0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan4 halaman
Hormon kortisol berperan dalam metabolisme. Diabetes disebabkan gangguan regulasi insulin dan resistensi sel terhadap insulin. Leptin menurunkan kontraksi jantung melalui jalur NO dan ROS, menjelaskan perbedaan massa tikus.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
1705675_Silvia WIdiyanti_Tugas Peran dan Regulasi Hormon
Hormon kortisol berperan dalam metabolisme. Diabetes disebabkan gangguan regulasi insulin dan resistensi sel terhadap insulin. Leptin menurunkan kontraksi jantung melalui jalur NO dan ROS, menjelaskan perbedaan massa tikus.
Hormon kortisol berperan dalam metabolisme. Diabetes disebabkan gangguan regulasi insulin dan resistensi sel terhadap insulin. Leptin menurunkan kontraksi jantung melalui jalur NO dan ROS, menjelaskan perbedaan massa tikus.
1. Gambarkan fungsi dari hormon kortisol dalam pengturan metabolisme
2. Jelaskan regulasi yang terganggu pada penyakit diabetes mellitus
Diabetes melitus tipe 1 (dikenal juga sebagai diabetes tipe 1) disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hormon insulin yang berfungsi untuk memindahkan glukosa dari dalam darah ke dalam sel. Organ pankreas dalam tubuh penderita diabetes melitus tipe 1 tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Kurangnya insulin membawa konsekuensi peningkatan glukosa dalam darah dan urin. Diabetes melitus tipe 2 (bahasa Inggris: adult-onset diabetes, obesity-related diabetes, non-insulin-dependent diabetes mellitus, NIDDM) merupakan tipe diabetes melitus yang terjadi bukan disebabkan oleh rasio insulin di dalam sirkulasi darah, melainkan merupakan kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk yang mengekspresikan disfungsi sel β, gangguan sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi GLUT10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati. Mutasi gen tersebut sering terjadi pada kromosom 19 yang merupakan kromosom terpadat yang ditemukan pada manusia. Pada NIDDM ditemukan ekspresi SGLT1 yang tinggi, rasio RBP4 dan hormon resistin yang tinggi, peningkatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis pada hati, penurunan laju reaksi oksidasi dan peningkatan laju reaksi esterifikasi pada hati. NIDDM juga dapat disebabkan oleh dislipidemia, lipodistrofi, dan sindrom resistansi insulin. Diabetes melitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes, insulin- resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA) atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 20–50% dari wanita penderita GDM bertahan hidup
Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dikonsumsi mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi glikogendan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Semua proses tersebut terganggu pada Diabetes mellitus, glukosa tidak dapat masuk ke sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan lemak. Normalnya lemak yang berada dalam aliran darah, melewati hati dan dipecah menjadi gliserol dan asam lemak. Asam lemak kemudian diubah menjadi senyawa keton (asam asetoaseat, aseton, asam betahidroksibutirat) dan dilepaskan ke aliran darah kembali untuk disirkulasikan ke sel tubuh agar dimetabolisme menjadi energi, CO2 dan air. Pada saat terjadi gangguan metabolit, lipolisis bertambah dan lipogenesis terhambat, akibatnya dalam jaringan terbentuk senyawa keton lebih cepat daripada sel tubuh dapat memetabolismenya. Maka, terjadi akumulasi senyawa keton dan asidemia (penurunan pH darah dan meningkatnya ion hidrogen dalam darah). Sistem buffer tubuh berusaha untuk menetralkan perubahan pH yang ditimbulkannya, tetapi bila ketosis yang timbul lebih hebat maka pH darah tidak dapat dinetralisir dan terjadi diabetik ketoasidosis. Diabetes melitus menyebabkan komplikasi ketoasidosis diabetes (diabetic