Anda di halaman 1dari 10

JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Oleh:
KELOMPOK 10

 Dewa Ayu Nyoman Difa Rusita Tri Cahyadi (1833121283)


divarusita222@gmail.com
 Ni Made Wiwin Yulandari (1833121364)
wiwinyulandari1200@gmail.com
 Santika Dewi (1833121415)
santikadewi304@gmail.com
 Anak Agung Vera Sapitri (1833121418)
gungverras.28@gmail.com
 Ni Kadek Suartini (1833121419)
suartinii131@gmail.com

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Warmadewa

2020/2021
JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

1. PERKEMBANGAN ANGGARAN SEKTOR PUBLIK

Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi


instrument kebijakan multi fungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya
anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik
yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat
pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan
baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran
harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.

2. ANGGARAN TRADISIONAL

Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang banyak digunakan di


negara berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini,
yaitu: (a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
incrementalism dan (b) struktur dan anggaran yang bersifat line-item.

 Incrementalism

Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada


pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional
bersifat increnentalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah
pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data
tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.

 Line-item

Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item


yang didasarkan atas dasar sifat (nalure) dari penerimaan dan pengeluaran.
Metode line-item budger tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item
penerimaan atau pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun
sebenarnya secara ril item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada
periode sckarang.

 Kelemahan Anggaran Tradisional

 Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan


rencana bangunan jangka panjang,

 Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak


pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.

 Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan


anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat
kebijakan dan pilihan sumber daya, atau memonitor kinerja. Kinerja
dicvaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah
tujuan tercapai.

 Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara


keseluruhan sulit dicapai. Kcadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik,
overlapping, kesenjangan dan persaingan antar departenen.

 Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran


modal/investasi.

 Anggaran tradisional bersifut tahunan. Anggaran tahunan tersebut


sebenarnya terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut
dapat mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).

 Sentralisasi penyiapan anggaran, diambah dengan informasi yang tidak


memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Sebagai akibatnya
adalah munculnya budget padding atau budgetary slack.
 Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya
dilakukan revisi angparan dan 'manipulasi anggaran.'

 Aliran informasi (sistem infornnasi finansial) yang tidak memadai yang


menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentilikaasi masalah dan
tindakan.

3. ANGGARAN PUBLIK DENGAN PENDEKATAN NPM

 Era New Public Management

Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan


kembali populer tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuh inkarnasi,
misalnya munculnya konsep "managerialism” (Pollit, 1993): "marker-based
public administration" (Lan, Zhiyong, and Rosenbloom, 1992); "post-
bureaucratic paradigm" (Barzclay, 1992); dan "entrepreneurial government”
(Osborne and Gaebler, 1992). New Public Management berfokus pada
manajemen sektor publik yang berorientasi pada kinerja, bukan berorientasi
kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management tersebut
menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di antaranya adalah tuntutan
untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi
tender.

Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah


model pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang
tertuang dalam pandangannya yang dikenal dengan konsep "reinventing
governmenr'. Perspektif baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut
adalah:

a) Pemerintahan Katalis : fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi


pelayanan publik.
b) Pemerintah Milik Masyarakat : memberdayakan masyarakat dari pada
malayani.

c) Pemerintah Yang Kompetitif : menyuntikkan semangat kompetisi dalam


pemberian pelayanan publik.

d) Pemerintah Yang Digerakkan Oleh Misi : mengubah organisasi yang


digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.

e) Pemerintah Yang Berorientasi Hasil : membiayai hasil bukan masukan.

f) Pemerintah Berorientasi Pada Pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan,


bukan binokrasi.

g) Pemerintahan Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak


sekedar membelanjakan.

h) Pemerintah Antisipatif : berupaya mencegah dari pada mengobati.

i) Pemerintah Desentralisasi : dari hierarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.

j) Pemerintah Berorientasi Pada (Mekanisme) Pasar : mengadakan perubahan


dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme
administratif (sistem prosedur dan pemaksaan).

4. PERUBAHAN PENDEKATAN ANGGARAN

 Reformasi sehtor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya


era New Public Munagenent telah mendorong usaha untuk mengembanghan
pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik.
Sciring dengan perkembangan terscbut, muncul beberapa teknik penganggaran
sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting),
Zero Based Budgeting (ZBB), dan Plaming, Programming and Budgeting System
(PPBS).
5. ANGGARAN KINERJA

Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang


terdapat dalam anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh
tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam
pencapaian tujuan dan sasaran anggaran dengan pendekatan kinerja sangat
menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Pendekatan ini juga mengutamakan mekanisme penentuan dan pembuatan
prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik dan rasional dalam proses
pengambilan keputusan. Untuk mengimplementasikan hal-hal tersebut anggaran
kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran analitis.

