Asuhan Keperawatan Anak Dengan Retardasi
Asuhan Keperawatan Anak Dengan Retardasi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi
Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari
seluruh populasi dan hamper 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia
tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan
perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
American Assosiation on Mental Retardation (AAMR) mengungkapkan bahwa Retardasi
mental yaitu : Kelemahan/ketidakmampuan kognitif muncul pada masa kanak-kanak (sebelum
18 tahun) ditandai dengan fase kecerdasan dibawah normal ( IQ 70-75 atau kurang), dan disertai
keterbatasan lain. Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental yang ditunjukkan dengan bagan
(Dr.wiguna & ika, 2005)
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga
dan masyarakat.Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan
mental yang tidak mencukupi (WHO). Retardasi mental adalah kelainan fungsi intelektual yang
subnormal terjadi pada masa perkembangan dan berhubungan dengan satu atau lebih gangguan
dari maturasi, proses belajar dan penyesuaian diri secara sosial. RM adalah suatu keadaan yang
di tandai dengan fungsi intelektual berada di bawah normal, timbul pada masa
perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial.
Retardasi mental diartikan sebagai kelemahan atau ketidakmampuan kognitif muncul
pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah
normal (IQ 70 – 75 atau kurang), dan disertai keterbatasan lain pada sedikitnya dua area
berikut :berbicara dan berbahasa;ketrampilan merawat diri, ADL; ketrampilan sosial;
penggunaan sarana masyarakat; kesehtan dan keamanan; akademik fungsional; bekerja dan
rileks, dll.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan
rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan
1
kehidupan sehari-hari. Retardasi mental tertuju pada sekelompok kelainan pada fungsi
intelektual dan defisit pada kemampuan adaptif yang terjadi sebelum usia dewasa. Akan tetapi,
klasifikasi retardasi mental lebih bergantung pada hasil penilaian IQ dari pada kemampuan
adaptif.
Menurut Rusdi Maslim (2001) retardasi mental adalah suatu keadaan perkem-bangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial.
Kaplan (1985) mengemukakan bahwa dalam konsep definisi retardasi mental terdapat
dua model pendekatan yang dipakai yaitu model pendekatan biomedik dan pendekatan
sosiokultural. Dari pendekatan biomedik lebih menitikberatkan pada perubahan-perubahan dasar
pada sistem otak, sedangkan pendekatan sosiokultural menyotroti fungsi-fungsi sosial dan
adaptasi secara umum untuk mengikuti norma-norma yang berlaku.
Beberapa istilah yang dipakai untuk retardasi mental adalah keterbelakangan mental,
lemah ingatan, cacat mental, tuna mental. Istilah asing yang sering digunakan adalah mental
deficiency, oligophrenia, amentia, dan mental subnormality (Rumini, 1987).
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan Umum Dan Khusus
Tujuan umum dari pembuatan kasus ini adalah untuk memberikan gambaran dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnose medis Retardasi Mental dengan
menggunakan metode pendekatan proses keperawatan.
Tujuan khusus dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang :
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada
dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
Retardasi mental yaitu apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah,yang di sertai
adanya kendala dalam penyesuaian perilaku,dan gejalanya timbul pada masa perkembangan.
(Crocker AC).
B. Etiologi
Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu
terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti
yang dinyatakan oleh Taft LT dan Shonkoff JP dibawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
1. Non-organik
a) Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
b) Faktor sosiokultural
c) Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
d) Penelantaran anak
2. Organik
a) Faktor prakonsepsi
· Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneos, dll.)
4
· Kelainan kromosom ( X-linked, translokasi, fragile-X) – syndromepolygenic familial.
