Anda di halaman 1dari 12

Vol. 9 No.

1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

ANALISIS PENGARUH SDM, INSENTIF DAN SARANA PENDUKUNG TERHADAP


IMPLEMENTASI SAP BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH
PROVINSI SUMATERA UTARA

Dito Aditia Darma Nst, SE, M.Si


Dosen Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi
Puja Rizqy Ramadhan, SE, M.Si
Dosen Fakultas Sosial Sains Universitas Pembangunan Panca Budi

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh SDM, Insentif dan Sarana Pendukung terhadap
implementasi SAP berbasis akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian asosiatif/hubungan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 34 Satuan
Kerja Perangkat Daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan yang menjadi sampel penelitian
berjumlah 102 yang meliputi Pejabat Penatausahaan Keuangan, Bendahara Pengeluaran, dan Staf
Keuangan. Sumber data penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan instrument penelitian
berupa kuesioner. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian survey. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda untuk analisis statistik dan model regresi telah diuji
terlebih dahulu dalam uji asumsi klasik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengujian secara parsial
SDM berpengaruh positif signifikan terhadap implementasi SAP berbasis akrual, insentif berpengaruh
positif signifikan terhadap implementasi SAP berbasis akrual, dan sarana pendukung berpengaruh
negatif signifikan terhadap implementasi SAP berbasis akrual. Pengujian secara simultan
menunjukkan bahwa SDM, insentif, dan sarana pendukung berpengaruh signifikan terhadap
implementasi SAP berbasis akrual.

Kata Kunci : SDM, Insentif, Sarana Pendukung dan Implementasi SAP Berbasis Akrual

I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Terbitnya aturan tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual yang
ditandatangani oleh Presiden mewajibkan seluruh instansi pemerintah baik yang ada di pusat maupun
di daerah menerapkan SAP berbasis akrual per 1 Januari 2015. Payung hukum penerapan SAP berbasis
akrual adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2010 tentang SAP, sebagai amanat dari
Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 17 tahun 2003
mengamanatkan: “Instansi pemerintah pusat maupun daerah di minta untuk mengimplementasikan SAP
berbasis akrual”, sedangkan dalam PP No. 71 tahun 2010 Lampiran I.02 PSAP 01-22 disebutkan:
“bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) tersebut berlaku efektif untuk laporan
keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran mulai Tahun Anggaran 2010 dan dalam hal
entitas pelaporan belum dapat menerapkan PSAP tersebut, entitas pelaporan dapat menerapkan PSAP
berbasis kas menuju akrual paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010”, yang artinya
pada tahun 2015 tidak diperbolehkan menerapkan PSAP berbasis kas menuju akrual kembali dan
diwajibkan untuk menerapkan SAP berbasis akrual secara penuh.
Penerapan SAP berbasis akrual diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi
pada sektor publik karena akuntabilitas dan transparansi merupakan konsep awal dari pemikiran
diterapkannya SAP berbasis akrual, hal ini sependapat dengan Tickell (2010) yang menjelaskan bahwa:
“This migration from cash-basis accounting to accrual-basis accounting is the result of calls for greater
accountability and transparency in the public sector”. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan Blondal
(2003) yang menyatakan: “The objective of moving financial reporting to accruals is to make the true
cost of government more transparent, a further objective for adopting accruals is to improve decision-
making in government by using this enhanced information”. dari pernyataan tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa tujuan dari laporan keuangan berbasis akrual adalah untuk menjadikan pengeluaran
pemerintah menjadi lebih transparan guna meningkatkan kualitas pengambilan keputusan di
pemerintahan berdasarkan informasi dari laporan keuangan berbasis akrual.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 207


