Anda di halaman 1dari 5

Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan, Agama, Ilmu, dan

Kebudayaan

(Minggu ke-2)

Materi : a. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan

b. Hubungan Filsafat dengan Agama

c. Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan

Pembahasan :

A. Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan


Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakat, sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Menurut Plato, hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan adalah ilmu
pengetahuan lahir dari persamaan dan perbedaan filsafat, sedangkan filsafat
adalah ibu dari ilmu pendidikan. Hubungan antara filsafat dan filsafat
pendidikan sangatlah penting sebab ia menjadi dasar, arah dan pedoman suatu
sistem pendidikan.
Menurut Jalaludin dan Idi (2001:32), filsafat pendidikan merupakan
aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat sebagai medianya untuk
menyusun proses pendidikan, menyelaraskan dan mengharmoniskan serta
menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang ingin di capai.
Ilmu pengetahuan lebih bersifat analisis, sedangkan filsafat bersifat
sinopsis. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
 Filsafat mempunyai objek yang lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan
filsafat pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja.
 Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendidikan atau pemahaman
yang lebih mendalam dan menunjukan sebab-sebab, tetapi filsafat
pendidikan yang tidak begitu mendalam.
 Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus
mempersatukan dan mengkoordinasinya.

Jadi, filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting


dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan
pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan
landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.

B. Hubungan Filsafat dengan Agama


Filsafat dan agama adalah dua pokok persoalan yang berbeda,
namun memiliki hubungan. Agama banyak berbicara tentang hubungan
antara manusia dengan Yang Maha Kuasa, sedangkan filsafat seperti yang
dikemukakan di atas bertujuan menemukan kebenaran. Jika kebenaran yang
sebenarnya itu mempunyai ciri sistematis, jadilah ia kebenaran filsafat.
Menurut Prof. Nairoen SR, filsafat yang sejati haruslah berdasarkan
kepada agama. Apabila filsafat tidak berdasarkan kepada agama dan hanyalah
berdasarkan atas akal pikiran saja, maka filsafat tersebut akan memuat
kebenaran objektif karena yagn memberikan pandangan dan putusan adalah
akal pikiran, sedangkan kesanggupan akal pikiran itu terbatas. Sehingga
filsafat tidak akan sanggup memberi kepuasan bagi manusia terutama dalam
pemahamannya terhadap yang gaib. Agama merupakan suatu yang ada,
karena keberadaannya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat.
Eksistensi filsafat menjadi ‘Filsafat agama’ dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
1. Filsafat agama yang pada umumnya adalah hasil pemikiran dasar-dasar
agama yang bersifat analisis rasional dan kritis, tetapi bebas dari ajaran-
ajaran agama.
2. Filsafat suatu agama atau theology membahas dasar-dasar yang terdalam
tentang suatu agama tertentu, misal theology Islam, pembahasannya tidak
mempermasalahkan kebenaran agamanya karena sepenuhnya diterima
sebagai kebenaran.

Isi filsafat itu ditentukan oleh objek apa yang dipikirkan. Karena
filsafat mempunyai pengertian yang berbeda sesuai dengan pandangan orang
yang meninjaunya, akan besar kemungkinan objek dan lapangan pembicaraan
fil-safat itu akan berbeda pula. Sehingga dalam hal ini hubungan filsafat
dengan agama adalah agama sebagai objek kajian filsafat. para tokoh Islam
juga berpendapat adanya hubungan antara filsafat dan agama. Abu Hayyan
Tauhidi, dalam kitab al-Imtâ' wa al-Muânasah, berkata, "Filsafat dan syariat
(agama) senantiasa bersama, sebagaimana  syariat dan filsafat terus sejalan,
sesuai, dan harmonis"1[20]. Abul Hasan 'Amiri, dalam pasal kelima kitab al-
Amad 'ala al-Abad, juga menyatakan, "Akal mempunyai kapabilitas mengatur
segala sesuatu yang berada dalam cakupannya, tetapi perlu diperhatikan
bahwa kemampuan akal ini tidak lain adalah pemberian dan kodrat Tuhan.
Sebagaimana hukum alam meliputi dan mengatur alam ini, akal juga
mencakup alam jiwa dan berwenang mengarahkannya. Tuhan merupakan
sumber kebenaran yang meliputi secara kodrat segala sesuatu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara filsafat dan agama


yakni untuk menggali kebenaran ajaran-ajaran agama tertentu atau paling
tidak untuk mengemukakan bahwa hal-hal yang diajarkan dalam agama tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip logika. Setiap orang diharapkan
merenung dalam hikmah untuk menjadi proses pendidikan dan usaha-usaha
pendidikan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga
negara agar beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan
menjadi warga negara sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai
tauladan yang dapat dijadikan prinsip dan keyakinan.

C. Hubungan Filsafat dengan Kebudayaan

1
Kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam
kehidupan. Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan
masyarkat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam
dan kekuatan lain. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan
baik secara spritual maupun materil. Manusia merupakan makhluk yang
berbudaya, melalui akalnya manusia danpat mengembangkan kebudyaan.
Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa kebudayaan sebagai hasil
ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah
lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan juga
diharakan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan
membangkitkan budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk
selamanya. Oleh karena itu, dengan adanya filsafat, kita dapat mengetahui
tentang hasil karya manusia yang akan menimbulkan teknologi yang
mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadal alam
lingkungannya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut :
1. Suatu hubungan antara manusia dan kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4. Pembeda manusia dengan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana harus bertindak dan berperilaku
dalam pergaulan.
6. Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan. Kebudayaan masyarakat tersebut
sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi masyarakat terhadap lingkungan didalamnya.
Jadi, filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal
yang berujung pada setiap jiwa, sedangkaan kebudayaan adalah salah satu
hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa, dan karsa sikap hidup
dan pandangan hidup. Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara
berfikir kebudayaan.

Referensi :

Arbi, Zanti. 1980. Pengantar Filsafat Pendidikan. Padang: FJP IKIP Padang.

Hadiwijono, Harun. 1991. Sari-Seri Sejarah Filsafat Barat I. Yogyakarta :

Kanisius.

Nasution, Harun. 1983. Filsafat Agama. Jakarta : Bulan Bintang.

Tafsir, Ahmad. 1994. Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai James.

Bandung : Rosdakarya.

Zen, Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang : Sukabina Press.

Anda mungkin juga menyukai