ketoacidosis/DKA) dan hiperosmolaritas hiperglikemi (hyperglycaemic hyperosmolarity/HHS). DKA terjadi akibat defisiensi absolut atau relatif insulin yang dikombinasi dengan regulatori kelebihan hormon glukagon, katekolamin, kortisol. Ketosis terjadi akibat peningkatan perlepasan asam lemak bebas dari adiposit, yang akhirnya mengakibatkan sintesa badan keton di hepar. Turunnya kadar insulin disertai peningkatan katekolamin dan growth factor, meningkatkan lipolisis dan perlepasan asam lemak bebas. Secara normal, asam lemak bebas ini akan diubah menjadi trigliserida atau Very Low Density Lipoprotein (VLDL) di hepar. Pada DKA, hiperglukagonemi merubah metabolism hepar untuk meningkatkan formasi badan keton dengan mengaktivasi enzim karnitin palmitotranferase I. Enzim ini penting dalam regulasi transportasi asam lemak ke dalam mitokondria, di mana terjadi oksidasi beta dan konversi badan keton terjadi. 3. Gambarkan regulasi leptin untuk menjelaskan fenomena perbedaan massa tikus
Leptin meningkatkan aktivitas NO pada kardiomiosit ventrikel, yang menyebabkan
menurunnya kontraksi jantung (Gambar 3). Pengikatan leptin dengan reseptor akan menyebabkan dimerisasi reseptor dan pengaktifan kompleks JAK2/STAT3. STAT3 dapat mengaktifkan inducible NO synthase (iNOS) yang akan meningkatkan NO dalam sel. NO yang meningkat akan mengaktifkan guanylate cyclase dan mengubah GTP menjadi cGMP sehingga kontraksi akan menurun. Selain itu STAT3 akan mengaktifkan endothelial NO synthase (eNOS) dan neuronal NO synthase (nNOS) yang juga akan meningkatkan jumlah NO dalam sel. eNOS dan nNOS secara independen ikut berperan dalam terjadinya hipertrofi jantung, akan tetapi efek depresi terhadap kontaraksi ini berlaku bila dikaitkan dengan obesitas. Jalur ROS Jalur ROS mitokondria meningkat pada obesitas. Xanthine oxidoreductase dan nicotinamide adenin dinucleotide phosphate (NADPH) oxidase merupakan sumber superoksida(O2-) yang diproduksi jantung. O2- mampu mengaktifkan berbagai famili dari ROS dengan cara berinteraksi dengan komponen molekuler lain. Di jantung mencit ob/ob, gangguan fungsi kontraksi terjadi akibat meningkatnya stres oksidatif, peroksida lipid, protein carbonyl formation, redistribusi dari rantai berat isoenzim miosin. Penelitian lain menyebutkan bahwa ET-1 meningkatkan NADPH oksidase pada kontraksi jantung yang dirangsang oleh leptin. Terdapat 2 reseptor ET-1 pada jantung, yaitu ETA dan ETB. Keduanya memiliki efek inotropik terhadap kardiomiosit dan reseptor ETA juga mempengaruhi hipertrofi. Pada percobaan pemberian leptin di kardiomiosit neonatus tikus, akan menginduksi O2 intrasel dan ekspresi protein p67phox dan p47phox yang merupakan subunit NADPH. Efek tersebut akan dilemahkan oleh antagonis reseptor ETA dan ETB, yang mengindikasikan bahwa reseptor ET-1 akan meningkatkan NADPH oksidase pada kontraksi jantung yang dirangsang leptin. 3,4 Mekanisme lain yang mempengaruhi kontraktilitas Seramida mampu mengamplifikasi efek penurunan kontraktilitas yang dipicu oleh leptin pada miosit ventrikel kiri jantung tikus dewasa.3 Selain itu meningkatnya jumlah adiposa meningkatkan sekresi faktor proinflamasi lain termasuk TNF-α, IL-6, dan Ang-II. TNF-α dan leptin menurunkan kontraksi kardiomiosit ventrikel tikus.3,4 Ada sesuatu yang menarik, bahwa hipertensi memiliki efek melemahkan mekanisme penurunan kontraksi kardiomiosit yang diinduksi oleh leptin. Pada percobaan isolasi kardiomiosit ventrikel jantung tikus yang mengalami hipertensi spontan, menunjukan penurunan induksi leptin terhadap kontraksi dan aktifitas NOS, bila dibandingkan dengan tikus yang tensinya normal. Jalur JAK/STAT melemahkan mekanisme disfungsi kardiomiosit yang diinduksi leptin; kemungkinan sebagai mekanisme kompensasi untuk mencegah gangguan lebih besar terhadap fungsi ventrikel karena hipertensi atau hiperleptinemia.