Anda di halaman 1dari 5

BAB II

DASAR DASAR THEOLOGI KRISTEN

i. Pendahuluan : Sumber Utama theology Kristen

1. Alkitab : Firman Allah yang dituliskan (Inscripturated the Word of God)

a. Sebagaai landasan Iman dan hidup secara praktis


b. Kanon pola pikir kristiani
c. Sebagai kerangka panduan atau rujukan pengajaran theologis

2. Budaya Helenistik : awal mula yang menjiwai budaya Barat


(Greek + Yudaim + Kekristenan)

a. Kontext dimana injil diberitakan


b. Kontext dimana pemikiran pemikiran pemikiran Kristen tumbuh
c. Tradisi kekristenan dibuat (formasi doktrin dan pengajaran dokmatika
disampaikan)
d. Obyek dimana pesan budaya Kristen disampaikan

3. Tradisi Kristen : Form dimana doktrin kekristenan diakui

a. Makna tentang tradisi : Sustu diskusi


i. Etymologi : arti sesungguhnya akan tradisi
ii. Perbedaan tradisi yg hidup dan tradisi yang telah mati
iii. Nilai nilai tradisi dipandang dari sudut agama, politis dan social
ekonomi

b. Problematik dalam Tradisi kekeristenan : Substantif dan nilai nilai praktis


c. Masa depan Tadisi Kristen : Terkait dengan hal yg penting dan Nilai

4. Masalah utama : KERYGMA -------hakekat Theologi Kristen

a. Problem Kontekstualisasi
b. Problem Transformasi
c. Problem merelevansikan Firman Tuhan yang tertuliskan
d. Problem mengeskalasikan (enhancement) terhadap pemikiran kontemporer
sehingga pandangan kekristenan dapat mempengaruhinya

1
II. Tuhan Allah dan PewahyuanNya (revelation )

1. Esensi tentang Iman Kristen

a. Dari sudut pandang statemen negative :


i. Bukan fenomenologis dan hasil ekperience
ii. Bukan utilitarian berdasarkan hasil atau manfaat sesaat
iii. Bukan semata dapat dioperasionalkan/praktis/berfungsi.
iv. Bukan semata sebagai preposisi/postulasi
v. Bukan semata berwujud kesaksian. Pentingnya memahami metodologi
yg menjelaskan akan hakekat doktrin kekristenan
vi. Bukan proyeksi humanistic (Model Paul Youngi Cho kosep inkubasi iman)

b. Dari sudut pandang statemen positive :


i. Bersifat Ontologis
ii. Dapat diterapkan
iii. Berbentuk wahyu yang berkepribadian dan bersifat relational
iv. Dapat membuktikan kebenaranNya sendiri
v. Kontektual, kebenaran tidak bias telanjang : Firman Allah yang
berinkarnasi, tertuliskan (inscripturated dan beroperasi dalam context
gereja.

2. Wahyu Ilahi

a. Wahyu sebagai Allah yang menyatakan keberadaan DiriNya

b. Wahyu Allah sebagai tindakan KASIH ILAHI (Agapic Action )

c. Pewahyuan Ilahi menunjukkan kedaulatan akan kepimpinanNya (God,s directive


act)

i. Dalam karya PenciptanNya


ii. Dalam karya Sejarah Karya Keselaman Allah
iii. Dalam Inscripturasi bagaimana FirmanNya dituliskan
iv. Dalam karya pemeliharaan atau providensia ilahi

d. Kontext Pewahyuan Ilahi : Komunitas terpilih umat tebusan Allah

III. PENCIPTAAN : Sebagai dasar Theologi Kristen

2
1. Esensi/prinsip penting tentang doktrin penciptaan

a. Secara Ontologis dapat dibedakan akan hakekat Tuhan Allah, Sang Pencipta dan
Alam Semesta ciptaan

i. Tuhan Allah adalah bukan bagian daripada dunia, atau dunia adalah bagian
daripada Tuhan Allah (ajaran Pantheism dan Panentheism)
ii. Transcedndensi dan imannansi Ilahi membuat keberadaanNya yang
berhubungan dengan semua ciptaan menjadi sangat berbeda (Ajaran Deism
dan animis)

b. Perbedaan sudut pandang Pewahyuan Firman dengan Ilmu Pengetahuan dari sudut
pandang Epistemologis :

i. Pewahyuan adalah bukan suatu upaya secara metodologis berdasarkan hasil


yang tervalidasikan sesuai dengan pendekatan claim keilmuan. Kita tidak
boleh menyimpulkan atau memakai Firman Allah yang diperalat untuk
menvalidasi akan klaim kebenaran tertentu.
Sebaliknya Firman ALLAH (Revelation ) adalah suatu tindakan Allah yang
maha baik (benevolent) yang menyatakan akan diriNya Sendiri sebagai dasar
dari segala pengetahuan. Dalam pewahyuan manusia sepenuhnya adalah
meresponiNya semata (recipient), bukan investigator, bukan juga peneliti
atau peneliti ulang (re-researcher) atau sebagai agen validator.

