Anda di halaman 1dari 27

PERMASALAHAN SUMBER DAYA AIR DI

INDONESIA
Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Dimana manusia tidak dapat
bertahan hidup tanpa air. Air tersedia cukup banyak, namun yang dapat digunakan oleh
manusia untuk keperluan sehari-hari sedikit karena air yang dapat digunakan oleh manusia
hanyalah air yang bersih. Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan
berkelanjutan karena sangat penting untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan
tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka wajar jika sektor air
bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang
banyak. Jika kebutuhan terhadap air bersih tidak diimbangi dengan pengelolaan sumber daya
air yang baik, maka berdampak pada kuantitas air tersebut dan yang terjadi krisis air bersih.
Krisis air bersih adalah minimnya jumlah air bersih yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan
di suatu wilayah. Ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan air bersih dialami oleh
sebagian besar wilayah di Indonesia.

Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi
pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan,  dan permasalahan dari sisi
manajemen.

1. Permasalahan Sumber Daya Air dari sisi pasokan/ketersediaan.

1. Pengaruh Global Climate Change. Pengaruh global climate change seperti “efek
rumah kaca”, pemanasan global dan sebagainya menyebabkan semakin sering dan
semakin besarnya intensitas “extreme climate events” sebagaimana dua kejadian yang
berlawanan yang kita alami akhir-akhir ini yaitu LaNina (fenomena /curah hujan dengan
intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan ElNino ( fenomena
sebaliknya /kekeringan).
2. Kerusakan Daerah Aliran Sungai. Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin
tingginya sedimentasi akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian serta perkebunan
yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air yang didorong oleh tekanan
kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta tata ruang
yang tidak kondusif.
3. Kerusakan Sumber Air. Menyempitnya  sungai-sungai karena tingginya tingkat
kandungan lumpur akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun
akibat sampah yang dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang menyempit akan
menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu banjir. Adanya situ-situ yang
dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan semakin menurunnya resapan untuk
“recharge” air tanah.  Tercemarnya sumber-sumber air seperti sungai, danau, dan waduk
oleh limbah industri, penduduk maupun pertanian.
4. Krisis Air.Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang
penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan air
meskipun siklus curah hujan relative sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena
disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama tapi kualitas air yang secara
alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan dari DAS serta
pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat pembuangan segala
macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air semakin
meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah
terjadi ketidak seimbangan  antara pasokan air dan kebutuhan akan air.
5. Pencemaran Air Tanah. Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi
air laut  dan limbah domestik dan industri. Hal ini akan membahayakan penduduk yang
memakainya sebagi air minum.
6. Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang
membahayakan, hal ini terjadi di dan sekitar kota besar.
 

2. Permasalahan dari sisi penggunaan


1. Dampak pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan
bertambahnya kebutuhan akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah
(lahan) dan air.
2. Dampak pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan
dalam meningkatnya kegiatan industri, jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari
berbagai sector diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan air baku untuk industry ,jasa
dan perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari kebutuhan.
3. Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industri. Menurut
perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment Study) yang dikutip dari
World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia secara fisik
bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau kira-kira 25.100 ha pertahun , dimana 60 %
perkembangan terjadi di Jawa ; 20% di Sumatera , dan 20% lainnya di Kawasan Timur.
Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa  akan
bertambah luas 15.000 Ha pertahun, disamping itu perluasan untuk pembangunan jalan
dan industri akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun. Lebih jauh lagi sampai
dengan 2010 di Jawa aka nada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4 juta Ha sawah irigasi yang
potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena letaknya yang strategis
didekat pusat pertumbuhan industry maupun pemukiman.
4. Perilaku boros air, tidak peduli dan tidak ramah lingkungan. Perilaku masyarakat
yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian juga pembuangan
sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan penyempitan
sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang sungai/kanal.
3. Permasalahan dari sisi manajemen

1. Penanganan yang terfragmentasi. Dengan sifat SDA yang dinamis  maka


penanganan SDA menjadi terfregmentasi di beberapa departemen. Tiap sektor  menangani
sehingga cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik beratkan  kepada
kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi tumpang tindih maupun “gap”
(kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi yang merencanakan dna membuat
aturan.  Institusi yang berhubungan dengan kualitas air misalnya , juga bermacam-macam
sehingga sampai saat ini masalah lingkungan masih belum terpecahkan.
2. Kelemahan koordinasi. Koordinasi  pengelolaan sumber daya air dipusat maupun
daerah masih lemah.
 Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum
melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap
 Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata
Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia Pelaksana
Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan belum berfungsinya / terbentuk PTPA dan
PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa.
 PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder .
 Belum memadainya perangkat peraturan perundang-undangan.
 

Akibat dari Permasalahan Air


Akibat adanya hubungan timbal balik dan interaksi antara manusia dan sumberdaya air yang
ada dan lingkungan lainnya. Maka penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air yang ada
juga akan mengakibatkan kemerosotan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Akumulasi
interkasi berbagai kerusakan sumber air yang ada pada akhirnya kemudia menimbulkan
bencana pada kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa bencana alam seperti banjir,
longsor, penurunan muka air tanah, amblesan, intrusi air laut yang terjadi di pelosok tanah
air, sebetulnya bukanlah merupakan bencana alam belaka, melainkan akibat kerusakan yang
ditimbulkan manusia itu sendiri yang secara tidak langsung kemudian akan menurunkan
tingkat kualitas hidup mereka.

Selain itu penurunan fungsi sarana dan prasarana bangunan yang dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti berbagai bendungan yang diperuntukan bagi
peningkatan kuantitas sumber air dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat telah
terancam oleh adanya peningkatan sedimentasi yang terjadi pada bendungan-bendungan
tersebut sehingga akan mempengaruhi usia pakai dan kegunaannya. Peningkatan sedimentasi
terjadi akibat adanya peningkatan erosi oleh adanya kerusakan lahan dan vegetasi di bagian
hulu sungai yang merupakan konservasi sumberdaya air bagi daerah aliran sungai yang ada.
Sementara itu, pada umumnya kerusakan ditimbulkan oleh adanya tekanan hidup yang
dialami oleh para penduduk terhadap sumberdaya lahan dan kawasan yang terdapat di daerah
tersebut. Reaksi berantainya yang kemudian terjadi adalah timbulnya bencana-bencana
longsor di daerah daerah yang telah mengalami kerusakan-kerusakan tersebut.