b) Faktor prenatal
Ganguan pertumbuhan otak trimester I
1. Kelainan kromosom (trisomi,mosaik,dll)
2. Infeksi intrauterin,misalnya TORCH,HIV (Human immunodeficiency virus)
3. Zat-zat teratogen (alcohol,radiasi dll)
4. Disfungsi plasenta
5. Kelainan congenital dari otak (idiopatik).
Faktor perinatal
1. Sangat premature
2. Asfiksia neonatorum
3. Trauma lahir: pendarahan intra cranial
4. Meningitis
5. Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
5
6. Gizi buruk
7. Kelainan hormonal, misalnya hipotiroid, pseudohipoparatiroid
8. Aminoaciduria, misalnya PKU (Phenyl ketonuria)
9. Kelainan metabolisme karbohidrat, galaktosemia, dll
10. Infeksi
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari golongan social
ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap
menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya mutasi. Demikian pula pada keadaan social
ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik dari retardasi mental,
6
3. Kelainan pada kulit :
a) Bintik-café-au-lait
4. Kelainan rambut :
a) Rambut rontok
b) Rambut cepat memutih
c) Rambut halus
5. Kepala :
a) Mikrosefali
b) Makrosefali
6. Perawakan pendek :
a) Kretin
b) Sindrom prader-willi
7. Distonia :
a) Sindrom hallervorden
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:
1. Retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari
kelompok ini termasuk dalam tipe social budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali
tidak naik kelas. Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis
bahkan sampai kelas 4-6 SD, juga bias silatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak
dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang
mampu menghadapi stress sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD
saja, tetapai dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan,pertanian
dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana
mengurus diri sendiri.Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stress dan kurang dapat
mandiri,sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat
7
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini.Diagnosis mudah
ditegakkan secara dini,karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan
keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah tedapat keterlambatan perkembangan
motorik dan bahasa.Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja
dan kemampuan berbicara yang sederhana,tidak dapat dilatih keterampilan kerja,dan
memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosa ini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat
minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya
D. Komplikasi
a. Serebral palcy
b. Gangguan kejang
c. Gangguan kejiwaan
d. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
e. Defisit komunikasi
f. Konstipasi
E. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental,yaitu:
a. Kromosom kariotipe
b. EEG (Elektro Ensefalogram)
c. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
d. Titer virus untuk infeksi congenital
e. Serum asam urat (Uric acid serum)
f. Laktat dan piruvat
g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
h. Serum seng (Zn)
i. Logam berat dalam darah
8
j. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
k. Serum asam amino atau asam organik
l. Plasma ammonia
m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
n. Urin mukopolisakarida
o. Urin reducing substance’
p. Urin ketoacid
q. Urin asam vanililmandelik
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat individual.
Tetapi perlu diingat bahwa tidak semua anak penanganan multidisiplin merupakan jalan yang
baik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan bagi setiap anak secara individual
untuk mengembangkan potensi anak tersebut seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatakn
psikolog untuk menilai perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya,dokter
anak untuk memeriksa fisik anak,menganalisis penyebab,dan mengobati penyakit atau kelainan
yang mungkin ada. Juga kehadiran pekerja social kadang-kadanng diperlukan untuk menilai
situasi keluarganya. Atas dasar itu maka buatlah strategi terapi. Seringkali melibatkan lebih
banyak ahli lagi,misalnya ahli saraf bila anka juga menderita epilepsi,palsiserebral,dll.
Psikiater,bila anaknya menunjukkan kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan
dukungan terapi keluarga. Ahli rehabilitasi,bila diperlukan untuk merangsang perkembangan
motorik dan sensoriknya. Ahli terapi wicara,untuk memperbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicarnya. Serta diperlukan buruh pendidikan luar biasa untuk anak-
anak yang retardasi mental ini.
Pada orang tuanya perlu diberi penerangan yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan
apa yang dapat diharapkan dari terapi yang diberikan. kadang-kadang diperlukan waktu yang
lama untuk meyakinkan orang tua mengenai keadaan anaknya, maka perlu konsultasi pula
dengan psikolog dan psikiater. Disamping itu diperlukan kerja sama yang baik antara guru
dengan orang tuanya,agar tidak terjadi kesimpang siurandalam strategi penanganan anak
9
disekolah dan dirumah. Anggota keluarga lainnya juga harus diberi pengertian. Disamping itu
masyarakat perlu diberikan penerangan tenteng retardasi mental,agar mereka dapat menerima
anak
Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Di sekolah ini diajarkan
keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat mandiri dikemudian hari. Diajarkan
pula tentang baik buruknya suatu tindakan tertentu,sehingga mereka diharapkan tidak melakukan
tindakan yang tidak terpuji,seperti mencuri,merampas,kejahatan seksual,dll.
