Anda di halaman 1dari 4

TUGAS BIOKIMIA 2

NAMA : SILVIA WIDIYANTI


NIM : 1705675

1. Gambarkan fungsi dari hormon kortisol dalam pengturan metabolisme

2. Jelaskan regulasi yang terganggu pada penyakit diabetes mellitus


 Diabetes melitus tipe 1 (dikenal juga sebagai diabetes tipe 1) disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang berfungsi
untuk memindahkan glukosa dari dalam darah ke dalam sel.
Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes melitus tipe 1 tidak mampu
memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Kurangnya insulin
membawa konsekuensi peningkatan glukosa dalam darah dan urin. 
 Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related
diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe
diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam
sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan
oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β,
gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang
disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang
menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap
insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun
meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi
pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan
pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi,
rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju
metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan
laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM
juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi
insulin.
 Diabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin-
resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed
to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5"
diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya
selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada
lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau
ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup

Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi mengalami


metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogendan
kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Semua proses tersebut terganggu
pada Diabetes mellitus, glukosa tidak dapat masuk ke sel hingga energi
terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Normalnya lemak
yang berada dalam aliran darah, melewati hati dan dipecah menjadi gliserol
dan asam lemak. Asam lemak kemudian diubah menjadi senyawa keton (asam
asetoaseat, aseton, asam betahidroksibutirat) dan dilepaskan ke aliran darah
kembali untuk disirkulasikan ke sel tubuh agar dimetabolisme menjadi energi,
CO2 dan air. Pada saat terjadi gangguan metabolit, lipolisis bertambah dan
lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan terbentuk senyawa keton lebih
cepat daripada sel tubuh dapat memetabolismenya. Maka, terjadi akumulasi
senyawa keton dan asidemia (penurunan pH darah dan meningkatnya ion
hidrogen dalam darah). Sistem buffer tubuh berusaha untuk menetralkan
perubahan pH yang ditimbulkannya, tetapi bila ketosis yang timbul lebih hebat
maka pH darah tidak dapat dinetralisir dan terjadi diabetik ketoasidosis.
Diabetes melitus menyebabkan komplikasi ketoasidosis diabetes
(diabetic ketoacidosis/DKA) dan hiperosmolaritas hiperglikemi
(hyperglycaemic hyperosmolarity/HHS). DKA terjadi akibat defisiensi absolut
atau relatif insulin yang dikombinasi dengan regulatori kelebihan hormon
glukagon, katekolamin, kortisol. Ketosis terjadi akibat peningkatan perlepasan
asam lemak bebas dari adiposit, yang akhirnya mengakibatkan sintesa badan
keton di hepar. Turunnya kadar insulin disertai peningkatan katekolamin dan
growth factor, meningkatkan lipolisis dan perlepasan asam lemak bebas.
Secara normal, asam lemak bebas ini akan diubah menjadi trigliserida atau
Very Low Density Lipoprotein (VLDL) di hepar. Pada DKA,
hiperglukagonemi merubah metabolism hepar untuk meningkatkan formasi
badan keton dengan mengaktivasi enzim karnitin palmitotranferase I. Enzim
ini penting dalam regulasi transportasi asam lemak ke dalam mitokondria, di
mana terjadi oksidasi beta dan konversi badan keton terjadi.
3. Gambarkan regulasi leptin untuk menjelaskan fenomena perbedaan massa tikus

Leptin meningkatkan aktivitas NO pada kardiomiosit ventrikel, yang menyebabkan


menurunnya kontraksi jantung (Gambar 3). Pengikatan leptin dengan reseptor akan
menyebabkan dimerisasi reseptor dan pengaktifan kompleks JAK2/STAT3. STAT3
dapat mengaktifkan inducible NO synthase (iNOS) yang akan meningkatkan NO
dalam sel. NO yang meningkat akan mengaktifkan guanylate cyclase dan mengubah
GTP menjadi cGMP sehingga kontraksi akan menurun. Selain itu STAT3 akan
mengaktifkan endothelial NO synthase (eNOS) dan neuronal NO synthase (nNOS)
yang juga akan meningkatkan jumlah NO dalam sel. eNOS dan nNOS secara
independen ikut berperan dalam terjadinya hipertrofi jantung, akan tetapi efek depresi
terhadap kontaraksi ini berlaku bila dikaitkan dengan obesitas.
Jalur ROS
Jalur ROS mitokondria meningkat pada obesitas. Xanthine oxidoreductase dan
nicotinamide adenin dinucleotide phosphate (NADPH) oxidase merupakan sumber
superoksida(O2-) yang diproduksi jantung. O2- mampu mengaktifkan berbagai famili
dari ROS dengan cara berinteraksi dengan komponen molekuler lain. Di jantung
mencit ob/ob, gangguan fungsi kontraksi terjadi akibat meningkatnya stres oksidatif,
peroksida lipid, protein carbonyl formation, redistribusi dari rantai berat isoenzim
miosin. Penelitian lain menyebutkan bahwa ET-1 meningkatkan NADPH oksidase
pada kontraksi jantung yang dirangsang oleh leptin. Terdapat 2 reseptor ET-1 pada
jantung, yaitu ETA dan ETB. Keduanya memiliki efek inotropik terhadap
kardiomiosit dan reseptor ETA juga mempengaruhi hipertrofi. Pada percobaan
pemberian leptin di kardiomiosit neonatus tikus, akan menginduksi O2 intrasel dan
ekspresi protein p67phox dan p47phox yang merupakan subunit NADPH. Efek
tersebut akan dilemahkan oleh antagonis reseptor ETA dan ETB, yang
mengindikasikan bahwa reseptor ET-1 akan meningkatkan NADPH oksidase pada
kontraksi jantung yang dirangsang leptin. 3,4
Mekanisme lain yang mempengaruhi kontraktilitas
Seramida mampu mengamplifikasi efek penurunan kontraktilitas yang dipicu oleh
leptin pada miosit ventrikel kiri jantung tikus dewasa.3 Selain itu meningkatnya
jumlah adiposa meningkatkan sekresi faktor proinflamasi lain termasuk TNF-α, IL-6,
dan Ang-II. TNF-α dan leptin menurunkan kontraksi kardiomiosit ventrikel tikus.3,4
Ada sesuatu yang menarik, bahwa hipertensi memiliki efek melemahkan mekanisme
penurunan kontraksi kardiomiosit yang diinduksi oleh leptin. Pada percobaan isolasi
kardiomiosit ventrikel jantung tikus yang mengalami hipertensi spontan, menunjukan
penurunan induksi leptin terhadap kontraksi dan aktifitas NOS, bila dibandingkan
dengan tikus yang tensinya normal. Jalur JAK/STAT melemahkan mekanisme
disfungsi kardiomiosit yang diinduksi leptin; kemungkinan sebagai mekanisme
kompensasi untuk mencegah gangguan lebih besar terhadap fungsi ventrikel karena
hipertensi atau hiperleptinemia.

Anda mungkin juga menyukai