Solusi Permasalahan
Untuk menangani permasalahan di atas, dapat dilakukan beberapa cara di bawah ini :

1. Jangka Pendek.
Program ini merupakan program yang memiliki jangka waktu berkisar 1-3 tahun, yang

dirancang untuk  direalisasikan dalam waktu dekat.


Kegiatan dalam program ini antara lain :
1. Menggalakkan gerakan hemat air. Dengan gerakan hemat air, diharapkan
masyarakat dapat memiliki persediaan air ketika musim kemarau datang, sehingga tidak
ada lagi krisis air.
2. Menggalakkan gerakan menanam pohon, seperti one man one tree.Kesadaran
masyarakat untuk menanam pohon yang dibiarkan tumbuh besar, bisa menjadi salah satu
kegiatan yang mampu mencegah terjadinya krisis air. Dimana dengan banyaknya pohon
yang mampu menangkap air, terutama di hulu, dimungkinkan air hujan tidak akan
langsung mengalir begitu saja dari hulu ke hilir dan terbuang sia-sia ke laut, tetapi bisa
tertadahi dan dimanfaatkan ketika air mulai sukar didapat.
3. Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai.
4. Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, bendungan, dan
waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
5. Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat
sumur resapan air atau lubang resapan biopori.
6. Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tangga, industri,
pertanian, maupun pertambangan.
 

2. Jangka Menengah.
Program jangka menengah ini merupakan sebuah program yang dimungkinkan dapat
terealisasikan dalam waktu lebih dari 3 tahun.

1. Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah. Pengembangan proyek ini


berguna ketika air yang tersedia di penampungan air hujan tidak dapat mencukupi
kebutuhan warga ketika musim kemarau.
2. Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil. PDAM seringkali tidak
menjangkau daerah desa terpencil. Sehingga warga desa yang tidak mendapat pasokan air
dari PDAM pun akan merasakan krisis air bersih terutama ketika musim kemarau tiba.
3. Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air
tawar.
 

3. Jangka Panjang
Program jangka panjang adalah program yang dirancang untuk dilakukan melalui
serangkaian proses, tidak dapat direalisasikan langsung dalam waktu yang singkat.

1. Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya


Air.Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang
lengkap dan handal mengenai potensi dan produktivitas sumber daya air melalui kegiatan
penguatan sistem informasi yang menjamin terbukanya akses masyarakat terhadap
informasi yang ada. Dengan adanya program ini, diharapkan masyarakat akan semakin
sadar untuk memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya air yang ada dengan sebaik-
baiknya. Bukan berlebihan dan bukan merusak atau mencemarinya.
2. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air dalam upaya mencegah kerusakan
dan/atau pencemaran air dan pemulihan kualitas air yang rusak akibat pemanfaatan yang
berlebihan, kegiatan industri perkotaan maupun domestik, serta transportasi. Sasaran
program ini adalah tercapainya kualitas air yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu
lingkungan.
3. Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya
Air. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian
masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Dengan peran serta masyarakat dalam
pengelolaan SDA, dapat mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan yang
diakibatkan oleh air, serta mencegah terjadinya krisis air akibat penggunaan air yang
berlebihan.
 

Sumber:
Anonim, http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14274-3606100053-Chapter1.pdf [
diakses pada 21 November 2015]
http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kab-
sampang-2013.pdf  [diakses pada 21 November 2015]

Sutardi, 2002,  Pengelolaan Sumber Daya Air yang Paling


Efektif, http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pDf_51.pdf [diakses pada 21 November 2015]
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Wignyosukarto, Budi Santosa, 2009, Pengelolaan sumberdaya air dan kesejahteraan


rakyat, http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/  [diakses pada 21 November 2015]
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-28460-3609100028-Chapter1.pdf [diakses
pada 21 November 2015]
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/07/30/058687685/46-desa-di-sampang-krisis-air-
bersih [diakses pada 21 November 2015]
Anonim, 2012, 8 Manfaat Sumber Daya Air, http://www.artikellingkunganhidup.com/8-
manfaat-sumber-daya-air.html [diakses pada 21 November 2015]
Permasalahan Sumber Daya Air
Indonesia Semakin Meningkat
 Rabu, 10 Juni 2015 12:35 WIB

Air bersih (Foto Antara/Dok)


Penyusunan kebijakan berbasis air, perlu didorong. 
Bogor, (Antara Megapolitan) - Guru Besar Fakultas Matematikda dan IPA IPB,
Prof Hidayat Pawita mengatakan kondisi ketersediaan air Indonesia
mengalami dinamika kurang menggembirakan sejalan dengan degradasi
hutan dan lahan yang sangat luas terjadi.

"Ketersediaan air di Indonesia sebesar 127.775 m3/s, atau setara dengan 10


persen total debit air di dunia, jika ini tidak dikelola dengan baik kita tidak bisa
menghindari terjadinya krisis air," katanya, di Bogor, Rabu.

Ia mengatakan, walaupun Indonesia memiliki 10 persen total debit air di


dunia, namun fakta di lapangan saat ini, ada banyak daerah yang
mengeluhkan sulitnya mendapatkan pasokan air, mengalami kekeringan saat
musim kemarau, kebanjiran saat musim hujan, dan kualitas yang kotor.

Dikatakannya, kepadatan penduduk yang tinggi, disadari menjadi akar


permasalahan lingkungan hidup yang masuk dalam perangkap lingkaran
setan kemiskinan (vicious circle of proverty), yang akan terus menggerogoti
dan menurunkan kapasitas dan daya dukung sumber daya alam Indonesia.

Selain itu, pengetahuan tentang air masih diliputi oleh mitos, kearifan lokal,
sampai pada hal-hal superstisius yang terkadang masih memerlukan
pembuktian ilmiah. Pengetahuan ilmiah tentang air ternyata masih berada
pada taraf awal perkembangannya, dengan segala keterbatasannya dalam
memberikan andil dalam pembangunan ekonomi negara untuk turut berperan
memakmurkan dan mensejahterakan masyarakat.

"Perlu ada intervensi pemerintah berupa introduksi modal, ilmu pengetahuan


dan teknologi yang mampu mengungkit produktivitas primer masyarakat,
sehingga pendapatan dan kesejahteraan meningkat, dan dapat beralih
menjadi lingkaran hidup berkesejahteraan," katanya.