Semua anak yang retardasi mental ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan
kesehatan yang rutin,imunisasi,dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya. Anak-anak ini
sering juga disertai dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
G. Pencegahan
Dengan memberikan perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat
mengakibatkan retardasi mental, misalnya melalui imunisasi. Konseling perkawinan,
pemeriksaan kehamilan yang rutin, nutrisi yang baik selama kehamilan, dan bersaling pada
tenaga kesehatan yang berwenang maka dapat membantu menurunkan angka kejadian rfetardasi
mental. Demikian pula dengan mengentaskan kemiskinan dengan membuka lapangan kerja,
memberikan pendidikan yang baik, memperbaiki senitasi lingkungan, meningkatkan gizi
keluarga, akan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Dengan adanya program BKB (Bina
Keluarga dan Balita)yang merupakan stimulasi mental dini dan bisa dikembangkan dan juga
deteksi dini, maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.
Diagnosis ini sangat penting, dengan melakukan skrining sedini mungkin, terutama pada
tahun pertama, maka dapat dilakukan intervensi yang dini pula. Misalnya diagnosis dini dan
terapi dini hipotiroid, dapat memperkecil kemungkinan retardasi mnetal. Detaksi dan intervensi
dini pada retardasi mental sangat membantu memperkecil retardasi yang terjadi.
10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
An. A umur 6 tahun dibawa ibunya ke rumah sakit karena terdapat banyak luka sayatan di
tangannya. Ibu B mengatakan anaknya sering bersikap aneh misalnya sering melukai diri sendiri
dan sering mengancam jiwa orang lain. Ibu B mengatakan anaknya sering menolak ketika diajak
bermain oleh teman – temannya. Ibu B mengatakan An. A belum bisa menulis, membaca dan
melakukan aktivitasnya sendiri.
Saat dilakukan pengkajian terdapat banyak luka sayatan di tangan An. A. saat diajak
berinteraksi, respon An. A sangat lambat dan jawaban An. A juga menyimpang dari pertanyaan
yang diberikan oleh perawat. Ketika diamati tubuh An. A terlihat kurus, kecil, tidak seperti anak
umur 6 tahun pada umumnya. Saat diberikan mainan oleh perawat An. A terlihat kurang
berminat.
Saat dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan hasil :
TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit
S : 36,5 o C
N : 110x/menit
A. PENGKAJIAN
Nama perawat : Ns Donny
Tanggal pengkajian : 20 November 2012
Jam pengkajian : 10.30
1. Biodata Pasien
Nama klien : An.A
Umur : 6 Tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD
11
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Diagnosa Medis : Retardasi Mental
Tanggal masuk RS : 20 April 2015
Penanggung jawab
Nama : Ibu B
Umur : 50 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Hub. dengan klien : Ibu Klien
2. Keluhan Utama:
An.A Mengalami banyak perdarahan di tangannya
Riwayat Kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang :
klien mengatakan anaknya mengalami perdarahan karna sayatan di tangannnya
b. Riwayat penyakit dahulu :
Penyakit yang Pernah dialami : klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.klien juga mengatakan tidak ada
alergi makanan atau obat dan baru melakukan imunisasi pada umur 5 tahun
c. Riwayat Penyakit keluarga
Bapak E mengatakan kalau neneknya pernah mengalami penyakit Diabetes Millitus
12
3. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
d. Nutrisi
Sebelum sakit klien makan 2x sehari dengan nutrisi yang cukup dan porsi yang di berikan
selalu di habiskan klien. Selama sakit klien tidak mau makan karena sering rewel menahan sakit.
f. Oksigenasi
Klien tidak mengalami gangguan pada pernafasan dan klien tidak terpasang alat bantu
pernafasan.
13
g. Eliminasi bowel
Sebelum dan setelah di bawa ke rumah sakit BAB klien Normal.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Keadaan pasien saat ini adalah lemas,gelisah dan rewel dengan tanda-tanda vital :
S :36,5 C
N :110/80 mmHg
RR :32x/menit
1) Kepala
Kulit kepala klien normal,bersih, tidak ada lesi dan benjolan. Rambut hitam dan
kering. Wajah klien tampak pucat dan meringis. Mata bengkak dan merah. Bibir klien
kering.
2) Leher
Leher An.A tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran tonsil dan tidak
ada masalah pada tenggorokan.
