Anda di halaman 1dari 16

265 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

Asas-Asas Perjanjian (Akad),


Hukum Kontrak Syariah dalam Penerapan Salam dan Istisna

Muhammad Ardi

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone


Email: Muhammad_ardiii@ymail.com

Abstract: This paper discusses the basic principles in the agreement (contract) and its
application in banking products: salam and istishna. The study concludes that the
contract in the perspective of Islam is more known as aqad. While the application of
the contract using the contract Salam and Istishna. This contract is a contract of
orders and sales. At the end of the contract period runs out, a property of the object
becomes the object of such contract.
Abstrak: Tulisan ini membahas tentang prinsip-prinsip dasar dalam perjanjian (akad)
dan Penerapannya Dalam Produk Perbankan Salam dan Istihna. Dalam studi ini,
disimpulkan bahwa kontrak dalam perspktif Islam lebih dikenal dengan istilah ‘Aqad.
Sedangkan penerapan akad tersebut menggunakan akad Salam dan Istishna secara
khusus, yang pada intinya merupakan akad pesanan dan penyewaan. Pada akhir
priode habis kontrak tersebut terjadi suatu kepemilikan terhadap objek yang menjadi
objek akad tersebut.

Kata Kunci: Akad, Salam dan Istisna.

I. PENDAHULUAN dan banyak yang dilikuidasi karena


Dalam Perkembangan ekonomi kegagalan sistem bunganya.
syariah pada saat ini sangat pesat Berbanding terbalik dengan bank
dalam hal secara teoritis maupun muamalat yang justru mampu bertahan
praktek yang kita lihat di indonesia, dari badai krisis tersebut dan
meskipun dari Negara-negara lain menunjukan kinerja yang meningkat.
banyak melirik dan menerepkan di Hal inilah yang mendorong
negaranya begitu Perkembangan mulai dilirik sistem ekonomi syariah
perbankan syariah di Indonesia telah sebagai salah satu alternatif bagi
menjadi tolak ukur keberhasilan sistem ekonomi Indonesia. Bahkan
eksistensi ekonomi syariah. Bank apabila ekonomi syariah diterapkan
muamalat sebagai bank syariah secara maksimal didukung oleh
pertama dan menjadi pioneer bagi instrumen keuangan dan produk-
bank syariah lainnya telah lebih dahulu produk hukum yang memayungi, akan
menerapkan sistem ini ditengah mampu membawa Indonesia menjadi
menjamurnya bank konvensional. negara kuat secara ekonomi yang
Terbukti, krisis 1998 telah berbasis kerakyatan. Untuk itu sangat
menenggelamkan bank konvensional dibutuhkan peran serta seluruh elemen
266 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

masyarakat mulai dari pemerintah II. PEMBAHASAN


maupun masyarakat sebagai pelaku A. Asas-asas Perjanjian dalam Akad
dan user. Istilah asas berasal dari bahasa
Dukungan pemerintah dalam arab (‫ )آسا س‬yang berarti dasar atau
hal ini ditandai dengan adanya UU No landasan. Secara terminologi, yang
19 Tahun 2008 Tentang Surat dimaksud dengan asas ialah nilai-nilai
Berharga Syariah Nasional dan UU No dasar itu sangat berpengaruh terhadap
21 Tahun 2008 Tentang Perbankan perbuatan. Karena nilai-nilai dasar itu
Syariah, adanya Deputi Gubernur berpengaruh terhadap perbuatan atau
Bank Indonesia bidang Perbankan prilaku manusia secara lahiriah
Syariah, dan juga adanya Forum (akhlaq), maka nilai-nilai dasar
Komunikasi Ekonomi Syariah, tersebut harus mengandung unsur-
Masyarakat Ekonomi Syariah dan unsur kebenaran hakiki. Dan dalam
penyelenggaraan berbagai festival pandangan Islam, untuk mendapatkan
ekonomi syariah yang diselenggarakan kebenaran yang hakiki sumbernya
oleh Bank Indonesia sebagai otoritas adalah aqidah dan syariah. Dengan
moneter di Indonesia. menjadikan aqidah dan syariah sebagai
Tentunya, tak dapat dipungkiri sumber kebenaran suatu landasan
keinginan untuk menumbuh- kontrak (asas), maka diharapkan akan
kembangkan ekonomi syariah harus dipertanggung- jawabkan dihadapan
sejalan dengan kemampuan sumber Allah SWT. Namun bagaimanapun,
daya insani yang saat ini masih relatif aqidah dan syariah masih memuat
belum banyak memiliki kemampuan prinsip-primsip yang bersifat umum
dalam bidang ekonomi syariah dan (al-ushul al-kulliyah), (al-ahkam al-
sebagian besar dari mereka yang far’iyyah) agar mudah dipahami dan
bekerja pada bank syariah berasal dari diamalkan. Untuk mewujudkan nilai-
bank konvensional. Penyerapan nilai dasar kedalam peraturan hukum
sumber daya insani berdasarkan data konkret, diperlukan pengetahuan
Bank Indonesia per Maret 2012 tentang kaidah-kaidah fiqh (al-qawa’id
terdapat 24,754 orang al-fiqhiyyah) yang terdapat dalam ilmu
Didukung penduduknya yang pengetahuan ushul fiqh.1
sebagian besar muslim bahkan terbesar Perjanjian adalah suatu
didunia dan pemenuhan perangkat peristiwa yang terjadi ketika para
yang dibutuhkan, diharapkan pihak saling berjanji untuk
perkembangan ekonomi syariah lebih melaksanakan perbuatan tertentu.
maju seperti halnya negara sahabat Menurut Subekti, perjanjian adalah
Malaysia dan Singapore yang terlihat peristiwa ketika seseorang atau lebih
lebih agresif. Dan pastinya di dalam berjanji melaksanakan perjanjian atau
akad-akad kegiatan yang dilakukan saling berjanji untuk melaksanakan
oleh bank syariah menerapkan suatu hal.2
perjanjian, dimana perjanjian tersebut Istilah perjanjian sering juga
harus berlandaskan kontrak syariah di diistilahkan dengan istilah kontrak.3
dalam perbankan Kontrak atau contracts (dalam bahasa
267 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

