JUDUL MAKALAH
DosenPengampu:
Ns.ASTUTI ARDI PUTRI,M.Kep
DISUSUN OLEH:
NINA FITRIANI
(1901012010)
DHARMASRAYA
2020
1
Kata Pengantar
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak, baik
berupa pengarahan maupun bimbingan. Atas dorongan, petunjuk, saran, dan fasilitas dalam
membantu penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak. Prevalensi
terjadinya otitis media di seluruh dunia untuk usia 10 tahun sekitar 62 % sedangkan
anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83 %.
Mengingat masih tingginya angka otitis media pada anak-anak, maka diagnosis dini
yang tepat dan pengobatan secara tuntas mutlak diperlukan guna mengurangi angka
kejadian komplikasi dan perkembangan penyakit menjadi otitis media kronis.
B. RUMUSAN MASALAH
1) Apa yang dimaksud dengan OMA?
2) Bagaimana Etiologi pada OMA?
3) Bagaimana patofisiologi pada OMA?
4) Bagaimana manifestasi klinis pada OMA?
5) Bagaimana pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaan pada OMA?
6) Bagaimana komplikasi dan prognosis pada OMA?
7) Bagaimana asuhan keperawatan pada OMA?
C. TUJUAN
Tujuan Umum : Menjelaskan asuhan keperawatan dengan klien OMA
Tujuan khusus : Menjelaskan Konsep dasar dari penyakit OMA
D. MANFAAT
Manfaat yang dapat diambil sebagai berikut :
1. Mengetahui Penatalaksaan pada klien Otitis Media Akut
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Otitis Media Akut
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. KONSEP MEDIK
A. DEFINISI
Otitis media adalah infeksi atau inflamasi pada telinga tengah (mediastore,2009 )
Otiitis media akut adalah proses infeksi yang ditentukan oleh adanya cairan di telinga
atau gangguan dengar, serta gejala penyerta lainnaya tergantung berat ringannya
penyakit, antara lain : demam, iritabilitas, letargi, anoreksia, vomiting, bulging
hingga perforasi membrana tympani yang dapat diikuti dengan drainase purulen.
Otitis media akut adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada ruang udara
pada tulang temporal (CMDT, edisi 3 , 2004 )
B. ETIOLOGI
1. Disfungsi atau sumbatan tuba eutachius merupakan penyebab utama dari otitis
media yan menyebabkan pertahan tubuh pada silia mukosa tuba eutachius
terganggu,sehingga pencegahaan invasi kuman ke dalam telingah tengah juga
akan terganggu.
2. ISPA inflamasi jaringan di sekitarnya ( misalnya : sinusitis,hipertrofi adenoid),
atau reaksi alergi(misalkan rhitis alergia). Pada anak-anak sering terserang
ISPA ,makin besar kemungkinan terjadinya otitis media akut. Pada bayi, OMA
dipermudah karena tuba eutachiusnya pendek,lebar, dan letaknya agak
horizontal.
3. Bakteri-bakteri umum yang ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah
streptococcus pnemuniae,haemophylus influenza, moraxella catarrhalis, dan
bakteri pirogenik lain,seperti streptoccus hemolyticus,staphyloccus aureus,
E.colli, pnemuniae vulgaris.
4. Kebiasaan Penggunaan benda keras(jepit rambut/korek api) untuk mengeluarkan
kotoran dari dalam telinga.
4
C. PATOFISIOLOGI
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas yang menyebar ke
telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius,
mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran menyebabkan transudasi, dan
datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya
terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Jika lendir dan nanah bertambah banyak,
pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil
penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan
yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena
tekanannya. Otitis media akut yang berlansung selama lebih dari 2 bulan dapat
berkemban menjadi otitis media supuratif kronis apabila factor higine kurang
diperhatikan, terapi yang terlambat, pengobatan tidak adekuat, dan adanya daya tahan
tubuh yang kurang baik.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis OMA secara umum :
1. Biasanya gejala awal berupa sakit telingah tengah yang berat dan menetap.
2. Biasa tergantung gangguan pendengaran yang bersifat sementara.
3. Pada anak kecil dan bayi dapat mulai muntah,dan demam sampai 39,50 c, gelisah,
susah tidur,kejang,memengang telinga yang sakit.
4. Gendang telinga mengalami peradangan yang menonjol.
5. Keluar cairan yang awalnya mengandung darah lalu berubah menjadi cairan
jernih dan akhirnya berupah nanah(jika gendang telinga robek).
6. Membrane timpani merah,sering menonjol tanpa tonjolan tulang yang dapat
dilihat.
