman padi dengan sistem Pembuatan petak penanaman dan
intensifikasi padi aerob terkendali berbasis saluran irigasi sesuai perlakuan. Pada
organik merupakan penerapan sistem produksi perlakuan B1 dibuat saluran irigasi sekitar
yang menyatukan pemanfaatan potensi biologis petak, sedangkan pada perlakuan B2 dan B3
tanah, manajemen tanaman, pemupukan dan dibuat petak-petak dan saluran irigasi dalam
tata air secara terpadu yang berperan mendukung lahan sawah. Ukuran petak dan saluran irigasi
pertumbuhan dan perakaran tanaman padi. masing-masing berukuran lebar 240 cm untuk
petak sawah dan saluran irigasi dengan
BAHAN DAN METODE lebar 60 cm, kedalaman 30 cm, sedangkan
panjang petak 10 m.
Penelitian dilaksanakan di lahan Penggaritan dilakukan untuk membuat
sawah Kelurahan Tunggulwulung, Kota pola penanaman padi. Penanaman menggunakan
Malang. Dengan ketinggian tempat ± 600 dpl. jarak tanam 30 x 30 cm. Jumlah tanaman
Penelitian dimulai pada bulan Mei 2012 hingga pada masing-masing perlakuan yaitu B1 : 5
November 2012. Bahan yang dipergunakan tanaman/lubang tanam, B2 : 1 tanaman/lubang
meliputi benih padi varietas IR-64, pupuk tanam dan B3 : 2 tanaman/lubang tanam.
organik jerami padi, pupuk Urea, KCldan Pengaturan air pada perlakuan B1 pada saat
SP36, Furadan 3G. tanam sampai 3 hst pengairan dengan kondisi
Penelitian disusun berdasarkan rancangan macak-macak, umur 4–10 hst tergenang dengan
RAL dengan faktor tunggal. Macam perlakuan ketinggian air 5 cm, umur 11 hst- menjelang
yaitu B1 : Teknik budidaya padi intensifikasi, berbunga ketinggian air dipertahankan 5 cm
63
dan dibiarkan mengering (5 hari) selanjutnya umur 7 mst dan 9 mst pemupukan pada B1
diairi lagi dan dibiarkan mengering, petak urea 70 kg/ha, perlakuan B2 dan B3 urea 35
percobaan dikeringkan 10 hari menjelang panen. kg/ha. Panen dilakukan saat bulir padi telah
Pengaturan air pada perlakuan B2 padat dan menguning serta daun padi telah
dan B3 pada kondisi anaerob. Pengaturan air menguning 90%.
pada masa pertumbuhan vegetatif setelah Pengamatan fase vegetatif meliputi
tanam sampai 10 hst, tanaman tidak selalu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah
digenangi air. Pemberian air dilakukan setelah anakan. Hasil panen dihitung hsil biji padi
tanah tampak retak-retak (lebar sekitar 1 cm) setelah perontokan pada saat panen.
dan tanaman masih segar, penggenangan Analisa data dilakukan dengan
setinggi 1-2 cm sekitar 2 jam selanjutnya menggunakan uji sidik ragam (Anova) faktor
kondisi air dipertahankan lembab sampai tunggal dengan Rancangan Acak Lengkap.
macak-macak sampai pada stadia masak susu. Jika perlakuan menunjukkan pengaruh nyata
Menjelang pemanenan pengairan dihentikan maka dilakukan uji lanjut rata-rata perlakuan
tanah dibiarkan mengering secara alami. dengan menggunakan Uji beda nyata Terkecil
Pemeliharaan tanaman meliputi (BNT) 5%.
penyiangan, perbaikan saluran irigasi dan
pengendalian hama serta penyakit dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
secara rutin. Penyiangan dilakukan pada
umur 30, 55 dan 75 hari setelah tanam secara Pertumbuhan Tanaman. Hasil analisis
mekanis. Kegiatan perbaikan saluran irigasi ragam pengamatan pertumbuhan tanaman
dilaksanakan sebanyak 3 kali selama musim
penanaman pada semua petak percobaan. menunjukkan berpengaruh tidak nyata pada
Kegiatan pengendalian hama dan penyakit beberapa umur pengamatan. Pengamatan
pada petak percobaan dilakukan dengan pertumbuhan tinggi tanaman disajikan pada
melakukan penyemprotan pestisida Indodan Tabel 1.