3) Dada
tidak terkaji
4) Abdomen
14
Peristaltik usus normal 5-35x/menit
5) Genetalia
Genetalia klien normal tidak ada lesi tidak ada cairan yang keluar dari vagina
6) Rectum
Rektum klien normal,tidak ada luka
7) Ekstermitas
Kekuatan tangan klien lemah dan sangat sakit ketika di gerakkan
5. PSIKO-SOSIO-BUDAYA- SPIRITUAL
Psikologis
Klien terlihat cemas,gelisah,dan rewel menahan sakit
Sosial
Ibu B mengatakan anaknya sering tidak nyambung ketika di ajak bicara,menolak jika di ajak
bermain,dan menyimpang dari pertanyaan yang di berikan perawat
Budaya
Dalam kesehariannya klien berbahasa Jawa
Spiritual
An.A beragama Islam
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,
yaitu (Shonkoff JP, 1992):
1. Kromosomal kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)).
6. Pemeriksaan kromosom
7. Pemeriksaan urin, serum atau titer virus.
15
ANALISA DATA
16
20-04-2015 Ds : Ibu B mengatakan anaknya susah Faktor psikologis Ketidakseimbangan
untuk makan. nutrisi kurang dari
Do : Ketika diamati tubuh An A terlihat kebutuhan tubuh
kurus, kecil, tidak seperti anak umur 6
tahun pada umumnya.
INTERVENSI
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Bangsal : Melati Dx. Medis :
17
2 Hambatan interaksi Setelah dilakukan 1. Dorong pasien
. social b.d tindakan keperawatan untukmengungkapkan
Gangguan proses selama 3 x 24 jam maka perasaan yang berhubungan
pikir. Hambatan interaksi dengan masalah pribadinya.
Annedewari
sosial belum teratasi
dengan riteria hasil : 2. Identifity suatuketeramp
1. Belum bisa ilan sosial tertentu
mempertahankan fungsi yang akanmenjadi
kognitif. fokusdari pelatihan.
2. Belum bisa
mempertahankan 3. Berikan penkes kepada
keterampilan bahasanya. keluarga untuk melatih klien
3. Belum bisa supaya keterampilan
mempertahankan sosialnya semakin
keterampilan dalam berkembang.
pemecahan masalah.
3 Isolasi social b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi
. Keterlambatan tindakan keperawatan kebutuhankeamananpasien,be
dalam selama 3 x 24 jam maka rdasarkantingkat
menyelesaikan isolasi sosial belum fungsifisik,kognitif
Annedewari
tugas teratasi dengan kriteria danperilaku.
perkembangan. hasil:
1. Belum bisa 2. Ciptakan lingkungan
berkomunikasi dengan yang aman bagi pasien.
orang lain.
2. Belum bisa 3. Batasi pengunjung yang
beradaptasi dengan ingin bertemu dengan pasien.
lingkungan
IMPLEMENTASI
18
Nama Klien : An. A No. RM : 11130032
Umur : 6 Tahun Alamat : Jl. Raya Tejem 60
Bangsal : Melati Dx. Medis : Retardasi Mental
Hari ke 1
N TANGGA JA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
O
L M
1. 20-04-2015 08.00 1. Membantu pasienuntuk S : Keluarga
mengidentifikasiberbagai peran dalam mengatakan
kehidupan. belum ada
S: perubahan
O : Klien terlihat mulai menyesuaikan diri yang
dengan lingkungan. signifikan
2. Membantu pasienuntuk pada anaknya.
mengidentifikasiperan yang biasa dalam O : Klien
keluarga. terlihat lambat
S: untuk
O : Klien terlihat dekat dengan keluarganya. menyesuaikan
3. Membantu pasienuntuk diri.
mengidentifikasistrategi positif untuk A : tujuan
perubahan peran. belum
S: tercapai.
O : Klien terlihat sedikit ada perubahan. P : Intervensi
dilanjutkan.
2. 20-04-2015 08.00 1. Mendorong pasien S : Keluarga
untukmengungkapkan perasaan yang mengatakan
berhubungan denganmasalah pribadinya. anaknya
S: belum bisa
O : Klien terlihat belum bisa mengungkapkan berinteraksi
masalah pribadinya. dengan
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan lingkungannya
sosial tertentu yangakan menjadi .
fokusdari pelatihan. O : Klien
19
S: terlihat belum
O : Klien terlihat tidak memiliki keterampilan bisa
yang banyak. berinteraksi
3. Memberikan penkes kepada keluarga dengan
untuk melatih klien supaya keterampilan lingkungan.
sosialnya semakin berkembang. A : Tujuan
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak belum
belum berkembang. tercapai.