ii. Keberadaan keyakinan Kekristenan bukan untuk menguatkan akan


penjelasan yang sesuai dengan eksistensi duniawi maupun hal hal yang
terkait dengan hukum alam. Hal mana sepenuhnya demi meresponi akan
pewahyuan ilahi itu Sendiri. Oleh karena itu maka sesuai dengan sudut
pandang secara epistemology Kristen bahwa pada hakekatnya bukan juga
penyesuaian dengan proses mantalitas manusiawi tetapi semata sebagai
tindakan kerohanian seseorang yang meresponi akan inisiative ilahi dan
panggilanNya sebagai ekspresi oleh karna Wahyu ilahi dan tindakan karya
penciptaan Tuhan semata.

iii. Sementara itu menurut tradisi helenistic adalah untuk menjelaskan akan
pertanyaan yang terkait dengan pertanyaan yang dimulai dengan kata
“Mengapa.” Artinya bahwa menurut tradisi kekristenan lebih cenderung
akan hal hal yang terkait dengan menjawab pertanyaan mendasar
“mengapa” dan “ mengapa tidak.” Hal ini berarti bahwa secara mutlak dalam

3
doktrin kekristenan berdasarkan epistemology adalah berdasarkan tindakan
(veracity) sepenuhnya karna karya Allah Sendiri dan pewahyuanNya.

2. Motif mendasar antara filsafat helenistic dengan iman Kristen

a. Motif helenistic adalajh motif eros :” the Un-Move Mover


b. Tindaka berdasarkan iman Kristen : Tindaka Kasih Agape Ilahi.

IV. Hubungan Filsafat terhadap Theologi

1. Konflik :

a. Menurut sudut pandang yang berpusatkan ajaran Alexandria : sintesis (Kristus di luar
Injil, Christ outside the Gospel).

b. Menurut sudut pandang pengajaran yang berpusatkan Antiokhia : antitesa


(tertualianus : What has Antens to do with Jerusalem ?).

2. Hal hal yang tak terelakkan atau dapat terhindari :

a. Dalam Perkembangannya maka terjadilah theology sebagai suatu disiplin atau ilmu
filsafat. Misalnya tentang penjelasan yang menyatakan bahwa Allah menjadi
manusia, tritunggal, hukuman salib dlsb.

b. Problematik dari Natural theology (hakekat akan theology alam) dan supremasi
rasionalitas manusia (dalam Filsafat Keagamaan).

3. Anugerah Ilahi (Divine Gift)

a. The image bearer of God : Donum Superaditum, anugerah yang terbesar hakekatnya
tidak bias dimengerti tapi bias diyakini.
b. The gift of life (life artinya hidup bukan living dalam arti kehidupan atau yg Nampak).
c. The gift of Light (kesempurnaan yang mutlak, terang yang menerangi everythings)
d. The gift of everlasting and sovereign Grace
Catatan : kemampuan manusia menjadi mampu karna bersekutu dengan Allah).

V. Hubungan Doktrin Kristen dan Filsafat

4
1. Review dari pelajaran yang lalu (bab I)

a. Suatu system filosopis yang tidak sempurna


b. Bahayanya menempatkan ajaran iman Kristen terlalu dekat atau bergantung pada
pola pemikiran filosofis semata. Pakailah filsafat namun jangan menjadi hambanya.
c. Study kasus tentang natural theology, perbedaan natural theology dengan dokmatika
atau filsasfat Kristen. (diskusi)
d. Study kasus tentang hakekat pewahyuan (sejarah karya keselamatan) dengan
hakekat sejarah menurut sudut pandang filsafat. (diskusi)

2. Tugas akan Filsafat Keagamaan

a. Motto Anselmus bagaimana akan pendekatan menurut sudut pandang kekristenan :


Credo ut intelligam (I believe so that I may understand) atau fides inttellectum
(faith in search of understanding, beriman dalam rangka untuk mendapatkan
pengertian ).

b. Menuruit metode korelasi Tillichian yang dikmbangkan oleh Paul Johannes Tillich
(August 20, 1886 – October 22, 1965) was a German-American Christian
existentialist philosopher and Lutheran Protestant theologian. Yaitu suatu konsep
pemahaman theology yang memberikan jawaban jawaban terhadap pertanyaan
pertanyaan ya ng diajukan memakai sudut pandang Filsafat dengan cara
mengkorelasikan kedua pendekatan disiplin baik secara teologis maupun filsafat
keilmuan.

3. Summary dan Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai