Anda di halaman 1dari 65

9

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERAN KELUARGA DENGAN

KEJADIAN GASTRITIS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI

OLEH :

SITI SAMSIA

P. 201601026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2020

9
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil alaamiin, puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala

rahmat dan berkahnya kepada kita sehingga pada kesempatan ini dengan segala

keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki, penulis dapat menyelesaikan

penyusunan proposal penelitian ini dengan judul : “Hubungan Pengetahuan Dan

Peran Keluarga Dengan Kejadian Gastritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal penelitianini masih

banyak terdapat kesalahan didalamnya. Oleh karena itu saran dan kritik yang

sifatnya membangun sangat diharapkan oleh penulis sebagai suatu masukan untuk

penyempurnaan proposal penelitian ini.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini banyak sekali kendala dan

hambatan yang penulis dapatkan namun atas bimbingan dan arahan serta motivasi

dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal

penelitian ini, teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan

Ibunda tercinta yang telah mendidik, mengasuh, dan membina penulis serta

memberikan do’a dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini, Penulis juga sangat menyadari

telah menerima bantuan yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak. Untuk itu,

dengan rasa hormat pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa terima

kasih dengan tulus dan penghargaan yang tak terhingga kepada : Cici Yusnayanti,

S.Kep., Ns., M.Kes selaku Pembimbing I dan Wa Ode Rahmadaniah, S.Kep., Ns.,

M.Kep sebagai pembimbing II. Yang senantiasa memberikan bimbingan, bantuan,

ii
petunjuk dan kesabarannya dalam mengarahkan penulis selama penyusunan

proposal penelitian ini.

Selanjutnya dalam kesempatan ini pula penulis menyampaikan ucapan

terima kasih kepada :

1. Ketua Yayasan STIKES Mandala-Waluya Kendari.

2. Ketua STIKES-MW Kendari beserta jajarannya

3. Para Wakil Ketua STIKES-MW (Bidang Akademik, Non Akademik dan

Kemahasiswaan)

4. Para Ketua Lembaga STIKES-MW (LPPM dan LPM).

5. Ketua Program Studi Keperawatan STIKES-MW Kendari dan stafnya

6. Bapak, Ibu dosen STIKES-MW Kendari yang telah memberi ilmu pengetahuan

dan pelayanan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di STIKES-MW

Kendari.

7. Teman-teman Seperjuangan Khususnya Mahasiswa Kelas Q1 Keperawatan

STIKES-MW Kendari yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan dan

masukan yang sangat membantu dalam proses penyusunan proposal penelitian

ini.

Akhirnya penulis berserah diri kehadirat-Nya, karena sadar dengan segala

keterbatasan sehingga jauh dari kesempurnaan. Namun demikian dengan penuh

harapan dan do’a semoga proposalini nantinya bermanfaat adanya, Aamiin.

Kendari, juni 2020

Peneliti

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.................................................................................v

DAFTAR TABEL......................................................................................vi

DAFTAR SINGKATAN............................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang........................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................11

C. Tujuan Penelitian...................................................................11

D. Manfaat Penelitian ................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Discharge Planning......................13

B. Tinjauan Umum Tentang Perawat.........................................19

C. Tinjauan Umum Tentang Sikap Perawat...............................23

D. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Perawat...................27

iv
BAB III KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir penelitian Variabel Yang Diteliti........................32

B. Kerangka Konsep Penelitian.................................................33

C. Variabel Penelitian................................................................34

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif...........................34

E. Hipotesis Penelitian...............................................................37

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis dan desain Penelitian....................................................39

B. Waktu dan tempat Penelitian.................................................40

C. Populasi dan Sampel..............................................................40

D. Instrumen Penelitian..............................................................42

E. Cara Pengumpulan Data........................................................42

F. Cara Pengelolaan Data...........................................................44

G. Tehnik Analisa Data..............................................................47

H. Etika Penelitian .....................................................................47

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian...............................................................33

2. Rancangan Penelitian Cross Sectional............................................................40

vi
DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.. Table 2 x 2 ......................................................................................................46

vii
DAFTAR SINGKATAN

No Singkatan

1. RS : Rumah Sakit

2. RSU : Rumah Sakit Umum

3. SOP : Standar Operasional

Pelaksanaan

4. WHO : World Health Organization

5. Bio-Psiko-Sosio :Biologi, Psikologi, Sosial

6. ICU : Intensive Care Unit

7. RSUDZA : Rumah Sakit Umum Daerah

Zainal Abidin

8. UU RI : Undang-Undang Republik

Indonesia

9. ICN : International Council of

Nursing

10. KDM : Kebutuhan Dasar Manusia

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Permohonan Menjadi Reponden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gastritis yang kerap juga disebut radang lambung dapat menyerang

setiap orang dengan segala usia. Ada sejumlah gejala yang biasa dirasakan

penderita sakit gastritis seperti mual, perut terasa nyeri, perih (kembung dan

sesak) pada bagian atas perut (ulu hati). Biasanya, nafsu makan menurun

secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat dingin, dan

sering bersendawa terutama dalam keadaan lapar (Puri .A dan Suyanto, 2012).

Gastritis merupakan masalah kesehatan yang sangat banyak ditemukan di

lingkungan masyarakat (Putri,.Dkk, 2010 dalam Syafi’I dan Andriani, 2019).

Lansia merupakan fase menurunya kemampuan akal fisik yang dimulai

dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Karena proses penuaan

orang lansia memiliki kebutuhan hidup agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan

hidup orang lansia antara lain kebutuhan akan pemeriksaan kesehatan secara

rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman,

kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam

segala usia, dan kebutuhan akan nutrisi yang seimbang (Darmojo, 2006).

Pada masyarakat awam sering dijumpai pemberian nutrisi pada lansia yang

tidak sesuai dengan keadaan fisik dan kebutuhan lansia. Ada beberapa

fenomena yang lazim dikeluhkan oleh lansia berkaitan dengan proses penuaan

khususnya pada system pencernaan, misalnya kesulitan mengkonsumsi daging

1
dan makan-makanan keras akibat terganggunya fungsi gigi dan gusi.

Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi

mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia

lanjut. Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran

pencernaan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut, dan sebaginya,

seringkali disebabkan makanan yang kurang bisa dicerna akibat menurunnya

fungsi kelenjar pencernaan (Diana, 2016).

Badan penelitian kesehatan dunia World Health Organization (WHO,

2018) mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara dunia dan mendapatkan

hasil dari angka persentase kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris

22% , China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Insiden

gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap

tahunnya. Angka kejadian gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada

populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substansial lebih tinggi

daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik

(Tussakinah, 2017 dalam Hawati, 2020).

Dari hasil penelitian para pakar, didapatkan jumlah penderita Gastritis

antara pria dan wanita, ternyata gastritis lebih banyak pada wanita dandapat

menyerang sejak usia dewasa muda hingga lanjut usia. Di Inggris 6-20%

menderita gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22%insiden total

untuk segala umur pada tahun1988 adalah 16 kasus/1000 pada kelompokumur

45-64 tahun. Insiden sepanjang usia untuk Gastritis adalah 10% (Riyanto,

2008 dalam Putri, 2010).