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes Intervensi
yang diberikan oleh perawat. dilanjutkan.
3. 20-04-2015 08.00 1. Mengidentifikasi S : Keluarga
kebutuhan keamananpasien, berdasarkantingk mengatakan
at fungsifisik,kognitif danperilaku. klien belum
S: ada
O : Klien terlihat belum bisa berinteraksi perubahan.
dengan lingkungan. O : Klien
2. Menciptakan lingkungan yang aman terlihat belum
bagi pasien. berubah.
S: A : Tujuan
O : Klien terlihat tidak memiliki pengaruh belum
terhadap lingkungan rumah sakit. tercapai.
3. Membatasi pengunjung yang ingin P : Intervensi
bertemu dengan pasien. dihentikan.
S:
O : Klien terlihat nyaman.
Hari ke 2
N TANGGA JA IMPLEMENTASI EVALUASI TT
O L M D
20
1. 21-04-2015 08.00 1. Membantu pasienuntuk S : Keluarga
mengidentifikasiberbagai peran dalam mengatakan
kehidupan. belum ada
S: perubahan
O : Klien terlihat mulai menyesuaikan diri yang
dengan lingkungan. signifikan
2. Membantu pasienuntuk pada anaknya.
mengidentifikasiperan yang biasa dalam O : Klien
keluarga. terlihat lambat
S: untuk
O : Klien terlihat dekat dengan keluarganya. menyesuaikan
3. Membantu pasienuntuk diri.
mengidentifikasistrategi positif untuk A : tujuan
perubahan peran. belum
S: tercapai.
O : Klien terlihat sedikit ada perubahan. P : Intervensi
dilanjutkan.
2. 21-04-2015 08.0 1. Mendorong pasien S : Keluarga
0 untukmengungkapkan perasaan yang mengatakan
berhubungan denganmasalah pribadinya. anaknya
S: belum bisa
O : Klien terlihat belum bisa mengungkapkan berinteraksi
masalah pribadinya. dengan
lingkungannya
2. Mengidentifikasi suatu keterampilan .
sosial tertentu yangakan menjadi O : Klien
fokusdari pelatihan. terlihat belum
S: bisa
O : Klien terlihat tidak memiliki keterampilan berinteraksi
yang banyak. dengan
3. Memberikan penkes kepada keluarga lingkungan.
21
untuk melatih klien supaya keterampilan A : Tujuan
sosialnya semakin berkembang. belum
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak tercapai.
belum berkembang. Intervensi
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes dilanjutkan.
yang diberikan oleh perawat.
Hari ke 3
N TANGGA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TT
O L D
22
1. 22-04-2015 08.0 1. Membantu pasien untuk S : Keluarga
0 mengidentifikasi berbagai peran dalam mengatakan
kehidupan. belum ada
S: perubahan
O : Klien terlihat mulai menyesuaikan diri yang
dengan lingkungan. signifikan
2. Membantu pasien untuk pada anaknya.
mengidentifikasi peran yang biasa dalam O : Klien
keluarga. terlihat lambat
S: untuk
O : Klien terlihat dekat dengan keluarganya. menyesuaikan
3. Membantu pasien untuk diri.
mengidentifikasi strategi positif untuk A : tujuan
perubahanperan. belum
S: tercapai.
O : Klien terlihat sedikit ada perubahan. P : Intervensi
dilanjutkan.
2. 22-04-2015 08.0 1. Mendorong pasien S : Keluarga
0 untukmengungkapkan perasaanyang mengatakan
berhubungan denganmasalah pribadinya. anaknya
S: belum bisa
O : Klien terlihat belum bisa berinteraksi
mengungkapkan masalah pribadinya. dengan
2. Mengidentifikasi suatuketerampilan lingkungannya
sosial tertentu yang akan menjadi .
fokusdari pelatihan. O : Klien
S: terlihat belum
O : Klien terlihat tidak memiliki bisa
keterampilan yang banyak. berinteraksi
3. Memberikan penkes kepada keluarga dengan
untuk melatih klien supaya keterampilan lingkungan.