Ia menyebutkan, teknologi yang diperlukan, yakni ekoteknologi, yang mampu


meningkatkan kapasitas jasa lingkungan dan daya dukung ekosistem yang
ada, diantaranya ditawarkan dalam hidrologi sumber daya air dengan konsep
ekohidrologi dalam pengelolaan DAS terpadu.

"Penyusunan kebijakan berbasis air, perlu didorong. Selama ini pemerintah


masih tutup mata terhadap ilmu pengetahuan air," katanya.

Menurutnya, perlu ilmu pengetahuan tentang air dalam setiap pengambilan


keputusan saat mengelola air. Karena tantangan permasalahan sumber daya
air di Indonesia semakin meningkat. Tidak hanya sebagai akibat pencemaran
dan degradasi sumber daya, tetapi juga dengan penurunan kapasitas sumber
daya alam yang memerlukan solusi cerdas melalui pendidikan dan riset.

Ekohidrologi suatu pendekatan baru yang menginteraksikan konsep-konsep


ekologi dan hidrologi sebagai upaya pemecahan masalah secara holistik di
suatu lingkungan sumberdaya air/DAS, seperti pada suatu lingkungan
perairan darat, estuari, dan sebagainya.

Prof Hidayat Pawita, baru saja mengikuti orasi guru besar IPB, Sabtu (6/6)
lalu bersama dua guru besar lainnya. Salah satu pemikiran yang disampaikan
dalam orasi berjudul "Hidrologi Sumber Daya Air Sebagai Landasan Ilmiah
Keberlanjutan Pembangunan".

Ia menambahkan, pengelolaan DAS terpadu merupakan "integrative science"


menuju "sustainability science". Bagaimana peran ilmu, teknologi dan seni
(IPTEKS) telah mempengaruhi pengambilan keputusan atau kebijakan
sumber daya air di Indonesia nampak dari semakin banyaknya ilmuwan dan
teknokrat yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut, baik
keputusan politik, teknis, maupun ekonomi dan finansial di berbagai sektor
kehidupan.

"Pengembangan sektor air Indonesia memerlukan komitmen pemerintah dan


investasi nyata yang dilandasi kajian hidrologi. Membangun infrastruktur
sumber daya iar memerlukan rancangan hidrologi yang dapat diukur dari
syarat cukup dengan memenuhi hukum kekeralan massa, dan efektivitasnya
dapat ditingkatkan dengan memehuni syarat perlu," katanya.
Pewarta : Laily Rahmawati
Uploader : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA
PERMASALAHAN SUMBERDAYA AIR BERSIH DI DESA JADDIH KECAMATAN SONCAH KABUPATEN
BANGKALAN MADURA

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumberdaya Air

Oleh :

Anisa Laila A.                                   122110101013

Nevi Ruliyana S.                               122110101015

Puput Baryatik                                  122110101020

Riski Wahyu Romadhoni                  122110101021

Gesang Satrio W.                              122110101031

Nahda Fadila Sari                             122110101038

Imas Noverika S.R.                           122110101052

Putri Suci W.                                     122110101053

Kelas A

FAKULTAS KESEHATAN MASYAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah dan inayah-Nya
berupa kemampuan berfikir dan analisis sehingga dapat terwujud makalah Permasalahan
Sumberdaya Air di Desa Jaddih Kecamatan Soncah Kabupaten Bangkalan Madura. Alasan-alasan
penting yang menjadi pendorong untuk terciptanya makalah ini adalah guna melengkapi tugas dari
dosen mata kuliah Pengelolaan Sumberdaya Air.

Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya komitmen dan kerja sama yang baik
diantara para pihak yang terlibat. Oleh karena itu, kami selaku penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih kepada pihak-pihak berikut:

1.      Dosen mata kuliah Pengelolaan Sumberdaya Air atas segala arahan dan dukungan yang telah
diberikan untuk kelancaran proses penyempurnaan makalah ini.

2.      Rekan-rekan anggota kelompok  yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang konstruktif,
serta semua pihak yang terlibat dalam proses penyempurnaan makalah ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu.

Akhirnya, tiada suatu  usaha yang besar  tanpa dimulai dari usaha yang kecil. Semoga makalah
ini bermanfaat, terutama bagi seluruh civitas akademika di lingkungan Universitas Jember. Sebagai
penanggung jawab dan penulis makalah ini, kami sangat mengharap kritik, saran, serta   masukan
untuk perbaikan dan penyempurnaan lebih  lanjut  pada masa yang akan datang. Semoga makalah
ini dapat menjadi media untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Jember, 13 September 2014


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

1.2        Rumusan Masalah

1.3        Tujuan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bangkalan

2.2 Pengertian Sumber Daya Air

2.2.1 Pengertian Sumber Air

2.2.2 Pengertian Daya Air

2.2.3 Pengertian Air

2.2.4 Macam-Macam Air

2.2.5 Mutu dan Kelas Air (PP No. 8 Tahun 2001 dan PP No.2 Tahun 1990)

2.3 Manfaat Sumber Daya Air

2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air

2.5 Permasalahan SDA

2.5.1 Akibat dari permasalahan SDA

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1        Artikel

3.2        Analisis 5W+1H

3.3        Analisis Permasalahan

3.4        Solusi Permasalahan

BAB 4 PENUTUP

4.1        Kesimpulan

4.2        Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
          Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat bertahan
hidup tanpa air, karena itulah air merupakan salah satu penopang hidup bagi manusia.  Air tersedia
cukup banyak, namun yang dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari sedikit
karena air yang dapat digunakan oleh manusia hanyalah air yang bersih. Kebutuhan air bersih
merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan. Penggunaan air bersih sangat penting
untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya
kebutuhan akan air bersih, maka wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan
utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Jika kebutuhan terhadap air bersih tidak
diimbangi dengan pengelolaan sumber daya air yang baik, maka berdampak pada kuantitas air
tersebut yang menimbulkan krisis air bersih. Krisis air bersih adalah minimnya jumlah air bersih yang
tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah.