Inggris) dan overeenkomst (dalam hukum (tumbuh atau lenyapnya hak


bahasa Belanda) dalam pengertian dan kewajiban).4
yang lebih luas resing dinamakan juga Akad atau kontrak berasal dari
dengan istilah perjanjian. Kontrak bahasa Arab yang berarti ikatan atau
dengan perjanjian merupakan istilah simpulan baik ikatan yang nampak
yang sama karena intinya adalah (hissyy) maupun tidak nampak
adanya peristiwa para pihak yang (ma’nawy).5 Kamus al-Mawrid,
bersepakat mengenai hal-hal yang menterjemahkan al-‘Aqd sebagai
diperjanjikan dan berkewajiaban untuk contract and agreement atau kontrak
menaati dan melaksanakanya sehingga dan perjanjian.6 Sedangkan akad atau
perjanjian tersebut menimbulkan hak kontrak menurut istilah adalah suatu
dan kewajiban bagi para pihak yang kesepakatan atau komitmen bersama
membuat kontrak tersebut dan karena baik lisan, isyarat, maupun tulisan
itulah kontrak yang dibuat dipandang antara dua pihak atau lebih yang
sebagai sumber hukum yang formal. memiliki implikasi hukum yang
Salim H.S. mengatakan, istilah mengikat untuk melaksanakannya.
perjanjian merupakan terjemahan dari Hukum kontrak Islam
kata overeenkomst (Belanda) atau merupakan bentuk tertulis dari
contract (Inggris). Ada dua macam ketentuan-ketentuan hukum Islam
teori yang membahas pengertian dibidang perikatan. Ketentuan-
perjanjian, yaitu:(1) teori lama; dan (2) ketentuan ini diatur dalam hukum
teori baru. Dalam pasal 1313 KUHP perikatan Islam yang mengatur prilaku
perdata disebutkan, “Perjanjian adalah manusia dalam menjalankan hubungan
suatu perbuatan dengan satu pihak atau ekonomi, perdagangan maupun
lebih mengingatkan dirinya terhadap perbankan.7
suatu orang atau lebih.”Definisi
perjanjian dalam pasal 1313 ini adalah: B. Asas Perjanjian (Kontrak) Dalam
(1) tidak jelas karena setiap perbuatan Hukum Islam
dapat disebut perjanjian; (2) tidak 1. Asas Ibahah (Mabda’ al-
tampak asas konsensualisme; dan (3) Ibahah)
bersifat dualisme. Tidak jelasnya Asas ibahah adalah asas
definisi ini disebabkan dalam rumusan umum hukum Islam dalam
tersebut hanya disebutkan perbuatan bidang muammalat secara
sehingga yang bukan perbuatan hukum umum. Asas ini dirumuskan
pun disebut dengan perjanjian. Untuk dalam adagium “Pada asasnya
memperjelas pengertian tersebut, harus segala sesuatu itu boleh
dicari dalam doktrin. Menurut doktrin dilakukan sampai ada dalil yang
(teori lama), yang disebut perjanjian melarangnya.” Asas ini
adalah perbuatan hukum berdasarkan merupakan kebalikan dari asas
kata sepakat untuk menimbulkan yang berlaku bahwa bentuk-
akibat hukum. Dari definisi diatas, bentuk ibadah yang sah adalah
telah tampak adanya asas bentuk-bentuk yang disebutkan
konsensualisme dan timbulnya akibat dalil-dalil syariah, orang tidak
268 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

dapat membuat bentuk baru menganut kebebasan berakad.


ibadah yang tidak pernah Asas kebebasan berakad ini
ditentukan oleh Nabi Saw. merupakan konkretisasi lebih
Bentuk-bentuk ibadah yang jauh dan spesifikasi yang lebih
dibuat tanpa pernah diajarkan tegas lagi terhadap asas ibahah
oleh Nabi Saw. Itu disebut dalam muamalat.
bid’ah dan tidak sah hukumnya. Adanya asas kebebasan
Dalam tindakan-tindakan berakad dalam hukum Islam
muamalat berlaku asas didasarkan kepada beberapa dalil
sebaliknya, yaitu bahwa segala antara lain adalah:
sesuatu itu sah dilakukan a. Firman Allah, Wahai orang-
sepanjang tidak ada larangan orang beriman, penuhilah
tegas atau tindakan itu. Bila akad-akad (perjanjian-
dikaitkan dengan tindakan perjanjian)” (QS. 5:1)
hukum, khusus perjanjian, maka b. Sabda Nabi Saw. “Orang-
ini berarti bahwa tindakan orang muslim itu senantiasa
hukum dan perjanjian apapun serta kepada syarat-syarat
dapat dibuat sejauh tidak ada (janji-janji) mereka.”
larangan khusus mengenai c. Sabda Nabi Saw., “Barang
perjanjian. siapa menjual pohan korma
2. Asas Kebebasan Berakad yang sudah dikawinkan, maka
(Mabda’ Hurriyah at- Ta’aqud) buahnya adalah untuk penjual
Hukum Islam mengakui (tidak ikut terjual). Kecuali
kebebasan berakad, yaitu suatu apabila pembeli mensyaratkan
prinsip hukum yang menyatakan lain.”
bahwa setiap orang dapat d. Kaidah hukum Islam, pada
membuat akad jenis apapun asasnya akad itu adalah
tanpa terikat kepada nama-nama kesepakatan para pihak dan
yang telah ditentukan dalam akibat hukumnya adalah apa
undang-undang Syariah dan yang mereka tetapkan asas
memasukkan klausal apa saja ke diri mereka melalui janji.
dalam akad yang dibuatnya itu 3. Asas Konsesualisme (Mabda’
sesuai dengan kepentinganya ar-Radha’iyyah)
sejauh tidak berakibat makan Asas konsensualisme
harta sesama dengan jalan batil. menyatakan bahwa untuk
Namun demikian, di lingkungan terciptanya suatu perjanjian
mazhab-mazhab yang berbeda cukup dengan tercapainya kata
terdapat perbedaan pendapat sepakat antara para pihak tanpa
mengenai luas dan sempitnya perlu dipenuhinya formalitas-
kebebasan tersebut. Nas-nas al- formalitas tertentu. Dalam
Quran dan Sunnah Nabi Saw. hukum Islam pada umumnya
serta kaidah-kaidah hukum Islam perjanjian-perjanjian itu bersifat
menunjukan bahwa hukum Islam konsensual.
269 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

