Disusun Oleh
NIM : 18.1.03.0012
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sudah kita ketahui bahwasanya agama Islam adalah agama yang rahmatan
lil ‘alamin, bersifat universal, dan berlaku sampai hari kiamat. Berbeda dengan
agama-agama yang datang sebelum Islam seperti agama yang dibawa nabi Musa
as yaitu Yahudi atau agama yang dibawa oleh nabi Isa as yaitu Nasrani. Agama-
agama tersebut tidak bersifat universal dan hanya berlaku ketika nabi atau rasul
yang membawa agama tersebut masih hidup. Bersifat universal disini maksudnya
adalah bahwa agama tersebut tidak dikhususkan bagi suatu kaum, misalkan agama
Yahudi yang dikhususkan untuk bani Israel saja, tetapi agama yang bersifat
universal adalah agama tersebut diperuntukkan bagi seluruh umat manusia seperti
agama Islam.
Agama Islam dibawa oleh Muhammad ibn Abdullah, nabi terakhir yang
diutus Allah SWT tepatnya di kota makkah Saudi Arabia pada tahun . Seperti
yang sudah dikatakan diatas bahwa agama Islam adalah agama yang bersifat
universal dan berlaku hingga hari kiamat maka Islam adalah agama yang
diperuntukkan bagi segenap umat manusia dari mulai kedatangannya sampai
terjadinya hari kiamat tersebut. Tetapi sayangnya , sang pembawa agama Islam –
nabi Muhammad SAW tersebut hanya diberi umur 63 tahun. Sehingga jika suatu
ketika – di era modern timbut suatu permasalahan khususnya dalam hal akidah
tidak bisa langsung menanyakannya kepada sang nabi , maka dari itulah beberapa
puluh tahun setelah kematian nabi Muhammad SAW muncul satu persatu
berbagai macam aliran-aliran teologi Islam yang biasa disebut dengan Ushuluddin
atau Ilmu Kalam. Diantara aliran ilmu kalam tersebut adalah aliran Mu’tazilah.
Pada makalah ini insyaallah kami akan membahas tentang aliran mu’tazilah
tersebut. Supaya memberikan pemahaman kepada pembaca apa yang dimaksud
aliran mu’tazilah? Bagaimana latar belakang terbentuknya aliran tersebut? Dan
seperti apakah ajaran-ajaran dalam aliran tersebut? Semuanya akan dibahas satu
persatu dalam makalah ini yang tentu masih banyak kekurangan dan kami
berharap makalah ini bisa dipelajari dan berguna bagi pembaca sekalian.
2. Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah:
a. Apa pengertian aliran Mu’tazilah?
b. Bagaimana latar belakang sejarah terbentuknya aliran mu’tazilah?
c. Siapa tokoh pendiri aliran mu’tazilah?
d. Apa yang menjadi pokok ajaran aliran mu’tazilah?
e. Bagaimana studi analisis tentang aliran mu’tazilah?
3. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian dibuatnya makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui pengertian aliran Mu’tazilah
b. Untuk mengetahui latar belakang sejarah terbentuknya aliran mu’tazilah
c. Untuk mengetahui tokoh - tokoh pendiri aliran mu’tazilah
d. Untuk mengetahui pokok-pokok ajaran aliran mu’tazilah
e. Untuk mengetahui studi analisis tentang aliran mu’tazilah
4. Kegunaan
Kegunaan mempelajari ilmu kalam diantaranya.
a. Memberikan penguatan landasan keimanan umat Islam melalui pendekatan
filosofis dan logis
b. Menopang dan menguatkan sistem nilai ajaran Islam
c. Turut menjawab problematika penyimpangan teologi agama lain yang dapat
merusak akidah umat Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Versi Almas’udi, sebutan Mu’tazilah berasal dari pendapat mereka yang
mengatakn bahwa orang yang membuat dosa besar bukan mukmin,juga bukan
kafir,tetapi mengambil posisi diantara keduanya (Al-manzilah bainal manzilatain).
Jadi menurut versi ini kemu’tazilahan itu mulamula menjadi sifat orang yang
berbuat dosa besar kemudian menjadi sifat atau nama golongan yang berpendapat
tentang posisi orang yang berdosa besar. Golongan yang berpendapat itu di sebut
Mu’tazilah karena mereka membuat orang yang berbuat dosa besar jauh dari
golongan mukmin dan kafir.
bahwa suatu hari Qatadah Ibnu Da’amah masuk kemesjid basrah dan duduk pada
majlis Amr bin Ubaid yang disangkanya majlis hasan Basri. Setelah menyadari
bahwa ia salah masuk, ia bediri dan meninggalkan tempat itu sambil berkata,”ini
kamu Mu’tazilah”.Sejak itu mereka di sebut kaum Mu’tazilah.
3. Menurut Ahmad Amin, sebutan Mu’tazilah sudah ada kurang lebih 100
tahun sebelum terjadinya perselisihan pendapat Wasil bin Atha dengan Hasan
Basri di mesjid basrah. Golongan yang disebut Mu’tazilah pada waktu itu adalah
mereka yang tidak ikut melibatkan diri dalam pertikaian. Golongan yang tidak
ikut pertikaian itu mengatan,”Kebenaran tidak mesti berada pada salah satu pihak
yang bertikai, melainkan keduaduanya bisa salah, sekurangkurangnya tidak jelas
siapa yang benar. Sedangkan agama hanya memerintahkan memerangi orang-
orang yang menyeleweng. kalau kedua golongan menyeleweng, maka kami harus
menjauhkan diri (I’tazalna).
A. Kesimpulan
Mu’tazilah muncul sebagai respon atas sebuah pertanyaan dari seseorang
mengenai dosa besar. Wasil Ibn Ata menjawab bahwa orang yang berdosa besar
bukanlah mukmin dan bukan pula kafir. Jawaban ini merupakan jawaban yang
berbeda dari suatu perkumpulan Hasan al-Basri di Mesjid Basrah. Karena jawaban
yang berbeda ini, Wasil meninggalkan barisan tersebut. Dengan demikian, ia
disebut sebagai kaum Mu’tazilah. Penamaan Mu’tazilah adalah suatu nama yang
diberikan oleh kaum mereka sendiri, atau sekurang-kurangnya mereka setuju atas
nama yang diberikan tersebut. Bagi kaum Mu’tazilah segala pengetahuan dapat
diperoleh dengan perantaraan akal, dan kewajiban-kewajiban dapat diketahui
dengan pemikiran yang mendalam. Dengan demikian berterima kasih kepada
Tuhan, mengetahui baik ban buruk , serta mengerjakan yang baik dan menjauhi
yang buruk sebelum turunnya wahyu adalah wajib diketahui oleh akal. sedangkan
wahyu hanya sebagai penyempurna tentang hal-hal baik dan buruk. Karena lebih
mengutamakan akal dari pada wahyu mu’tazilah juga disebut kaum rasionalis
Islam.
Mu’tazilah sendiri mempunyai lima ajaran pokok yaitu:
a. Al Tauhid (keesaan Allah)
b. Al ‘Adl (keadlilan tuhan)
c. Al Wa’d wa al wa’id (janji dan ancaman)
d. Al Manzilah bain al Manzilatain (posisi diantara posisi)
e. Amar ma’ruf nahi mungkar