Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Risqiani

Stambuk : 02320140504

Kelas : B7

RMK PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

A. Pengertian PPh Pasal 21


PPh Pasal 21 adalah pajak penghasilan yang dipungut sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi adalah
pajak atas penghasilan atas gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa,
dan kegiatan yang dilakukan oleh WPOP dalam negeri.
B. Wajib Pajak PPh Pasal 21

Wajib pajak yang dimaksud adalah: Pejabat negara, PNS, pegawai, pegawai tetap,
pegawai dengan status WPLN, tenaga lepas, penerima pensiun, penerima honorarium,
penerima upah.

Adapun yang bukan wajib pajak PPh pasal 21 adalah : Pejabat perwakilan
diplomatik (Bukan WNI, Tidak menerima/memperoleh penghasilan lain di luar
jabatannya di Indonesia, dan negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal
balik) dan konsulat dan Pejabat perwakilan organisasi internasional (bukan WNI dan
Tidak menjalankan usaha/melakukan kegiatan/pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia).

C. Subjek Pajak PPh Pasal 21


1. Pegawai (PNS, pegawai tetap, pegawai lepas yang memperoleh penghasilan dari
pemberi kerja secara berkala)
2. Penerima pensiun
3. Penerima honorarium
4. Penerima upah
5. Orang pribadi yang memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dari pemotong pajak

D. Objek Pajak PPh Pasal 21


1. Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara teratur berupa
gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium, tunjangan
2. Penghasilan yang diterima/diperoleh pegawai/penerima pensiun secara tidak teratur
berupa jasa produksi, tantiem, THR, gratifikasi, bonus
3. Upah harian,upah borongan,upah satuan, upah borongan yang diterima tenaga kerja
lepas
4. Uang tebusan pensiun, uang THT, uang pesangon, sehubungan dengan PHK
5. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan lain yang terkait dengan gaji/honorarium yang
bersifat tidak tetap yang diterima oleh PNS
6. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya yang diberikan oleh bukan
WP selain pemerintah atau WP yang dikenakan PPh final dan yang dikenakan
berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed profit)
7. Honorarium, uang saku, hadiah/penghargaan, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan,jasa:
 Tenaga ahli
 Olahrawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah
 Pemain musik, pembawa acara, pelawak
 Agen iklan
 Peserta perlombaan
 Penjaja barang dagangan
 Peserta pendidikan, pelatihan, pemagangan
 Distributor pengusaha MLM

Pengecualian Objek Pajak PPh Pasal 21:

1. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi jiwa, asuransi


dwiguna
2. Penerimaan dalam bentuk natura/kenikmatan kecuali penghasilan yang dipotong PPh
Pasal 21 termasuk penerimaan dalam bentuk natura/ kenikmatan yang diberikan oleh
bukan WP/WP yang dikenakan PPh final
3. Iuran pensiun dan iuran jaminan hari tua yang dibayar oleh pemberi kerja
4. Penerimaan dalam bentuk natura/ kenikmatan yang diberikan oleh pemerintah
5. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung pemerintah
6. Zakat yang diterima oleh OP yang berhak dari badan/lembaga amil zakat yang
dibentuk/disyahkan oleh pemerintah.
E. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21
1. Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21
a. Pemberi kerja yang membayar gaji,upah, honorarium, tunjangan sehubungan
dengan pekerjaan/jasa yang dilakukan oleh pegawai/ bukan pegawai
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan
sehubungan dengan pekerjaan/jabatan, jasa dan kegiatan
c. Dana pensiun, badan penyelenggara Jamsostek, dan badan lain yang membayar
uang pensiun dan THT/Jaminan Hari Tua
d. Perusahaan, badan, BUT yang membayar honorarium sebagai imbalan
sehubungan dengan kegiatan dan jasa termasuk jasa tenaga ahli dengan status WP
DN yang melakukan pekerjaan bebas
e. Persh, badan, BUT yang membayar honorarium sebagai imbalan sehubungan
dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh OP dengan status WP LN
f. Yayasan, lembaga kepanitiaan, asosiasi sebagai pembayar gaji, upah sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, kegiatan yang dilakukan OP
g. Perusahaan, badan, BUT yang membayarkan honorarium atau imbalan lain
kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan
h. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk
organisasi internal, perkumplan, OP serta lembaga lainnya yang melakukan
kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk
apapun kepada WPOP DN berkenaan suatu kegiatan.
2. Penghasilan yang tidak dihitung PPh Pasal 21
a. Kantor Perwakilan Negara Asing
b. Organisasi internasional seperti IMF, ILO
F. Tarif Pajak dan Penerapannya
1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan
Kena Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP
sebesar Penghasilan Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru.
Sementara pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru
a. Tarif Pasal 17 UU PPh,diterapkan atas PKP dari:
1) Pegawai tetap,besarnya penghasilan bruto dikurangi dengan:
2) Biaya jabatan
3) Iuran pensiun yang dibayar sendiri oleh pegawai (termasuk iuran tabungan
hari tua/jaminan hari tua)
4) PTKP
5) Distributor perusahaan MLM/direct selling, penghasilan bruto setiap bulan
dikurangi dengan PTKP per bulan. Dengan rumus :