Para ahli hukum Islam a. Firman Allah, “…. Dan


biasanya menyimpulkan asas penuhilah janji, sesungguhnya
konsensualisme dari dalil-dali janji itu akan dimintakan
hukum berikut. pertanggungjawabannya”
a. Firman Allah, “Wahai orang- (QS. 17:34).
orang beriman, janganlah b. Asar dai Ibn Mas ‘ud, “janji
kamu makan harta sesamamu itu adalah utang”.
dengan jalan batil, kecuali c. Ayat QS. 5: 1 dan hadis al-
(jika makan harta sesamamu Hakim yang telah di kutip
dilakukan) dengan cara tukar- pada sub c. 2.1) dan 2.2)
tukar berdasarkan perizinan diatas
timbal-balik (kata sepakat) 5. Asas Keseimbangan (Mabda’ at-
diantara kamu” (QS. 4: 29). Tawazun fi al- Mu’ awdhah)
b. Firman Allah, “Kemudian Meskipun secara faktual
jika mereka menyerahkan jarang terjadi keseimbangan
kepadamu sebagian dari mas antara para pihak dalam
kawin diatas dasar senang bertransaksi, namun hukum
hati, maka makanlah perjanjian Islam tetap
(ambillah) pemberian itu menerapkan keseimbangan
sebagai suatu yang sedap lagi dalam memikul risiko. Asas
baik akibatnya” (QS. 4: 4) keseimbangan dalam transaksi
c. Sabda Nabi Saw., (antara apa yang diberikan
“Sesungguhnya jual beli itu dengan apa yang diterima)
berdasarkan kata sepakat tercermin pada dibatalkannya
(hadis riwayat ibn Hibban dan suatu akad yang mengalami
ibn Majah) ketidakseimbangan prestasi yang
d. Kaidah hukum Islam. Pada mencolok. Asas keseimbangan
asasnya perjanjian (akad) itu dalam memikul risiko tercermin
adalah kesepakatan para dalam larangan terhadap
pihak dan akibat hukumnya transaksi riba, dimana dalam
adalah apa yang mereka konsep riba itu hanya debitur
tetapkan melalui janji. yang memikul segala risiko atas
4. Asas Janji itu Mengikat kerugian usaha, sementara
Dalam al-Quran dan kreditor bebas sama sekali dan
Hadis terdapat banyak perintah harus mendapat prosentase
agar memenuhi janji. Dalam tertentu sekalipun pada saat
kaidah usul fikih, “ Perintah itu dananya mengalami kembalian
pada asasnya menunjukkan negatif.
wajib”. Ini berarti bahwa janji itu 6. Asas Kemaslahatan (Tidak
mengikat dan wajib dipenuhi. Memberatkan)
Diantara ayat dan hadis Asas kemaslahatan ini
dimaksud adalah. dimaksudkan bahwa akad yang
dibuat oleh para pihak bertujuan
270 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

mewujudkan kemaslahatan bagi penyakitnya, sang pasien sangat


mereka dan tidak menimbulkan tergantung kepada informasi
kerugian (mudharat) atau dokter untuk menganbil
memberatkan (masyaqqah). keputusan menjalani metode
Apabila dalam pelaksanaan akad tersebut. Begitu pula terdapat
terjadi suatu perubahan keadaan barang-barang canggih, tetapi
yang tidak dapat diketahui juga mungkin menimbulkan
sebelumnya serta membawa risiko berbahaya bila salah
kerugian yang fatal bagi pihak penggunaanya, dalam hal ini,
bersangkutan dan memberatkan, pihak yang bertransaksi dengan
maka kewajibannya dapat diubah objek barang tersebut sangat
dan disesuaikan kepada batas bergantung kepada informasi
yang masuk akal. yang menawarkan barang
7. Asas Amanah tersebut. Oleh karena itu, dalam
Dengan asas amanah kaitan ini dalam hukum
dimaksudkan masing-masing perjanjian Islam dituntut adanya
pihak haruslah beritikad baik sikap amanah pada pihak yang
dalam bertransaksi dengan pihak menguasainya untuk member
lainnya dan tidak dibenarkan informasi yang sejujurnya
salah satu pihak mengeksploitasi kepada pihak lain yang tidak
ketidaktahuan mitranya. Dalam banyak mengetahuinya.8
kehidupan masa kini banyak 8. Asas Keadilan
sekali obyek transaksi yang Keadilan adalah tujuan
dihasilkan oleh satu pihak yang hendak diwujudkan oleh
melalui suatu keahlian yang semua hukum. Dalam hukum
spesialis dan profesionalisme Islam, keadilan langsung
yang tinggi sehingga ketika merupakan perintah al-Quran
ditransaksikan, pihak lain yang yang menegaskan, “Berlaku
menjadi mitra transaksi tidak adillah, karena adil itu lebih
banyak mengetahui seluk dekat kepada takwa’ (QS. 5: 8).
beluknya. Oleh karena itu, ia Keadilan merupakan sendi setiap
sangat bergantung kepada pihak perjanjian yang dibuat oleh para
yang menguasainya. Profesi pihak. Sering kali pada zaman
kedoteran, terutama dokter modern ini, akad ditutup oleh
spesialis, misalnya hanya suatu pihak lain tanpa memiliki
diketahui dan dikuasai oleh para kesempatan untuk melakukan
dokter saja. Masyarakat umum negosiasi mengenai klausal akad
tidak mengetahui seluk beluk tersebut, karena klausal akad
profesi tersebut. Oleh karena itu, telah di bakukan oleh pihak lain.
ketika seorang pasien sebagai
salah satu pihak transaksi, akan C. Rukun Akad dan Syarat-Syarat
diterapkan suatu metode Akad
pengobatan dan penanganan
271 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