2
Prentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia di dapatkan dari

angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2017, gastritis

merupakan salah satu penyakit di dalam 10 penyakit terbanyak pada pasien

rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%).

Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi

dengan prevalensi 274,396 kasus dari 238,452,952 jiwa penduduk. Di

dapatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian gastritis sebesar 31,2%,

Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi

sebesar 91,6% (Thahir & Nurlela, 2018).

Pada tahun 2017 kejadian gastritis di kota Kendari dengan prevalensi

sebesar 9.207 kasus dari 359.371 juta penduduk. Serta pada tahun 2018

kejadian gastritis di kota Kendari dengan prevalensi sebesar 3.121 kasus dari

370728 penduduk atau 1,30%. Serta pada tahun 2019 kejadian gastritis di kota

kendari dengan prevalensi sebesar 4.856 dari 2,65 juta penduduk (Dinas

Kesehatan Kota Kendari, 2020).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

suatu objek tertentu. Pengetahuan Selain itu gastritis juga dapat terjadi karena

kurangnya pengetahuan keluarga.

Mengingat besarnya bahaya gastritis, maka perlu adanya suatu

pencegahan atau penanganan yang serius terhadap bahaya komplikasi gastritis.

Upaya untuk meminimalkan bahaya tersebut dapat dilakukan melalui

3
peningkatan kesadaran masyarakat tentang hal- hal yang dapat menyebabkan

penyakit gastritis, salah satunya pengetahuan keluarga tentang faktor-faktor

pencetus kambuhnya penyakit gastritis pada lansia.

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya. Orientasi interaksi yang

menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi sosial. Peran

dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat

stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada

situasi sosial tertentu (Harmoko, 2012 dalam Sari, 2017)

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungam perkawinan atau pengangkatan, hidup

dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, serta masing-masing

berperan dalam menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan

(Harmoko, 2012 dalam Sari, 2017).

Tingginya angka kejadian gastritis pada lansia dikarenakan,

penurunan fungsi tubuh dan ketidaktahuan keluarga tentang gastritis pada

lansia yang mengakibatkan ketidakhadiran peran keluarga yang kurang

optimal dalam menyiapkan atau menyajikan makanan bagi lansia.

Akibatnya gastritis sering kambuh pada lansia yang mana akan mengganggu

kenyamanan lansia yang akhirnya menggannggu pekerjaannya sehari-hari

mereka (Sandia, 2016).

Gastritis merupakan gangguan kesehatan terkait dengan proses

pencernaan terutama lambung. Lambung bisa mengalami kerusakan karena

4
proses peremasan yang terjadi terus-menerus selama hidup. Selain itu,

lambung bisa mengalami kerusakan jika sering kosong karena lambung

meremas hingga dinding lambung lecet atau luka. Pada lansia dianjurkan

untuk mengkonsumsi sayur – sayuran dan buah – buahan, Hal ini perlu

dilakukan untuk menghindari konstipasi (susah buang air besar) yang sering

dikeluhkan oleh para lansia,mengkonsumsi buah dan sayur yang kaya akan

serat, maka hal itu akan menjadikan buang air besar semakin mudah. Untuk

buah-buahan, utamakan buah yang bisa dimakan dengan kulitnya karena

seratnya lebih banyak. Dengan mengkonsumsi buah dan sayuran, sebenarnya

lansia tidak perlu lagi mengkonsumsi suplemen makanan (Muhith, Siyoto,

2016).

Berkaitan dengan kejadian gastritis atau yang biasanya dikenal dengan

penyakit maag, dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu seperti faktor iritasi,

infeksi, dan ketidak teraturan dalam pola makan, misalnya telat makan, makan

terlalu banyak, makan cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu

pedas, mengonsumsi protein tinggi, kebiasaan mengkonsumsi makan-makan

pedas, minum minuman bersoda dan minum kopi terlalu berlebihan

(Huzaifah, 2017 dalam Syafi’I dan Andriani, 2019).

Berdasarkan dari data tiga tahun terakhir penderita gastritis pada

lansia di Puskesmas Poasia Kota Kendari di dapatkan pada tahu 2017 terdapat

394 lansia yang mengalami gastritis. Kemudian pada tahu 2018 di dapatkan

566 lansia penderita gastritis. Serta pada tahun 2019 terdapat 389 lansi

penderita gastritis. Data menunjukkan bahwa dari tahun 2017-2019 gastritis

5
menjadi salah satu dari 10 besar penyakit yang ada di Puskesmas Poasia Kota

Kendari

Berdasarkan dari hasil wawancara awal dengan 8 orang pasien lansia

yang datang di puskesmas Poasia didapatkan 5 dari 8 orang mengatakan tidak

mengetahui makanan-makanan yang dapat menyebabkan maag (gastritis) pada

lansia. Selain itu 6 dari 8 orang mengatakan peran keluarga sangat kurang

dalam memperhatikan makanan yang dapat menyebabkan maag (gastritis).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Dan Peran Keluarga Dengan

Kejadian Gastritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kejadian gastritis pada lansia di

wilayah kerja poasia kota kendari ?

2. Apakah ada hubungan peran kelaurga dengan kejadian gastritis pada lansia

di wilayah kerja poasia kota kendari ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan peran keluarga dengan

kejadian gastritis pada lansia di wiliyah kerja puskesmas poasia kota

kendari.

6
2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian gastritis

pada lansia di wilayah kerja poasia kota kendari.

b. Untuk mengetahui hubungan peran keluarga dengan kejadian gastritis

pada lansi di wilayah kerja poasia kota kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi

masukan yang dapat dipergunakan sebagai referensi bagi teman-teman

di Jurusan Ilmu Keperawatan

b. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan perbandingan dan

menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan penulis mengenai cara mendapatkan data,, serta penulis dapat

mengaplikasikan ilmu yang didapat dari perkuliahan.

b. Bagi puskesmas tempat penelitian dapat menjadi sumber informasi

ilmiah mengenai hubungan pengetahuan dan peran keluarga dengan

kejadian gastritis pada lansia.

