Ilmu Negara (Word) PDF
Ilmu Negara (Word) PDF
Fakultas Hukum
Istilah Negara dterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa Belanda dan
Jerman); State (bahasa Inggris); Etat (bahasa perancis). Istilah Staat
mempunyai sejarah sendiri, dipergunakan dalam abad ke-15 di Eropa Barat.
Anggapan umum staat itu dialihkan dari kata Latin status atau statum
(tegak/tetap).
Niccolo Machiavelli, bapak Ilmu Politik Modern, dalam bukunya The Prince,
memulai dengan kalimat: “Semua negara (stati) dan bentuk-bentuk
pemerintahan yang pernah ada dan yang sekarang menguasai manusia
adalah republik dan kerajaan.” Machiavelli yg pertama memperkenalkan
istilah lo stato dalam kepustakaan Ilmu Politik.
Kata “Negara” mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah masyarakat
atau wilayah yg merupakan satu kesatuan politis. Kedua, negara adalah
lembaga pusan yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan
dengan demikian menguasai wilayah itu.
Sementara dalam Ilmu Politik, istilah “negara” adalah agency (alat) dari
masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-
hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-gejala
kekuasaan dalam masyarakat.
Istilah “Ilmu Negara” diambil dari istilah bahasa Belanda Staatsleer yg
diambilnya dr istilah bahasa Jerman, Staatslehre. Dalam bahasa Inggris
disebut Theory of State atau The General Theory of State atau Political
Theory, sedang dalam bahasa Prancis dinamakan Theorie d’etat.
Ilmu Negara, sebagai istilah teknik, akibat hasil penyelidikan sarjana Jerman,
George Jellinek, yang juga disebut sbg bapak Ilmu Negara.
Ilmu Negara adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki asas-asas pokok dan
pengertian-pengertian pokok tentang Negara dan Hukum Tata Negara.
George Jellinek membagi Ilmu Negara: (1) Ilmu Negara dalam arti sempit
(staatswissenschften); (2) Ilmu Pengetahuan Hukum (rechtswissenschaften),
yakni HTN, HAN, H. Pidana, dsb.
Definisi negara
Aristoteles: Negara adl persekutuan drpd keluarga dan desa guna
memperoleh hidup yg sebaik-baiknya (dalam Politica);
Augustinus: Membagi negara atas Civitas Dei (negara Tuhan) dan Civitas
Terrena/Civitas Diaboli (Negara duniawi/negara iblis);
Machiavelli: Negara adalah negara kekuasaan, berpusat pada raja.
Thomas Hobbes, John Locke, dan JJ. Rosseau: Negara terbentuk melalui
perjanjian masyarakat;
Harold J.Laski: Negara adalah suatu masyarakat yg diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yg bersifat memaksa dan sah lebih agung daripada
individu atau kelompok yg merupakan bagian dr masyarakat itu.
Max Weber: Negara adalah satu-satunya lembaga yg memiliki keabsahan utk
melakukan tindakan kekerasan thd warganya.
Robert m. Mac Yver: negara adalah asosiasi yg menyelenggarakan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum yg diselenggarakan oleh suatu pemerintah yg utk maksud tsb
diberi kekuasaan memaksa.
Logeman: Negara sbg organisasi kewibawaan. Kewibawaan yg menyebabkan
negara sbg organisasi dpt hidup abadi, tidak tergantung kepada siapa yang
memerintahkannya.
Kranenburg: Negara sebagai suatu organisasi yg timbul karena kehendak dr
suatu golongan/bangsanya sendiri.
Konsep Islam:
a. Daulah (dinasti): sistem kekuasaan yg berpuncak pd pribadi yg didukung
keluarga (clan).
b.Khilafah: kekuasaan berasan dari konsensus (ijma’) dan bemberian
legitimasi (bay’ah);
c. Hukumah: kekuasaan lebih berhubungan dg sistem pemerintahan,
mencakup wewenang politik dan hukum.
d. Imamah/Khilafah: kepemimpinan umum bagi kaum muslimin di dunia utk
menegakkan hukum-hukum syari’at Islam dan mengemban dakwah Islam
kesegenap penjuru dunia.
e. Kesultanan: Wewenang.
Bab 2
unsur-unsur negara
Pasal 1
Montevideo (Pan American) Convention on Rights and Duties of States of
1933, menyebut unsur-unsur negara sebagai berikut:
1. A permanent population;
2. A defined territory;
3. A government; and
4. A capacity to enter into relations with other states.
A. Penduduk/Rakyat Tertentu.
Maksud dari Rakyat adalah sekumpulan manusia dari kedua jenis kelamin yg
hidup bersama sehingga merupakan masyarakat, meskipun mereka ini
mungkin berasal darii keturunan, kepercayaan, dan kulit yg berlainan. Syarat
penting utk unsur ini yaitu rakyat atau masyarakat ini harus terorganisasi
dengan baik (organized population).
Penduduk/Rakyat tertentu
Hak Warga Negara dari Negara:
1. Status Positif, yakni memberi hak kepada warga negera untuk
menuntut tindakan positif drpd negara mengenai perlindungan atas
jiwa, raga, milik, kemerdekaan, dsb.
2. Status Negatif, yakni memberi jaminan kepada warga negara bahwa
negara tidak boleh campur tangan terhadap hak-hak asasi warga
negaranya;
3. Status Aktif, yakni memberi hak kepada setiap warga negara untuk
ikut serta dalam pemerintahan;
4. Status Pasif, yakni kewajiban bagi setia warga negara untuk menaati
dan tunduk kepada segala perintah negaranya.(Moh. Kusnardi dan
Bintan R. Saragih).
Kewarganegaraan
Ada 2 Asas Kewarganegaraan:
1. Asas Ius Sanguinas (law of the blood), yaitu suatu asas yang
menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan,
bukan berdasarkan negara tempat kelahiran;
2. Asas Ius Soli (law of the soil), yaitu suatu asas yg menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat kelahiran.
Sedang Campuran dari 2 asas itu bilamana dua asas itu sekaligus
diperlakukan. Hal ini terjadi bila ditemukan kesulitan-kesulitan yg dpt
membawa akibat seseorang memperoleh kewarganegaraan lebih dari satu
atau tidak berkewarganegaraan sama sekali (a patride).
Dwi kewarganegaraan dan tanpa kewarganegaraan
1. Dwi Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris
seorang yg dilahirkan di dalam wilayah Inggris sebagai British Citizen
walaupun orang tuanya itu berwarga negara Belanda dan menurut
kewarganegaraan Belanda, seorang yg diturunkan oleh orang Belanda
menjadi orang Belanda walaupun dilahirkan di luar wilayah negeri
Belanda.Dengan demikian timbul keadaan bahwa orang mempunya
dua macam kewarganegaraan;
2. Tanpa Kewarganegaraan: Menurut syarat kewarganegaraan Inggris
seorang yang dilahirkan di luar wilayah United Kingdom dari keluarga
British Citizen dan setelah 20 tahun tdk melaporkan diri ttg
kewarganegaraan pada perwakilan Inggris setempat dan batas waktu
untuk melaporkan itu sudah lewat 12 bulan, maka orang itu akan
kehilangan kewarganegaraannya sebagai British Citizen dan juga tidak
memiliki kewarganegaraan lain sehingga ia menjadi tanpa
kewarganegaraan atau a patride (stateless).
B. Wilayah
Wilayah Tertentu (a defined territory) ialah batas wilayah dimana kekuasaan
negara itu berlaku. Batas-batas negara yang benar secara faktual belum
tentu benar secara yuridis, seperti apabila suatu wilayah diduduki musuh
dan pemerintahannya dalam pengasingan (in exile), atau karena suatu suatu
sebab tidak dapat menjalankan kekuasaan dalam wilayah negaranya,
misalnya pemerintahan Palestina yang pernah berkedudukan di Kairo
(Mesir)--- (Bagir Manan).
Unsur rakyat maupun wilayah tidak ada batasnya, baik jumlah penduduk
maupun luas daerahnya, seperti Nauru, yg mempunyai penduduk 10.000
orang, luas negerinya hanya mill persegi. Vatikan lebih kecil lagi.
Dalam praktik negara dan putusan pengadilan serta arbitrase ditetapkan
bahwa utk menjadi negara tidaklah perlu memiliki wilayah yg tetap atau
memiliki batas-batas yg tidak dalam sengketa, seperti Israel yg
memproklamasikan diri pada 14 Mei 1948. Dalam putusan pengadilan, lahir
prinsip bahwa suatu negara dpt diakui asal memiliki wilayah berapapun
besarnya.
Karena keadaan tertentu, suatu negara tetap diakui sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun negara tdk memiliki wilayah yg tetap atau tdk
mempunyai wilayah tertentu, seperti Palestina setelah wilayahnya diserobot
Israel. Palestina diakui oleh banyak negara, membuka kantor perwakilan,
serta turut serta dalam konferensi-konferensi Internasional dan perjanjian-
perjanjian internasional.
Pada masa lampau laut sejauh 3 mil dari pantai (sesuai dg jarak tembak
meriam) dianggap sebagai perairan teritorial yg dikuasan sepenuhnya oleh
negara tersebut, namun kini jarak peluru missile lebih dari itu , sehigga
beberapa negara (termasuk Indonesia) mengusulkan agar perairan teritorial
diperlebar menjadi 12 mil.
Penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai/landas benua
(continental self) , beberapa negara menuntut mengusulkan 200 mil sebagai
economic zone, termasuk menangkap ikan dan kegiatan ekonomi lainnya.
Perbatasan wilayah masih menjadi permasalahan, apakah perbatasan
alamiah (laut, sungai, gunung), atau apakah negara tdk mempunyai hub dg
laut sama sekali (land locked), atau apakan negara itu merupakan benua
atau nusantara. Seperti Indonesia dengan gagasan “Wawasan Nusantara”,
bahwa semua perairan antara pulau-pulau beserta selat dan muara sungai
dianggap perairan pedalaman (internal waters), dimana kedaulatan
Indonesia berlaku sepenuhnya.
Teori Ketuhanan
Doktrin ketuhanan lahir sbg kontroversi kekuasaan politik abad pertengahan.
Kaum Monarchomach (berpendapat raja yg tiran dpt diturunkan dan
dibunuh, sumber kekuasaan adl rakyat). Sedang raja-raja menganggap
sumber kekuasaan mereka diperoleh dari Tuhan. Negara dibentuk oleh
Tuhan dan para pemimpinnya ditunjuk oleh Tuhan. Raja-raja hanya
bertanggung-jawab kepada Tuhan, tidak kepada siapapun.
Teori Ketuhanan ada 2: 1/ Teori Ketuhanan Langsung, yakni bahwa utk
menunjukkan bahwa yg berkuasa dlm negara itu adl langsung oleh Tuhan; 2/
Teori Ketuhanan tidak langsung, yakni bukan Tuhan sendiri yg memerintah
melainkan raja atas nama Tuhan. Raja memerintah atas kehendak Tuhan
sbg karunia. Doktrin ini membuat kekuasaan raja mendapatkan sifatNya yg
suci (“Ketuhanan”), sehingga pelanggaran thd kekuasaan raja merupakan
pelanggaran thd Tuhan.
Teori kekuatan
Dalam Teori Kekuatan Negara yg pertama adl hasil dominasi dr kelompok yg
kuat thd kelompok yg lemah. Negara terbentuk dari penaklukan dan
pendudukan. Etnis kelompok yg lebih kuat atas kelompok etnis yg lebih
lemah, sbg proses pembentukan negara.
Menurut Machiavelli, seorang raja hrs kuat utk mengatasi kekacauan yg
dihadapi negara, ia dpt mempergunakan segala alat yg menguntungkan
baginya. Kalau perlu alat yg dipergunakan boleh melanggar
perikemanusiaan.
Marx menganggap negara adl alat kekuasaan bagi segolongan manusia utk
menindas golongan manusia lainnya utk mencapai tujuannya. Ada
pertentangan kelas di dalam masyarakat krn ada perbedaan kekuatan
ekonomi, yakni ekonomi kuat dan lemah, pertentangan kelas ditujukan utk
merebut kekuasaan negara, sebab negara adl alat kekuasaan.
Teori Patriarkal
Bahwa ayah yg berkuasa dlm keluarga dan garis keturunan ditarik dari pihak
ayah. Keluarga berkembang biah dan terjadi beberapa keluarga yg
semuanya dipimpin oleh (ayah) kepala keluarga induk. Lambat laun
keluarga-keluarga merupakan kesatuan etnis yg besar dan terjadilah suku
patriarkal (gens) yg pertama. Kepala suku merupakan primus inter pares
(sistem pemilihan seorang pemimpin atau kepala adat atau kepala suku yg
cara pelaksanaannya berdasarkan kelebihan fisik dan spiritual), sampai saat
dibentuk semacam pemerintahan yg disentralisasi. Suku-suku inilah yg
menjadi persekutuan-persekutuan etnis yg bercorak ragam, dan inilah benih
pertama dari negara. Negara adl perkelompokan beberapa suku.
Teori organis
Negara dipersamakan dg makhluk hidup, manusia atau binatang. Individu
merupakan komponen-komponen negara dianggap sbg sel-seo dari makhluk
hidup itu.
Nicholas da Cusa (1401-1464): kehidupan korporal dari negara dpt
disamakan dg anatomi makhluk hidup, yakni bahwa pemerintah dpt
disamakan sbg tulang belulang manusia, UU sbg urat syaraf, raja sbg kepala,
dan para individu sbg daging makhluk hidup. Fisiologi negara sama dg
fisiologi makhluk hidup dg kelahirannya, pertumbuhan, perkembangan, dan
kematiannya.
Teori patrimonial
Raja mempunyai hak milik thd daerahnya, maka semua penduduk di
daerahnya hrs tunduk kepadanya. Hak memerintah dan menguasai timbul dr
pemberian tanah. Dalam keadaa perang, raja-raja menerima bantuan dr
kaum bangsanwan utk mempertahankan negaranya dr serangan musuh. Jika
perang selesai dg kemenangan, para bangsawan yg membantu mendapat
sebidang tanah sbg hadiah. Sehingga mereka mendapat hak utk memerintah
thd semua yg ada di atas tanah itu.
Teori alamiah
Pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles, Negara adl ciptaan alam. Kodrat
manusia membenarkan adanya negara, karena manusia pertama-tama adl
makhluk politik dan baru kemudian makhluk sosial. Katena kodrat itu, maka
manusia ditakdirkan utk hidup bernegara.
Negara adl organisasi yg rasional dan etis yg memungkinkan manusia
mencapai tujuannya dlm hidupnya, utk mencapai yg baik dan adil.
Aristoteles meliha tujuan negara adl dalm memberikan dan
mempertahankan hidup yg baik bagi indvidu yg merupakan komponen-
komponen dr negara.
Teori historis
Teori Historis/Evolusionistis/Gradualistic Theory ialah bahwa lembaga-
lembaga sosia tdk dibuat, tp tumbuh scr evolusioner sesuai dg kebutuhan-
kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yg diperuntukkan guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka lembaga-lembaga itu tdk
luput dr pengaruh tempat, waktu, dan tuntutan-tuntutan zaman.
Bab 4
Tujuan dan Fungsi Negara
A.Tujuan Negara
Pembahasan tujuan dan fungsi negara secara inplisit mengadakan
pemisahan warga negara ke dalam 2 golongan:
1/ golongan yg menetapkan tujuan dan yang melaksanakan fungsi negara;
2/ golongan untuk siapa tujuan dan fungsi itu diadakan.
Pemerintah terjemahan dr kata Government (bahasa Inggris), Gouvernment
(bahasa Prancis), semua berasal dari kata Kubernan (bahasa Yunani).
Negara adl lembaga sosial yg diadakan manusia utk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya yg vital.
Plato dalam bukunya Republic, menulis bahwa negara timbul karena adanya
kebutuhan-kebutuhan umat manusia. Tujuannya adl menyelenggarakan
hidup yg baik bg semua warga negaranya.
• Roger H. Soltau: Tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya
berkembang serta menyelenggarakan daya cipta sebebas mungkin.
• Shang Yang: Tujuan negara adl membentuk kekuasaan. Kekuasaan
untuk kekuasaan itu sendiri.
• Machiavelli dalam Il Principe: Pemerintah itu sbg cara utk memperoleh
kekuasaan dan menjalankan kekuasaan. Dia tdk setuju dg moral
kekuasaan, agama, dan sebagainya krn semuanya akan melemahkan
raja dlm memerintah negaranya. Penguasa sbg pemimpin negara hrs
mempunyai sifat sebagai serigala dan singa. Sebagai serigala ia dpt
mengetahui dan membongkar rahasia yg bs merobohkan negara krn
kelicikannya. Sebagai singa ia bisa menaklukkan binatang-binatang
buas lainnya. Seorang raja tdk cukup hanya sebagai singa saja, tp hrs
licik dan kalau perlu boleh memungkiri janji utk menyelamatkan
negaranya.
B. Fungsi negara
Fungsi negara diartikan sbg tugas drpd organisasi negara utk mana negara
itu diadakan.
Fungsi negara pada abad XVI di Prancis ada 5, yaitu: a/ Diplomacie; b/
Defencie; c/ Financie; d/ Justicie. Fungsi-fungsi negara tsb diadakan hanyalay
sekedar utk memenuhi kebutuhan pemerintah yg masih diktator.
John Locke: Fungsi negara dpt dibagi menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif;
b/ fungsi eksekutif; dan c/ fungsi federatif (kekuasaan yg meliputi semua,
kecuali legislatif dan eksekutif, meliputi kekuasaan keamanan negara,
urusan perang dan damai dlm keterkaitannya dg hub luar negeri). Tugas
mengadili termasuk tugas eksekutif.
Montesquieu: Fungsi negara menjadi tiga, yakni a/ fungsi legislatif; b/ fungsi
eksekutif; c/ fungsi yudikatif. Fungsi federatif termasuk fungsi eksekutif.
Ivor Jennings, dlm bukunya “The Law and the Constitutions”, membedakan
kekuasaan dlm arti materiildan dlm arti formal. Pembagian dlm arti materiil
adl pembagian itu dipertahankan dg prisipiil dlm fungsi-fungsi kenegaraan
yg scr karakteristik memperlihatkan adanya pemisahan kekuasaan itu pd
tiga bagian. Sedang pemisahan kekuasaan dlm arti formal, pemisahan
kekuasaan itu tdk dipertahankan scr prinsipil.
Bagir Manan: ajaran pemisahan kekuasaan Montesquieu, pada dasarnya
berintikan independensi masing-masing alat kelengkapan negara (legislatif,
eksekutif, dan yudikatif). Montesquieu berpendapat, setiap percampuran
kekuasaan, seluruh atau dua diantara tiga, dipastikan akan menimbulkan
kekuasaan atau pemerintahan yg sewenang-wenang.
Dalam perkembangannya, wewenang membentuk hukum tdk hanya
legislatif, ttp jg kekuasaan administrasi negara (eksekutif) dlm bentuk
peraturan administrasi negara atau peraturan yg dibuat berdasarkan
pelimpahan badan legislatif (delegated legislation).
Hakim bkn sekedar bouche de la loi atau speekbuis van de wet (mulut atau
corong peraturan) ttp menjadi penerjemah atau pemberi makna melalui
penemuan hukum (rechtsvinding) atau konstruksi hukum (rechtsconstruktie)
dlm bentuk-bentuk penafsiran, analogi, penghalusan hukum, dll, bahkan
menciptakan hukum-hukum baru (rechtschepping) melalui putusan-
putusannya (judge made law).
Van Vallenhoven: fungsi negara yakni a/ Regeling; b/ Bestuur; c/
Rechtspraak; d/ Politie. Dikenal dg ajaran Catur Praja.
Goodnow: Reaksi ajaran yg menghendaki cara penggantian org-org dlm
pemerintahan, fungsi negara yakni a/ Policy making; dan b/ Policy executing.
Terkenal dg ajaran Dwipraja (dichotomy).
Ajaran Spoil System dari Andrew Jackson (AS), yg berpendapat bahwa
apabila st pemerintahan berganti, maka semua pegawai diganti oleh
pemerintah yg baru.
Menurut Goodnow, thd policy makers boleh dilaksanakan sistem Andrew
Jackson, tp policy executors tdk perlu dipakai, ajaran ini disebut merit
system, krn mengutamakan kegunaan.
Sebelum Montesquieu mengajarkan trias politika, agama Islam mengajarkan
“taqsimu al-adawati al-hukumiyah” (pembagian alat-alat kekuasaan).
Menurut Maududi, fungsi negara ada 3:
1. Legislatif: Ahli Ijma’(badan perwakilan yg keputusannya menjadi
hukum), Ahli al-hall wa al-aqd (lembaga penengah dan pemberi fatwa),
semua tdk bertentangan dg Al-Qur’an dan Al-sunah.
2. Eksekutif: Ulil-amri.
3. Yudikatif: Qodhi di tiap daerah, dg seorang kepala seluruh qadhi di
Pem pusat.
Bab 5
Tipe-Tipe Negara
Tipe-tipe pokok negara dpt dibagi atas lima bagian:
A. Kekuasaan Negara.
• Max Weber: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami
perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “Kekuasaan adalah suatu
hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan seseornag atau kelompok lain ke arah tujuan
dari pihak pertama”;
• Talcott Parsons: “Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin
terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-
kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif. Kewajiban adalah sah
jika menyangkut tujuan-tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka
pemaksaan melalui sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari
siapa yang melaksanakan pemaksaan itu”.
Teori Kekuasaan
• Ibnu Khaldun: “Kekuasaan negara adalah dominasi dan memerintah
atas dasar kekerasan. Kekuasaan tdk dpt ditegakkan tanpa kekuatan
yang menunjangnya. Kekuatan penunjang ini hanya dpt diberikan oleh
solidaritas dan kelompok yang mendukungnya. Tanpa suatu kekuatan
yang selalu dalam keadaan siap siaga, dan bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk kepentingan bersama, maka kekuasaan
penguasa tdk akan dpt ditegakkan. Kekuatan seperti itu hanya dapat
ditegakkan dengan solidaritas (‘ashabiyah)”.
Kekuasaan negara juga disebut ‘otoritas’ (authority)/wewenang:
• Robert Bierstedt: “wewenang adl institutionalized power (kekuasaan
yang dilembagakan), yaitu kekuasaan yg tdk hanya de facto
menguasai, melainkan jg berhak utk menguasai”;
• Harold D. Laswell & Abraham Kaplan: “wewenang adl kekuasaan
formal (formal power). Dianggap bahwa yg mempunyai wewenang
(authority) berhak utk mengeluarkan perintah dan membuat
peraturan-peraturan serta berhak utk mengharapkan kepatuhan thd
peraturan-peraturannya. Wewenang semacam itu bersifat deontis
(yang harus, Yunani).
Wewenang
Max Weber membagi wewenang menjadi 3 macam:
1. Tradisional: berdasarkan kepercayaan diantara anggota masyarakat
bahwa tradisi lama serta kedudukan kekuasaan yg dilandasi oleh
tradisi itu adl wajar dan patut dihormati;
2. Kharismatik: berdasarkan kepercayaan masyarakat pd kesaktian dan
kekuatan mistik atau religius seorang pemimpin;
3. Rasional-legal: berdasarkan kepercayaan pada tatanan hukum rasional
yg melandasi kedudukan seorang pemimpin. Yang ditekankan bukan
orangnya akan tetapi aturan-aturan yang mendasar tingkah lakunya.
Logeman membagi wewenang menjadi 5 macam:
1. Berdasarkan ‘magic’/kekuasaan ghaib;
2. Berdasarkan ‘dinasti’ atau hak keturunan;
3. Berdasarkan ‘kharisma’;
4. Berdasarkan atas ‘kehendak rakyat melalui perwakilan’;
5. Daripada ‘elite’.
B. Legitimasi kekuasaan
• Miriam Budiardjo: Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan
anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yang ada pada
seseorang, kelompok, atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan
wewenang itu sesuai dengan asas-asas dan prosedur yang sudah
diterima secara luas dalam masyarakat dan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dan prosedur yang sah;
• David Easton: Keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota
masyarakat bahwa sudah wajar baginya untuk menerima baik dan
menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan dari rezim itu;
• A.M. Lipset: Legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan
mempertahankan kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-
bentuk politik yg ada adalah yg paling wajar untuk masyarakat itu.
Legitimasi dari segi objek:
1. Legitimasi Materi Wewenang, mempertanyakan wewenang dari segi
fungsinya: untuk tujuan apa wewenang dpt dipergunakan dg sah?
Wewenang tertinggi dlm dimensi politis kehidupan manusia menjelma
dlm 2 lembaga yg sekaligus merupakan 2 dimensi hakiki kekuasaan
politik; dalam hukum sbg lembaga penataan masyarakat yg normatif,
dan dlm kekuasaan (eksekutif) negara sbg lembaga penataan efektif dlm
arti mampu mengambil tindakan. Terhadap hukum dikemukakan
pertanyaan tentang hukum yang macam apa yang boleh dianggap sah.
Apakah sembarang hukum asal pernah ditetapkan? Apakah hukum harus
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu sehingga kita dapat
membedakan antara hukum yang sah dan hukum yg tidak sah?.
Terhadap negara, pertanyaan paling fundamental adl apakah negara
memang berhak ada: apakah dpt dibenarkan bhw dlm setiap masyarakat
tdp lembaga pusat yg berwenang utk menetapkan norma-norma
kelakuan bg para anggota masyarakat dan memaksakan ketaatan?
Sejauh mana negara berhak utk menuntut ketaatan dari warga-warganya
dan sejauh mana para warga wajib taat thd negara?
2. Legitimasi Subjek Kekuasaan (wewenang), mempertanyakan apa yg
menjadi dasar wewenang seseorang atau sekelompok org utk membuat
UU dan peraturan bg masyarakat dan utk memegang kekuasaan negara.
Frans Magnis Suseno: Ada 3 macam legitimasi subjek kekuasaan:
1. Legitimasi Religius: mendasarkan hak utk memerintah pada faktor-
faktor yang adi duniawi, jd bkn pd kehendak rakyat atau pd suatu
kecakapan empiris khusus penguasa;
2. Legitimasi Eliter: mendasarkan hak utk memerintah pd kecakapan
khusus suatu golongan utk memerintah. Paham legitimasi itu
berdasarkan anggapan bahwa utk memerintah masyarakat diperlukan
kualifikasi khusus yg tdk dimiliki oleh seluruh rakyat. Mereka yg
memilikinya merupakan elite masyarakat dan dg sendirinya berhak utk
memegang kekuasaan. Dibedakan menjadi 4: legitmasi Aristokratis,
Legitimasi Pragmatis, Legitimasi Ideologis, & Legitimasi Teknokratis.
3. Legitimasi demokratis: mendasarkan prinsip kedaulatan rakyat.
Bab 7
Teori Konstitusi
B. Pengertian konstitusi
Istilah Konstitusi berasal dr “constituer” (bhs Prancis) yg berarti membentuk.
Maksud konstitusi ialah pembentukan suatu Negara atau menyusun dan
menyatakan suatu Negara (Wirjono Projodikoro). Sedangkan istilah Undang-
Undang Dasar merupakan terjemahan istilah Belanda: “Grondwet”.
Konstitusi berasal dr istilah Inggris “constitution”, konstitusi memiliki arti
lebih luas baik yg tertulis maupun tidak tertulis.
Dalam bahasa latin, kata konstitusi berasal dri kata “cume” (bersama
dengan) dan “statuere” (berdiri).
UUD 1945 menganut pemikiran sosiologis, dlm penjelasannya dikatakan:
“undang-undang dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dr hukumnya
dasar Negara itu. Undang-undang dasar ialah hukum dasar yg tertulis,
sedang di samping undang-undang dasar itu berlaku juga hukum dasar yg
tdk tertulis,ialah aturan-aturan dasar yg timbul dan terpelihara dlm praktik
penyelenggaraan Negara, meskipun tdk tertulis”.
Adapun penganut paham modern yg tegas-tegas menyamakan pengertian
konsitusi dg UUD antara lain C.F Strong dan James Bryce.
UUD dpt dirumuskan:
1. Suatu kumpulan kaidah yg memberikan pembatasan-pembatasan
kekuasaan kepada para penguasa;
2. Suatu dokumen ttg pembagian tugas dan sekaligus petugasnya dr
suatu system politik;
3. Suatu deskripsi dr lembaga-lembaga Negara;
4. Suatu deskripsi yg menyangkut masalah HAM.
B. Hakikat kedaulatan
• Dalam terminologi ilmu politik modern, kata Kedaulatan digunakan utk
mengartikan kemaharajaan mutlak atau kekuasaan raja yg paripurna.
Kedaulatan memiliki hak yg tdk dpt diganggu gugat utk memaksakan
perintah-perintahnya kpd semua rakyat negara yg bersangkutan dan
sang rakyat ini memiliki kewajiban mutlak utk menaatinya tanpa
memperhatikan apakah mereka bersedia atau tidak.
C. Macam-macam kedaulatan
1. Kedaulatan Tuhan:
• berkembang di abad pertengahan (abad ke-5 s/d abad ke-15), seiring
perkembangan agama baru, yakni Kristen, yang kemudian diorganisasi
dlm sutau organisasi keagamaan, yaitu gereja yg dikepalai oleh
seorang Paus.
• Augustinus: Yang mewakili Tuhan di dunia ini, juga suatu negara
adalah Paus;
• Thomas Aquinas: Kekuasaan raja dan Paus itu sama, hanya saja
tugasnya berlainan, raja di lapangan keduniawian, sedang Paus di
lapangan keagaman;
• Marsilius: Kekuasaan itu ada pada negara atau raja;
• Konsep Islam: Kedaulatan hanya milik Allah semata, dan hanya dialah
pemberi hukum, organisasi-organisasi politik negara Islam disebut
khilafah. Manusia adalah khlifah Tuha di bumi yg bertugas
melaksanakan dan menegakkan perintah dr pemegang kedaulatan. A.
Azhar Basyir berpendapat predikat teokrasi tdk tepat, Islam tdk
mengenal kekuasaan negara yg menerima limpahan dr Tuhan.
Kekuasaan negara berasal dri ummat dan bertanggung jawa kepada
ummat.
2. Kedaulatan Raja.
• Marsilius: raja adl wakil Tuhan utk melaksanakan kedaulatan atau
memegang kedaulatan di dunia, dan bertanggung jawab kepada
Tuhan.
• Penentang ajaran ini Niccolo Machiavelli, yg mengatakan hukum
negaralah yg hrs ditaati, dan negaralah satu-satunya yg berwenang
menentukan hukum;
• Martin Luther King (1517): “Gereja telah menyelenggarakan kekuasaan
utk memperoleh kekayaan dan kekuasaa duniawi, ini adl akibat
kekusaan yg tdk terkontrol.
• Lalu muncul ajara dr Monarchomachen (abad ke-16) yg membatasi
kekuasaan raja.
• Brutus (1579), tokoh Monarchomachen, dlm bukunya Vindiciae contra
Tyrannos, menyatakan bahwa meskipun raja dipilih oleh Tuhan, ttp
diangkat berdasarkan persetujuan rakyat. Bila raja sewenang-
wenang,maka hak setiap org utk melawan
3. Kedaulatan Negara.
• Ajaran Kedaulatan Negara sebenarnya merupakan kelanjutan dari
ajaran kedaulatan raja. Ajaran ini timbul di Jerman utk
mempertahankan kedudukan raja yg waktu itu memperoleh dukungan
dr 3 lapisan masyarakat , yakni:
a. Golongan bangsawan atau Junkertum;
b. Golongan angkatan perang atau Militair
c. Golongan alat-alat pemerintah atau Birokrasi.
Oleh krn itu negara pny arti yg abstrak, yg memegan kekuasaan dlm negara
adl raja, pengertia negara yg abstrak dikonkretkan dlm tubuh raja. Ajaran ini
disebut Verkulpringstheorie: negara menjelma dlm tubuh raja.
Kedaulatan negara sering disebut kedaulatan raja-raja modern
(moderneverstenso uvereiniteit).
• Kedaulatan Negara/Staatssouvereiniteit: Kekuasaan tertinggi itu ada
pada negara, entah kekuasaan itu sifatnya absolut, entah terbatas.
Negara yg menciptakan hukum, jd sgl sst hrs tunduk pd negara. Tokoh:
Jean Bodin dan George Jellinek.
4. Kedaulatan Hukum/rechts-souvereineteit
Kekuasaan tertinggi di dalam suatu negara itu adl hukum itu sendiri. Karena
itu baik raja/penguasa maupun rakyat/warga negara, bahkan negara itu
sendiri semuanya tunduk kepada hukum. Tokoh: Krabbe.
5. Kedaulatan Rakyat/popular souvereignty
Kekuasaan rakyat yg benar-benar berdaulat dlm hub ini ialah rakyat yg
diperintah.
• John Locke: rakyat yg menyerahkan kekuasaan kepada negara,
dengan demikian negara memiliki kekuasaan yg besar, ttp kekuasaan
itu ada batasnya, batas itu adalah hak alamiah dari manusia, yg
melekat padanya ketika manusia itu lahir. Karena itu, negara tdk bs
mengambil atau mengurangi hak alamiah itu. Hak tsb adl hak atas
kehidupan, kemerdekaan, dan milik pribadi. Negara didirikan utk
melindungi hak-hak ini. Kata Locke: “Negara diciptakan krn suatu
perjanjian kemasyarakatan antar rakyat. Tujuannya ialah melindungi
hak milik, hidup, kebebasan, baik thd bahaya-bahaya dr dlm maupun
bahaya-bahaya dr luar. Org memberikan hak-hak alamiah kpd
masyarakat, tetapi tdk semuanya”.
• Rousseau: kedaulatan rakyat ini menjadi kedaulatan yg mutlah
berdasarkan volunte generale dari rakyat itu. Kekuasaan tertinggi dari
rakyat, oleh rakyat dan utk rakyat.
Tipe-tipe demokrasi:
1. Demokrasi Klasik:
Ciri-cirinya:
a. Partisipasi langsung warga negara dlm fungsi-fungsi legislatif dan
yudikatif;
b. Majelis rakyat memiliki kekuasaan tertingg;
c. Berbagai metode pemilihan kandidat pejabat publik (pemilihan
langsung, perwakilan, rotasi);
d. Tdk ada perbedaan hak istimewa yg membedakan rakyat biasa dg
pejabat publik;
e. Kecuali posisi yg berhubungan dg peperangan, jabatan yg sama tdk
blh dipegang lebih dr dua kali oleh org yg sama;
f. Masa jabatan yg pendek utk semua para pegawai publik digaji.
2. Republikanisme protektif
Ciri-cirinya:
a. Keseimbangan kekuasaan antara rakyat, aristokrasi dan monarki
dihubungkan pd sebuat konstitusi campuran atau pemerintahan
campuran dg persetujuan kekuatan-kekuatan politik yg utama utk
memainkan sebuah peran aktif dlm kehidupan;
b. Partisipasi warga negara dicapai melalui kemungkinan mekanisme yg
berbeda, termasuk pemilihan konsul-konsul, atau para wakil rakyat utk
menjalankan tugas sbg dewan-dewan penguasa;
c. Kelompok-kelompok sosial yg saling bersaing mengajukan dan
mempertahankan kepentingan-kepentingan meraka;
d. Kebebasan-kebebasan berpendapat, berekspresi, dan berserikat;
e. Peraturan hukum.
4. Demokrasi protektif
Ciri-cirinya:
a. Kekuasaan sepenuhnya berada di tangan rakyat, namun tetap para
wakil yg scr sah dpt melaksanakan fungsi-fungsi negara;
b. Pemilu, surat suara rahasia, kompetisi antra golongan, pemimpin-
pemimpin atau partai-partai potensial dan aturan mayoritas merup
dasar institusional utk membentuk pertanggungjawaban mereka yg
memimpin;
c. Kekuasaan negara hrs tdk mengenai org-org ttt, yaitu scr hk dibatasi,
dan dipisahkan antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif;
d. Pemusatan konstitusionalisme utk menjamin kebebasan dr tindakan
sewenang-wenang dan keadilan di depan hk dlm bentuk hak-hak atau
kebebasan politik dan sipil, diatas semua yg terkait dg kebebasan
berbicara, berekspresi, bekerja sama, memilih, dan beragama;
e. Pemisahan negara dr masy sipil, yaitu scr umum wilayah tindakan
negara dibatasi scr tegas sampai pembentukan kerangka kerja yg
memperbolehkan penduduk utk menjalankan kehidupan pribadi
mereka bebas dr risiko kekerasan, tingkah laku sosial yg tdk dpt
diterima, dan campur tangan politik yg tdk dikehendaki;
f. Kompetisi pusat-pusat kekuasaan dan kelompok-kelompok
kepentingan.
5. Demokrasi developmental
Ciri-cirinya:
a. Kepemimpinan populer dg hak suara universal (bersama dg sistem
alokasi suaru yg proporsional);
b. Pemerintahan perwakilan (kepemimpinan yg terpilih, Pemilu reguler,
surat suara rahasia, dll);
c. Pengawasan konstitusional utk menjamin batasan-batasan dan
pembagian dlm kekuaaan negara, dan utk memastikan promosi hak-
hak individu, di atas semua yg terkait dg kebebasan berpikir,
merasakan, mencoba, berdiskusi, publikasi, kombinasi, dan pencarian
scr individu ‘rencana kehidupan’ yg dipilih;
d. Batasan yg jelas dewan parlementer dr birokrasi publik, yaitu
pemisahan fungsi-fungsi org-org yg dipilih dr org-org specialis (ahli)
administrasi;
e. Keterlibatan rakyat dlm cabang-cabang pemerintahan berbeda melalui
suara, partisipasi yg luas dlm pemerintahan lokal, perdebatan publik,
dan pelayanan umum.
8. Demokrasi pluralisme
Ciri-cirinya: Pluralisme Klasik (PK) dan Neo-Pluralisme (NP).
a. (PK) Banyak kelompok kepentingan yg saling melingkupi; (NP) Banyak
kelompok tekanan, tp agenda politik memiliki bias thd kekuatan korporasi;
b. (PK) Pemerintah menengahi dan menjadi hakim antarpermintaan: (NP)
Negara, dan departemen-departemennya membentuk kepentingan sekat
mereka sendiri;
c. (PK) Aturan-aturan konstitusional yg tertanam dlm kultur politik yg
mendukung; (NP) Aturan-aturan kontitusional berfungsi dlm konteks kultur
politik yg beragam dan sistem yg terdiri dr sumber daya ekonomi yg sangat
tdk setara.