1. Kesepakatan untuk Mengikatkan bentuknya tampak dan


Diri (Shighat Al-‘Aqd) membekas. Objek akad ini tidak
Shighat al-Aqd adalah semata “sesuatu benda” yang
cara bagaimana pernyataan bersifat material (ayn/real asset),
pengikatan diri itu di lakukan. tetapi juga bersifat subjektif dan
Shighat al-aqad ini merupakan abstrak. Dengan demikian, objek
rukun akad yang penting. akad tersebut dapat berbentuk
Bahkan menurut ulama suatu kemanfaatan, seperti dalam
Hanafiyah, rukun-rukun akad itu upah-mengupah, dan tanggungan
hanya satu, yaitu shighat al-aqad atau kewajiban (dayn/debt)
ini. Sementara yang lainnya, jaminan (taswiq/suretyship), dan
dianggap sebagai rukun akad itu agensi/kuasa (itlaq).
hanya merupakan syarat-syarat 4. Tujuan Akad (Maud’ul ‘Aqdi)
akad. Dalam litaratur fiqh, Tujuan akad merupakan
shiqhat al-aqd biasanya di salah satu bagian penting dari
wujudkan dalam bentuk ijab dan rukun akad. Yang dimaksud
qabul dengan maudh’ul aqad adalah
2. Subjek Akad (Al-‘Aqid) almaqhudul ashly alladzy
Ijab dan Qabul yang syara’a al-‘aqdu min ajlih
telah dibicarakan, tidak mungkin (tujuan utama kenapa ditentukan
terwujud tanpa adanya pihak- adanya akad).
pihak yang melakukan akad.
Oleh karena itu, pihak-pihak D. Berakhirnya Akad
yang melakukan akad Menurut hukum Islam, akad
merupakan faktor utama berakhir karena sebab-sebab
pembentukan suatu perjanjian. terpenuhinya tujuan akad (tahkiq
Cakupan subjek akad ini, pada gharadh al-‘aqd), pemutusan akad
awalnya lebih menunjukkan (fasakh), putus dengan sendirinya
kepada perseorangan dan tidak (infisakh), kematian, dan tidak
dalam badan hukum. Namun memperoleh izin dari pihak yang
sesuai dengan perkembangan, memiliki kewenangan dalam akad
subjek akad ini tidak saja berupa mauqup. Berikut penjelasan dari
orang perseorangan (al-ahwal al- masing-masing dimaksud.
syakhsiyyah/naturlij person), 1. Terpenuhinya tujuan akad
tetapi juga berbentuk badan Suatu akad di pandang
hukum (al-syakhsiyyah al- berakhir apabila telah tercapai
i’itibariyyah atau al- tujuannya. Dalam akad jual beli,
hukmiyyah/rech person). akad dipandang telah berakhir
3. Objek Akad (Mahal Al-‘Maqud apabila barang telah berpindah
Alaih) milik kepada pembeli dan
Mahal al-Aqd adalah harganya telah menjadi milik
objek akad atau benda-benda penjual. Dalam akad salam dan
yang dijadikan akad yang istishna akan berakhir jika
272 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

pembayaran sudah lunas dan waktu tertentu dan tidak dapat


barangnya keterima. diperpanjang.
2. Terjadinya pembatalan akad 3. Salah satu Pihak yang berakad
(fasakh) meninggal dunia
a. Adanya hal-hal yang tidak Kematian salah satu
dibenarkan syara; seperti pihak yang mengadakan akad
terdapat kerusakan dalam mengakibatkan berakhirnya
akad (fasad al-‘aqdi). akad. Hal ini terutama yang
Misalnya, jual beli barang menyangkut hak-hak perorangan
yang tidak memenuhi dan bukan hak kebendaan.
kejelasan (jahala) dan tertentu Kematian salah satu pihak
waktunya (mu’aqqat). menyangkut hak perorangan
b. Adanya khiyar, khiyar rukyat, mengakibatkan berakhirnya akad
khiyair ‘aib, khiyar syarat perwalian, perwakilan dan
atau khiyar majelis. sebagainya.
c. Adanya penyesalan dari salah 4. Tidak ada izin dari yang berhak.
satu pihak (iqalah). Salah satu Dalam hal akad maukuf
pihak yang berakad dengan (akad yang keabsahanya
persetujuan pihak lain bergantung pada pihak lain),
membatalkan karena merasa seperti akad bai’ fudhuli dan
menyesal atas akad yang baru akad anak yang belum dewasa,
saja dilakukan. Hal ini akad berakhir apabila tidak
didasarkan pada hadis Nabi mendapat persetujuan dari yang
riwayat Baihaqi dari Abu berhak.
Hurairah yang mengajarkan
bahwa barang siapa E. Penerapan Akad Dalam Produk
mengabulkan permintaan Perbankan Salam dan Istishna
pembatalan orang yang Dalam pembahasan ini, untuk
menyesal akad jual beli yang mengetahui bagaimana penerapan
dilakukan, Allah akan akad tersebut dalam perbankan. Kajian
menghilangkan kesukarannya ini difokuskan pada akad Salam dan
pada hari kiamat kelak (man Istishna. Istishna' adalah perjanjian
aqala naadiman bai’atahu dimana pelanggan membutuhkan suatu
aqallahu’atsratuhu yaumal item, peralatan, proyek pembangunan,
qiyamah). yang perlu dibangun, diproduksi,
d. Adanya kewajiban dalam dibuat atau dirakit, dalam hal ini
akad yang tidak dipenuhi oleh biasanya meminta kepada bank untuk
pihak-pihak yang berakad pembiayaan. Bank menawarkan untuk
(li’adami tanfidz) memiliki item yang dipesan untuk
e. Berakhirnya waktu akad dibangun, diproduksi atau dirakit dan
karena habis waktunya, kemudian, setelah menambahkan
seperti dalam akad sewa- margin keuntungan, menjual kepada
menyewa yang berjangka pelanggan. Pembeli dapat membayar
273 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

