Anda di halaman 1dari 65

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstruksi rangka baja adalah suatu konstruksi yang dibuat dari susunan batang-
batang baja yang membentuk kumpulan segitiga, dimana setiap pertemuan beberapa
batang disambung pada alat pertemuan/simpul dengan menggunakan alat
penyambung (bout,paku keeling dan las lumer).

Berdasarkan pertimbangan ekonomi, kekuatan, dan sifat baja, pemakaian baja

sebagai bahan struktur sering dijumpai pada berbagai bangunan seperti gedung

bertingkat, bangunan air, dan bangunan jembatan. Keuntungan yang diperoleh dari

baja sebagai bahan struktur adalah:

1. Baja mempunyai kekuatan cukup tinggi dan merata. Kekuatan yang tinggi ini
mengakibatkan struktur yang terbuat dari baja, umumnya mempunyai ukuran
tampang relatif kecil, sehingga struktur cukup ringan sekalipun berat jenis baja
tinggi.
2. Baja adalah hasil produksi pabrik dengan peralatan mesin-mesin yang cukup
canggih dengan jumlah tenaga manusia relatif sedikit, sehingga pengawasan
mudah dilaksanakan dengan seksama dan mutu dapat dipertanggungjawabkan.
3. Struktur baja mudah dibongkar pasang, sehingga elemen struktur baja dapat
dipakai berulang-ulang dalam berbagai bentuk struktur.
4. Struktur dari baja dapat bertahan cukup lama.
Baja sebagai bahan struktur mempunyai beberapa kelemahan/kekurangan,
antara lain :
 Pemeliharaan memerlukan biaya yang banyak.
 Kekuatan baja dipengaruhi temperatur.
 Bahaya tekuk ( buckling ) mudah terjadi.

1
Penggunaan konstruksi rangka baja untuk b\angunan sangat luas sekali, antara lain:
 Kuda-kuda ( kap spant )
 Ikatan angin
 Jembatan rangka
 Tiang transmisi ( untuk jaringan listrik tegangan tinggi )
 Menara air.
Sifat metalurgi baja berkaitan erat dengan fungsi dari unsur-unsur atau
komponen kimia dalam baja. Baja struktur yang biasa dipakai untuk struktur rangka
bangunan adalah baja karbon (carbon steel) dengan kuat tarik sebesar 400 MPa,
sedang baja struktur dengan kuat tarik lebih dari 500 Mpa sampai 1000 Mpa disebut
baja kekuatan tinggi (high strength steel).
Sifat–sifat baja yaitu kekakuan baja dalam berbagai macam keadaan pembebanan
atau muatan bergantung dari :
 Cara peleburannya.
 Jenis dan banyaknya logam campuran.
 Proses yang digunakan dalam pembuatan.
Berikut ini beberapa dalil yang menyangkut sifat-sifat baja :

Dalil I
Besi murni tidak mempunyai sifat-sifat yang dibutuhkan untuk dipergunakan
sebagai bahan penanggung konstruksi.
Dalil II
Peningkatan nilai dari sifat-sifat tertentu, lazim dengan tidak dapat dihindarkan
senantiasa mengakibatkan pengurangan dari nilai sifat-sifat lain, misalnya baja
dengan keteguhan tinggi, istimewa lazimnya kurang kenyal.
1.2 Jenis Material Baja
Baja secara umum dapat dikelompokkan atas 2 jenis yaitu :
 Baja karbon (Carbon steel)
 Baja paduan (Alloy steel)
1.Baja Karbon (carbon steel)
Baja karbon dapat terdiri atas :
 Baja karbon rendah (low carbon steel)
Machine, machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C ) Sifatnya mudah
ditempa dan mudah di mesin  
Penggunaannya:
 0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets,
screws, nails.
  0,20 % – 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
 Baja karbon menengah (medium carbon steel )
 Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah.
 Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.
     Penggunaan:
 0,30 % – 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles.
 0,40 % – 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
 0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges
 Baja karbon tinggi (high carbon steel)  tool steel
        Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C
         Penggunaan :
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers,
vise jaws, knives, drills.tools for turning brass and wood, reamers, tools for
turning hard metals, saws for cutting steel, wire drawing dies, fine cutters
2. Baja Paduan (Alloy steel)
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
 Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan
sebagainya)
 Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
 Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
 Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
 Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
 Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
 High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Baja paduan juga dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus
(special alloy steel) &high speed steel.
o Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel,
chromium, manganese, molybdenum,tungsten dan vanadium. Dengan
menambahkan logam tersebut ke dalam baja maka baja paduan tersebut akan
merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti menjadi lebih keras, kuat dan
ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
o High Speed Steel (HSS) Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % – 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat
potong seperti drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters.
Disebut High Speed Steel karena alat potong yang dibuat dengan material
tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih cepat dibanding dengan carbon steel.
Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat kali daripada carbon
steel
Jenis Lainnya :
Baja dengan sifat fisik dan kimia khusus:
 Baja tahan garam (acid-resisting steel)
 Baja tahan panas (heat resistant steel)
 Baja tanpa sisik (non scaling steel)
 Electric steel
 Magnetic steel
 Non magnetic steel
 Baja tahan pakai (wear resisting steel)
 Baja tahan karat/korosi
Dengan mengkombinasikan dua klasifikasi baja menurut kegunaan dan komposisi kimia
maka diperoleh lima kelompok baja yaitu:
 Baja karbon konstruksi (carbon structural steel)
 Baja karbon perkakas (carbon tool steel)
 Baja paduan konstruksi (Alloyed structural steel)
 Baja paduan perkakas (Alloyed tool steel)
 Baja konstruksi paduan tinggi (Highly alloy structural steel)

1.3 Jenis Profil yang Digunakan

1.3 Jenis-jenis Alat Penyambung Baja


Alat penyambung baja dapat berupa:
 Bout
Pemakaian bout diperluakn bila:
 Tidak cukup tempat untuk pekerjaan paku keeling
 Jumlah plat yang disambung >5d (diameter bout )
 Konstruksi yang dapat dibongkar pasang
 Paku keling
Sambungan paku digunakan pada konstruksi yang tetap, jumlah tebal plat
tidak boleh > 6d ( diameter paku keeling )
 Las
Menurut bentuknya las ada 2 macam yaitu las tumpul dan las sudut
BAB II
RANCANGAN KONSTRUKSI RANGKA BAJA

Gambar 1. Rangka Kuda-kuda

Ketentuan umum :
Macam atap = Seng
Bentang L (m) = 1,6Am = (1,6) = 8m
(5)m
Sudut Atap Dalam (β) = 1B = (1)(5) = 5
Sudut Atap Luar (α) = 4B = (4)(5) = 20
Jarak Kuda-Kuda (m) = 4.AB = 4.55 = 4.55m
Tekanan Angin (kg/cm2) = 2B = (2)(5) = 10kg/cm2
Alat Sambung = Las, Baut
Mutu Baja = Bj 41
dengan A = 5; B = 5

Ketentuan-Ketentuan :
Type konstruksi atap = B
Bahan penutup atap = Asbes
Bentang kap (L) = 14,00 m
Kemiringan atap = 350
Jarak kuda-kuda = 4m
Beban angin kiri = 40 Kg/m2
Beban angin kanan = 50 Kg/m2
Beban plafon = 8,46 Kg/m
Beban berguna = 100 Kg/m
Alat sambungan = Paku keling
Tegangan baja yang diijinkan = 1400 Kg/cm2
Perletakan = Kiri – Rol, Kanan – Sendi
Berdasarkan pembagian fungsi dari masing-masing bagian konstruksi kuda-kuda,
dalam penyelesaian perencanaan perhitungan dapat dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1. Perhitungan dimensi gording
2. Perhitungan dimensi batang tarik ( trackstang )
3. Perhitungan dimensi ikatan angin
4. Perhitungan dimensi kuda-kuda
5. Perhitungan kontruksi perletakan
6. Penggambaran

2.1 Macam-Macam Pembebanan


Pembebanan yang digunakan pada konstruksi rangka baja (pembebanan pada
kuda-kuda), terdiri dari :
a. Beban Mati
 Beban penutup atap dan gording ( tanpa tekanan angin )
 Beban berguna P = 100 kg
 Berat sendiri kuda-kuda
b. Beban Angin
 Beban angin kanan
 Beban angin kiri
c. Beban Plafond

2.2 Perhitungan Dimensi Gording


Gording diletakan diatas beberapa kuda-kuda yang fungsinya menahan beban atap
dan perkayuannya, dan kemudian beban tersebut disalurkan pada kuda-kuda.
Pembebanan pada gording berat sendiri gording dan penutup atap
Dimana : a = jarak
1 gording
1  L = jarak kuda-kuda
G =  a  a  x L (meter) x berat per m² penutup atap per m² gording
2 2
 
= a x berat penutup atap per m²
catatan: Berat penutup atap tergantung dari jenis penutup atap
Berat jenis gording diperoleh dengan menaksirkan dimensi gording, biasanya
gording menggunakan profil I, C (tabel profil) dan di dapat berat per m gording.
Berat sendiri gording = g2 kg/m
Berat mati = b.s penutup atap + b.s gording
= (g1 + g2) kg/m
Gording di letakkan tegak lurus bidang penutup atap, beban mati (g) bekerja
vertikal.
gx = g cos 
gy = g sin 
Gording diletakkan diatas beberapa kuda-kuda, jadi merupakan balik penerus
diatas beberapa balok tumpuan (continuous bean). Untuk memudahkan perhitungan
dapat dianggap sebagai balok diatas dua tumpuan statis tertentu dengan mereduksi
momen lentur.
akibat gx  Mgl = 0,80 (1/8 gx l2)
= 0,80 (1/8 sin  l2)
akibat gy  Myl = 0,8 (1/8 gy l2)
= 0,80 (1/8 g cos  l2)
a. Beban Berguna
Beban berguna P = 100 kg bekerja di tengah-tengah gording
Mmax = 80 % ( ¼ PL)
Akibat Px  Mx2 = 0,80 ( ¼ PxL )
= 0,80 ( ¼ P sin  L )
Akibat Py  My2 = 0,80 ( ¼ Py L )
= 0,80 ( ¼ P cos  L )
b. Beban Angin (W)
Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal/aksial tarik saja. Cara kerjanya,
apabila yang satu bekerja sebagai batang tarik maka yang lainnya tidak menahan apa-
apa dan sebaliknya. Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap
Beban angin yang di tahan gording
W = a . x tekanan angin per meter (kg/m2)
Mmax = 80 % ( 1/8 WL2 ) = 0,80 ( 1/8 WL2 )
Akibat Wx  Mx3 = 0
Akibat Wy  My3 = 0,80 ( 1/8 WyL2 ) = 0,80 ( 1/8 W L2 )

c. Kombinasi Pembebanan
I Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2

II Beban mati + Beban berguna + Beban angin


Mx total = Mx1 + Mx2
My total = My1 + My2 + My3
d. Kontrol tegangan
Kombinasi I
Mxtotal Mytotal
 2
    1600kg / catatan : jika    , maka dimensi
cm Wy Wx
gording diperbesar

Kombinasi II

Mxtotal Mytotal catatan: jika   1, 25 , maka


 W  W     1,
25 y x dimensi gording di perbesar

Kombinasi III

Mxtotal Mytotal catatan: jika   1, 25 , maka


 W  W     1,
25 y x dimensi gording di perbesar

e. Kontol lendutan
 Akibat beban mati:
4
5q L 4
x 5q yL
Fxl  cm F cm
384EI y 384EIx
 Akibat beban berguna
3
PL 3
5W L
y
Fy 2 
x
Fx2  cm cm
48EIx 48EIy
 Akibat beban angin

F  0 cm 5Wy L 4
F  cm
x3 y3
384EI x
Fx total = (Fx1+Fx2)  F
Fy total = (Fy1+Fy2+Fy3)  F

F1  fxy2 
catatan : jika F > F maka dimensi gording di
f2
perbesar  f
2.3 Perhitungan Dimensi Trackstang (Batang Tarik)
Batang tarik berfungsi untuk mengurangi lendutan gording pada arah sumbu x
(kemiringan atap dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur pada arah sumbu x).
Batang tarik menahan gaya tarik Gx dan Px, maka :
Gx = berat sendiri gording + penutup atap arah sumbu x
Px = beban berguna arah sumbu x
Pbs= Gx + Px
Karena batang tarik di pasang dua buah, per batang tarik :

Pts  Gx  Px
2
F
 Gx  Px Gx  Px
 →    Fn 
ambil
Fn 2 2
Fn 
Fbr =125 % Fn Fbr = ¼ п d2
dimana : Fn = luas netto
Fbr = luas brutto
A = diameter batang tarik (diperoleh dari tabel baja)
a. Batang Tarik
p
Fn = Dimana: Fn = Luas penampang netto

Fbr = Fn + ∆ F  Fbr = 125% P = Gaya batang
 = Tegangan yang diijinkan
b. Batang Tekan
Imin = 1,69 P.Lk² Dimana: Imin = momen inersia minimum (cm4)
P = gaya batang tekan (Kg)
Lk = panjang tekuk (cm)
Setelah diperoleh Imin lihat tabel propil maka diperoleh dimensi/ukuran propil.
Kontrol: - terhadap sumbu bahan
- terhadap sumbu bebas bahan

2.4 Perhitungan Gaya-gaya Batang


Besarnya gaya batang tidak dapat langsung dicari dengan cara cremona, karena
ada momen lentur pada kolom. Perhitungan dapat diselesaikan dengan membuat batang-
batang tambahan (fiktif). Selanjutnya, dapat diselesaikan dengan cara cremona.
Ada dua cara untuk mencari besarnya gaya batang yaitu dengan cara :
1. Grafis, yaitu dengan cara cremona dan car cullman
2. Analistis, yaitu dengan cara ritter, cara Henenberg, cara keseimbangan titik kumpul.
Untuk mencari gaya batang pada konstuksi kuda-kuda, biasanya dipakai dengan
cara cremona kemudian di kontrol dengan cara ritter. Selisih kesalahan cara cremona
ddan cara ritter maksimum 3 % jika lebih maka perhitungan harus diulang.
Asumsi yang di ambil dalam penyelesaian konsrtuksi rangka batang, terutama
untuk mencari besarnya gaya batang, yaitu :
1. Titik simpul dianggap sebagai sendi (M = 0).
2. Tiap batang hanya memikul gaya normal atau aksial tarik atau tekan.
3. Beban dianggap bekerja pada titik simpul.
a. Beban mati, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang
tepi atas.
b. Beban angin, dianggap bekerja tegak lurus bidang atap pada tiap-tiap
simpul batang tepi atas.
c. Bahan plafon, dianggap bekerja vertikal pada tiap-tiap titik simpul batang
tepi bawah.
4. Gaya batang tekan arahnya mendekati titik simpul dan gaya batang tarik
arahnya menjauhi titik simpul.
a. Cara Cremona (Cara Grafis)
Dalam menyelesaiannya perlu diperhatikan:
1. Ditetapkan segala gaya ,yaitu dari satuan Kg/ton menjadi satuan cm.
2. Penggambaran gaya batang dimulai dari titik simpul yang hanya memiliki
maksimum dua gaya batang yang belum diketahui.
3. Urutan penggambaran dapat searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam.
Keduanya jangan dikombinasikan.
4. Akhir dari penggambaran gaya batang harus kembali pada titik dimulai
penggambaran gaya batang.
Prosedur penyelesaian cara cremona:
1. Gambar bentuk kuda-kuda rencana dengan skala yang benar, lengkap dengan
ukuran gaya-gaya yang bekerja.
2. Tetapkan skala gaya dari Kg atau ton menjadi cm.
3. Cari besar resultan dari gaya yang bekerja.
4. Cari besar arah dan titik tangkap dari reaksi perletakan.
5. Tetapkan perjanjian arah urutan penggambarandari masing-masing gaya batang
pada titik simpul (searah atau berlawanan jarum jam).
6. Gambar masing- masing gaya batang sesuai ketentuan pada patokan yang berlaku.
7. Ukuran panjang gaya batang, tarik (+), atau tekan (-).
8. Besarnya gaya yang dicari adalah panjang gaya batang dikalikan skala gaya.
b. Cara Ritter ( Analisis )
Mencari gaya-gaya dengan cara ritter bersifat analitis dan perlu diperhatikan
ketentuan berikut:
a. Membuat garis potong yang memotong beberapa batang yang akan dicari.
b. Batang yang terpotong diasumsikan sebagai batang tarik. Arah gaya menjauhi titik
simpul.
Catatan : Sebaikanya ditinjau bagian konstruksi yang terdapat gaya lebih
sedikit, hal ini untuk mempercepat perhitungan.
Urutan cara penggambaran:
1. Gambar bentuk konstruksi rangka batang yang akan dicari, gaya batang lengkap
dengan ukuran dan gaya-gaya yang bekerja.
2. Cari besar reaksi perletakan
3. Buat garis potong yang memotong batang yang akan dicari gaya batangnya.
4. Tinjau bagian konstruksi yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya-gaya yang
lebih sedikit.
5. Tandai arah gaya dari batang yang terpotong tersebut dimana terdapat gaya yang
lebih sedikit.
6. Cari jarak gaya terhadap titik yang ditinjau.
7. Selanjutnya didapat gaya batang yang dicari.