23
sosialnya semakin berkembang. A : Tujuan
S : Keluarga mengatakan keterampilan anak belum
belum berkembang. tercapai.
O : Keluarga terlihat mengerti dengan penkes Intervensi
yang diberikan oleh perawat. dilanjutkan.
3. 20-04-2015 08.0 1. Mengidentifikasi S : Keluarga
0 kebutuhankeamananpasien,berdasarkantingk mengatakan
at fungsifisik,kognitif dan perilaku. klien belum
S: ada perubahan.
O : Klien terlihat belum bisa berinteraksi O : Klien
dengan lingkungan. terlihat belum
2. Menciptakan lingkungan yang aman berubah.
bagi pasien. A : Tujuan
S: belum
O : Klien terlihat tidak memiliki pengaruh tercapai.
terhadap lingkungan rumah sakit. P : Intervensi
3. Membatasi pengunjung yang ingin dihentikan.
bertemu dengan pasien.
S:
O : Klien terlihat nyaman.
BAB IV
PEMBAHASAN
24
Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (menurut WHO).
Retradasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi intelektual berada
dibawah normal, timbul pada masa perkembangan/dibawah usia 18 tahun, berakibat lemahnya
proses belajar dan adaptasi sosial (D.S.M/Budiman M, 1991).
Pada bab ini membahas tentang kasus asuhan keperawatan Anak A 6 tahun dibawa oleh
ibunya ke RS pada tanggal 20 September 2012 dengan gangguan pada saraf. Setelh dilakukan
pemeriksaan medis anak A mengalami retardasi mental. Adapun ruang lingkup dari pembahasan
kasus ini adalah sesuai dengan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Proses pengkajian pada klien dengan gangguan syaraf dilakukan oleh perawat dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Selain itu perawat
mendapatkan keterangan dari keluarga klien, diskusi dengan perawat di ruangan dan dokter.
Pelaksanaan pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi
klien saat di kaji. Pada saat dilakukan pengkajian klien dan keluarga cukup terbuka dan sudah
terjalin hubungan saling percaya antara klien,keluarga dan perawat sehingga mempermudah
perawat dalam mengkaji pasien dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan
dengan klien mau menjawab pertanyaan dari perawat walaupun responnya lambat dan
jawabannya menyimpang dari pertanyaan. Selain itu keluarga juga mau menerima saran yang
diberikan. Dari hasil pengkajian TTV: TD : 110/80 mmHg
RR : 32 x / menit, S : 36,5 o C, N : 110x/menit
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang ada pada klien
tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang
dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan diagnosa atau
masalah keperawatan.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II, pada klien dengan retardasi mental di
dapatkan 3 diagnosa yang diangkat, meliputi :
25
1. Gangguan penyesuaian individu b.d Intelegensi yang rendah.
2. Hambatan interaksi social b.d Gangguan proses pikir.
3. Isolasi social b.d Keterlambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan.
D. Pelaksanaan/ Implementasi
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan
pada anak Adengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki
oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh
perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau
hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber
referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang
dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan
klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit
yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
E. Evaluasi
26
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan
apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai.
Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai
kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan
yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap
evaluasi yang perawat lakukan pada anak A adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi
sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
27
Retardasi mental yaitu suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang
menyebabkan ketidak mampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang di anggap normal.(Carter CH).
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit-penyakit dalam
keperawatan anak salah satunya pada retardasi mental dan juga meningkatkan kemampuan
dalam membuat asuhan keperawatan yang baik dan benar.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar dapat meningakatkan ketrampilan dalam memberikan
asuhan keperawtan serta pengetahuan sehingga dapat memberikan asuhan keperawtan yang
optimal khususnya pada anak yang menderita retardasi mental dan perawat mampu menjadi
edukator yang baik bagi pasien dan keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA
28
Mooihead,soe dkk. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 4. Mas By
Eiseuiere: LISA.
McCloskey, Joanne, dkk. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC) edisi 4. Mosby
Elsevien: LISA.
Rosdiana. Kamus Keperawatan
Sumarwati, made, dkk. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.
EGC: Buku Kedokteran.
Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.
29