harga untuk barang pesanan tersebut di konstruksi dan bidang manufaktur


masa yang akan datang, baik secara seperti membiayai pabrik pesawat
sekaligus maupun secara angsuran. terbang, instalasi peralatan pabrik dan
Menurut Brian Kettell, sebagainya. Dalam akad ini, alat bayar
istishna’ adalah kontrak penjualan harus diketahui jumlah dan bentuknya,
dimana pembeli yang meminta penjual baik berupa uang, barang, atau
untuk memproduksi produk yang manfaat. Selain itu, pembayaran
ditentukan secara khusus, dengan dilakukan sesuai dengan kesepakatan
menggunakan bahan baku penjual, dan tidak boleh dalam bentuk
dengan harga yang telah ditawarkan. pembebasan utang. Pada saat
Istishna’ adalah kontrak penjualan penyerahan (yang akan dilakukan di
antara al-mustashni (pembeli utama) waktu yang akan datang), waktu dan
dan shani' (penjual). Dalam istishna’, tempatnya harus ditetapkan
shani' -berdasarkan perintah dari al- berdasarkan kesepakatan. Apabila
mushtasni- melakukan produksi atau terdapat cacat atau barang tidak sesuai
mengakuisisi al-mashnu' (subjek dengan kesepakatan, pemesan
materi dalam kontrak) sesuai dengan memiliki hak khiyar (hak memilih)
spesifikasi dan menjualnya kepada al- untuk melanjutkan atau membatalkan
mustashni untuk harga dan metode akad.10
penyelesaian yang disepakati. Hal ini Pada dasarnya, Istishna’ adalah
mungkin terjadi, pada saat kontrak, perjanjian dimana salah satu pihak
dengan cicilan atau ditangguhkan membayar untuk barang yang akan
untuk waktu spesifik dimasa diproduksi atau membayar sesuatu
mendatang. Dalam kondisi kontrak yang akan dibangun. Sebagai aturan
istishna’ tersebut bahwa shani' harus umum pengguna utama akan membuat
menyediakan baik bahan baku atau angsuran periodik sesuai dengan
tenaga kerja.9 perkembangan aktual dalam konstruksi
Menurut Muhammad Nizarul atau manufaktur. Dalam akad bai’ al-
Alim, Istishna adalah akad jual beli istishna', pembeli memperbolehkan
dalam bentuk pemesanan pembuatan pembuat untuk menggunakan pihak
barang tertentu dengan kriteria dan lain (pihak ketiga) atau subkontraktor
persyaratan tertentu yang akan kontrak tersebut. Dengan begitu,
disepakati antara pemesan pembuat akan membuat kontrak
(pembeli/mustahni) dan penjual istishna' kedua untuk memenuhi
(pembuat/shani). Jika penjual kewajibannya pada kontrak pertama
memerlukan pihak lain untuk yang disebut dengan istishna’ paralel.
memenuhi pesanan pembeli maka Istishna Paralel adalah suatu
disebut dengan istishna paralel. bentuk akad istishna' antara penjual
Dalam prakteknya, Istishna’ dan pemesan, di mana untuk
adalah metode pembiayaan yang memenuhi kewajibannya kepada
digunakan untuk memproduksi pemesan, penjual melakukan akad
barang-barang tertentu, seringnya istishna dengan pihak lain
digunakan untuk pembiayaan (subkontraktor) yang dapat mernenuhi
274 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