9. Demokrasi legal
Ciri-cirinya:
a. Negara konstitusional (diperagakan pd ciri-ciri tradisi politik Anglo-
Amerika, termasuk pemisahan kekuasaan yg jelas);
b. Aturan hukum;
c. Intervensi negara yg minimal dlm masyarakat sipil dan kehidupan
pribadi.
d. Masyarakat pasar bebas diberikan cakupan kemungkinan yg peling
penuh.
Bab 10
Bentuk Negara dan Sistem Pemerintahan
A.Bentuk Negara
adalah merupakan batas antara peninjauan secara sosiologis dan
peninjauan secara yuridis mengenai negara. Peninjauan secara sosiologis
yaitu apabila negara dilihat secara keseluruhan tanpa melihat isinya dan
sebagainya. Disebut peninjauan secara yuridis yaitu apabila negara hanya
dilihat dari isinya atau strukturnya.
Bentuk Negara tidak sama dengan Bentuk Pemerintahan.
Bentuk Negara menurut perkembangan sejarahnya, yakni sejak zaman
Yunani Kuno hingga sekarang:
1/ Bentuk Negara pada zaman Yunani Kuno, yaitu:
a. Aristokrasi, pemerintahan oleh Aristoktrat(cendekiawan) sesuai dg
pikiran keadilan
b. Timokrasi, pemerintahan oleh org-org yg ingin mencapai kemasyhuran
dan kehormatan
c. Oligarchi, pemerintahan oleh para hartawan
d. Demokrasi, pemerintahan oleh rakyat miskin
e. Tirani, pemerintahan oleh seorang penguasa yg bertindak scr
sewenang-wenang
2/ Bentuk Negara pada Zaman Pertengahan.
Jellinek memberikan ukuran utk membedakan berdasarkan cara
pembentukan kemauan negara, yakni:
a. Kerajaan: Pembentukan kemauan terjadi seluruhnya di dalam badan
seseorang dan keuan negara terbentuk terlihat sbg kemauan yg ttt
berbadan dan individual;
b. Republik: Kemauan negara tercapai berdasarkan kejadian yuridis
menurut tnidakan-tindakan kemauan banyak orang yg berbadan, shg
kemauan itu tdk terlihat sbg kemauan satu org melainkan kemauan
badan yg hny mempunyai bentuk realitas scr yuridis saja.
B. Sistem pemerintahan
1. Negara dg sistem pemerintahan presidensial: Pemerintahan perwakilan
rakyat yg representatif, dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas,
antara kekuasaan eksekutif dengan kekuasaan legislatif yg diartikan bahwa
kekuasaan eksekutif itu dipegang oleh suatu badan atau organ yg di dalam
menjalankan tugas eksekuti itu tdk bertanggung jawab kepada badan
perwakilan rakyat. Badan perwakilan rakyat, memegang kekuasaan
legislatif, yg bertugas membuat dan menentukan peraturan-peraturan
hukum. Pimpinan badan eksekutif dan legislatif bertanggungjawab langsung
kepada rakyat, tdk melalui badan perwakilan rakyat. Presiden menjalankan
pemerintahan dlm arti yg sebenarnya, dibantu oleh oleh menteri-menteri yg
bertanggung jawab kepada presiden. Badan perwakilan tdk dpt
memberhentikan presiden dan menteri-menteri. Apabila ada perselisihan
antara badan eksekutif dan badan legislatif maka yg badan yudikatif yg akan
memutuskannya.
2.Sistem Pemerintahan Parlemen
Pemerintahan perwakilan rakyat yg representatif, dg sistem pemisahan
kekuasaan, tetapi diantara badan-badan yg diserahi kekuasaan itu, terutama
antara badan legislatif dg badan eksekutif, ada hub yg bersifat timbal balik,
dpt saling mempengaruhi.
Hub yg erat antara badan eksekutif dg badan legislatif. Tugas atau
kekuasaan eksekutif di sini diserahkan kpd suatu badan yg disebut kabinet
atau dewan menteri. Kabinet dipimpin oleh seorang Perdana Menteri, yg
bertanggung jawab kepada badan perwakilan rakyat. Badan eksekutif tdk
hrs mengikut sgl apa yg dikehendaki badan perwakilan rakyat, tetapi kabinet
masih mempunyai kebebasan dlm menentukan kebijakannya terutama
mengenai langkah-langkah pemerintahannya. Jika badan perwakilan tdk
membenarkan kebijakan badan ekseku tif, maka badan perwakilan dpt
menyampaikan “mosi tidak percaya”.
Akibat mosi tidak percaya badan legislatif, maka badan eksekuti harus
mengundurkan diri. Pertanggung jawaban in dpt scr perseorangan atau dpt
jg bersama-sama utk menteri-menteri seluruhnya. Inilah yang disebut
sebagai “krisis kabinet”.
Sebagai imbangan thd tanggung jawab menteri dlm sistem ini pemerintahan
dpt membubarkan badan perwakilan, artinya apabila dlm perselisihan antara
badan perwakilan dan kabinet kemudian kabinet berpendapat bahwa badan
perwakilan rakyat tsb tdk lagi mencerminkan kemauan rakyat, mk
pemerintah dpt membubarkan badan perwakilan dan dg segera
mengadakan pemilihan baru, tetapi lazimnya pembubaran ini hanya
diperkenankan utk satu kali saja. Apabila dlm pemilihan yg baru ternyata
menghasilkan badan perwakilan yg suaranya membenarkan badan
perwakilan yg dulu, mk pemerintah yg hrs bubar. Begitupun sebaliknya,
apabila badan perwakilan rakyat yg baru dpt menerima baik pertanggung
jawaban kebijaksanaan kabinet yg membubarkan badan perwakilan rakyat,
maka kebijaksanaan kabinet berarti betul.