E. Keaslian Penelitian

No Peneliti/ Judul penelitian Perbedaan Persamaan


Tahun
1. Muhith pengaruh pola Variabel bebas (pola Variabel terikat
(2016) makan dan makan, merokok), (kejadian
merokok terhadap Metode penelitian gastritis)
(quasy eksperimen), Desain penelitian

7
kejadian gastritis (cross-sectional)
pada lansia

2. Huzaifah Hubungan Variabel terikat Variabel bebas


, pengetahuan (pencegahan (pengetahuan),
(2017) gastritis), Desain penelitian
tentang penyebab
gastritis dengan Variabel bebas (cross-sectional)
perilaku (perilaku), Metode
pencegahan penelitian
gastritis. (chisquer)

3. Diana tingkat pengetahuan Variabel bebas Variabel terikat


(2017) keluarga tentang Instrument (tentang
gastritis pada lansia. penelitian (close gastritis),
ended question) Variabel bebas
(pengetahuan
keluarga),
4. Tussaki Hubungan pola Variabel bebas (pola Desain
nah makan dan tingkat makan, tingkat penelitian (cross-
(2017) stress terhadap stress), sectional)
kekambuhan Variabel terikat Metode
gastritis (kekambuhan penelitian
gastritis), Instrument
penelitian.
5. Megaw beberapa faktor Desain penelitian Variabel terikat
ati, yang berhubungan Variabel bebas (pola (kejadian
(2014) dengan kejadian makan, stress, obat- gastritis),
gastritis obatan), Metode
penelitian
6. Saroins hubungan stres Variabel bebas Variabel terikat
ong dengan kejadian (stres), (kejadian
(2014) gastritis Instrument gastritis),
penelitian, Desain penelitian
(cross sectional),
7. Monica hubungan antara Variabel bebas Variabel bebas
(2018) pengetahuan dan (tingkat stress), (pengetahuan),
tingkat stres terhadapVariabel terikat Desain penelitian
(kambuh ulang (cross sectional)
kambuh ulang gastritis), Metode
gastritis penelitian

8
8. Shalah Hubungan pola Variabel bebas Variabel terikat
uddin, makan dengan (pola makan), (kejadian
(2018) kejadian gastritis Instrument gastritis),
penelitian Desain penelitian
(cross sectional)
9. Ranting faktor-faktor yang Variabel bebas (pola Variabel terikat
, mempengaruhi makan, diet) (kejadian
(2019) kejadian gastritis Desain penelitian gastritis)
(chi-square) Metode
penelitian,
10. Angkow faktor-faktor yang Variabel bebas Variabel terikat
, berhubungan (merokok, (kejadian
(2012 dengan kejadian penggunaan OAINS, gastritis),
gastritis alcohol, kopi), Metode
Desain penelitian penelitian
(chi-square) Instrument
penelitian,

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gastritis

1. Definisi Gastritis

Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang bersifat

akut, kronis difus atau local dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh,

tidak enak pada epigastrium, mual dan muntah (Suratun & Lusianah,

2010).

Gastritis atau yang dikenal sebagai sakit maag merupakan

peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan

infeksi. Penyakit gastritis jika dibiarkan terus menerus akan merusak

fungsi lambung dan dapat meningkatkan faktor resiko untuk terkena

kanker lambung hingga menyebabkan kematian. Berbagai penelitian

menyimpulkan bahwa keluhan sakit pada penyakit gastritis paling banyak

ditemui akibat dari gastritis fungsional, yaitu mencapai 70-80% dari

seluruh kasus. Gastritis fungsional mrupakan sakit yang bukan disebabkan

oleh gangguan pada organ lambung melainkan lebih sering dipicu oleh

pola makan yang kurang sesuai (Syadam, 2011 dalam Susanti dan Fitria,

2018).

2. Etiologi

10
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman Helicobacter pylori dan

pada awal infeksi mukosa lambung menunjukkan respons inflamasi akut

dan jika diabaikan akan menjadi kronik (Sudoyo Aru, dkk 2009).

3. Klasifikasi gastritis: (Wim de ge jong et al.2005).

a. Gastritis akut

1) Gastriis akut tanpa pendarahan.

2) Gastritis akut dengan pendarahan (gastritis hemoragik atau gastritis

erosive).

Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu

cepat, makan makanan yang terlalu berbumbu atau yang

mengandung mikroorganisme penyebab penyakit, iritasi bahan

semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif lain,

refluks empedu atau cairan pangkreas.

b. Gastritis kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus

bening atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter

pylory (H.pylory).

Beberapa kasus yang terjadi pada gastritis sering berkaitan

dengan hal-hal sebagai berikut :

1) Pemakaian obat anti inflamasi nonsteroid.

Obat anti inflamasi nonsteroid seperti aspirin, asam

mafenamat, aspilets dalam jumlah besar. Obat antiinflamasi non

steroid dapat memicu kenaikan produksi asam lambung yang

11
berlebihan sehingga mengiritasi mukosa lambung, sebab sifatnya

asam dapat menambah derajat keasaman pada lambung.

2) Konsumsi alkohol berlebihan.

Bahan etanol merupakan salah satu bahan yang dapat

merusak sawar pada mukosa lambung. Rusaknya sawar

memudahkan terjadinyabiritasi pada mukosa lambung.

3) Banyak merokok.

Bahaya nikotinat pada rokok dapat meningkatkan adhesi

thrombus yang berkontribusi pada penyempitan pembuluh darah

sehingga suplai darah ke lambung mengalami penurunan.

Penurunan ini dapat berdampak pada penurunan produksi mucus

yang salah satu fungsinya untuk melindungi lambung dari iritasi.

Kejadian gastritis pada perokok juga dapat dipicu oleh pengaruh

asam nikotinat yang menurunkan rangsangan pada pusat makan,

perokok menjadi tahan lapar sehingga asam lambung dapat

langsung mencerna mukosa lambung bukan makanan karena tidak

ada yang masuk.

4) Stres berat

Stres psikologi akan meningkatkan aktivitas saraf simpatik

yang dapat merangsang peningkatan produksi asam lambung.

Peningkatan HCl dapat dirangsang oleh mediator kimia yang

dikeluarkan oleh neuron simpatik seperti epinefrin.

4. Manifestasi Gastritis

12
Maniestasi bervariasi mulai ari keluhan ringan hingga muncul

perdarahan saluran cerna bagian atas bahkan pada beberapa pasien tidak

menimbulkan gejala yang khas. Manifestasi gastritis akut dan kronik

hamper sama seperti :

a. Anoreksia

b. Nyeri pada epigastrium

c. Mual dan muntah

d. Sendawa

e. Hematemesis

5. Faktor – faktor resiko gastritis

Menurut Brunner & Suddarth (2002) Faktor - faktor resiko yang

sering menyebabkan gastritis diantaranya :

a. Pola makan

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang

penyakit ini. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau

ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa

lambung, sehingga timbul rasa nyeri.

b. Rokok

Akibat negatif dari rokok, sesungguhnya sudah mulai terasa pada

waktu orang baru mulai menghisap rokok. Dalam asap rokok diisap,

terdapat kurang lebih 300 macam bahan kimia, diantaranya acrolein,

nikotin, asap rokok, gas CO. Nikotin itulah yang menghalangi

terjadinya rasa lapar. Itu sebabnya seseorang menjadi tidak lapar karena

13
merokok, sehingga akan meningkatkan asam lambung dan dapat

menyebabkan gastritis.

c. Kopi

Zat yang terkandung dalam kopi adalah kafein, kafein ternyata

dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak),

sistem pernafasan, sistem pembuluh darah dan jantung. Oleh sebab itu

tidak heran setiap minum kopi dalam jumlah wajar (1-3 cangkir), tubuh

kita terasa segar, bergairah, daya pikir lebih cepet, tidak mudah lelah

atau mengantuk. Kafein dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf

pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi

hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Sekresi asam yang

meningkat dapat menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa

lambung sehingga menjadi gastritis.

d. Helicobacter pylori

Helicobacter pylori adalah kuman gram negatif, basil yang

berbentuk kurva dan batang Helicobacter pylori adalah suatu bakteri

yang menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis)

pada manusia. Infeksi H.pylori ini sering diketahui sebagai penyebab

utama terjadi ulkus peptikum dan penyebab tersering terjadinya

gastritis.

e. AINS (Anti Inflamasi Non Steroid)

Obat AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara

kimia heterogen menghambat aktifitas siklooksigenasi, menyebabkan

14
penurunan sintesis prostaglandin dan prekursor tromboksan dari asam

arakhidonat. Misalnya aspirinibuprofen dan naproxen yang dapat

menyebabkan peradangan pada lambung.jika pemakaian obat-obatan

tersebut hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah

lambung.

f. Alkohol

Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding

lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam

lambung walupun pada kondisi normal. Berdasarkan penelitian, orang

minum alkohol 75 gr (4 gelas/minggu) selama 6 bulan dapat

menyebabkan gastritis.

g. Terlambat makan

Secara alami lambung akan terus memproduksi asam lambung

setiap waktu dalam jumlah yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan

biasanya kadar glokosa dalam darah telah banyak terserap dan terpakai

sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam

lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka

asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga

dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri

diskitar epigastrium (Sediaoetama, 2004).

h. Makanan pedas

Mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan akan

merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus kontraksi.

15
Hal ini akan mengakibatkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang

disertai dengan mual dan muntah. Gejala tersebut membuat penderita

semakin berkurang nafsu makannnya. Bila kebiasaan mengkonsumsi

makanan pedas ≥ 1x dalam 1 minggu selama minimal 6 bulan dibiarkan

terus menerus dapat menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut

dengan gastritis (Sediaoetama, 2004).

i. Usia

Usia tua memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita gastritis

dibanding dengan usia muda. Hal ini menunjukan dengan seiring

bertambah usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih

cenderung memiliki infeksi H. Pylori atau gangguan autoimun dari

pada orang yang lebih muda. Sebaliknya, jika mengenai usia muda

biasanya lebih berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat

(Soetjiningsih, 2005).

j. Stress psikis

Produksi asam lambung akan meningkat pada keadaan stres,

misalnya pada beban kerja berat, panik dan tergesa-gesa. Kadar asam

lambung yang meningkat dapat mengiritasi mukosa lambung dan jika

hal itu dibiarkan, lama-kelamaan akan menyebabkan terjadinya

gastritis.

k. Stress fisik

16
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar,

refluk empedu atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga

ulkus dan pendarahan pada lambung.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah. Digunakan untuk memeriksa adanya antibody

H.pylori dalam darah, tes darah juga dapat dilakukan untuk memeriksa

anemia yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat gastritis.

b. Pemeriksaan pernafasan. Untuk menetukan apakan pasien terinfeksi

oleh bakteri H.pylory atau tidak.

c. Pemeriksaan feses. Untuk memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam

feses atau tidak.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas. Dengan tes ini dapat terlihat

adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang mungkin

tidak terlihat darisinar-x.

e. Rotgen saluran cerna bagian atas. Tes akan melihat adanya tanda-tanda

gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta

menelancairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukakan ronsen.

Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat jelas ketika di

ronsen.

7. Penatalaksanaan

a. Gastritis akut

Gastritis akut adalah zat iritasi yang masuk kedalam lambung

akan mengiritasi mukosa lambung dan penyakit yang sering ditemukan

17
biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri berikut makanan yang

menyebabkan gastritis : makanan asam mengandung acid reflux yang

bisa meningkatkan kadar asam lambung di dalam perut. Makanan yang

asam bisa memicu refluks asam yang dapat mengiritasi lambung

(Almi, 2016 dalam Susanti dan Fitria, 2018).

Makan pedas seperti cabe, saos, sambal, merica mengandung

zat capcaisin sebenarnya bermanfaat sebagai penghilang rasa sakit, anti

radang srta dapat meningkatkan nafsu makan. Tetapi apabila

mengonsumsinya secara berlebihan dapat mengiritasi lambung (Ari,

2017 dalam Susanti dan Fitria, 2018).

Kacang-kacangan mengandung gas mempunyai kandungan

oligosakarida. Oligosakarida mengiritasi lambung yang merupakan

jenis gula kompleks yang terdiri dari molekul besar bagi usus kecil.

Makan yang digoreng mengandung lemak trans, karena

mengakibatkan terjadinya iritasi pada lambung (Septiadi, 2016 dalam

Susanti dan Fitria, 2018). Makan yang keras dan sulit dicerna dapat

beresiko melukai lambung, karena makanan yang keras dan sulit

dicerna mengakibatkan lambung bekerja terlalu keras sehingga dapat

mengiritasi lambung (Septiadi, 2015 dalam Susanti dan Fitria, 2018).

Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya, diet lambung

dengan porsi kecil dan sering. Obat –obatan ditujukan untuk mengatur

sekresi asam lambung beupa antagonis reseptor H2, inhibito pompa

18
proton, anti kolinergik dan anacid juga ditujukan sebagai sfofrotektor

berupa suklarfat dan prostaglandin.

Penatalaksanaanya baik meliputi pencegahan terhadap setiap

pasien dengan resiko tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang

mendasari dan menghentikan obat yang dapat menjadi penyebab, serta

dengan pengobatan suportif.

Pencegahan dapat dilakukan dapat dilakukan dengan

pemberian antasida dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung

4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan, tetapi pada umumnya

tetap ianjurkan. Pencegaan ini terutama bagi pasien yang menderita

pnyakit dengan keadaan klinis yang berat. Untuk menggunakan aspirin

atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik adalah dengan

Misaprostol, atau Derivat Protaglandin.

Penatalaksanaan medical untuk gastritis akut dilakukan dengan

menghindari alcohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila

gejala menetap, diperlukan cairan intravena. Bila terdapat perdarahan,

penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran gastrointestinal

atas. Bila gastritis terjadi karena alkali kuat, gunakan jus karena

adanya bahaya perforasi.

b. Gastritis kronis

Faktor utama ditandai oleh kondisi progresif epitel kelenjar

disertai sel parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan

mukosa mempunyai permukaan yang rata, gastritis kronis ini

19
digolongkan menjadi dua kategori tipe A (Altrofik atau fundal) dan

tipe B (Antral).

Gastritis kronis tipe A disebut juga gastritis altrofik atau fundal,

karena gastritis terjadi pada bagian fundus lambung. Gastritis kronis

tipe A merupakan suatu penyakit autoimun yang disebabkan oleh

adanya antibody terhadap sel pariental kelenjar lambung dan faktor

intrinsic. Tidak adanya sel pariental dan chief cell dapat menurunkan

sekresi asam dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.

Gastritis kronis tipe B disebut juga sebagai gastritis antral

karena umumnya mengenai daerah atrium lambung dan lebih sering

terjadi dibandingkan dengan gastritis tipe A. penyebab utama gastritis

tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicibacter Pylory. Faktor etiologi

gastritis kronis lainnya dalah asupan alcohol yang berlebihan, merokok

dan refluks yang dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan

karsinoma.

Pengobatan gastritis kronis bervariasi, tergantung pada

penyakit yang dicurigai. Bila terdapat ullkus duodenum, dapat

diberikan antibody untuk membatasi Helicibacter Pylory . namun

demikian lesi tidak selalu muncul dengan gastritis kronis. Alcohol dan

obat yang diketahui mengiritasi lambung harus dihindari.

Untuk mengurangi nyeri pada penderita gastritis maka fokuslah

tentang penyebab dan makanan yang mungkin memperburuk penyakit.

Kaji factor faktor yang dapat memicu peningkatan manifestasi, seperti

20
sters atau kelelahan, minum obat tertentu saat perut kosong, konsumsi

makanan dan minuman, konsumsi alcohol, serta merokok.

Hal pokok yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya

kekambuhan gastritis yaitu memelihara tubuh, problem saluran

pencernaan seperti rasa terbakar dilambung, kembung dan konstipasi

lebih umum terjadi pada orang yang mengalami kelbihan berat badan

(obesitas). Memperbanyak olahraga, seprti aerobik dapat

meningkatkan detak jantung yang dapat menstimulasi aktivitas otot

khusus sehingga mendorong isi perut dilepaskan dengan lebih cepat.

Management stres, sebab stress dapat meningkatkan seranjgan jantung

dan stroke. Tingkat stres berbeda-beda untuk setiap orang (Salvinur,

2011 dalam Zuliandana dan Fatmawati, 2016)

8. Patofisiologi

a. Akut

Penyebab paling umum gastritis akut adalah infeksi. Pathogen

termasuk Helicobacter Pyroli, Escherichia Coli, Proteus,

Heamophilus, Streptokokus, dan stafilokokus. Infeksi bakteri lambung

jarang terjadi tetapi dapat mengancam kehidupan. Lapisan mukosa

lambung normalnya melindunginya dari asam lambung, sementara

asam lambung melindungi lambung dari infeksi . jika asam lambung

tersebut ditembus dengan inflamasi dan nekrosis, maka terjadilah

infeksi, sehingga terdapat luka pada mukosa. Ketika asam

hidroklorida (asam lambung) mengenai mukosa lambung, maka

21
terjadi luka pada pembuluh kecil yang diikuti dengan edema,

perdarahan, dan mungkin juga terbentuk ulkus. Kerusakan yang

berhubungan dengan gastritis akut biasanya terbatas jika diobati

dengan tepat.

b. Kronis

Perubahan patofisiologis awal yang berhubungan dengan

gastritis kronis adalah sama gastritis akut. Ulanya lapisan lambung

menebal dan eritematosa lalu kemudian menjadi tipis dan atrofi.

Deteriorasi dan atrofi yang berlanjut mengakibatkan hilangnya fungsi

kelenjar lambung yang berisi sel parietal. Ketika sekresi asam

menurun, sumber faktor instrinsik hilang. Kehilanagan ini

mengakibatkan ketidakmampuan untuk menyerap vitamin B12 dan

perkembangan anemia pernisiosa. Atrofi lambung dengan metaplasia

telah diamati pada gastritis kronis dengan infeksi H. Pylori. Perubahan

ini mungkin mengakibatkan peningkatan resiko adenokarsinoma

lambung.

B. Tinjauan umum tentang lansia

1. Definisi

Menurut Nugroho (2014). Menua (menjadi tua) adalah suatua

keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Proses menua

merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu

tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua adalah

prosesalamiah, yang berarti seseoarang telah melewati tiga tahap

22
kehidupan, yakni anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berada, baik

secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

kemunduran, rambut memutih, gigi mulai ompong, dengan kulit

mengendur, pendengaran kuramg jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak professional.

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jariangan untuk melakukan fungsinya dalam

memenuhi kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit

mengendur, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan

menjadi semakin buruk, sensitifitas emosi. Proses menua merupakan

proses yang terus-menerus (berlanjut) secara alamiah. (Priyoto, 2014).

2. Batasan Lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi : usia

pertengahan yakni kelompok usia 46-59 tahun, usia lanjut (Elderly) yakni

antara usia 60-74 tahun, Tua (Old) yaitu antara 75-90 tahun, usia sangat

tua (Very Old) yaitu usia di atas 90 tahun (Setiabudi, 2005), dan menurut

Depkes RI tahun 2006, umur dibagi 3 lansia yaitu :

a. Usia pra senelis atau Virilitas adalah seseorang yang berusia 45-59

tahun.

b. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

c. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau

lebih atau dengan masalah kesehatan.

3. Tugas Perkembangan Lanjut Usia

23
Seiring tahap kehidupan, lansia memiliki tugas perkembangan

khusus. Tujuh kategori utama tugas perkembangan lansia meliputi :

a. Menyesuaikan terhadap penurunan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring

terjadinya penuaan sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi.

Hal ini dikaitkan dengan penyakit, tetapi hal ini adalah normal.

Bagaimana meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit dengan

pola hidup sehat.

b. Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan

pendapatan

Lansia umumnya pensiun dari pekerjaan dan oleh karena itu

perlu untuk menyesuaikan dan membuat perubahan karena hilangnya

peran kerja.

c. Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Mayoritas lansia dihadapkan pada kematian pasangan, teman

dan kadang-kadang anaknya. Kehilangan ini sering sulit diselesaikan,

apalagi bagi lansia yang menggantungkan hidupnya dari seseorang

yang meninggalkannya dan sangat berarti bagi dirinya.

d. Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri

sendiri selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan

kemampuannya sebagai koping dengan menyangkal penurunan

24
fungsi, atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang

menempatkan keamanan mereka pada resiko besar.

e. Mempertahankan pengaturan kepuasan hidup

Lansia dapat mengubah rencana kehidupannya. Misalnya,

kerusakan dapat mengharuskan pindah ke rumah yang lebih kecil dan

untuk seorang diri. Beberapa masalah kesehatan lain mungkin

mengharuskan lansia untuk tinggal dengan keluarga atau temannya.

Perubahan rencana kehidupan bagi lansia mungkin membutuhkan

periode penyesuaian yang lama selama lansia memerlukan bantuan

dan dukungan profesional perawatan kesehatan dan keluarga

f. Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali

dengan anak-anaknya yang telah dewasa. Masalah keterbalikan peran,

ketergantungan, konflik, perasaana bersalah, dan kehilangan

memerlukan pengenalan dan resolusi.

g. Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk

mempertahankan kualitas hidupnya.

4. Perubahan yang terjadi pada lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan

secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada

diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,

sosial dan sexual (Azizah & Lilik, 2011).

25
a. Perubahan Fisik

1) Sistem Indra

Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada

pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya)

pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara

atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti

kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen

3) Sistem Muskuloskeletal

4) Sistem kardiovaskuler

5) Sistem respirasi

6) Sistem perkemihan

7) Sistem saraf

8) Sistem reproduksi.

b. Perubahan kognitif

1) Memory (Daya ingat, Ingatan)

2) IQ (Intellegent Quotient)

3) Kemampuan Belajar (Learning)

4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)

5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)

6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)

7) Kebijaksanaan (Wisdom)

8) Kinerja (Performance)

26
9) Motivasi

c. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2) Kesehatan umum.

3) Tingkat pendidikan.

4) Keturunan (hereditas).

5) Lingkungan.

6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.

7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.

8) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan

teman dan famili.

9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri.

10) perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam

kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam kehidupan

keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial

1) Kesepian

2) Duka cita (Bereavement)

3) Depresi.

27
4) Gangguan cemas

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tidak tahu menjadi tahu dan

itu terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap sesuatu obyek

tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. (Notoatmodjo, 2007)

Kurangnya pengetahuan kader mengenai kegiatan posyandu

sangat umum dijumpai di setiap Negara didunia. Peningkatan

pengetahuan kader dalam posyandu dilakukan agar tidak terjadi

kesalahan pada saat melakukan pelayanan, karena apa bila terjadi

kesalahan pada saat melakukan pengukuran maka akan berdampak pada

hasil yang salah kenudian akan menghasilkan informasi yang salah dan

akan bermuara pada keputusan yang salah dalam upaya kebijakan

program selanjutnya. (Notoatmodjo, 2007)

2. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour).

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata prilaku yang di dasarkan

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

disadari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: (Notoadtmodjo,2007)

a. Tahu (Know)

28
Tahu diartikan sebagai megingat suatu materi yang telah di

pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.

Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang

sangat rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (Comperhention)

Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana

dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu

objek yang telah di pelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analisis)

29
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubngkan bagian-bagian didalan suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek (Soekidjo

Notoadmodjo, 2007).

3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu

yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan

untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang

kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut JB

Mantra, pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang termasuk juga perilaku seseorang untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Wawan & Dewi, 2010).

30
b. Umur

Menurut Elisabeth BH, usia adalah umur individu yang

terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Sedangkan

menurut Huclok semakin cukup umur, tingkat kematangan dan

kekuatan sesorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari

segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya

dari orang yang beum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai

dari pengalaman dan kematangan jiwa (Wawan & Dewi, 2010)

c. Pekerjaan

Menurut Thomas, pekerjaan adalah kegiatan yang harus

dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan

keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan

banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan

yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh

terhadap kehidupan keluarga (Wawan & Dewi, 2010).

Jenis pekerjaan dapat berperan di dalam aktivitas untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan dan timbulnya penyakit melalui

faktor-faktor lingkungan yang langsung dapat menimbulkan kejadian

kesakitan, sedangkan situasi pekerjaan yang penuh dengan beban

psikologis dapat menimbulkan stress (Wawan & Dewi , 2010).

D. Tinjauan Umum Tentang Peran Keluarga

1. Tentang peran

31
a. Definisi peran

Peran adalah sepersngkat tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya. Orientasi

interaksi yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari

interaksi sosial. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial, baik dari

dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari

perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu

(Harmoko, 2012). Peran menurut Levinson adalah suatu konsep

perihal apa yang dapat di lakukan induvidu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat. Peran meliputi norma-norma yang

dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam

masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan rangakaian-rangkaian

peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

kemasyarakatan (Saejono Soekamto dalam Rahmah,2013).

b. Fungsi peran

Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku,

karena fungsi dan peran adalah memberikan arah pada proses

sosialisasi, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai-nilai dan

pengetahuan, dan dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat

serta menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehinggah dapat

melestarikan kehidupan masyarakat (Narwoko, 2010 dalam

Widya,2016).

c. Macam-macam peran

32
Ada dua macam peran yaitu:

1) Peran formal merupakan peran yang membutuhkan

keterampilan dan kemampuan tertentu dalam menjalankan peran

tersebut. Peran formal yang standart terdapat dalam keluarga

seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki

rumah, sopir, pengasuh anak, menenjer keuangan, dan tukang

masak. jika seseorang anggota keluarga tidak memenuhi suatu

peran dan meninggalkan rumah maka anggota lain akan

mengambil ahli kekosongan ini agar tetap berfungsi.

2) Peran informal memiliki tuntutan yang berbeda tidak perlu di

dasarkan pada usia, ataupun jenis kelami melainkan di dasarkan

atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga

individu.

d. Peran dalam keluarga

Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah di

terima olah keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku di dasarkan

pada pola yang di tetapkan melalui sosialisasi di mulai tepat setelah

lahir. Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai di harapkan dari

seseorang berdasarkan posisisnya di masyarakat (Kurniwan, 2008

dalam Riyadi, 2016).

2. Tentang keluarga

a. Definisi keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

33
tergabung karena hubungan darah, hubungam perkawinan atau

pengangkatan, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu

sama lain, serta masing-masing berperan dalam menciptakan dan

mempertahankan suatu kebudayaan (Harmoko, 2012).

Menurut Burgess (1963) dalam (Harmoko, 2012) keluarga

terdiri atas orang- orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan,

darah dan ikatan adopsi. Mereka hidup bersama dalam sebuah rumah

tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka, anggota

keluarga. Berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan lainnyadalam

peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak

laki-laki dan perempuan, serta saudara dan saudari yang sama-sama

menggunakan kultur yang diambil dari masyarakat dengan berbagai

ciri unik. Jadi peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang

diharapkan oleh seseorang dalam mendukung keluarga yang

menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu

(Setiadi, 2008).

b. Fungsi keluarga

Menurut (Harmoko, 2012) fungsi keluarga adalah sebagai

berikut:

1) Fungsi biologis yaitu fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan

34
gizi keluarga.

2) Fungsi psikologis yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman

bagi kelurga, memberikan perhatian diantara keluarga,

memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta

memberikan identitas pada keluarga.

3) Fungsi sosialisasi pada anak membentuk norma-norma tingkah

laku sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan

meneruskan budaya.

4) Fungsi ekonomi yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang.

5) Fungsi pendidikan yaitu menyekolahkan anak untuk memberikan

pengetahuan, ketrampilan, membentuk perilaku anak sesuai

dengan bakat dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak

untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi

peranannya sebagai orang dewasa, serta mendidik anaksesuai

dengan tingkat perkembangannya.

c. Tugas keluarga

Ada beberapa tugas dasar yang didalamnya terdapat delapan

tugas pokok, antara lain:

1) Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya.

2) Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada

dalam keluarga.

35
3) Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan

kedudukannya.

4) Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul

keakraban dan kehangatan para anggota keluarga.

5) Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang

diinginkan.

6) Memelihara ketertiban anggota keluarga.

7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang

lebih luas.

8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

(Harmoko, 2012).

36
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pikir Penelitian

Gastritis adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan

submukosa lambung. Gastritis merupakan salah satu penyakit yang terjadi

pada lansia pada sistem pencernaan.

Tingginya angka kejadian gastritis pada lansia dikarenakan,

penurunan fungsi tubuh dan ketidaktahuan keluarga tentang gastritis pada

lansia yang mengakibatkan ketidakhadiran peran keluarga yang kurang

optimal dalam menyiapkan atau menyajikan makanan bagi lansia.

Akibatnya gastritis sering kambuh pada lansia yang mana akan mengganggu

kenyamanan lansia yang akhirnya menggannggu pekerjaannya sehari-hari

mereka.

37
B. Bagan Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel dependen

Pengetahuan

Gastritis pada
lansia

Peran Keluarga

Keterangan :

: variabel bebas

: variabel terikat

: hubungan yang diteliti

Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian

C. Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

bebas (Independent) dan variabel terikat (Dependent).

1. Variabel bebas

38
Variabel independent (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel lainnya dimana variabel independent pada penelitian ini adalah

pengetahuan, peran keluarga.

2. Variabel Terikat

Variabel dependent (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi oleh

variabel independent dimana variabel ini adalah gastritis pada lansia

D. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif

Definisi operasional pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu

pengetahuan dan peran keluarga variabel dependen yaitu gastritis pada lansia.

Dengan menggunakan alat ukur berupa questioner.

1. Pengetahuan

Untuk pengetahuan tentang gastritis suatu proses inflamasi pada

lapisan mukosa dan submukosa lambung sehingga menimbulkan sering

sakit uluh hati, perut kembung, dan kehilangan nafsu makan, akan dinilai

20 pertanyaan dan menggunakan skala gutman dengan nilai jawaban Ya 1

dan Tidak 0, untuk pernyataan positif jawaban Ya diberi skor 1 dan

jawaban tidak diberi skor 0 dan untuk pertanyaan negatif jawaban Ya

diberi skor 0 dan jawaban Tidak diberi skor 1.

Kemudian diukur dengan menggunakan rumus Sugiyono (2010).

I = R , dimana :

39
I = Interval Kelas.

R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi-nilai terendah).

= (100 % - 0 %) = 100%

K = Jumlah kategori = 2 (cukup dan kurang).

Jadi untuk I = R = 100% = 50%.

K 2

Kriteria Objektik :

Cukup : Jika responden menjawab pertanyaan dengan skor ≥ 50%

Kurang : Jika responden menjawab pertanyaan dengan skor ≤ 50%

2. Peran keluarga

Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai kedudukannya.Peran keluarga dalam penelitian

ini yang dimaksud tentang gastritis pada lansia dalam keluarga adalah

untuk mengatur pola makan dan sediaan makan lansia.

Skor menggunakan skala likert:

Positif:

1. Selalu nilai 4

2. Sering nilai 3

3. Kadang nialai 2

4. Tidak pernah 1 (Arikunto 2010)

Kriteria :

40
Baik : 76-100 %

Cukup : 56-75%

Kurang : < 56 %

E. Hipotesis Penelitian

Merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Biasanya

hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungn antara fariabel bebas dan

terikat. Hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus dibuktikan

(Notoatmodjo,2012).

1. Pengetahuan

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian gastritis pada

lansia

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian gastritis pada lansia

2. Peran keluarga

Ho : Tidak ada hubungan peran keluarga dengan kejadian gastritis pada

lansia.

Ha : Ada hubungan peran keluarga dengan kejadian gastritis pada lansia.

41
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif atau survei analitik

yaitu penelitian yang mencoba menggali hubungan antara variabel

independent dan dependent (Notoatmodjo, 2012).

2. Desain Penelitian

Desain penelitian observasional dengan rancangan cross sectional

study yaitu penelitian yang dilakukan pada waktu dan tempat secara

bersamaan (Notoatmodj, 2012).

Gambaran desain Cross Sectional sebagai berikut :

Populasi

Sampel

Variabel Dependent (+) Variabel Dependent (-)

Variabel Variabel Variabel Variabel

Independent (+) Independent (-) Independent (+) Independent (-)

42
Gambar 2. Rancangan Penelitian Cross Sectional

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan juli Tahun 2020.

2. Lokasi Peneltian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Gastritis pada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia yaitu berjumlah 85 orang.

2. Sampel

a. Jumlah sampel

Sebagian dari jumlah pasien gastritis pada lansia dimana

jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan

rumus. Adapun rumus pengambilan sampel yaitu :

N
n= 2 ( Soekidjo Notoatmojo, 2012)
1+ N (d )

keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

43
d² = tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan = 0,1

N
n= 2
1+ N (d )

n= 85

58
1+ 85 (0,01)
1+ 58(0,0 1)

= 45,9 (46 Sampel).

b. Tehnik penarikan sampel

Tehnik penarikan sampel pada penelitian ini adalah

menggunakan random sampling.

c. Kriteria inklusi dan eksklusi

1) Kriteria inklusi

Pada penelitian ini sampel semua semua digunakan adalah

pasien gastritis pada lansia di wilayah kerja puskesmas poasia yang

telah terdata dan memenuhi criteria inklusi sebagai berikut:

a) Kesadaran penuh (Compos mentis).

b) Memahami komunikasi dengan baik.

c) Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

44
2) Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan menghilangkan atau

mengeluarkan objek yang tidak memenuhi kriteria karena berbagai

alasan. Pada penelitian ini yang termasuk kriteria eksklusi antara

lain :

a) Keluarga tidak berada di rumah.

b) Tidak bersedia menjadi responden dalam penelitian.

D. Sumber dan Cara Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dilapangan

melalui instrument pengumpulan data yaitu lembar koesioner. Data

berupa data karakteristik dan variabel yang diteliti baik variabel bebas

maupun variabel terikat.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari puskesmas poasia

maupun data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Tenggara yang berkaitan dengan gastritis pada lansia.

E. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang diperoleh dari koesioner dan hasil

pengamatan diolah dengan menggunakan komputer dan kakulator.

45
Pengolahan data dilakukan dengan cara :

a. Coding adalah melakukan pengkodean data agar tidak terjadi

kekeliruan dalam melakukan tabulasi data.

b. Editing adalah menyeleksi data yang telah didapat dari hasil

wawancara untuk mendapatkan data yang akurat.

c. Scoring adalah proses penjumlahan untuk memperoleh total skor setiap

butir pertanyaan.

d. Tabulating adalah penyusunan data sedemikian rupa sehingga

memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam bentuk

tulisan

e. Entry adalah memasukkan data yang sudah dilakukan editing dan

coding kedalam komputer.

2. Analisis data

a. Analisis Univariat

Untuk melihat gambaran distribusi frekuensi dan presentase dari

tiap variabel yang diteliti. Data-data yang sudah diolah, disajikan

dalam bentuk tabel.

Rumus

Keterangan :

X : Presentasi hasil yang dicapai

Ƒ : Frekuensi variabel yang diteliti

46
n : Jumlah sampe

k : Kostanta (l00)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauh mana

hubungan variabel independen terhadap variabel dependent dengan

menggunakan uji Chi-Square (X2). (Sabri , 2006). Rumus Chi-Square

sebagai berikut :

Keterangan =

X2 = nilai chi Square

a,b,c,d = nilai pengamatan pada petak-petak pada tabel

kontingensi 2x2

n = Jumlah sampel

Interpretasi hasil uji, dengan menggunakan taraf signifikansi 5

% ( a= 0,05) dengan tingkat kerpercayaan 95 %. Criteria penilaian :

1) Apabila x2hitung > x2 tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima,

artinya ada hubungan antara variable independen dengan variabel

dependen

47
2) Apabila x2hitung> x2tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,

artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Untuk mengetahui besarnya hubungan antara besarnya

hubungan antara variabel yang telah diuji Chi-Square dilakukan uji

koefisien phi dengan rumus :

Keterangan :

ᵩ = nilai koefisien phi

X2 = nilai chi

n = besar sampel

Dengan interpretasi sebagai berikut :

1) Nilai 0,01 – 0,25 hubungan lemah

2) Nilai 0,26 – 0,50 hubungan sedang

3) Nilai 0,51 – 0,75 hubungan kuat

4) Nilai 0,76 – 1,0 hubungan sangat kuat (Sugiyono, 2016)

c. Penyajian Data

48
Penyajian data yang telah diolah dan kemudian disajikan dalam

bentuk tabel distribusi yang disertai dengan narasi yang menjelaskan isi

tabek berikut.

F. Etika Penelitian

Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek. Dalam

melakukan penelitian ini dengan menekankan masalah etika yang meliputi

antara lain :

1. Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Lembar persetujuan diberikan kepada subyek yang akan diteliti.

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika

responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut, dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberikan

nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi keluarga dijamin oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai

hasil riset.

49
DAFTAR PUSTAKA

x
Lampiran 1

LEMBAR PERMINTAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Saudara (i) Responden

Di_

Tempat

Sehubung dengan penyelesaian tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES Mandala Waluya Kendari, maka saya :

Nama : SITI SAMSIA

Nim : P.2016.01.026

Saya sebagai mahasiswa Program studi S-1 Keperawatan STIKES Mandala

Waluya Kendari bermaksud akan melaksanakan penelitian dengan judul :

“Hubungan Pengetahuan Dan Peran Keluarga Dengan Kejadian Gastritis

Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari“.

Sehubungan dengan hal itu saya memohon Bapak/Ibu meluangkan waktu

untuk menjadi responden dalam penelitian ini, identitas dan informasi yang

berkaitan dengan bapak / ibu dirahasiakan oleh peneliti.

Hormat Saya

SITI SAMSIA
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini tidak keberatan untuk menjadi

responden dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa STIKES Mandala

Waluya Kendari dengan judul “Hubungan Pengetahuan Dan Peran Keluarga

Dengan Kejadian Gastritis Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia

Kota Kendari“.

Saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia. Demikian pernyataan ini

dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak manapun, semoga dapat dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Kendari , Juni 2020

Responden
Lampiran 3

A. Kuesioner Penelitian Pengetahuan

Data Demografi

No. Kuesioner :

Hari/Tanggal :

Inisial Keluarga lansia:

Pendidikan :

Masa Kerja :

Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti

Berilah tanda ceklist (√) pada jawaban yang anda anggap benar

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Gastritis merupakan radang jaringan dinding
lambung
2. gastritis merupakan penyakit yang tidak bisa
dicegah
3. Gastritis terjadi bila sering mengkomsumsi obat-
obatan seperti: aspirin, obat anti inflamasi
nonsterid.
4. Gastritis terbagi atas dua bagian yaitu akut dan
kronik
5. Apabila terlalu sering memakan makanan pedas,
asam dan bahan kimia tidak akan terkena maag.
6. Waktu makan yang tidak teratur, tidak akan
menyebabkan maag (gastritis).
7. Kurang bersihnya makanan tidak akan
menyebabkan gastritis
8. Alat-alat makanan yang dipakai yang telah
terkontaminasi dengan feses yang mengandung
H.pylori bisa mengakibatkan gastritis
9. Alat-alat gastroskopi dan lat-alatmedis lainnya yang
pengoprasiannya dimasukkan kedalam perut tidak
perlu dilakukan desinfeksi lengkap
10. Gastritis yang tidak diobati tidak akan
menimbulkan tukak lambung, perdarahan lambung,
bahkan kangker
11. Kecemasan dan stress berlebihan juga bisa
menyebabkan penyakit maag (gastritis) bertambah
parah
1 Gastritis dapat terjadi kerena asam lambung dan
2. pepsin yang berlebihan
13. Gejala yang dialami penderita gastritis yaitu nyeri
epigastrium, mual, kembung, dan muntah
14. Penyakit gastritis tidak terlalu berbahaya sehingga
tidak perlu adanya penanganan yang serius terhadap
penyakit ini
15. Bakteri helicobacter pylory dapat dihilangkan dari
dalam lambung
16. Memperbanyak olahraga misalnya aeribic dapat
mencegah terjadinya gastritis
17. Tingginya komsumsi alkohol dapat mengiritasi atau
merangsang lambung sehingga dapat
mengakibatkan gastritis
18. Merokok dapat merusak lapisan pelindung
lambung,orang yang merokok lebih sensitif
terhadap gastritis
19. Penderita gastritis tidak perlu mengkomsumsi
antasida
20. Penderita gastritis menu makananya tidak perlu
diatur
B. Peran keluarga

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memberikan tanda

(√) pada kolom.

jawaban yang telah disediakan untuk:

SS= Sangat Setuju

S= Setuju

KS= Kurang Setuju

TS= Tidak Setuju


No Pertanyaan Ss S Ks Ts
1. Saya mengetahui bahwa lansia terkena gastritis
2. Saya mengetahui nyeri pada uluh hati merupakan
salah satu gejala penyakit gastritis pada lansia.
3. Saya mempunyai keinginan untuk mencegah
gastritis pada lansia.
4. Saya sudah menentukan anggota keluarga yang
berhak mengambil keputusan dalam kesehatan,
khususnya mencegah gastritis pada lansia.
5. Saya mampu merawat lansia yang terkena
gastritis.
6. Saya membantu lansia apabila lansia mengalami
kesulitan atau malas makan.
7. Saya membatasi makanan lansia agar tidak terjadi
gastritis.
8. Saya memodiifikasi makanan lansia agar
meningkatkan nafsu makan lansia.
9. Saya memilih tempat pelayanan kesehatan seperti
(Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit) untuk
melihat gastritis.
10 Saya mencari pengobatan apabila anggota
. keluarga mengalami sakit.

Anda mungkin juga menyukai