aset yang dipesan pemesan. Syaratnya c. Harga barang yang akan


akad istishna pertama (antara penjual diproduksi harus ditetapkan
dan pemesan) tidak bergantung pada secara mutlak dan tidak ambigu.
istishna kedua (antara penjual dan Harga yang disepakati dapat
pemasok). Selain itu, akad antara dibayarkan sekaligus atau
pemesan dengan penjual dan akad cicilan, berdasarkan kesepakatan
antara penjual dan pemesan harus bersama oleh para pihak.
terpisah dan penjual tidak boleh d. Menyediakan material yang
mengakui adanya keuntungan selama dibutuhkan untuk pembuatan
konstruksi.11 komoditas bukan merupakan
tanggung jawab pembeli.
1. Aturan Syariah Menyangkut e. Kecuali disepakati bersama,
Istishna’ setiap pihak dapat membatalkan
Usmani (1999) menetapkan kontrak secara sepihak jika dari
faktor fundamental untuk kontrak penjual belum timbul biaya
penjualan yang valid dibawah langsung maupun tidak langsung
syariah sebagai berikut: dalam kaitan tersebut.
a. Aset harus ada dan dimiliki oleh f. Jika barang-barang manufaktur
penjual pada saat penjualan sesuai dengan spesifikasi yang
dilakukan telah disepakati antara para
b. Penjual juga harus benar-benar pihak, pemesan (pembeli) tidak
memiliki aset, yang didapat dapat menolak untuk menerima
secara langsung atau melalui barang tersebut, kecuali jika
agen terdapat jelas cacat dalam
barang-barang tersebut. Namun,
Sedangkan kuasa syariah untuk perjanjian dapat mengatur bahwa
istishna’ adalah sebagai berikut: jika pengiriman tidak dilakukan
a. Istishna’ adalah model penjualan dalam jangka waktu yang
luar biasa, dengan harga yang disepakati bersama, maka
disepakati, dimana pembeli pembeli dapat menolak untuk
menempatkan sebuah pemesanan menerima barang tersebut.
untuk memproduksi, merakit g. Bank (sebagai pembeli di
atau membangun, atau Istishna) dapat masuk ke dalam
menyebabkan sesuatu yang akan kontrak Istishna Paralel tanpa
disampaikan di masa mendatang. kondisi atau hubungan dengan
b. Komoditas harus diketahui dan kontrak Istishna asli. Dalam
ditentukan, dan menghapus salah satu dari mereka, posisi
semua ketidakjelasan yang pertama bank akan menjadi
berkaitan dengan spesifikasinya pembeli dan diposisi kedua akan
termasuk jenis, tipe kualitas dan menjadi penjual. Masing-masing
kuantitas, untuk menghindari dari dua kontrak harus
gharar (ketidakpastian). independen dari yang lain.
Mereka tidak bisa diikat dengan
275 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

hak dan kewajiban dari kontrak yang terjadi, selain biaya


yang bergantung pada hak dan kesempatan.
kewajiban kontrak paralel.
Selanjutnya, Parallel Istishna Umumnya istishna’ digunakan
diperbolehkan dengan pihak dalam pembiayaan Kredit Perumahan
ketiga saja. Rakyat (KPR), dan pada praktiknya,
h. Dalam transaksi Istishna, akad istishna yang digunakan dalam
sebelum mengambil kepemilikan KPR adalah istishna paralel. Demikian
(aktual atau konstruktif), penjabarannya, konsumen yang
pembeli seharusnya tidak membutuhkan rumah datang ke bank
menjual barang atau mentransfer dan memesan sebuah rumah pada bank
kepemilikan atas barang kepada dengan spesifikasi tertentu. Konsumen
orang lain. dan bank lalu membuat kesepakatan
i. Jika penjual gagal menyerahkan serah-terima rumah, harga jual, dan
barang dalam waktu yang mekanisme pembayarannya.12
ditentukan, harga komoditas OIeh karena itu bank bukan
tersebut dapat dikurangi dengan perusahaan pengembang, maka bank
jumlah tertentu per hari sesuai memesan lagi ke pengembang agar
perjanjian. dibuatkan rumah yang sama dengan
j. Perjanjian tersebut dapat yang dipesan oleh si konsumen. Inilah
memberikan pembayaran untuk yang dimaksud dengan istishna'
denda dihitung dengan tarif yang paralel, konsumen memesan pada bank
telah disepakati dalam persen per dan bank memesan lagi ke
hari/ tahun yang akan digunakan pengembang untuk dibuatkan rumah.
untuk tujuan amal. Bank-bank Akad ini dapat lebih fleksibel
juga bisa mendekati pengadilan digunakan untuk memfasilitasi KPR
yang kompeten untuk untuk rumah yang masih indent.
penghargaan dari ganti rugi, atas Dengan akad ini, jual-beli dapat mulai
kebijaksanaan pengadilan, yang dilakukan walaupun objek jual-belinya
akan ditentukan atas dasar biaya belum ada.
langsung dan tidak langsung
yang terjadi, selain biaya 2. Aturan Syariah Menyangkut Salam
kesempatan. Juga, keamanan Menurut Ifham Solihin
atau jaminan bisa dijual oleh secara etimologi salam artinya
bank (pembeli) tanpa intervensi salaf (pendahuluan). Secara
dari pengadilan. terminologi (ta'rif) muamalah
k. Dalam kasus wanprestasi oleh salam adalah: Penjualan suatu
klien, bank juga bisa mendekati barang yang disebutkan sifat-
pengadilan yang kompeten untuk sifatnya sebagai persyaratan jual
penghargaan dari kerusakan, beli dan barang tersebut masih
kebijaksanaan pengadilan, yang dalam tanggungan penjual, yang
akan ditentukan atas dasar biaya syarat tersebut di antaranya adalah
langsung dan tidak langsung mendahulukan pembayaraan pada
276 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