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

Penerapan SAP berbasis akrual di daerah akan cukup kompleks, bisa dibayangkan saat ini menurut
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 39 tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah
Administrasi Pemerintahan yang terbit pada tanggal 02 Februari 2015 terdapat 542 daerah provinsi
dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Keragaman tersebut pasti akan menimbulkan kesulitan yang
lebih kompleks ketika menerapkan SAP Berbasis Akrual di daerah jika dibandingkan di pusat.
Pemberlakuan aturan SAP berbasis akrual ini belum dapat sepenuhnya dapat terimplementasi di
tingkat Pemerintah Daerah (Pemda). Pemda kelihatan seperti kesulitan dalam mengimplementasikan
aturan tersebut padahal peraturan tersebut telah di sosialisasikan sejak tahun 2003 yaitu pada saat
terbitnya UU 17 Tahun 2003 yang mengisyaratkan untuk mereformasi tata kelola keuangan negara yang
salah satu poinnya adalah penerapkan SAP berbasis akrual secara penuh.
Persentase jumlah Pemda yang menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
berbasis akrual tahun 2016 kepada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) masih
belum maksimal 100 %, dari 542 Pemda yang wajib menyusun laporan keuangan tahun 2016, hanya
537 LKPD tahun 2016 yang telah dilaporkan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I tahun
2017 sedangkan 5 LKPD tahun 2016 masih terlambat dilaporkan kepada BPK-RI sehingga baru dapat
dilaporkan pada IHPS II tahun 2017 yang seharusnya tidak lagi mencantumkan informasi keuangan
tahun sebelumnya melainkan harus telah mencantumkan informasi keuangan tahun berjalan. LKPD
yang terlambat disampaikan yaitu LKPD Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Singkil, Pemkab Aceh
Tenggara, Pemkab Pidie, Pemkab Pidie Jaya, dan Pemerintah Kota (Pemko) Lhokseumawe di Provinsi
Aceh. Salah satu penyebab terlambatnya LKPD 5 Pemkab/Pemko di Provinsi Aceh tersebut menurut
IHPS II tahun 2017 antara lain adalah kualitas SDM, minimnya sarana pendukung, dan masih
rendahnya komitmen instansi pemda dalam memberikan insentif tambahan kepada pegawai yang
menyusun LKPD tahun 2016.
Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana pendukung (hardware, software, dan jaringan) adalah
kendala utama yang dihadapi dalam implementasi SAP berbasis akrual pada tingkat Pemda. Kualitas
SDM Pemda yang kurang memadai menimbulkan permasalahan dalam implementasi SAP berbasis
akrual, di satu sisi sarana pendukung juga sangat penting agar implementasi SAP berbasis akrual
berjalan dengan lancar. Kendala lain yang perlu diperhitungkan adalah minimnya insentif dari
pemerintah sebagai perangsang semangat dalam mengimplementasikan SAP berbasis akrual. Insentif
sangat berperan penting dalam memicu semangat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Handoko (2002): “Insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk
melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan, yaitu dalam hal
untuk implementasi SAP berbasis akrual”.
Keterlambatan Pemda dalam menyerahkan LKPD berbasis akrual tahun 2016 juga berdampak
kepada keterlambatan BPK-RI dalam menyelesaikan dan mempublikasi laporan IHPS II tahun 2017
secara luas kepada masyarakat. Fakta tersebut semakin memberikan suatu penguatan bahwa masih
banyaknya kendala-kendala yang dihadapi dalam pengimplementasian SAP berbasis akrual pada
tingkat Pemda hingga saat ini, sehingga dianggap perlu untuk dilakukan penelitian lebih lanjut atas
kendala-kendala yang berkaitan dengan implementasi SAP berbasis akrual tersebut.
Kompleksnya permasalahan yang di hadapi dalam implementasi SAP berbasis akrual pada tingkat
Pemda juga dapat dilihat pada buku IHPS II tahun 2017 yang dikutip dari website www.bpk.go.id/ihps.
Pada buku tersebut dijelaskan perkembangan opini BPK-RI terhadap LKPD pada tahun 2012 sampai
dengan 2016 yang dapat dilihat melalui gambar berikut ini :

Gambar 1.1. Perkembangan Opini BPK-RI terhadap LKPD Tahun 2012 – 2016

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 208


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

Pada gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa persentase opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
dari BPK-RI terhadap LKPD tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 memang cenderung naik hingga
70% akan tetapi opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), dan Tidak Menyatakan Pendapat (TMP)
persentasenya masih cukup tinggi yaitu 26% untuk WDP, dan 4% pada TMP sehingga masih diperlukan
kerja keras dari seluruh sektor terkait agar opini WTP dari BPK-RI dapat di terima oleh seluruh Pemda
pada IHPS I tahun 2018 yang akan datang dengan persentase 100%.
Perkembangan opini BPK-RI terhadap LKPD tahun 2012 – 2016 pada gambar 1.1 tersebut
menerangkan bahwa Pemda sebenarnya memang belum mampu untuk mengimplementasikan SAP
berbasis akrual hingga tahun 2016, karena opini WDP dan TMP dari BPK-RI persentasenya masih
cukup tinggi pada LKPD tahun 2016 terlepas dari persentase 70% opini WTP dari BPK-RI pada LKPD
tahun 2016. Syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan opini WTP dari BPK-RI memang cukup
sulit. Berdasarkan informasi dari website www.medan.bpk.go.id/?p=5605 dengan jelas menerangkan
bahwa: “BPK-RI hanya dapat memberikan opini WTP apabila sistem pengendalian internal memadai,
tidak ada salah saji yang material atas pos-pos laporan keuangan dan secara keseluruhan laporan
keuangan telah menyajikan secara wajar sesuai dengan SAP”.
Fenomena keterlambatan 5 Pemda dalam menyerahkan LKPD berbasis akrual tahun 2016 kepada
BPK-RI dan masih cukup tingginya persentase opini WDP dan TMP dari BPK-RI pada LKPD tahun
2016, dapat mengindikasikan bahwa implementasi SAP berbasis akrual belum berjalan secara maksimal
di Pemda, maka dari itu peneliti melihat perlu dilakukan penelitian untuk mencari tahu faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi implementasi SAP berbasis akrual dengan tujuan agar
pengimplementasian SAP berbasis akrual dapat berjalan dengan baik sesuai target pemerintah dan
memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh SDM, Insentif dan
Sarana Pendukung terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara” guna mendapatkan hasil penelitian yang dapat membantu Pemda untuk mengimplementasikan
SAP berbasis Akrual dengan baik dan alasan kenapa dipilihnya Pemda Provinsi Sumatera Utara sebagai
objek penelitian karena Pemda Provinsi Sumatera Utara merupakan Pemda yang tepat waktu dalam
menyerahkan LKPD tahun 2016 ke BPK-RI dan merupakan pemda yang memperoleh opini WTP dari
BPK-RI pada LKPD tahun 2016, sehingga penelitian ini berguna untuk mengetahui apakah SDM,
insentif dan sarana pendukung sebagai variabel independen penelitian berpengaruh terhadap
implementasi SAP berbasis akrual sebagai variabel dependen sehingga hasil penelitian ini dapat
menjadi landasan oleh Pemda lain di luar Pemda Provinsi Sumatera Utara untuk dapat
mengimplementasikan SAP berbasis akrual dengan baik bahkan untuk Pemda Provinsi Sumatera Utara
sendiri agar lebih baik lagi dalam implementasi SAP berbasis akrual.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Apakah SDM, Insentif dan Sarana Pendukung secara parsial berpengaruh terhadap Implementasi
SAP berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara?
2. Apakah SDM, Insentif dan Sarana Pendukung secara Simultan berpengaruh terhadap
Implementasi SAP berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara?

C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh SDM, Insentif dan Sarana Pendukung terhadap
Implementasi SAP Berbasis Akrual secara parsial dan simultan pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui dan menguji Komitmen SKPD dapat memoderasi pengaruh SDM, Insentif dan
Sarana Pendukung terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 209


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. LANDASAN TEORI
1. SDM
Menurut Azhar (2007): “SDM merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda
organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut”. SDM
merupakan salah satu elemen organisasi yang sangat penting, oleh karena itu harus dipastikan bahwa
pengelolaan SDM dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal
dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam pengelolaan keuangan pemerintah yang baik, satuan kerja harus memiliki SDM yang
berkualitas yang didukung dengan tingkat pendidikan, pengalaman, pelatihan, pemahaman akuntansi,
dan profesionalisme sehingga dalam menerapkan sistem akuntansi, SDM yang berkualitas tersebut
akan mampu melaksanakan sistem akuntansi dengan memahami dan menerapkan logika akuntansi
secara baik sesuai peraturan yang berlaku. “Kegagalan SDM pemerintah dalam memahami dan
menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan keuangan yang dibuat dan
ketidaksesuaian laporan dengan standar yang ditetapkan pemerintah (Warisno,2008)”.
Untuk upaya pencapaian tujuan organisasi pemerintah khususnya dalam implementasi SAP
berbasis akrual tidaklah mudah, terdapat tantangan dan hambatan yang perlu diperhatikan secara
matang seperti perlunya ketersediaan SDM dengan pendapat Simanjuntak (2010) yang menyatakan:
“salah satu tantangan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual adalah
tersedianya SDM yang kompeten dan andal di bidang akuntansi”.

2. Insentif
Menurut Handoko (2002): “Insentif adalah perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan
untuk melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah ditetapkan, yaitu
dalam hal untuk implementasi SAP berbasis akrual”.
Untuk mencapai tujuan organisasi dalam hal implementasi SAP berbasis akrual diperlukan
rangsangan atau motivasi secara langsung maupun tidak langsung kepada entitas akuntansi agar dapat
menjalankan tugasnya dengan baik. hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegara (2002): “Iinsentif
adalah suatu bentuk motivasi yang dinyatakan dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan
juga merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap kinerja karyawan dan kontribusi
terhadap organisasi”.
Insentif yang diberikan organisasi pada umumnya adalah tambahan balas jasa berupa uang
(honorarium), tanda kehormatan, pengembangan kompetensi, dan lain-lain untuk diberikan kepada
entitas akuntansi yang mampu mencapai tujuan organisasi khususnya dalam implementasi SAP
berbasis akrual. Pernyataan tersebut sejalan dengan Hasibuan (2001) yang mengemukakan bahwa:
“Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang prestasinya di
atas prestasi standar”.

3. Sarana Pendukung
Sarana pendukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah teknologi informasi. “Teknologi
informasi adalah yang meliputi hardware (perangkat keras), software (perangkat lunak), database,
Jaringan (internet dan intranet), electronic commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan
teknologi (Wilkinson et.al 2000)”, yang dapat membantu organisasi pemerintah dalam
mengimplementasikan SAP berbasis akrual. Teknologi informasi berupa hardware dan software
dapat digunakan untuk memproses dan menyimpan informasi, sedangkan jaringan berfungsi sebagai
penyebaran informasi. Hardware, software, dan jaringan sebagai komponen dari teknologi informasi
merupakan alat yang bisa melipat gandakan kemampuan yang dimiliki manusia. Hardware, software,
dan jaringan juga dapat mengerjakan sesuatu yang manusia mungkin tidak mampu melakukannya.
Menurut Kenneth dan Jane (2005): “hardware adalah perlengkapan fisik yang digunakan untuk
aktivitas input, proses dan output dalam sebuah sistem akuntansi”. Perangkat keras ini terdiri dari
komputer yang memproses, perangkat penyimpanan dan perangkat untuk menghasilkan output serta
media fisik untuk menghubungkan semua unit tersebut. Software menurut Kenneth dan Jane (2005)
adalah: “sekumpulan rincian intruksi program yang mengendalikan dan mengkoordinasi perangkat
keras per komponen di dalam sebuah sistem informasi”. Jaringan menurut Syafrizal (2005) yaitu:

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 210


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

“himpunan interkoneksi antara 2 komputer atau lebih yang terhubung dengan media transmisi kabel
atau tanpa kabel (wireless).
Tersedianya sarana pendukung (hardware, software, jaringan) dapat mempermudah SKPD dalam
melakukan implementasi SAP berbasis akrual, hal ini sejalan dengan pendapat Aldiani (2010) yang
menyatakan: “ketersediaan sarana pendukung yang akan mempengaruhi SKPD dalam melaksanakan
tugas, seperti tersedianya hardware, software, dan jaringan yang berkaitan dengan kebutuhan
penerapan SAP yang berbasis akrual”.

4. Implementasi SAP Berbasis Akrual


Bastian (2006) mendefenisikan: “Standar Akuntansi Pemerintah, selanjutnya disebut SAP adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah dan merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya
meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di Indonesia”.
Menurut PP No. 71 Tahun 2010: “Implementasi SAP berbasis akrual adalah SAP yang mengakui
pendapatan, beban, aset, utang dan ekuitas dalam pelaporan financial berbasis akrual, serta mengakui
pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBN/APBD” yang dilaksanakan penerapannya oleh pemerintah pusat dan daerah.
Maka, dengan mengacu pada PP 71 Tahun 2010 tersebut terdapat 5 (lima) indikator yang dapat
mengukur implementasi SAP berbasis akrual yaitu pengakuan pendapatan, pengakuan beban,
pengakuan aset, pengakuan utang, dan pengakuan ekuitas.
Kementerian Keuangan dalam Modul Gambaran Umum Akuntansi Berbasis Akrual menyatakan:
“akuntansi berbasis akrual adalah suatu basis akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa
lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut
tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan”. Dalam akuntansi berbasis
akrual, waktu pencatatan (recording) sesuai dengan saat terjadinya arus sumber daya, sehingga dapat
menyediakan informasi yang paling komprehensif karena seluruh arus sumber daya dicatat.
SAP berbasis akrual merupakan pilihan wajib dan menjadi keputusan yang telah diambil untuk
diterapkan dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia. Secara nyata keputusan ini disebutkan dalam
PP 71 Tahun 2010 tentang SAP, lampiran I.01 kerangka konseptual dalam paragraph 42 yaitu: “bahwa
basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis akrual”.

B. KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka konseptual merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang menjadi objek
permasalahan tentang hubungan antar variabel yakni variabel bebas (independen) dengan variabel
terikat (dependen) yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan (Sugiono, 2007). Berdasarkan
landasan teori dan rumusan masalah penelitian, maka kerangka konseptual yang digunakan dapat
digambarkan pada gambar 2.1 sebagai berikut :

SDM
(X1)

Insentif Implementasi
(X2) SAP Berbasis
Akrual (Y)

Sarana
Pendukung
(X3)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 211


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

III. METODE PENELITIAN


Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan penelitian asosiatif. Dalam penelitian ini, peneliti ingin
menganalisis pengaruh variabel independen yaitu SDM, Insentif, dan Sarana Pendukung terhadap
variabel dependen yaitu Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

A. Defenisi Operasional Variabel


Adapun yang menjadi parameter operasional variabel dalam penelitian ini adalah
Implementasi SAP Berbasis Akrual (Y) dengan indikator Pengakuan Pendapatan, Pengakuan Beban,
Pengakuan Aset, Pengakuan Utang, dan Pengakuan Ekuitas. SDM (X1) dengan indikator Tingkat
Pendidikan, Pengalaman, Pelatihan, Pemahaman Akuntansi, dan Profesionalisme. Insentif (X2) dengan
indikator Insentif yang Diterima Memuaskan, Insentif yang Diterima sesuai Dengan Kinerja yang
Dicapai, Insentif yang Diterima Cukup Memenuhi Kebutuhan Hidup, Insentif yang Diterima
Meningkatkan Semangat Kerja, dan Insentif yang Diterima Memotivasi untuk Tercapainya Tujuan
SKPD. Sarana Pendukung (X3) dengan indikator Hardware, Software, dan Jaringan.

B. Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK), Bendahara
Pengeluaran, dan Staf Keuangan di 34 SKPD pada lingkup Pemprovsu dengan populasi sebanyak 102
orang. Penelitian ini dilakukan secara sensus, dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer. Jenis penelitian adalah penelitian survey. Untuk
mendapatkan data dari responden maka penulis menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner
yang akan diantar langsung oleh peneliti dengan 1 tahap yaitu dengan cara menyebar kuesioner ke 34
SKPD Pemprovsu dan ditunggu selama 14 hari, setelah 14 hari peneliti mengambil kembali kuesioner
yang telah disebarkan secara langsung ke masing-masing SKPD.

D. Teknik Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda.
Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Y = α + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan:
Y = Implementasi SAP Berbasis Akrual
α = Konstanta
b1 = Koefisien dari SDM
b2 = Koefisien dari Insentif
b3 = Koefisien dari Sarana Pendukung
X1 = SDM
X2 = Insentif
X3 = Sarana Pendukung
e = error

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
Berdasarkan hasil uji validitas seluruh butir pertanyaan penelitian ini dinyatakan valid. Demikian
halnya juga dengan uji reliabilitas yang menyatakan bahwa instrumen variabel pada penelitian ini
reliabel.

2. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi antara variabel dependen dan
variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak (Nst, 2016). Hasil uji normalitas adalah
sebagai berikut:

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 212


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

Gambar 4.1. Grafik PP-Plot

Hasil Pengujian grafik PP-Plot menunjukkan data residual berdistribusi normal, dimana titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebaran tidak menjauh dari garis diagonal.

b. Uji Multikolinearitas
Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Hasil Uji Multikolinearitas


Unstandardize Collinearity
d Coefficients Statistics
Std. Toleran
Model B Error ce VIF
1 (Consta 7.70
2.927
nt) 2
SDM .494 .088 .910 1.099
Insentif .211 .100 .833 1.200
SP -
.083 .785 1.274
.239
K-
SKPD .178 .081 .982 1.018

a. Dependent Variable: Implementasi SAP Berbasis Akrual

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas, dapat dilihat bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai VIF > 10 dan nilai tolerance < 0,1 sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model tidak
terjadi multikolinearitas.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 213


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

c. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Grafik Scatterplot

Grafik Scatterplot menunjukkan, penyebaran titik-titik data menyebar secara acak serta tersebar
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, titik-titik tidak mengumpul di atas atau di
bawah, dan tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat menunjukkan di dalam model tidak terjadi
heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis
a. Uji t
Hasil uji t dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2. Hasil Uji t


Coefficientsa
UC SC
Model B Std. e Beta t Sig.
1 (Consta 11.01
2.551 4.319 .000
nt) 7
SDM .494 .089 .497 5.525 .000
Insentif .217 .102 .201 2.135 .035
SP -
-.220 .084 -.252 .010
2.615

a. Dependent Variable: Implementasi SAP Berbasis Akrual

Berdasarkan hasil analisis secara parsial, SDM berpengaruh positif signifikan terhadap
Implementasi SAP Berbasis Akrual. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan 0,000 < dari alpha
0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (5,525 > 1,664), Berdasarkan hal tersebut maka uji
hipotesis menolak H0 dan menerima Ha. Insentif berpengaruh positif signifikan terhadap Implementasi
SAP Berbasis Akrual. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan 0,035 < dari alpha 0,05 dan nilai t
hitung lebih besar dari t tabel (2,135 > 1,664), Berdasarkan hal tersebut maka uji hipotesis menolak
H0 dan menerima Ha. Sarana Pendukung berpengaruh negatif signifikan terhadap Implementasi SAP
Berbasis Akrual. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan 0,010 < dari alpha 0,05 dan nilai t hitung
menunjukkan nilai negatif lebih besar dari t tabel (-2,615 > -1,664), Berdasarkan hal tersebut maka
uji hipotesis menolak H0 dan menerima Ha.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 214


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

b. Uji F
Hasil Uji F dapat ditunjukkan pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3. Hasil Uji F


ANOVAb
Sum of Mean
Square Squa
Model s df re F Sig.
1 Regressi 125.82 41.94 12.51
3 .000a
on 3 1 2
Residual 328.50
98 3.352
1
Total 454.32
101
4
a. Predictors: (Constant), Sarana Pendukung,
SDM, Insentif
b. Dependent Variable: Implementasi SAP
Berbasis Akrual

Berdasarkan hasil uji F diatas terlihat bahwa besaran nilai F hitung (12,512) lebih besar dari F tabel
(2,70) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Hasil ini menunjukkan uji
hipotesis menerima Ha dan menolak H0, sehingga dapat diketahui bahwa SDM, Insentif, dan Sarana
Pendukung secara simultan berpengaruh terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual pada
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

c. Koefisien Determinasi (R2)


Hasil koefisien determinasi adalah:

Tabel 4.4. Koefisien Determinasi (R2)


Model Summary
R Adjusted R
Model R Square Square
1 .526a .277 .255
a. Predictors: (Constant), Sarana Pendukung, SDM, Insentif
b.Dependent Variable: Implementasi SAP Berbasis Akrual

Berdasarkan tabel koefisien determinasi dengan nilai Adjusted R Square sebesar 0,255 maka,
variabel independen hanya mampu menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 25,5%, sisanya
sebesar 74,5% diterangkan oleh variabel lain di luar model.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis maka dapat dibuat pembahasan sebagai berikut:

1. Pengaruh SDM terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual


Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa SDM berpengaruh positif signifikan terhadap
Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang berarti apabila
kualitas dari SDM di Pemprovsu meningkat, maka implementasi SAP berbasis akrual pada
Pemprovsu juga akan meningkat, hal ini dapat diketahui pada tabel 5.11. dimana nilai signifikansi
0,000 < dari alpha 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (5,525 > 1,664).

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 215


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

2. Pengaruh Insentif terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual


Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa insentif berpengaruh positif signifikan
terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, yang berarti
apabila insentif yang ada di Pemprovsu meningkat, maka implementasi SAP berbasis akrual pada
Pemprovsu juga akan meningkat, hal ini dapat diketahui pada tabel 5.11. dimana nilai signifikansi
0,035 < dari alpha 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,135 > 1,664).

3. Pengaruh Sarana Pendukung terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual


Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa sarana pendukung berpengaruh negatif
signifikan terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara,
yang berarti apabila kemampuan dari sarana pendukung di Pemprovsu meningkat, maka implementasi
SAP berbasis akrual pada Pemprovsu akan menurun, hal ini dapat diketahui pada tabel 5.11. dimana
nilai signifikansi 0,010 < dari alpha 0,05 dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (-2,615 > -1,664).

4. Pengaruh SDM, Insentif, dan Sarana Pendukung terhadap Implementasi SAP Berbasis
Akrual
Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
berpengaruh terhadap variabel dependen atau variabel independen SDM, Insentif, dan Sarana
Pendukung secara simultan berpengaruh terhadap variabel independen Implementasi SAP Berbasis
Akrual pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, hal ini dapat diketahui pada tabel 5.12. dimana
besaran nilai F hitung (12,512) lebih besar dari F tabel (2,70) dengan tingkat signifikan sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil analisis secara parsial SDM berpengaruh positif signifikan terhadap
Implementasi SAP Berbasis Akrual. Insentif berpengaruh positif signifikan terhadap Implementasi
SAP Berbasis Akrual. Sarana Pendukung berpengaruh negatif signifikan terhadap Implementasi
SAP Berbasis Akrual.
2. Berdasarkan hasil analisis secara simultan SDM, Insentif, dan Sarana Pendukung berpengaruh
terhadap Implementasi SAP Berbasis Akrual.

B. Saran
1. Peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperluas sampel dan populasi penelitian yang tidak
hanya terbatas pada lingkup Pemerintah Provinsi Sumatera Utara saja tetapi harus memperluas
sampel dan populasi penelitian menjadi lingkup gabungan keseluruhan Pemerintah Kabupaten,
Pemerintah Kota, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat bahkan lintas negara sehingga
cakupan hasil penelitian menjadi lebih luas dan dapat lebih digeneralisasi.
2. Untuk menghindari terjadinya perbedaan persepsi atas pernyataan dalam instrumen penelitian yang
diberikan kepada responden maka perlu dilakukan penjelasan awal terlebih dahulu atas maksud
dan tujuan pertanyaan serta diusahakan melakukan observasi terhadap objek yang diteliti sehingga
hasil penelitian akan menjadi lebih baik lagi.
3. Penelitian ini perlu dikembangkan lagi, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dengan
menambah variabel lain yang dapat mempengaruhi implementasi SAP berbasis akrual seperti
pendampingan, komunikasi, dukungan konsultan, ukuran satuan kerja, sistem pemerintah, proses
politik, motivasi dan budaya, gaya kepemimpinan, resistensi terhadap perubahan, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, dan Atmini Sari. 2013. “Factors affecting The Affecting The Readiness Of PP No.71 Tahun
2010 about Government Accounting Standards (Case Study on Working Units in KPPN
Malang’s Working Area)”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Malang Universitas Brawijaya.
Malang.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 216


