Anda di halaman 1dari 11

FENOMENA HOAX DAN SARACEN

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Jurnalistik Cetak dan Online
Dosen Pengampu : Drs. Agus Fathuddin Yusuf, M.A

Disusun Oleh :
Suci Sri Rejeki (1801026001)
Dena Walda Soleha (1801026005)
Alaiki Ni’mah (1801026027)
Lukmanul Khakim (1801026039)
Achmad Mustain (1801026041)
Linda Khoirunnisa (1801026043)
Nutri Ayu Wulandari (1801026051)
Weni Aulia (1801026074)
Munafi’atus Sholikah (1801026076)
Khaerunnisa (1801026134)
Ahmad Rinaldi (1801026135)

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2020
A. LATAR BELAKANG
Media komunikasi massa baik media online atau media cetak selalu berkembang
mengikuti perkembangan zaman serta kemajuan teknologi. Peran media dalam penyebaran
suatu berita akan sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat juga dapat mempengaruhi
kondisi sosial ekonomi di suatu wilayah, oleh karena itu sangat penting untuk sebuah media
dalam meyebarkan fakta atau kebenaran dari sebuah berita.
Seiring dengan perkembangan teknologi serta kemudahan dalam penggunaannya
menjadikan media online menjadi media penyebaran berita yang sangat berpengaruh pada
masyarakat saat ini. Penyebaran berita melalui media online tidak hanya dilakukan oleh
media-media komunikasi yang sudah memiliki nama, namun saat ini semua orang juga
dapat berperan dalam penyebaran suatu informasi.
Media sosial yang sejatinya diciptakan untuk interaksi sosial antarmanusia yang
selama ini terpisah jarak dan waktu. Namun tak dapat dipungkiri dimana ada warga yang
berkerumun, apalagi kerumumnan itu selalu ramai dan tidak pernah sepi, maka disaat itu
pula akan banyak orang berjualan, bercerita, bergaya dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Kasus Saracen, dan penyebaran ujaran kebencian bahkan juga berita hoax
menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia mudah menerima informasi yang beredar.
Fenomena ini tak lepas dari rendahnya budaya literasi dari masyarakat Indonesia pengguna
internet. Hal tersebut membuat warganet mudah menerima informasi yang beredar tanpa
mengkonfirmasinya lebih dulu.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Hoax?
2. Apa Pengertian Saracen?
3. Apa Saja Tujuan Penyebaran Hoax?
4. Apa Saja Tujuan Penyebaran Saracen?
5. Bagaimana Dampak Menyebarkan Hoax?
6. Bagaimana Dampak Menyebarkan Saracen?
7. Bagaimana Fenomena Hoax?
8. Bagaimana Fenomena Saracen?

1
C. PEMBAHASAN
1. Pengertian Hoax
Hoaks artinya tipuan, menipu, sedangkan berita hoaks bearti berita bohong,
berita palsu atau kabar bohong. Berita bohong adalah berita yang isinya tidak sesuai
dengan kebenaran yang sesungguhnya . Jadi dapat dikatakan bahwa Hoaks adalah
kata yang berarti ketidak benaran suatu informasi. Hoaks bukan singkatan tetapi
satu kata yang berasala dari bahasa inggris (Hoax) yang memiliki sebuah arti .
Sedangkan definisi Hoaks adalah sebuah pemberitaan palsu adalah usaha untuk
menipu atau mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu,
padahal sang pencipta berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu Salah
satu contoh pemberitaan palsu yang paling umum adalah mengklaim sesuatu
barang atau kejadian dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang atau
kejadian sebenarnya. Dalam pemberitaan palsu, pendengar atau pembaca tidak
sadar sedang dibohongi.1
Hoax dalam kamus Oxford (2017) diartikan sebagai suatu bentuk penipuan
yang tujuannya untuk membuat kelucuan atau membawa bahaya. Hoaxdalam
Bahasa Indonesia berarti berita bohong, informasi palsu, atau kabar dusta.
Sedangkan menurut kamus bahasa Inggris, hoax artinya olok-olok, cerita bohong,
dan memperdayakan alias menipu. Walsh (2006) dalam bukunya berjudul “Sins
Against Science, The Scientific Media Hoaxes of Poe, Twain, and Others”
menuliskan bahwa istilah hoax sudah ada sejak tahun 1800 awal era revolusi
industri di Inggris. Asal kata hoax diyakini ada sejak ratusan tahun sebelumnya,
yakni ‘hocus’ dari mantra ‘hocus pocus’, frasa yang kerap disebut oleh pesulap,
serupa ‘sim salabim’. Bahkan Boese (2002) dalam bukunya “Museum of Hoaxes”
menuliskan bahwa jauh sebelum itu, istilah hoax pertama kali terpublikasi melalui
almanak atau penanggalan palsu yang dibuat oleh Isaac Bickerstaff pada tahun
1709 untuk meramalkan kematian astrolog John Partridge. Istilah yang semakna
dengan hoax dalam jurnalistik adalah libel, yaitu berita bohong, tidak benar,
sehingga menjurus pada kasus pencemaran nama baik. Hoax adalah suatu kata yang