7. Keluhan nyeri telinga(otalgia), atau rewel dan menarik-narik telinga pada anak
yang belum dapat berbicara.
8. Anoreksia(umum).
9. Limfadonepati servikal anterior.
5
Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium penyakit dan umur
pasien. Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa telinga
tengah :
1. Stadium oklusi tuba Eustachius
Terdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif di dalam telinga
tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi.
2. Stadium hiperemis (presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran
timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih
bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat.
3. Stadium supurasi
Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang hebat pada
mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat
purulen di kavum timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat
terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke
telinga luar.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila
terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan mengering. Disebut otitis media
supuratif kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Biasanya terdapat
riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan
pendengaran berupa rasa penuh atau kurang dengar.Pada bayi dan anak kecil gejala
khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi (> 39,5 derajat celsius), gelisah,
sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur, diare, kejang, dan kadang-kadang memegang
telinga yang sakit.
6
E. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius adalah:
Infeksi pada tulang di sekitar telinga tengah (mastoiditis atau petrositis)
Labirintitis (infeksi pada kanalis semisirkuler)
Tuli
Peradangan pada selaput otak (meningitis)
Abses Otak
Sakit kepala
Tuli yang terjadi secara mendadak
Vertigo (perasaan berputar)
Demam dan menggigil.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar
2. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpany
3. Kultur dan uji sensitifitas: dilakukan bila dilakukan timpanosesntesis (Aspirasi
jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani)
G. PENATALAKSANAAN
Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal
ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.
1. Stadium Oklusi
Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan
negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 %
untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk
anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik
diberikan bila penyebabnya kuman
2. Stadium Presupurasi
Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani
sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan
pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi,
dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk
terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di
7
dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan
pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal
selama 7 hari.
3. Stadium Supurasi
Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila
membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi
ruptur.
4. Stadium Perforasi
Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci
telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3
minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam
7-10 hari.
5. Stadium Resolusi
Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi
menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap,
mungkin telah terjadi mastoiditis.
8
berat, observasi jika
gejala ringan
2 thn Antibiotik jika gejala Observasi
berat, observasi jika
gejala ringan
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan dan demam
<39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah nyeri telinga sedang
– berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada anak usia enam
bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan, atau diagnosis
meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat memilih observasi, follow-
up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia tetap diberikan pada masa
observasi.
9
standar di Amerika Serikat. Dokumentasi adanya bakteri yang resisten terhadap
dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi terhadap antibiotik.
Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai
terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, kemungkinan ada
penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak memadai. Dalam kasus
seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik lini kedua. Misalnya:
Pada pasien dengan gejala berat atau OMA yang kemungkinan disebabkan
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis, antibiotik yang kemudian
dipilih adalah amoxicillin-clavulanate. Sumber lain menyatakan pemberian
amoxicillin-clavulanate dilakukan jika gejala tidak membaik dalam tujuh hari
atau kembali muncul dalam 14 hari.
11
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
KASUS
An. K berusia 12 tahun masuk di ruang perawatan THT dengan keluhan keluar cairan
putih dari telinga kanan yang disertai dengan demam dan nyeri telinga . Orang tua
pasien mengatakan anaknya memiliki riwayat batuk dan pilek yang sering berulang
dan dua hari terakhir tiba-tiba keluar cairan bening dari telinga kiri dengan konsistensi
kenyal. berdasarkan hasil pemeriksaan fisik , didapatkan nyeri pada pergerakan
aurikula , terdapat edema dan serumen kental pada MAE serta terdapat perforasi pada
membrane timpani telinga kanan , tes rinne (-) ,tes weber : lateralisasi kekanan , dan
pada tes bisik , pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah . TTV :
120/80mmHg , N : 110x / menit , P : 20x/menit , S : 39ºC. keluarga pasien
mengatakan harus bebicara dengan nada tinggi pada klien , karena klien kadang tidak
nyambung bila diajak berbicara dengan suara yang rendah . Klien merasa cemas,
menarik dan malu pada lingkungan karena penyakitnya menimbulkan bau.
1. Biodata
Nama : An.K
Umur : 10 Thn
Jenis kelamin :Laki-laki
2. Keadaan Umum
a. Tanda tanada Vital
1) Tekanan Darah :120/80
2) NAdi : 110x/menit
3) Pernafasan : 20x/menit
4) Suhu : 39oC
3. Pola kesehatan
a. Pola Presepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
1) Keluhan Utama : Nyeri pada telinga
2) Riwayat penyakit sekarang : keluar cairan putih ditelinga kanan klien disertai
dengan demam dan nyeri pada telinga.