          Krisis air bersih tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, namun juga dapat terjadi di daerah
pesisir pantai.  Krisis air bersih yang terjadi di daerah pesisir pantai membuat masyarakat
menggunakan air laut untuk melengkapi kebutuhan terhadap air, seperti mencuci di
laut. Laut merupakan tempat hidup bagi ikan, terumbu karang dan hewan laut lainnya. Oleh karena
itu, laut harus terbebas dari kontaminasi bahan-bahan kimia yang bisa merusak kehidupan mereka.
Namun pada daerah pesisir pantai yang mengalami krisis air bersih akan mengakibatkan air laut yang
digunakan oleh masyarkat menjadi terkontaminasi oleh bahan kimia, seperti deterjen, dan sabun.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan sumber daya air yang baik untuk mencegah dan
mengatasi krisis air bersih yang terjadi di daerah pesisir pantai.

1.2    Rumusan Masalah
1.      Bagaimana analisis dari permasalahan krisis air bersih dengan menggunakan teknik 5W+1H?

2.      Bagaimana solusi dari permasalahan krisis air bersih?


1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui analisis dari permasalahan krisis air bersih dengan menggunakan teknik 5W+1H

2.      Untuk mengetahui solusi dari permasalahan krisis air bersih


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Geografis Kabupaten Bangkalan
Kabupaten Bangkalan secara geografis terletak antara 112 040’06’’-113008’04’’ Bujur Timur dan
6051’39’’-7011’39’’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.260,24 Km 2. Dengan luas wilayah tersebut
keadaan topografinya terdiri dari daerah landai seluas 68.454 Ha (54,25%), daerah berombak seluas
45.236 Ha (35,85%), daerah bergelombang seluas 11.773 Ha (9,33%) dan daerah berbukit seluas 719
Ha (0,57%). Secara administrasi Kabupaten Bangkalan berbatasan dengan :

a.       Sebelah Utara              : Laut Jawa

b.      Sebelah Timur             : Kabupaten Sampang

c.       Sebelah Selatan           : Selat Madura (Kota Surabaya)

d.      Sebel
ah

Barat              : Selat Madura

Gambar 1.Peta Wilayah Pesisir Bangkalan (Bappekab Bangkalan, 2013)

Pemerintah Kabupaten Bangkalan berkedudukan di Jalan Soekarno – Hatta No.35 Kelurahan


Mlajah Keca-matan Bangkalan Kabupaten Bangkalan. Luas Wilayah Kabupaten Bangkalan 1.260,14
km2 terbagi dalam 18 Kecamatan 8 Kelurahan dan 273 Desa.

Wilayah Kabupaten Bangkalan yang terletak di pesisir pantai di antaranya  kecamatan Sepulu,


Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi dan Labang.
Sedangkan wilayah Bangkalan yang berbukit-bukit mulai dari Burneh, Geger, Kokop, Tragah, Tanah
Merah, Labang, Konang dan Galis. Bangkalan merupakan salah satu kabupaten yang terletak paling
barat di kepulauan Madura. Pulau Madura merupakan bagian dari Propinsi Jawa Timur yang terpisah
dari kabupaten-kabupaten lain yang masuk dalam Propinsi Jawa Timur. Bangkalan seb-agai bagian
dari kota Surabaya Met-ropolitan Area (SMA) masuk kategori kota Ordo IIIa yang memiliki ketentuan
sebagai wilayah yang dapat melayani penduduk dengan kapasitas sebesar 150.000–500.000 jiwa.
Kota Bangkalan menjadi salah satu pusat kegiatan skala regional kabupaten dalam Satuan
Wilayah Pengembangan (SWP) Gerbang Kerto Susila (GKS) plus dengan core wilayah SWP di Kota
Surabaya. Salah satu pusat kegiatan untuk mendukung proses pembangunan dan pengembangan
wilayah kota Bangkalan adalah dengan adanya Jembatan Suramadu, juga pengembangan
pembangunan pascajembatan Suramadu bagian barat. Pengembangan tersebut meliputi pusat
kegiatan pemerintahan, perdagangan dan jasa, pelayanan umum (transportasi, kesehatan,
peribadatan, pendidikan, dan lainnya) dengan skala regional Kabupaten Bangkalan. 

Berikut adalah kondisi iklim (curah hujan) di Kabupaten Bangkalan tiap kecamatan sebagai
berikut:

Gambar 2. Klimatologi (Bappeda Jatim, 2013)

Potensi Pengembangan Wilayah Kabupaten Bangkalan dalam tiap kecamatan adalah sebagai
berikut:

a.       Kecamatan Bangkalan, Socah dan Burneh dan Kota Bangkalan memiliki fungsi kegiatan :

1.    Perdagangan skala regional dan lokal

2.    Pertanian

3.    Perkebunan

4.    Peternakan

5.    Industri dan pergudangan

6.    Jasa transportasi angkutan darat

7.    Jasa pemerintahan umum skala regional

b.      Kecamatan Kamal, Labang, Tragah dan Kwanyar memiliki fungsi kegiatan;


1.    Industri dan pergudangan skala regional

2.    Perdagangan skala regional dan lokal

3.    Pertanian

4.    Peternakan

5.    Jasa transportasi darat

c.       Kecamatan Arosbaya, Geger, Klampis dan Sepulu memiliki fungsi kegiatan;

1.    Jasa Transportasi angkutan laut

2.    Industri dan pergudangan skala regional

3.    Pariwisata

4.    Pertanian

5.    Perikanan

d.      Kecamatan Blega, Modung dan Konang memiliki fungsi kegiatan;

1.    Pertanian

2.    Peternakan

3.    Perkebunan

4.    Industri kecil

5.    Perdagangan skala lokal

e.       Kecamatan Tanjungbumi dan Kokop  memiliki fungsi kegiatan;

1.    Pertanian

2.    Perikanan

3.    Peternakan

4.    Angkutan laut

5.    Industri kecil dan kerajinan rakyat Pariwisata

Pengembangan yang terjadi di Kabupaten Bangkalan secara otomatis akan memberi dampak
pada perubahan guna lahan serta menyebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan akan air.
Sementara kondisi keterbatasan sumber daya air yang ada di Kabupaten Bangkalan saat ini dapat
menjadi kendala dalam pengembangan wilayah. Wahyuni (1995), dalam penelitiannya menyebukan
adanya tekanan dari sisi Supply akibat perubahan guna lahan akan berdampak pada penurunan
kapasitas daerah resapan air tanah dan tekanan dari sisi  demand  oleh berbagai aktivitas budidaya
akan berdampak pada eksploitasi air itu sendiri.
2.2 Pengertian Sumber Daya Air
          Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia.
Pengertian sumber daya air menurut Undang-Undang No 7 tentang Sumber Daya Air yaitu  air,
sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya.