1
Chazawi adami dan ferdian ardi, “Tindak pidana pemalsuan”, (Jakarta : PT Rajagrafindo persada,2016),
hlm. 236

2
digunakan untuk menunjukan pemberitaan palsu atau usaha untuk menipu atau
mengakali pembaca untuk mempercayai sesuatu. Pemberitaan yang tidak
berdasarkan kenyataan atau kebenaran (nonfactual) untuk maksud tertentu. Tujuan
hoax adalah sekadar lelucon, iseng, hingga membentuk opini publik. Intinya hoax
itu sesat dan menyesatkan, apalagi jika pengguna internet tidak kritis dan langsung
membagikan berita yang dibaca kepada pengguna internet lainnya. Seperti yang
telah dikemukakan sebelumnya bahwa hoax paling banyak menyebar melalui
media sosial. Satu sisi media sosial dapat meningkatkan hubungan pertemanan
yang lebih erat, wadah bisnis online, dan lain sebagainya. Sisi lainnya media sosial
sering menjadi pemicu beragam masalah seperti maraknya penyebaran hoax, ujaran
kebencian, hasutan, caci maki, adu domba dan lainnnya yang bisa mengakibatkan
perpecahan bangsa.2
2. Pengertian Saracen
Saracen merupakan sindikat penyedia jasa konten kebencian berdasarkan
suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) yang memiliki keahlian dalam
menguasai akun media sosial hingga membaca situasi pemberitaan yang beroperasi
di Indonesia. Nama Saracen sendiri terinspirasi dari istilah saracen yang digunakan
oleh orang Kristen Eropa terutama pada Abad Pertengahan untuk merujuk kepada
orang yang memeluk Islam tanpa memandang ras atau sukunya. Saracen
menggunakan lebih dari 2000 akun media untuk menyebarkan konten kebencian.
Saracen menetapkan tarif puluhan juta dalam proposal yang ditawarkan ke
sejumlah pihak dan selanjutnya media-media yang mereka miliki menyajikan berita
atau konten yang tidak sesuai dengan kebenaran, melainkan menyesuaikan selera
dari pemesan.3
3. Tujuan Penyebaran Hoax
Fenomena hoax di Indonesia ini dipandang menimbulkan beragam masalah.
Saat ini, hoax banyak beredar di masyarakat. Dewan Pers Indonesia menilai hoax
telah memasuki tahap serius. Apalagi hoax memiliki rentang yang sangat lebar,

2
Christiany Juditha, “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya”, (Jurnal Pekommas
Vol. 3 No. 1, April 2018), hlm. 33
3
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saracen_(Indonesia), di akses pada tanggal 5 Desember 2020 pukul
22.37

3
mulai dari untuk menyindir sampai yang dipublikasikan melalui berbagai kanal
informasi.
Presiden Joko widodo sendiri menyatakan bahwa hoax merupakan bagian
dari era keterbukaan yang harus dihadapi. Presiden meminta seluruh pihak untuk
menghentikan penyebaran hoax dan fitnah yang dapat memecah bangsa, terutama
yang beredar melalui media sosial.4
Menurut ketua umum PPP Romahurmuziy mengatakan bahwa penyebaran
berita hoax ke ruang publik itu memiliki tiga tujuan, yaitu :
a Untuk sekedar menciptakan dan menebarkan permusuhan.
b Sekedar mencari uang, dimana sejumlah pihak yang menebarkan informasi
palsu hanya semata-mata mencari keuntungan.
c Menciptakan Indonesia yang tidak stabil. Karena sang penyebar hoax ingin
Indonesia tidak stabil, dia ingin paham-paham Indonesia ini saling
menyalahkan ujung-ujungnya adalah pertengkaran sesama anak bangsa.5
Selain itu juga tujuan penyebaran berita hoax dimasyarakat yaitu :
a Ingin mengadu domba.
b Menyebarkan fitnah-fitnah.
c Mencemarkan nama baik.
d Membuat cemas dan perang menggunakan jaringan untuk mempengaruhi
orang lain.
4. Tujuan Penyebaran Saracen
Tujuan penyebaran saracen itu sangat variatif. Tergantung pada motif
penyebarnya. Oknum-oknum penyebar saracen menyebarkan saracen untuk
kepentingan politik yang berujung pada ekonomi. Media-media yang mereka
gunakan tentu media yang memiliki banyak pengguna. Mulai dari sosial media
sampi situs, akan mempost berita atau konten yang tidak sesuai dengan

4
Christiany Juditha, “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya”, (Jurnal Pekommas
Vol. 3 No.1, 2018), hlm. 32
5
www.jurnas.com, “Tujuan Berita Hoax”, diakses pada tanggal 6 mei 2017

4
kebenarannya, tergantung pesanan. Kelompok Saracen menetapkan tarif puluhan
juta dalam proposal yang ditawarkan ke sejumlah pihak.6
5. Dampak Menyebarkan Hoax
a Mengakibatkan menumpulnya neo cortex (pikiran waras), sehingga
berpikiran tidak rasional dan mudah diarahkan. Menurut hasil riset
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), masyarakat yang fanatic
lebih mudah terkena hoax. Hoax dapat menciptakan kecemasan dan distrust
karena hoax ditargetkan menakut nakuti mayoritas masyarakat lewat
penyebaran fake news, dengan berita menggunakan teknik “clicbait” atau
sensasional menarik netizen.
b Hoax menciptakan suasana menakutkan, mencekam, tidak percaya terhadap
keadaan yang sedang terjadi.
c Manipulasi dan kecurangan dapat menjatuhkan manusia. Jika terus
dibiarkan, penyebaran informasi palsu dapat membentuk mental
masyarakat ke arah pemahaman hoax. Mudah percaya dengan informasi
palsu tanpa melakukan perbandingan atau klarifikasi terhadap sumbernya.7
6. Dampak menyebarkan Saracen
Saracen yang tersebar lebih dari 800.000 akun dan jaringannya paling
banyak beroperasi di Facebook sebagai situs media sosial yang paling sering kita
gunakan, jelas membawa dampak negatif.
Ada 5 dampak negatif dari tersebarnya saracen :
a Generasi muda bisa tersita waktunya
Berita hoax di media sosial bisa berdampak buruk bagi generasi
muda. Produktivitas anak muda bisa tersita karena seringnya menggunakan
media sosial. "jangan sampai perhatian kita terhadap keluarga dan orang
sekitar menjadi berkurang".

6
https://amp.kompas.com/nasional/read/2017/08/27/11563731/tb-hasanuddin-kasus-saracen-tegakkan-
undang-undang-ite
7
Christiany Juditha, “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya”, (Jurnal Pekommas
Vol. 3 No.1, 2018), hlm. 31-44

5
b Memicu perpecahan
Berita hoax seringkali bermuatan isu SARA. Kelompok Saracen
juga bermain di tema ini. Mereka bisa menyebarkan konten-konten bernada
SARA. Alhasil, masyarakat akan terpecah belah karenanya. Masyarakat
tidak bisa membedakan isu mana yang benar dan hoax.
c Menurunkan reputasi pihak yang dirugikan
Berita hoax seringkali menjatuhkan pihak tertentu. Dengan
banyaknya berita hoax, pihak yang dirugikan akan kesulitan untuk
melakukan klarifikasi.
d Menguntungkan pihak tertentu
Kasus kelompok pembuat berita profesional Saracen merupakan
bukti nyata bahwa bisnis hoax menggiurkan. Motif ekonomi bisa menjadi
alasan penyebaran berita hoax.
e Berita hoax membuat fakta tidak lagi bisa dipercaya
Dengan semakin viralnya berita hoax, fakta sebenarnya malah bisa
dicap sebagai berita hoax. Dengan ini masyarakat bisa kebingungan tentang
fakta mana yang harus dipercaya.8
7. Fenomena Hoax
Fenomenologi merupakan ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan
penjelasan dari realitas yang tampak. Fenomenologi berusaha mencari pemahaman
bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka
intersubyektivitas pemahaman yangtampak mengenai dunia dibentuk oleh
hubungan kita dengan orang lain.
Fenomena penyebaran hoax menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat
Indonesia terhadap institusi, media. Kepercayaan sesuatu hal yang dapat
memberikan pengaruh pada sikap dan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh
kepercayaan biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing perilaku. Jika
kepercayaan rendah, maka seseorang mungkin akan bertindak melalui sikap secara
spontan.

8
https://www.brilio.net/serius/hoax-dan-ujaran-kebencian-jadi-bisnis-ini-5-dampak-paling-mengerikan-
170825g.html

6
Hoax atau informasi bohong menjadi fenomena di Indonesia yang sengaja
disamarkan agar terlihat benar, hal ini tidak luput dari karakteristik masyarakat
Indonesia yang umumnya senang berbagi informasi dari media sosial. Beredarnya
berita hoax dapat menggiring opini masyarakat serta dapat menimbulkan
keresahan. Selain itu, berita hoax juga dapat mengakibatkan mudah tersulutnya
emosi masyarakat, dapat merugikan siapa pun yang menjadi objek pemberitaan
tersebut, serta dapat mengakibatkan konflik berkepanjangan.
Hoax memiliki banyak dampak negatif, diantaranya adalah hoax dapat
membuang waktu dan uang. Hoax dinilai dapat membuang waktu dan uang karena
membaca berita hoax menimbulkan kerugian para pengguna internet yang berstatus
pelajar, mahasiswa dan pekerja. Pengaruh hoax terhadap individu adalah bila
individu tersebut menghabiskan waktu untuk membahas dan membicarakan berita
hoax tersebut dengan kurun waktu yang lama dan berlarut – larut. Hoax juga dapat
dijadikan sebagai alat penipuan publik. Banyaknya berita hoax juga merupakan
dampak negatif dari kebebasan pers yang tidak bertanggung jawab. Dengan adanya
media dan jejaring sosial online tersebut tak dapat dipungkiri bahwasan nya banyak
dampak positif yang bisa dirasakan, seperti semakin mudahnya kita untuk
berkomunikasi, bahkan orang yang berada di negara satu dengan negara yang
sangat jauh pun bisa berinteraksi dan juga semakin cepatnya penyebaran berita.
Dengan adanya media dan jejaring sosial kita dapat menikmati berita yang up to
date bahkan selang beberapa menit dari waktu kejadian berita tersebut kita langsung
dapat mengetahuinya.
Literasi media merupakan seperangkat kecakapan yang berguna dalam
proses mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan pesan dalam
beragam bentuk. Literasi media digunakan sebagai model instruksional berbasis
eksplorasi sehingga setiap individu dapat dengan lebih kritis menanggapi apa yang
mereka lihat, dengar, dan baca. Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor
yang paling penting bagi masyarakat. Teknologi memiliki peran sentral dalam
kehidupan masyarakat. Dalam beberapa hal yang akan membuat orang percaya

7
hubungan sinergis antara masyarakat dan teknologi, karena masyarakat dapat
ketergantungan dengan adanya teknologi.9
8. Fenomena Saracen
Fenomena sindikat Saracen merupakan sindikat penyedia jasa konten
kebencian melalui media social. Melihat fakta tersebut, sekiranya dapat kita
simpulkan penyedia jasa konten kebencian melalui media sosial jika dibiarkan bisa
menjadi bak industri, yang bisa tumbuh dan berkembang karena ada orang dan
pihak yang memang mau membayar mahal untuk virus kebencian itu.
Berangkat dari pengetahuan teknologi informasi (TI) yang mereka miliki,
sindikat itu pun mampu mengambil alih akun orang lain dan mengaktifkan kembali
akun yang telah dinonaktifkan pihak berwenang. Melalui tarif yang fantastis, dapat
diperkirakan pengguna jasa mereka bukan orang biasa, melainkan para pemodal
besar yang memiliki kepentingan untuk situasi konflik di masyarakat.
Masyarakat harus mampu menempatkan emosi di atas logika, karena
tumbuhnya sindikat Saracen ini hanya terjadi karena masyarakat yang rela untuk
dibodohi, penumpasan sindikat itu sebenarnya juga harus dilakukan setiap
masyarakat, yakni dengan tidak ikut menyebarluaskan ujaran kebencian dan hoax.
Mengingat Fenomena kelompok Saracen ini adalah fenomena yang
kompleks dan berdampak sangat luas dan memiliki kerentanan yang besar terhadap
terjadinya kejahatan siber. Oleh sebab itu, masyarakat diharpakan dapat bersatu
sebisa mungkin mampu menempatkan emosi di atas logika, supaya tidak mudah
terhasut oleh kelompok Saracen yang sangat mengancam persatuan dan kesatuan.10
D. KESIMPULAN
Definisi Hoaks adalah sebuah pemberitaan palsu yaitu usaha untuk menipu atau
mengakali pembaca atau pendengarnya untuk mempercayai sesuatu, padahal sang pencipta
berita palsu tersebut tahu bahwa berita tersebut palsu. Saracen merupakan sindikat
penyedia jasa konten kebencian berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA)
yang memiliki keahlian dalam menguasai akun media sosial hingga membaca situasi

9
Abd.Majid. “Fenomena penyebaran hoax dan literasi bermedia sosial lembaga mahasiswa universitas
muslim Indonesia”, (Jurnal Komodifikasi, Volume 8)
10
https://www.harianbhirawa.co.id/ancaman-fenomena-saracen/

8
pemberitaan yang beroperasi di Indonesia. Nama Saracen sendiri terinspirasi dari istilah
saracen yang digunakan oleh orang Kristen Eropa terutama pada Abad Pertengahan untuk
merujuk kepada orang yang memeluk Islam tanpa memandang ras atau sukunya.
Saracen menetapkan tarif puluhan juta dalam proposal yang ditawarkan ke
sejumlah pihak dan selanjutnya media-media yang mereka miliki menyajikan berita atau
konten yang tidak sesuai dengan kebenaran, melainkan menyesuaikan selera dari pemesan.
Dengan adanya media dan jejaring sosial online tersebut tak dapat dipungkiri bahwasan
nya banyak dampak positif yang bisa dirasakan, seperti semakin mudahnya kita untuk
berkomunikasi, bahkan orang yang berada di negara satu dengan negara yang sangat jauh
pun bisa berinteraksi dan juga semakin cepatnya penyebaran berita.
Melihat fakta tersebut, penyedia jasa konten kebencian melalui media sosial jika
dibiarkan begitu saja bisa menjadi bak industri yang bisa tumbuh dan berkembang karena
ada orang dan pihak yang memang mau membayar mahal untuk virus kebencian.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adami, Chazawi dan ferdian ardi. 2016. “Tindak pidana pemalsuan”. Jakarta : PT Rajagrafindo
persada.

Juditha, Christiany. 2018. “Interaksi Komunikasi Hoax di Media Sosial serta Antisipasinya”.
Jurnal Pekommas Vol. 3 No. 1.

Majid, Abd. “Fenomena penyebaran hoax dan literasi bermedia sosial lembaga mahasiswa
universitas muslim Indonesia”. Jurnal Komodifikasi, Volume. 8.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Saracen_(Indonesia)
www.jurnas.com
https://amp.kompas.com/nasional/read/2017/08/27/11563731/tb-hasanuddin-kasus-saracen-
tegakkan-undang-undang-ite
https://www.brilio.net/serius/hoax-dan-ujaran-kebencian-jadi-bisnis-ini-5-dampak-paling-
mengerikan-170825g.html
https://www.harianbhirawa.co.id/ancaman-fenomena-saracen/

10

Anda mungkin juga menyukai