dengan dosis 10 ml/tangki 14 liter air pada Perlakuan pada teknis pelaksanaan
umur 35 hst dan 70 hst. budidaya tanaman padi memberikan dampak
Pemupukan dengan pupuk anorganik terhadap kondisi lingkungan bagi pertumbuhan
sesuai dengan perlakuan. Pada umur 2 mst tanaman padi. Kondisi lingkungan yang
pemupukan pada masing-masing perlakuan terpengaruh oleh sistem budidaya pada
yaitu B1 urea 70 kg/ha, SP 36 150 kg/ha, tanaman padi yaitu kondisi tanah sebagai
KCl 100 kg/ha serta B2 dan B3 urea 35 media tanam tanaman yang berfungsi untuk
kg/ha, SP 36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha. Pada
menyediakan air dan unsur hara yang dibutuhkan
umur 7 mst dan 9 mst pemupukan pada B1
urea 70 kg/ha, perlakuan B2 dan B3 urea oleh tanaman. Secara alami kebutuhan air
35 kg/ha. dan unsur hara dari dalam tanah sudah tersedia,
Pemupukan dengan pupuk anorganik tetapi tidak sepenuhnya dapat memenuhi
sesuai dengan perlakuan. Pada umur 2 mst kebutuhan tanaman. Upaya untuk memberikan
pemupukan pada masing-masing perlakuan kecukupan kebutuhan air dan unsur hara maka
yaituB1 urea 70 kg/ha, SP 36 150 kg/ha, dapat dilakukan dengan penerapan teknik
KCl 100 kg/ha serta B2 dan B3 urea 35 budidaya tanaman padi serta menambahkan
kg/ha, SP 36 75 kg/ha, KCl 50 kg/ha. Pada unsur hara dari luar dengan pemupukan.
Tabel 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pengamatan (cm)
Perlakuan Umur Tanaman (hst)
10 20 30 40 50 60
B1 17.37 27.47 32.33 40.37 60.80 76.83
B2 16.68 27.23 32.50 44.78 62.32 78.68
B3 16.90 27.65 32.40 40.18 62.05 78.02
BNT (α=0.05) - - - - - -
64
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pengamatan (buah/tanaman)
Perlakuan Umur Tanaman (hst)
10 20 30 40 50 60
B1 4.50 8.33 13.17 16.67 17.66 18.17
B2 4.50 8.50 13.33 17.33 18.33 18.67
B3 4.67 8.17 13.50 16.33 17.33 17.67
BNT (α=0.05) - - - - - -
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Anakan Tanaman Padi pada Berbagai Umur Pengamatan (buah/tanaman)
Perlakuan Umur Tanaman (hst)
20 30 40 50 60
B1 1.17 3.67 4.30 a 5.31 5.83 a
B2 1.67 4.33 6.17 b 6.83 7.33 b
B3 1.00 3.50 4.30 a 5.33 5.67 a
BNT (α=0.05) - - 0.68 - 0.68
Ket : Angka pada satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan berbeda tidak
Nyata pada uji BNT (α = 0.05).
66
Tabel 4. Rata-rata Hasil Padi saat Panen (ton/ha) rendah dapat memacu pembentukan anakan
Perlakuan Hasil padi
tanaman padi yang lebih banyak selanjutnya
lebih banyak bulir padi yang dihasilkan. Hasil
B1 8.03 a
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
B2 9.06 b oleh Abdul Rachman (2007), bahwa semakin
B3 8.12 a banyak jumlah anakan yang dihasilkan
BNT (α=0.05) 0.35 oleh tanaman padi dapat memperbanyak
jumlah bulir tanaman padi yang dihasilkan.