PPh Pasal 21 = PKP X Tarif Pasal 17 UU PPh


b. Tarif berdasarkan pasal 17 UU PPh, diterapkan atas penghasilan bruto berupa:
1) Honorarium,uang saku, hadiah, penghargaan, komisi,dan pembayaran lain
dengan nama sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya
dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk
menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan yang diterima atau
diperoleh dalam satu bulan takwin. Pada tahun 2009 beasiswa tidak
menjadi objek PPh pasal 21.
2) Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau
dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada
perusahaan yang sama selama satu tahun takwin
3) Jasa produksi,tantiem,gratifikasi,bonus yang diterima atau diperoleh
mantan pegawai selama satu tahun takwin
4) Penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun yang dibayarkan
oleh penyelenggara program pension. Dengan rumus :
PPh Pasal 21P
PPh Pasal 21 = Penghasilan Bruto x Pasal 17 UU PPh
2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai
Pajak Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat
Jenderal Pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai
pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam
satu tahun. Maka tidak termasuk dalam PPh Pasal 21.
G. Cara Perhitungan PPh Pasal 21
1. Perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
Contoh:
Ahmad pada tahun 2013 bekerja pada PT. Zamrud dengan memperoleh gaji sebulan
Rp. 2.500.000,- dan membayar iuran pensiun sebesar Rp. 100.000,-. Ahmad menikah
tetapi belum mempunyai anak. Perhitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp. 2.500.000,-
Pengurangan :
- Biaya jabatan
5% x 2.500.000 125.000,-
- Iuran Pensiun 100.000,-
Rp. 225.000,-
Penghasilan neto sebulan Rp. 2.275.000,-
Penghasilan neto setahun :
12 x Rp. 2.275.000,- Rp. 27.300.000,-
PTKP setahun:
WP sendiri Rp. 24.300.000,-
Tambahan WP Kawin Rp. 2.025.000,-
Rp. 26.325.000,-
PKP Setahun Rp 975.000,-
PPh Pasal 21 Terutang : 5% x Rp. 975.000,- Rp. 48.750,-
PPh Pasal 21 sebulan Rp. 48.750,- : 12 Rp. 4.063,-
Jika Ahmad tidak ber NPWP :
PPh Pasal 21 Terutang : 5% x 120% x Rp. 975.000 Rp. 58.500,-
PPh Pasal 21 sebulan Rp. 58.500,- : 12 Rp. 4.875,-
2. Perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tidak Tetap
Contoh:
Tania adalah seorang freelancer dengan status belum menikah dan sudah memiliki
NPWP. Penghasilannya adalah Rp2.000.000 per minggu. Maka akan diakumulasikan
sebulan yaitu Rp8.000.000. Perhitungan pajak Tania yang gajinya dibayarkan secara
mingguan adalah sebagai berikut:
Rp2.000.000 x 4 = Rp8.000.000,-.
Penghasilan bruto = Rp8.000.000,-.
Biaya Jabatan = 5% x Rp8.000.000 =  Rp400.000,-.
Penghasilan neto sebulan = Rp7.600.000,-.
Penghasilan neto setahun = 12 x Rp7.600.000 =  Rp91.200.000,-.
PTKP setahun untuk Wajib Pajak Tidak Kawin adalah Rp54.000.000 = Rp91.200.000
– Rp54.000.000,-.
Penghasilan Kena Pajak setahun = Rp37.200.000,-.
PPh Pasal 21 terutang 5% x Rp37.200.000 =  Rp1.860.000,-.
Maka PPh Pasal 21 dalam satu bulan yang dikenakan pada penghasilan Tania adalah
Rp38.750,-.

Anda mungkin juga menyukai