6. ZERO BASED BUDGETING (ZBB)

Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan


yang ada pada sistem anggaran tradisional. Penyusunan anggaran dengan
menggunakan konsep Zero Bazed Budgeting dapat menghilangkan
incrementalism dan line-item karena anggaran di asumsikan mulai dari nol (zero-
hase). Penyusunan anggaran yang bersifat incrementul mendasarkan besarnya
realisasi anggaran tahun ini untuk menctapkan anggaran tahun depan, yailtu
dengan menyesuaikannya dengan tingkat in flasi atau jumlah penduduk. ZBB
tidak berpatokan pada angaran tahun lalu untuk meny usun anggaran tahun ini,
namun pencntuan anggaran didasarkan pada kcbutuhan saat ini Dengan / BB
scolah-olah proses anggaran dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item
anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak mendukung pencapaian tujuan
organisasi dapat hilang dari struktur anggaran, atau mungk in juga muncul item
bru.
 Proses Implementasi ZBB

Proses im plementasi ZBB terdiri dari tiga tahap, yaitu:

1. Identifikasi unit-unit keputusan

Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusal-pusat


pertanggungjawaban (responsibility cener) Setiap pusat pertanggungjawaban
merupakan unit pembuat keputusan (decisiont unit) yang salah satu fungsinya
adalah unluk menyiapkan anggaran. Zero Based Budyeting akan sistem anggaran
yang berbasis pusat pertanggungjawaban sebagai dasar dan pengendalian
anggaran. Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan level
yang lebih kecil. Sebagai contoh, pemcrintah daerah merupakan suatu unit
keputusan besar yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi dinas-dinas; dinas-dinas
dipecah lagi menjadi subdinas-subdinas; subdinas dipecah lagi mcnjadi
subprogram, dan scbagainya. Dengan demikian, sualu pemcrintah dacrah bisa
memiliki ribuan unit keputusan.

Setelah dilahukan identifikasi unit-unit keputusan secara tepat, tahap


berikutnya adalah menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan
tindakan yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dokumen
tersebut disebut paket-paket keputusan (decision packages).

2. Penentuan paket-paket keputusan

Paket hepuusan merupahan gambaran komprchensif mengenai bagian dari


ahtivitas oryanisasi atan fungsi yang dapat dievaluasi sccara individual. Pakct
kepulusan dibuat oleh manajcr pusat pertanggungjawaban dan harus
menunjukkan secara delail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam
bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Terdapat dua jenis paket
keputusan, yaitu:

a. Paket keputusan mutually-exchusive.

b. Paket keputusan incremental


3. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan

Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap berikutnya adalah meranking


semua paket berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi. Tahap ini mcrupakan
jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di antara berbagai kegiatan
yang beberapa di antaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.

7. PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)

PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem


yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penelanan utamanya adalah
alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak
mendasarkan pada struktur organisasi tradisional yang terdiri dari divisi-divisi,
namun berdasarkan program, yaitu pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan tertentu. PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan
untuk membantu manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi
sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya yang
dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak
terbatas jumlahnya. Dalam headaaan tersebut pemerintah dihadapkan pada
pilihan alternatif keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam
pencapaian tujuan organisasi secara kescluruhan. PPBS memberikan kererangka
untuk membuat pilihan tersebut.

 Proses Implementasi PPBS

Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi :

a) Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas.

b) Mengidentifkasi progran-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang


telah ditetapkan.

c) Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit


dari masing-masing program.
d) Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.

e) Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.

 Karakteristik PPBS:

 Beriokus pada tujuan dan aktivilas (program) untuk mencapai tujuan

 Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan


datang karena PPBS berorientasi pada masa depan

 Mempertimbangkan scmua biaya yang terjadi

 Dilakukan analisis sccara sistematik atas berbagai altcrnatif program, yang


meliputi : (a)identifikasi tujuan, (b) identifikasi secara sistematik allernatif
program untuk mencapai tujuan, (c) estimasi biaya total dari masing-masing
allernatif program, dan (d) estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari
masing-masing allernatif prograin.

 Kelebihan PPBS

 Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak


ke manajemen menengah.

 Dalam jangka panjang dapat mengurangi bebin kerja

 Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendckatan sadar biaya (cost-


conscioust awareness) dalam perencanaan program

 Lintas departemcn sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,


dan kerja sama antar departemen.

 Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan


pencapaian tujuan organisasi

 PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi


sumber daya secara optimal
 Kelemahan PPBS

 PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,


adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi

 Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena, PPBS


membutuhkan teknologi yang canggih

 PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan

 PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan


manusia yang kompleks

 PPBS merupakan tcknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan


statistik terkadang hurang tajam untuk mengukur efeklivitas program.
Statististik hanya tepat untuk mengukur beberapa program tertentu saja.

 Pcngaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan


sifat progam atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya.

REFERENSI :

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai