Baik
Resiko terhadap penularan HIV menjadi lebih tinggi bila ada perilaku :
- Suka berganti-ganti pasangan
- Tidak menggunakan kondom
- Penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan menggunakannya bersama-sama
(sharing)
Stadium 1: HIV mulai masuk ke dalam tubuh namun belum dapat dideteksi bila
dilakukan tes antibodi, yang berlangsung antara 1 bulan sampai 3 bulan bahkan
sampai 6 bulan (window period)
Stadium 2: Bila dilakukan tes hasilnya akan positif, namun belum menunjukkan tanda
atau gejala bahwa dirinya sudah terinfeksi HIV (asimptomatik). Berlangsung rata-rata
selama 5 – 10 tahun
Stadium 3: Terjadinya pembesaran kelenjar limfe yang berlangsung lebih dari 1
bulan
Stadium 4: Stadium AIDS, banyak terdapat gejala penyakit yang disebabkan krn
sistem kekebalan tubuh yang menurun (ketika sel T-4 di bawah 200 per mikroliter)
13. Biasanya seseorang bisa dideteksi mengalami AIDS dengan cara apa?
Dapat dideteksi dengan mengetes adanya zat anti atau disebut anti bodi terhadap HIV di
dalam darah seseorang. Tes ini secara lengkap disebut Tes Antibodi HIV
Bila tubuh kemasukkan bibit penyakit, maka tubuh akan membuat zat anti (antibodi) untuk
melawan antigen tersebut. Tubuh membutuhkan waktu tertentu untuk membentuk antibodi,
yang kemudian dapat terdeteksi dengan pemeriksaan laborqatorium.
14. Bagaimanakah penularan AIDS?
- Melalui Cairan Darah,
- cairan tubuh dan
- transmisi dari ibu yang terinfeksi HIV ke anak
15. Apakah AIDS bisa dicegah? Bisa
16. Bagaimana pencegahan AIDS?
Sampai saat ini belum ada vaksin HIV, cara utama mencegah penularan HIV adalah
menghindari segala hal yang terkait dengan perilaku berisiko, misalnya penggunaan
peralatan suntik bergantian, bersenggama tanpa kondom. Dalam pencegahan HIV dan
AIDS dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual: Tidak melakukan hubungan
seksual berisiko, Saling setia pada satu pasangan seksual, Mengunakan kondom dengan
benar dan konsisten setiap berhubungan seks.
b. Pencegahan penularan melalui darah: Uji seluruh darah yang donorkan, Produk darah
dan organ transplantasi, Mengurangi jumlah transfusi darah yang tidak perlu, Orang yang
berisiko diharapkan tidak mendonorkan darah, Disinfeksi alat suntik dan alat lain yang dapat
melukai kulit, Tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian.
c. Pencegahan penularan dari ibu ke anak: Pemberian Antiretroviral (ARV) kepada ibu
dengan HIV positif dan bayi, Sectio Caesarea. (Modul praktek pekerjaan sosial dengan
HIVdan AIDS).
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Setyoadi dan Endang Triyanto
(2012:61) upaya pencengahan HIV dan AIDS diarahkan pada perubahan perilaku melalui
berbagai program, yaitu:
a. Abstain, artinya menjaga atau menahan diri untuk tidak berhubungan seksual sebelum
menikah dan menyakinkan pasangan untuk siap menikah.
b. Being Faithful, artinya untuk kelompok seksual aktif diarakan untuk memiliki sedikit
pasangan seksual dan menggunakan kondom dengan benar dan konsisten, dengan tujuan
adanya kesetiaan yang saling menguntungkan dan menurunkan jumlah pasangan seksual
yang berisko.
c. Condom use, yaitu program perubahan perilaku dengan menekan penggunaan
kondom pada pasangan seksual aktif khusunya pada pengguna pekerja seks komersial.
Dari tiga unsur di atas Willy F Pasuhuk dalam Nursalam dan Ninuk Dian (2009:58)
menambahkan tiga cara dalam pencegahan HIV yaitu:
a. Mengubah tingkah laku orang yang tinggi risiko terhadap HIV.
b. Kampanye pendidikan seks yang efektif dan bebas.
c. Melakukan seks yang aman dengan pasangan.