waktu di akad majelis (akad sedikit pun di antara para fukaha


disepakati).13 klasik atau kontemporer. Meskipun
Bai' Salam adalah kontrak demikian prinsip Syariah umum
(Akad) forward klasik dimana menyatakan bahwa jual-beli
harganya dibayar di muka pada saat komoditas yang penguasaannya
pembuatan kontrak (Akad) untuk tidak berada pada pihak penjual
barang yang ditetapkan untuk tidaklah diperbolehkan. Saat hijrah
diserahkan di kemudian waktu. dari Mekkah, Nabi Muhammad
Istilah “Salam” dan "Salaf’ saw. datang ke Madinah, di mana
digunakan silih berganti dalam orang terbiasa membayar di muka
literatur Hadis untuk atas harga buah-buahan (atau
menggambarkan kontrak (Akad) kurma) untuk diserahkan dalam
dengan penyerahan di masa yang satu, dua, dan tiga tahun. Akan
akan datang atas spesifikasi barang tetapi, transaksi yang demikian
tertentu dengan pembayaran harga dilaksanakan tanpa menetapkan
lunas di muka. Para pihak kualitas, ukuran. atau berat
menetapkan waktu tertentu untuk komoditas atau waktu
persediaan barang yang memiliki penyerahannya. Nabi Muhammad
kualitas dan kuantitas khusus. Kata saw. kemudian memutuskan:
Salaf atau Taslif, yang secara “Siapa pun yang membayar uang di
harfiah berarti pembayaran di muka (untuk buah) (untuk
muka, mengacu pada jual-beli diserahkan kemudian) haruslah
dengan pembayaran di muka, yang untuk kualitas, ukuran, dan berat
digunakan oleh para fuqaha Hijaz, (atas kurma atau buah) yang telah
sementara sebagian besar fuqaha ditetapkan dan diketahui bersamaan
yang berlokasi di Baghdad, Irak, dengan harga dan waktu
menggunakan istilah Salam untuk penyerahan.
transaksi jual-beli di muka. Karena 3. Rukun Bai' as-Salam
komoditas yang akan diserahkan di Pelaksanaan bai’as-salam
masa yang akan datang harus memenuhi sejumlah rukun
mendapatkan pembayaran seketika, berikut ini:15
yang menjadikannya sebagai utang a. Muslam atau pembeli
pada sisi penjual, transaksi tersebut b. Muslam ilaih atau penjual
disebut Salaf dan melibatkan c. Modal atau uang
pinjaman tanpa adanya tambahan d. Muslam fiihi atau barang
manfaat apa pun.’ Karena dalam e. Sighat atau ucapan
gerakan keuangan Islami yang
mulai berkembang, Salam biasanya Salah satu persyaratan
digunakan untuk menyatakan keabsahan dasar bagi setiap penjualan
transaksi di muka dengan sifat dasar dalam transaksi syariah bahwa setiap
tertentu.14 Salam diperbolehkan komoditas (yang dimaksudkan untuk
oleh Nabi Muhammad saw. sendiri, dijual) seharusnya ada dalam bentuk
tanpa adanya perbedaan pendapat fisik atau dalam kepemilikan
277 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

konstruktif penjual. Kondisi ini Caranya, saat nasabah mengajukan


memiliki tiga unsur.16 pembiayaan untuk pembiayaan
Komoditas harus ada. Ini garmen, bank mereferensikan
berarti bahwa komoditas yang tidak penggunaan produk tersebut. Hal itu
ada pada saat penjualan tidak dapat berarti bahwa bank memesan dari
dijual. pembuat garmen tersebut dan
a. Penjual harus memperoleh membayarnya pada waktu pengikatan
kepemilikan atas komoditas kontrak. Bank kemudian mencari
tersebut. Ini berarti bahwa jika pembeli kcdua. Pembeli tersebut bisa
komoditas ada tetapi penjual saja rekanan yang telah
tidak memilikinya, ia tidak direkomendasikan oleh produsen
dapat menjualnya kepada siapa garmen tersebut. Bila garmen itu telah
pun. sclesai diproduksi, produk tersebut
b. Kepemilikan semata tidak diantarkan kepada rekanan tersebut.
cukup: seharusnya barang Rekanan kemudian membayar kepada
tersebut datang dan menjadi bank, baik secara mengangsur maupun
milik penjual, secara fisik atau tunai.17
konstruktif. Jika penjual
memiliki komoditas, tapi dia 3. Perbedaan Bai' as-Salam dengan
belum menerima kiriman baik Istishna'
dirinya sendiri atau melalui Terdapat beberapa perbedaan
agen, dia tidak dapat antara Bai’ as-Salam dengan Bai’ al-
menjualnya. Istishna yang dirangkum dalam
beberapa hal berikut:18
Bai' as-salam biasanya a. Subyek Bai’ al-Istishna
dipergunakan pada pembiayaan bagi merupakan hal yang selalu
petani dengan jangka waktu yang membutuhkan manufaktur,
relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Karena sedangkan Bai’ as-Salam dapat
yang dibeli oleh bank adalah barang diberlakukan pada hal apapun,
seperti padi, jagung, dan cabai, dan terlepas dari apakah perlu
bank tidak berniat untuk menjadikan manufaktur atau tidak.
barang-barang tersebut sebagai b. Dalam Bai’ as-Salam bahwa
simpanan atau inventory, dilakukanlah harga untuk barang yang dipesan
akad bai' as-salam kepada pembeli dibayar penuh di muka,
kedua, misalnya kepada Bulog, sedangkan hal tersebut tidak
pedagang pasar induk, atau grosir. diperlukan dalam istishna’.
Inilah yang dalam perbankan Islam c. Dalam kontrak Bai’ as-Salam,
dikenal sebagal salam paralel. sekali diberlakukan, tidak dapat
Bai' as-Salam juga dapat dibatalkan secara sepihak,
diaplikasikan pada pembiayaan barang sedangkan dalam kontrak Bai’
industri, misalnya produk garmen al-Istishna dapat dibatalkan
(pakalan jadi) yang ukuran barang sebelum produsen mulai
tersebut sudah dikenal umum. pekerjaan.
278 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