2.2.1 Pengertian Sumber Air


          Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di
atas, ataupun di bawah permukaan tanah. (UU No 7 tentang Sumber Daya Air)

2.2.2 Pengertian Daya Air


          Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat
memberikan manfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta
lingkungannya. (UU No 7 tentang Sumber Daya Air)

2.2.3 Pengertian Air


          Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di
darat. (UU No 7 tentang Sumber Daya Air).

          Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan
oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan
generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumber daya
air harus ditanamkan pada segenap pengguna air.

2.2.4 Macam-Macam Air


          Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air
manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu :

1.      Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi
dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis:

a.       Air Tanah Preatis

b.      Air tanah Artetis

2.      Air Permukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh
mata kita. Contoh air  permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain
sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :

a.       Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa, danau,
sungai, dan lain sebagainya.

b.      Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas.

Macam-macam air yang dapat dimanfaatkan pada dasarnya digolongkan sebagai berikut:

1.      Air Permukaan
Air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air
permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, batang-
batang kayu, daun-daun, kotoran industri dan lainnya. Air permukaan ada dua macamyaitu air
sungai dan air rawa. Air sungai digunakan sebagai airminum, seharusnya melalui pengolahan yang
sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoranyang
tinggi. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akanair minum pada umumnya dapat
mencukupi. Air rawa kebanyakan berwarna disebabkan oleh adanya zat-zat organik yang telah
membusuk, yang menyebabkan warna kuning coklat, sehingga untuk pengambilan air sebaiknya
dilakukan pada kedalaman tertentu di tengah-tengah.

2.      Air Laut

Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut
3 % dengan keadaan inimaka air laut tidak memenuhi syarat untuk diminum.

3.      Air Atmosfer

Untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan
mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif
terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan
mempercepat terjadinya korosi ataukaratan. Juga air ini mempunyai sifat lunak, sehingga akan boros
terhadap pemakaian sabun.

4.      Mata Air

Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah dalam hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan air dalam.

2.2.5 Mutu dan Kelas Air (PP No. 8 Tahun 2001 dan PP No.2 Tahun 1990)
Mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-
parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan
tertentu.

1.      Klasifikasi Mutu dan Kelas Air (PP No. 8 Tahun 2001 Pasal 8)

a.       Kelas Satu

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

b.      Kelas Dua

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

c.       Kelas Tiga

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air
untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
d.      Kelas Empat

Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.      Penggolongan Air (PP No.2 Tahun 1990 Pasal 7)

Penggolongan air menurut peruntukkannya ditetapkan sebagai berikut:

a.       Golongan A

Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

b.      Golongan B

Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

c.       Golongan C

Air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan.

d.      Golongan D

Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha
perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air.

2.3 Manfaat Sumber Daya Air


          Seluruh makhluk hidup di muka bumi membutuhkan air. Sejak aal kehidupan, mahluk hidup
terutama manusia telah memanfaatkan air untuk kelangsungan hidupnya, bahkan mutlak
dibutuhkan manusia. Seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri,
kebutuhan manusia akan air cenedrung meningkat. Berikut adalah manfaat sumber daya air sebagai
pendukung kehidupan.

1.    Sumber bahan pangan. Manusia dan hewan dapat memperoleh sumber makanan dari perairan,
seperti berbagai jenis ikan, rumput laut, kepiting, udang, kereang dan lainnya.

2.    Prasarana lalulintas air antar pulau atau antarbenua. Wilayah yang didominasi oleh perairan sangat
bergantung pada lalulintas air, seperti adanya sungai atau laut  inilah hubungan antar wilayah dapat
erjalin.

3.    Fungsi energi seperti pembangkit tenaga. Pergerakan air pasang dan surut dapat menghasilkan
energi listrik. Selain itu, arus laut dapat dimanfaatkan sebagai energi pendorong perahu secara
alami.

4.    Fungsi rekreasi. Kondisi pantai, danau, dan lau yang indah dan bersih difungsikan sebagai objek
wisata.

5.    Fungsi pengaturan iklim. Perbedaan sifat fisik air laut dan daeratan dapat memengaruh gereakan
udara (angin). Hal ini selanjutnya memanaskan perairan dan mengakibatkan penguapan kemudian
turun sebagai hujan.

6.    Sebagai tempat usaha perikanan. Manusia memanfaatkan perairan sebagai usaha perikanan, seperti
tambank udang, pengembangbiakan kerang mutiara dan sejenisnya.
7.    Sumber mineral, seperti garam, kalium karbonat, dan sejenisnya

8.    Sumber bahan tambang, seperti minyak bumi, timah, gas alam, dan sejenisnya

2.4 Pengelolaan Sumber Daya Air


          Menurut Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air, pengelolaan sumberdaya air
adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air.
Konservasi sumber daya air meliputi upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan,
sifat, dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan
datang. Konservasi sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air, serta pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola pengelolaan sumber daya air yang
ditetapkan pada setiap wilayah sungai. Pendayagunaan sumberdaya air meliputi upaya
penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara
optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Pengendalian daya rusak air meliputi upaya untuk
mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh
daya rusak air.

          Adapun visi dan misi pengelolaan sumber daya air adalah mewujudkan kemanfaatan sumber
daya air bagi kesejahteraan seluruh rakyat, dan konservasi sumber daya air yang adil untuk berbagai
kebutuhan masyarakat. Salah satu tujuan pengelolaan sumber daya air adalah mendukung
pembangunan regional dan nasional yang berkelanjutan dengan mewujudkan keberlanjutan sumber
daya air.

2.5 Permasalahan SDA


          Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi
pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan,  dan permasalahan dari sisi manajemen.