Ket : Angka Pada Satu Kolom Yang Diikuti Dengan
Huruf Yang Sama Menunjukkan Berbeda
Dijelaskan oleh Zaini et al. (2004) bahwa
Tidak Nyata Pada Uji BNT ( α = 0.05) faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pembentukan jumlah anakan padi meliputi
Hasil tanaman padi yang dihasilkan kecukupan pemenuhan kebutuhan air, unsur
perlakuan B1 dan B3 berbeda nyata dengan hara dan cahaya untuk tanaman yang selanjutnya
perlakuan B2. Perlakuan B2 menghasilkan mempengaruhi banyaknya bulir padi yang
padi yang tertinggi yaitu 9.06 ton/ha. Tingginya dihasilkan oleh tanaman.
hasil tanaman padi pada perlakuan B2
diduga oleh karena pada perlakuan tersebut KESIMPULAN
yang memakai sistem teknik budidaya
tanaman padi intensifikasi aerob terkendali Teknik budidaya tanaman padi tidak
berbasis organik dengan jumlah tanaman berpengaruh pada tinggi tanaman dan jumlah
sebanyak 2 tanaman mampu menghasilkan daun tanaman padi.
jumlah anakan lebih tinggi dibandingkan Teknik budidaya tanaman padi
perlakuan B1 dan B3, karena mendapat berpengaruh terhadap jumlah anakan dan
ruang atau tempat pertumbuhan yang lebih hasil tanaman padi.
luas dibandingkan dengan perlakuan B1 dan Perlakuan B2 menghasilkan jumlah
B3, sehingga lebih besar potensi sumber daya anakan tertinggi sebesar 7.33 buah/tanaman
lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan hasil tanaman tertinggi 9.06 ton/tanaman.
tanaman dan tingkat persaingan yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrachman, S. 2007. Pemupukan Nitrogen Padi Sawah Melalui Fixed Time dan Real Time pada Sistem
Tanam Benih Langsung dan Tanam Pindah. Apresiasi Hasil Penelitian Padi.
Anonim. 2008. Teknologi Budidaya Padi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Arafah, M.P. Sirappa. 2003. Kajian Penggunaan Jerami dan Pupuk N, P dan K pada Lahan Sawah Irigasi.
J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. Vol. 4 (1). Hal 15-24.
Bern. 1991. Fertilizing for High Yield and Quality. IPI. Switzerland.
Faesal. 2011. Efisiensi Pemupukan N dalam Pola Tanam Padi-Jagung di Lahan Sawah Tadah Hujan.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Seminar Nasional Serealia.
Goldsworthy, P.R. dan Fisher N.M.1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropic. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.
Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, Go, ban Hong, HH. Bailey. 1986.
Dasar-dasar Ilmu Tanah. Univ. Lampung.
67
Pramono, J., S. Basuki, Widarto. 2005. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Sawah Melalui Pendekatan
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu. Agrosains 7 (1). Hal 1-6.
Premono, M. W. Widayati. 2000. Kompos dan Pupuk Hayati sebagai Pupuk Organik. Majalah Penelitian Gula.
Vol.XXXVI (1) : 17 – 24. P3GI. Pasuruan.
Simarmata, T. 2008. Teknologi Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik untuk
Melipatgandakan Produksi Padi dan Mempercepat Pencapaian Kedaulatan Pangan di Indonesia.
Universitas Pajajaran. Bandung.
Suardi, D.2002. Perakaran Padi dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman terhadap Kekeringan
Hasil. J. Litbang Pertanian. 21 (3).
Syarief. 1989. Kesuburan dan Pemupukan tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Turmuktini, T. Dan T. Simarmata. 2011. Peranan Kelimpahan Mikroba Tanah dalam Sistem Budidaya
Intensifikasi Padi Aerob Terkendali Berbasis Organik (IPAT-BO) untuk Peningkatan Pertumbuhan
dan Produktivitas Padi di Indonesia. Hayati. Edisi Khusus : 4C. 37-42.
Zaini, Z., Diah, WS., M. Syam. 2004. Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Balai Penelitian Tanaman
Padi-IRRI.
68