7
d. Waktu pengiriman merupakan Gemala Dewi., Aspek-Aspek
bagian penting dari penjualan Perbankan & Perasuransian Syariah di
Idnonesia, (Edisi I : Jakarta; Prenada Media,
dalam Bai’ as-Salam, sementara 2004) hlm 185.
itu tidak diperlukan dalam Bai’ 8
Syamsul Anwar, hlm. 91
9
al-Istishna, karena waktu Kettell, Brian, Introduction to
pengiriman sudah ditetapkan. Islamic Banking and Finance, (London: In
The United Kingdom, 2008), hlm. 103.
10
Taufik Hidayat, Buku Pintar
III. PENUTUP Investasi Syariah, (Jakarta Selatan: PT
Dari penjelasan di atas maka TransMedia, 2011) hlm. 58
dapat ditarik kesimpulan bahwa 11
kontrak dalam perspktif Islam lebih Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di
Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013)
dikenal dengan istilah ‘Aqad hlm 196
Sedangkan penerapan akad tersebut 12
Ahmad Gozali, 2005, Serba-Serbi
dalam tulisan ini menggunakan akad Kredit Syariah; Jangan Ada Bunga Di Antara
Salam dan Istishna secara khusus, Kita, (Jakarta:PT Elex Media Komputindo,
yang pada intinya pada akad tersebut 2005), hlm. 31.
13
Ahmad Ifham, Solihin, Buku
merupakan akad pesanan dan Pintar Ekonomi Syariah (Jakarta: PT
menyewa yang pada akhir priode habis Gramedia Pustaka Utama, 2010), hlm. 759.
kontrak tersebut terjadi suatu 14
Muhammad Ayub, Understanding
kepemilikan terhadap objek yang Islamic Finance, A - Z Keuangan Syariah,
menjadi objek akad tersebut. (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2009)
hlm. 375
Catatan Akhir: 15
Muhammad Syafi'I Antonio, Bank
Syariah: Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta:
1
Burhanuddin . S, Hukum Kontrak Gema Insani Press, 2001) hlm. 109
Syariah, (Eds. I: Jogyakarta; BPFE, 2009)
16
hlm. 41. Briant Kettell, hlm. 109
2 17
Subekti, Hukum Perjanjian (Cet. Muhammad Syafi'I Antonio,
XIII: Jakarta; Intermasa, 1991), hlm. 1. Bank… , hlm. 112
3 18
Abdul Rasyid Saliman, dkk, Hukum Taqi Usmani, An Introduction to
Bisnis untuk Perusahaan: Teori dan contoh Islamic Finance, Idara Isha'at-e-Diniyat,
Kasus (Cet. III: Jakarta; Kencana, 2007), hlm. (India: New Delhi, 2008), hlm. 136
49.
4
Salim H.S., Pengantar Hukum
Perdata Tertulis, (Jakarta: Sinar Grafik, 2002)
hlm. 160. DAFTAR PUSTAKA
5
Fayruz Abadyy Majd al-Din
Muhammad Ibn Ya’qub. al-Qamus al-Muhit., Antonio, Muhammad Syafi'I, 2011,
jilid 1. (Beirut: D Jayl), hlm. 327. Di kutip Bank Syariah: Dari Teori Ke
Rahmani Timorita Yulianti, asas-asas
Praktik, Jakarta: Gema Insani
perjanjian akad dalam hukum kontrak syariah.
(La_Riba: Jurnal Ekonomi Islam, Vol. II, No. Press.
1, Juli 2008), hlm. 93. Ayub, Muhammad, 2009,
6
Munir al-Ba’labakiyy (1990),
Qamus al-Mawrid. (Beirut: Dar al-‘Ilm al- Understanding Islamic
Malayyin), hlm.770. Finance, A - Z Keuangan
279 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

Syariah, Jakarta:PT Gramedia Saliman, H., 2002, Pengantar Hukum


Pustaka Utama. Perdata Tertulis, Jakarta: Sinar
Grafik.
Burhanuddin. S, 2009, Hukum Kontrak
Syariah, Eds. I: Jogyakarta; Hidayat, Taufik, 2011, Buku Pintar
BPFE. Investasi Syariah, Jakarta
Selatan: PT Trans Media.
Al-Ba’labakiyy, Munir, 1990, Qamus
al-Mawrid, Beirut: Dar al-‘Ilm Subekti, 1991, Hukum Perjanjian, Cet.
al-Malayyin. XIII: Jakarta; Intermasa.
Dewi, Gemala, 2004, Aspek-Aspek Saliman, Abdul Rasyid dkk, 2007
Perbankan & Perasuransian Hukum Bisnis untuk
Syariah di Idnonesia, Edisi I : Perusahaan:Teori dan Contoh
Jakarta; Prenada Media. Kasus,Cet. III: Jakarta;
Kencana.
Fayruz, Abadyy Majd al-Din
Muhammad Ibn Ya’qub. al- Solihin, Ahmad Ifham, 2010, Buku
Qamus al-Muhit., jilid 1. pintar ekonomi syariah,
Beirut: D Jayl. Di kutip Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Rahmani Timorita Yulianti, Utama
asas-asas perjanjian akad Muhammad Nizarul, Muhammad
dalam hukum kontrak syariah. Nizarul Alim, 2001,
(La_Riba: Jurnal Ekonomi Muhasabah Keungan Syariah,
Islam, Vol. II, No. 1, Juli 2008. Solo: Aqwam Jembatan Ilmu.
Kettell, Brian, 2008, Introduction to Nurhayati, Sri, 2013, Akuntansi
Islamic Banking and Finance, Syariah di Indonesia, Jakarta:
London: In The United Salemba Empat.
Kingdom.
Usmani, Taqi, 2008, An Introduction
Gozali, Ahmad, 2005, Serba-Serbi to Islamic Finance, Idara
Kredit Syariah; Jangan Ada Isha'at-e-Diniyat, India: New
Bunga Di Antara Kita, Delhi.
Jakarta:PT Elex Media
Komputindo.
280 | Jurnal Hukum Diktum, Volume 14, Nomor 2, Desember 2016: 265 - 279

Anda mungkin juga menyukai