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

Azhar. 2007. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Penerapan Permendagri No. 13 pada
Pemerintah Kota Banda Aceh”. Tesis, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan.
Bastian, I. 2006. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Erlangga. Jakarta.
Bilondatu, Tetiyanti, Noholo Sahmin, dan Lukum Amir. 2015. “Pengaruh Tingkat Pemahaman dan
Pelatihan Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) Berbasis Akrual dalam Pengelolaan Keuangan Daerah (Studi pada Pemerintah Kota
Gorontalo)”. e-Journal Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Blondal, Jon R. 2003. “Accrual Accounting and Budgetting : Key Issues and Recent Development”.
OECD Journal on Budgetting, Vol. 3, No. 1 Paris. Perancis.
Darma, E.S. 2004. “Pengaruh Kejelasan Sasaran dan Sistem Pengendalian Akuntansi terhadap Kinerja
Manajerial dengan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Pemoderasi pada Pemerintah
Daerah (Studi Empiris pada Kabupaten dan Kota Se Provinsi Daerah Istimewa Jogyakarta)”.
Simposium Nasional Akuntansi VII. Bali.
Datau, N.M. 2007. “Pengaruh Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap Kewajaran Laporan Keuangan
(Studi Kasus pada BPKD Kabupaten Pohuwato)”. Skripsi. Akuntansi UNG. Gorontalo.
Erlina. 2008. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi : 2. USU Press.
Medan.
Erlina. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan.
Ganesan, Shankar dan Barton A.W. 1996. “The Impact of Staffing Policies on Retail Buyer Job
Attitudes and Behavior”. Journal of Retailing, 72 (1).
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3. Badan Penerbit
UNDIP. Semarang.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi I. UNDIP.
Semarang.
Halen, dan Astuti D.D. 2013. “Pengaruh Tingkat Pemahaman, Pelatihan dan Pendampingan Aparatur
Pemerintah Daerah Terhadap Penerapan Accrual Basic dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
di Kabupaten Jember (Studi Kasus pada Dinas Pemerintahan Kabupaten Jember)”. Relasi
Jurnal STIE Mandala Jember. Jember.
Handoko, T.H. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.
Hasibuan, M.S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Ikhsan, Arfan dan Ishak Muhammad. 2008. Akuntansi Keperilakuan. Salemba Empat. Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Keneth, C.L dan Jane P.L. 2005. Sistem Informasi Manajemen Mengelola Perusahaan Digital. Edisi 8.
Andi. Yogyakarta.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2014. Modul Gambaran Umum Akuntansi Berbasis
Akrual. Jakarta.
Kusuma, M.I.Y dan Fuad. 2013. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerapan
Akuntansi Akrual pada Pemerintah”. Diponegoro Journal of Accounting. Semarang.
Mangkunegara, Anwar Prabu A.A. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. PT. Remaja
Rosda Karya. Jakarta.
Norfaliza. 2015. “Analisis Faktor Kesiapan Pemerintah dalam Menerapkan Akuntansi Pemerintah
Berbasis Akrual (Studi Kasus pada SKPD Kabupaten Rokan Hilir)”. Jom Fekon Vol. 2 No. 2
Universitas Riau. Pekan Baru.
Nst, Dito.A.D. 2016. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi SAP Berbasis Akrual dengan
Komitmen SKPD sebagai Variabel Moderating pada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara”.
Jurnal Ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nufus, Khayatun. 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
pada Pemerintah Kota Baubau”. Jurnal Liquidity Vol. 3 No. 1 Januari-Juni 2014 hlm 11-18.
Jakarta.
Nugroho, B.A. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Andi. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan.

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 217


Vol. 9 No.1 Agustus 2018 ISSN: 2087 - 4669

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.


Putra, I.W.G, dan Dodik Ariyanto. 2015. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual”. e-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13.1
(2015): 14-32. Bali.
Simanjuntak, B.H. 2010. “Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Sektor Pemerintahan Indonesia”.
Kongres XI Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta.
Situmorang, S.H, Iskandar Muda, Doli M.J.D, Fadli, dan Syarief Fauzi. 2010. Analisis Data. USU
Press. Medan.
Sugiarto, E.S, dan Alfian Mohammad. 2014. “Faktor-faktor Pendukung atas Keberhasilan Penerapan
Akuntansi Berbasis Akrual pada Pemerintah di Kota Solo”. 3rd Ekonomics & Business Research
Festival Universitas Sebelas maret. Surakarta.
Sugiyono. 2007. Statistik untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Sukadana, I.C, dan Mimba N.P.S. 2015. “Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap Kesiapan
Penerapan SAP Berbasis Akrual pada Satuan Kerja di Wilayah Kerja KPPN Denpasar”. e-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 12.1 (2015): 35-49. Bali.
Syafrizal, Melwin. 2005. Pengantar Jaringan Komputer. Andi. Yogyakarta.
Tambunan, B.P.M. 2012. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Kualitas Laporan
Keuangan pada Satuan Kerja (Satker) di Lingkungan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tanjung, Rio. 2011. “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif terhadap Kinerja Karyawan pada PT.
Garuda Plaza Hotel Medan”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Medan.
Tickell, Geofrey. 2010. “Cash to Accrual Accounting: One Nation’s Dilemma”. International Business
& Economics Research Journal Volume 9, Number 11 Indiana University of Pennsylvania.
USA.
Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Warisno. 2008. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jambi”. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Wentzel, K. 2002. “The Influence of Fairness Perceptions and Goal Commitment on Managers
Performance in a Budget Setting”. Behavioral Research In Accounting, Vol 14, pp. 247-271.
Wilkinson, J.W, Michael, J.C, Vasant Raval, dan Bernard Wong-On-Wing. 2000. Accounting
Information Systems, Essential Concepts and Applications. Fourth Edition. John Wiley and
Son. New York.
www.bpk.go.id/ihps
www.medan.bpk.go.id/?p=5605

Jurnal Akuntansi Bisnis & Publik Page 218

Anda mungkin juga menyukai