1.    Permasalahan  Sumber Daya Air dari sisi pasokan/ketersediaan.

a.    Pengaruh Global Climate Change

          Pengaruh global climate change seperti “efek rumah kaca”, pemanasan global dan sebagainya
menyebabkan semakin sering dan semakin besarnya intensitas “extreme climate events”
sebagaimana dua kejadian yang berlawanan yang kita alami akhir-akhir ini yaitu LaNina
(fenomena /curah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan ElNino
( fenomena sebaliknya /kekeringan)

b.    Kerusakan Daerah Aliran Sungai

          Semakin meluasnya degradasi DAS dan semakin tingginya sedimentasi akibat pembabatan
hutan dan praktek pertanian serta perkebunan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air
yang didorong oleh tekanan kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna
tanah serta tata ruang yang tidak kondusif.

c.    Kerusakan Sumber Air


          Menyempitnya  sungai-sungai karena tingginya tingkat kandungan lumpur akibat erosi dan
sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun akibat sampah yang dibuang penduduk
disekitar sungai. Sungai yang menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu
banjir. Adanya situ-situ yang dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan semakin
menurunnya resapan untuk “recharge” air tanah.  Tercemarnya sumber-sumber air seperti sungai,
danau, dan waduk oleh limbah industri, penduduk maupun pertanian.

d.   Krisis Air

          Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang penggunaan air yang
terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan air meskipun siklus curah hujan
relative sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan)
relatif sama tapi kualitas air yang secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya
fungsi resapan dari DAS serta pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat
pembuangan segala macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air
semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah
terjadi ketidak seimbangan  antara pasokan air dan kebutuhan akan air.

e.    Pencemaran Air Tanah

          Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi air laut  dan limbah domestic dan
industry. Hal ini akan membahayakan penduduk yang memakainya sebagi air minum.

f.     Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang membahayakan, hal ini
terjadi di dan sekitar kota besar

2.      Permasalahan dari sisi penggunaan.

a.       Dampak pertumbuhan penduduk

Pertumbuhan penduduk sebesar rata-rata 1,2 % pertahun akan menimbulkan bertambahnya


kebutuhan akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah (lahan ) dan air. Untuk
memenuhi kebutuhan pangan (beras )sampai dengan tahun 2020 maka paling tidak 1,1 s/d 2,1 juta
sawah beririgasi baru harus dibangun (sebagai tambahan 7,3 juta Ha yang ada). Sedangkan untuk
kebutuhan air bersih (domestic, perkotaan dan industry ) daerah perkotaan s/d tahun 2004 akan
menjadi 243.000 liter/detik atau diperlukan penambahan sebesar 152.000 liter/detik dari yang ada
sekarang ini.

b.      Dampak pertumbuhan ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan dalam meningkatnya kegiatan industry , jasa dan
perkotaan memerlukan dukungan dari berbagai sector diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan
air baku untuk industry ,jasa dan perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari
kebutuhan.

c.       Daerah irigasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industri

Menurut perkiraan INUDS (Indonesian National Urban Develompment Study) yang dikutip dari
World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia secara fisik bertambah
luas sebanyak 367.500 Hektar atau kira-kira 25.100 ha pertahun , dimana 60 % perkembangan
terjadi di Jawa ; 20% di Sumatera , dan 20% lainnya di Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan
kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa  akan bertambah luas 15.000 Ha pertahun,
disamping itu perluasan untuk pembangunan jalan dan industry akan membutuhkan lahan kira-kira
40.000 pertahun. Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa aka nada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4
juta Ha sawah irigasi yang potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena letaknya
yang strategis didekat pusat pertumbuhan industry maupun pemukiman

d.      Perilaku boros air , tidak peduli dan tidak ramah lingkungan

Prilaku masyarakat yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian juga
pembuangan sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan
penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang sungai/kanal.

3.      Permasalahan dari sisi manajemen

a.       Penanganan yang terfragmentasi

Dengan sifat SDA yang dinamis  maka penanganan SDA menjadi terfregmentasi di beberapa
departemen . tiap sector  menangani sehingga cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik
beratkan  kepada kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi tumpang tindih maupun “gap”
(kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi yang merencanakan dna membuat
aturan.  Institusi yang berhubungan dengan kualitas air misalnya , juga bermacam-macam sehingga
sampai saat ini masalah lingkungan masih belum terpecahkan.

b.      Kelemahan koordinasi

Koordinasi  pengelolaan sumber daya air dipusat maupun daerah masih lemah.

a)      Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum melibatkan
seluruh komponen stakeholder secara lengkap

b)      Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata Pengaturan Air
(PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA)
di Jawa dan belum berfungsinya / terbentuk PTPA dan PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa.

c)      PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder

c.       Belum memadainya  perangkat peraturan perundang-undangan

Perangkat peraturan perundang –undangan maupun Petunjuk Perlaksanaanya dan Petunjuk


Teknisnya yang melandasi pengelolaan sumberdaya air yang ada telah ketinggalan (kadaluarsa).

2.5.1 Akibat dari permasalahan SDA


Akibat adanya hubungan timbal balik dan interaksi antara manusia dan sumberdaya air yang
ada dan lingkungan lainnya. Maka penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air yang ada juga
akan mengakibatkan kemerosotan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Akumulasi interkasi
berbagai kerusakan sumber air yang ada pada akhirnya kemudia menimbulkan bencana pada
kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa bencana alam seperti banjir, longsor, penurunan
muka air tanah, amblesan, intrusi air laut yang terjadi di pelosok tanah air, sebetulnya bukanlah
merupakan bencana alam belaka, melainkan akibat kerusakan yang ditimbulkan manusia itu sendiri
yang secara tidak langsung kemudian akan menurunkan tingkat kualitas hidup mereka.
Selain itu penurunan fungsi sarana dan prasarana bangunan yang dipergunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti berbagai bendungan yang diperuntukan bagi
peningkatan kuantitas sumber air dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat telah terancam
oleh adanya peningkatan sedimentasi yang terjadi pada bendungan-bendungan tersebut sehingga
akan mempengaruhi usia pakai dan kegunaannya. Peningkatan sedimentasi terjadi akibat adanya
peningkatan erosi oleh adanya kerusakan lahan dan vegetasi di bagian hulu sungai yang merupakan
konservasi sumberdaya air bagi daerah aliran sungai yang ada. Sementara itu, pada umumnya
kerusakan ditimbulkan oleh adanya tekanan hidup yang dialami oleh para penduduk terhadap
sumberdaya lahan dan kawasan yang terdapat di daerah tersebut. Reaksi berantainya yang
kemudian terjadi adalah timbulnya bencana-bencana longsor di daerah daerah yang telah
mengalami kerusakan-kerusakan tersebut.