3) Riwayat penyakit dahulu : orant tua pasien mengatakan anaknya memiliki
riwayat batuk dan pilek yang sering berulang.
12
4) Riwayat kesehatan keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang menderita atau
mengalami gangguan pengdengaran dan penyakit turunan.
b. Pola Aktivitas Dan Latihan
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu berolahraga/bermain di luar
rumah bersama dengan teman-temanya dan setiap hari pasien selalu pergi ke
sekolah
2) Keadaan sejak sakit
Pasien mengatakan sejak sakit pasien jarang bermain diluar rumah dan jarang
masuk sekolah. Pasien selalu diantar oleh orang tuanya bila ke sekolah.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Keadaan sebelum sakit
Pasien mengatakan tidur siang selama 1 jam/hari dan tidur malam 8 jam/hari.
Pasien mengatakan sebelum tidur biasanya nonton televisi terlebih dahulu.
13
1)keadaan sejak sakit :
Pasien tampak gelisah dan sedih dikarenakan nyeri pada telinganya dan pasien
tampak bertanya-tanya pada orang tua dan perawat tentang penyakitnya
PEMERIKSAAN FISIK.
PENDENGARAN
1) Membrane tympany : terdapat perforasi di telinga kanan
2) Tes rinne : (-)
3) Tes webber : laterisasi kanan
4) Tes bisik : pasien tidak dapat mendengarkan suara berfrekuensi rendah
5) Nyeri pada aurikula
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Nyeri b/d Proses inflamasi pada jaringan telinga tengah
2) Gangguan komunikasi b/d Efek kehilangan pendengaran
3) Resiko tinggi cedera b/d vertigo
4) Cemas b/d nyeri yang semakin memberat
14
Rasional : Metode pengalihan suasana dengan melakukan relaksasi bisa
mengurangi nyeri yang diderita klien.
c. Intervensi : Atur posisi klien
Rasional : Posisi yang sesuai akan membuat klien merasa nyaman.
d. Intervensi : beri informasi kepada klien dan keluarga tentang nyeri yang dirasakan.
Rasional : informasi yang cukup dapat menurangi kecemasan yang dirasakan oleh
klien dan keluarga
15
- Lihat langsung pada klien dan bicaralah lambat dan jelas
Rasional : Pesan yang ingin disampaikan oleh perawat kepada klien dapat
diterima dengan baik oleh klien.
16
Kriteria hasil : Klien bisa dari cedera yang berkaitan dengan ketidakseimbangan
dan/atau jatuh.
Intervensi : Ajarkan atau tekankan terapi vestibuler/keseimbangan sesuai
ketentuan.
Rasional : Latihan mempercepat kompensasi labirintin, yang dapat mengurangi
vertigo dan gangguan cara jalan.
Intervensi : Berikan atau ajari cara pemberian, obat antivertigo dan/atau obat
penenang vestibuler; beri petunjuk pada pasien mengenai efek
sampingnya.
Rasional : Menghilangkan gejala akut vertigo
Intervensi : Dorong pasien unutk berbaring bila merasa pusing; dengan pagar
tempat tidur dinaikkan.
Rasional : Mengurangi kemungkinan jatuh dan cedera.
17
Rasional : memungkinkan klien untuk memilih metode komunikasi yang paling
tepat untuk kehidupannya sehari-hari disesuaikan dengan tingkat keterampilannya
sehingga mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
d. Intervensi :berikan informasi mengenai sumber-sumber dan alat-alat yang tersedia
yang dapat membantu klien.
Rasional : dukungan dari beberapa orang yang memiliki pengalaman yang sama
akan sangat membantu klien.
E. EVALUASI
Nyeri teratasi
Pasien mampu berkomunikasi dengan baik
Vertigo pasien teratasi
Pasien mengerti dan memahami tentang penyakitnya.
F. DISCHARGE PLEANNIG
Karena OMA lebih sering terjadi pada anak-anak dan sering terjadi berulang maka
perawat sebagai Community Organizing memberikan penyuluhan yang berhubungan
dengan penyakit OMA. Beberapa hal yang dapat megurangi risiko OMA yaitu:
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam kasus ini , pada awalnya pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas
(ISPA) dan tonsilitis. Akan tetapi, karena adanya perluasan infeksi di daerah auries
media, maka pasien akan mengalami otitis meda akut. Otitis media akut yang tidak
diobati secara tuntas dapat berlanjut menjadi Otitis media Kronik yang ditandai denagn
adanya perforasi pada membran tympani.
B. SARAN
Hendaknya dilakukan uji kultur pada pasien untuk mengetahui jenis bakteri yang
menginfeksi dan untuk pemberian antibiotik yang tepat.
19