Hasil inventarisasi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (Dep. ESDM), di Indonesia
terdapat 423 cekungan air tanah (Dwiyanto, 2006), dengan potensi air tanah mencapai sekitar 518
miliar m3/ tahun. Adanya potensi air tanah tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan
dalam pemenuhan kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat.

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1    Artikel

3.2    Analisis 5W+1H

1.      What (Apa masalah yang terjadi?)

Dalam media cetak yang kami bahas, permasalahan yang kami temukan adalah krisis air bersih yang
mengakibatkan penduduk melakukan aktifitas mencuci menggunakan air laut.

2.      Where (Dimana masalah itu terjadi?)

Permasalahan ini terjadi di Desa Jaddih, Kecamatan Soncah, Kabupaten Bangkalan Madura.

3.      When (Kapan masalah ini dimuat di media massa?)

Masalah ini dimuat dan diterbitkan oleh Jawa Pos pada hari Senin tanggal 8 September 2014.

4.      Who (Siapa yang terlibat dalam masalah tersebut?)

Yang mengalami kekeringan adalah warga Desa Jaddih.

5.      Why (Mengapa masalah tersebut bisa terjadi?)

Berdasarkan pemaparan berita diatas, warga terpaksa mencuci pakaian dan umbi gadung yang
selama ini menjadi bahan utama usaha keripik di tepi laut. Hal ini dilakukan sebab jumlah air bersih
di rumah warga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan lain apabila proses mencuci dilakukan di
rumah.

6.      How  (Bagaimana tindak lanjut pemerintah setempat terkait permasalahan yang terjadi?)

Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Ismed Effendi mengatakan
belum mendapat laporan dari pihak kecamatan dan kepala desa setempat terkait dengan
kurangnya air bersih yang dialami sejumlah desa di Kecamatan Socah.

3.3    Analisis Permasalahan
   Menurut referensi yang kami dapatkan kekeringan dan krisis air bersih yang terjadi
disebabkan karena pengembangan wilayah Kabupaten Bangkalan. Pengembangan wilayah yang
dimaksud antara lain perdagangan skala regional dan local, pertanian, perkebunan, peternakan,
industry dan pergudangan, jasa transportasi angkutan darat, dan jasa pemerintahan umum skala
regional. Pengembangan wilayah ini berdampak pada siklus air. Siklus air yang dimaksud adalah
siklus hidrologi, yaitu siklus kesetimbangan antar air hujan, air permukaan dan air tanah, dimana
keseimbangan sumber daya air akan mengalami dua tekanan. Tekanan tersebut yaitu berupa
penurunan potensi ketersediaan sumberdaya air sebagai dampak perubahan guna lahan yang
berdampak pada penurunan kapasitas daerah resapan air tanah dan peningkatan kebutuhan
sumberdaya air sebagai dampak perkembangan penduduk dan kegiatan sosial-ekonomi.
Peningkatan kebutuhan akan air tersebut dapat menimbulkan eksploitasi sumber daya air secara
berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya dukung sumber daya air yang pada gilrannya
menurunkan kamampuan pasokan air. Selain itu dalam keterkaitannya dengan guna lahan,
Sumberdaya air dan penggunaan lahan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keberadaan
sumberdaya air menjadi faktor utama dalam perencanaan penggunaan lahan. Di sisi lain, apapun
penggunaan lahan yang ada di suatu tempat/wilayah akan memberikan dampak baik positif maupun
negatif pada sumberdaya air.

Kodoatie (2005) menyebutkan sumberdaya air dan tata guna lahan memeliki hubungan
ekologis, dimana terdapat dua hal yang mendasari system hubungan tersebut. Pertama air
menyediakan sumberdayanya (baik secara kuantitas, kualitas maupun kontinyuitas) untuk
mendukung upaya penggunaan lahan secara optimal. Kedua sebaliknya penggunaan lahan yang
tidak memperhatikan kaidah konservasi air akan sangat mengganggu kelangsungan sumberdaya air.

Permasalahan lain adalah pasokan air yang dikelola PDAM tidak mencapai 10% untuk tiap
Kabupaten yang ada di Pulau Madura. Menurut Bapeprov Jatim di Kabupaten Bangkalan sendiri dari
2000 liter/detik debit air di musim hujan dan 1500 liter/detik di musim kemarau ternyata baru 90
liter/detik yang dimanfaatkan. Debit air tersebut masih sangat kurang bila dibandingkan dengan
kubutuhan yang ada, untuk kebutuhan domestic saja di tahun 2008 dengan jumlah penduduk
Kabupaten Bangkalan yang mencapai 956.966 jiwa, debit air yang harus terpenuhi mencapai 1329
liter/detik (dengan asumsi kebutuhan air penduduk dari standart PDAM yaitu 120 liter/hari).
Kebutuhan tersebut belum ditambah dengan kebutuhan lain seperti industri, pertanian, dsb.
Sementara sumber yang ada termasuk dari PDAM Bangkalan pelayanannya baru menjangkau 13
Kecamatan dari 18 Kecamatan dan sumber air lainnya yang dapat dimanfaatkan yaitu sumber mata
air dari 66 sumber mata air hanya 20% yang debit airnya mencapai 50 liter/detik. Kondisi ini
membuat kebanyakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya memanfaatkan air tanah
dangkal yang ada serta sungai-sungai yang terdapat disekitar mereka. Permasalahan yang dihadapi
adalah saat kemarau sumber-sumber tersebut mengalami kekeringan sehingga terjadi kelangkaan
air (RT RW Kabupaten Bangkalan 2008-2028). Kebutuhan-kebutuhan tersebut setiap tahunnya akan
selalu bertambah seiring dengan perkembangan kegiatan yang ada, akibatnya  penggunaan air
tanahpun meningkat dan akhirnya akan berdampak pada  Penurunan muka airtanah secara berkala
yang mengakibatkan keringnya sumur-sumur  setempat, amblesan tanah, intrusi air laut dan banyak
lagi.

3.4    Solusi Permasalahan
          Untuk menangani permasalahan di atas, dapat dilakukan beberapa cara di bawah ini :

1.      Jangka Pendek

Program ini merupakan program yang memiliki jangka waktu berkisar 1-3 tahun, yang dirancang
untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Kegiatan dalam program ini antara lain :

a.       Menggalakkan gerakan hemat air.

Dengan gerakan hemat air, diharapkan masyarakat dapat memiliki persediaan air ketika musim
kemarau datang, sehingga tidak ada lagi krisis air.

b.      Menggalakkan gerakan menanam pohon, seperti one man one tree.

Kesadaran masyarakat untuk menanam pohon yang dibiarkan tumbuh besar, bisa menjadi salah satu
kegiatan yang mampu mencegah terjadinya krisis air. Dimana dengan banyaknya pohon yang
mampu menangkap air, terutama di hulu, dimungkinkan air hujan tidak akan langsung mengalir
begitu saja dari hulu ke hilir dan terbuang sia-sia ke laut, tetapi bisa tertadahi dan dimanfaatkan
ketika air mulai sukar didapat.

c.       Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai.

d.      Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, bendungan, dan waduk sehingga airnya
bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.

Semakin banyak tempat penampungan air, dapat dimungkinkan krisis air bias dikurangi, bahkan
dihilangkan.

e.       Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau
lubang resapan biopori.

f.       Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian, maupun
pertambangan.

Di daerah ini memang merupakan salah satu daerah yang maju pada pengembangan industrinya,
tetapi hal ini tidak bisa menjadi salah satu alasan untuk menjadikan sumber air menjadi tercemar.
Untuk itu, diperlukan kiat-kiat untuk mencegah terjadinya pencemaran.

2.      Jangka Menengah

Program jangka menengah ini merupakan sebuah program yang dimungkinkan dapat terealisasikan
dalam waktu lebih dari 3 tahun.

a.       Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah


Pengembangan proyek ini berguna ketika air yang tersedia di penampungan air hujan tidak dapat
mencukupi kebutuhan warga ketika musim kemarau.

b.      Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil

PDAM seringkali tidak menjangkau daerah desa terpencil. Sehingga warga desa yang tidak mendapat
pasokan air dari PDAM pun akan merasakan krisis air bersih terutama ketika musim kemarau tiba.
Air yang dapat digunakan hanyalah air laut.

c.       Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar

3.      Jangka Panjang

Program jangka panjang adalah program yang dirancang untuk dilakukan melalui serangkaian
proses, tidak dapat direalisasikan langsung dalam waktu yang singkat.

a.       Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Air.

Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap dan
handal mengenai potensi dan produktivitas sumber daya air melalui kegiatan penguatan sistem
informasi yang menjamin terbukanya akses masyarakat terhadap informasi yang ada. Dengan
adanya program ini, diharapkan masyarakat akan semakin sadar untuk memanfaatkan dan
mengembangkan sumber daya air yang ada dengan sebaik-baiknya. Bukan berlebihan dan bukan
merusak atau mencemarinya.

b.      Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air dalam upaya mencegah kerusakan
dan/atau pencemaran air dan pemulihan kualitas air yang rusak akibat pemanfaatan yang
berlebihan, kegiatan industri perkotaan maupun domestik, serta transportasi. Sasaran program ini
adalah tercapainya kualitas air yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan.

c.       Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya air. Dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA, dapat
mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan yang diakibatkan oleh air, serta mencegah
terjadinya krisis air akibat penggunaan air yang berlebihan.

BAB 4. PENUTUP
4.1    Kesimpulan
1.      Di Desa Jaddih, Kecamatan Soncah, Kabupaten Bangkalan, Madura, sedang mengalami krisis air
berdih. Hal ini terjadi akibat pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan yang member dampak
pada perubahan guna lahan serta menyebabkan semakin tingginya tingkat kebutuhan air. Akibatnya
penduduk melakukan aktivitas mencuci menggunakan air laut. Krisis air ini belum jelas dimulai
kapan, tetapi dimuat dan diterbitkan oleh Jawa Pos pada hari Senin tanggal 8 September 2014.
Sedangkan dari pihak pemerintah setempat belum mengambil tindakan, dengan alasan belum
adanya laporan dari pihak kecamatan dan kepala desa setempat terkait kurangnya air bersih ini.

2.      Untuk menangani permasalahan krisis air bersih ini dapat dilakukan dalam jangka pendek,
menengah, dan jangka panjang, seperti di bawah ini :

a.       Jangka Pendek, meliputi :

1)      Menggalakkan gerakan hemat air

2)      Menggalakkan gerakan menanam pohon

3)      Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai

4)      Pembangunan tempat penampungan air hujan

5)      Membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori

6)      Mengurangi pencemaran air

b.      Jangka Menengah, meliputi :

1)      Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah

2)      Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil

3)      Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar

c.       Jangka Panjang, meliputi :

1)      Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Air

2)      Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air

3)      Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


4.2    Saran
Pemerintah setempat diharapkan turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang
ada, bukan hanya diam dan menunggu laporan dari penduduk. Diamnya penduduk untuk melapor
ini bisa dimungkinkan karena mereka masih belum mengetahui bagaimana cara melaporkan pada
pemerintah terkait dengan kurangnya air bersih ini. Kemungkinan yang lain adalah, penduduk sudah
melapor, tetapi laporan tersebut tidak sampai pada pemerintah atau dinas terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012, 8 Manfaat Sumber Daya Air, http://www.artikellingkunganhidup.com/8-manfaat-sumber-


daya-air.html [diakses pada 13 September 2014]
Anonim, http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-14274-3606100053-Chapter1.pdf [diakses
pada 13 September 2014]

http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kab-bangkalan-
2013.pdf [diakses pada 13 September 2014]

Sutardi, 2002,  Pengelolaan Sumber Daya Air yang Paling


Efektif, http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pDf_51.pdf [diakses pada 13 September 2014]

Syah, Achmad Fahruddin, Tanpa Tahun,  Indikasi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten
Bangkalan Madura. Jurnal: Jurusan Ilmu Kelautan Universitas
Trunojoyo http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/wp-content/uploads/INDIKASI-KENAIKAN-
MUKA-AIR-LAUT-DI-PESISIR-KABUPATEN-BANGKALAN-MADURA.pdf  [diakses pada 13 September
2014]

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air.

Wignyosukarto, Budi Santosa, 2009, Pengelolaan sumberdaya air dan kesejahteraan


rakyat, http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/  [diakses pada 13 September 2014]

Anda mungkin juga menyukai