2.5 Perhitungan Sambungan

Dalam kontruksi baja ada beberapa sambungan yang biasanya digunakan. Pada
perhitungan disini yang dipergunakan adalah sambungan baut. Karena pada baut
terdapat ulir yang menahan geser dan tumpu, maka hanya diperhitungkan bagian
galinya (kran). Akibat pembebanan (tarik/tekan), pada baut bekerja gaya dalam berupa
gaya geser dan gaya normal. Gaya normal menimbulkan tegangan tumpu pada baut,
sedangkan gaya geser menimbulkan tegangan geser pada baut. Untuk perhitungan
sambungan dengan baut perlu diketahui besarnya daya pikul 1 baut terhadap geser dan
tumpu.
Fgs = ¼ .  . d2
Ftp = d. Smin
Dimana : Fgs = Luas bidang geser
Ftp = Luas bidang tumpu
Smin = Tebal plat minimum
d = diameter baut
Catatan:
 Untuk sambungan tunggal (single skear)
Ngs = ¼ .  . d2
 Untuk sambungan ganda (double skear)
Ngs = ¼ .  . d2. C
Ntp = d. Smin . σtp
jika tumpu menunjukkan tegangan tumpu yang diijinkan, maka harus
diperhitungkan harga terkecil antara Pmaks tumpu dan Pmaks geser. Jadi banyaknya baut
adalah
Pmaks
nN P
.t
min p n maks
N min .g s
BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN KUDA-KUDA

Gambar 2. Rangka Kuda-kuda

3.1 Perhitungan Panjang Batang


a. Perhitungan Batang Atas (A)
Persyaratan : jarak antar gording ≠ 2, m
1
𝑋𝐿 1
Jarak antar gording (A) = 8 𝑋 14
1,75
𝐶𝑜𝑠
𝑎
= 𝐶𝑜𝑠 35 = 0,82
8

= 2,13
A1 = A2 = A3 = A4 = A5 = A6 = A7 = A8 = 2,13 m

b. Perhitungan Batang Tepi Bawah (B)


𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑝 (𝐿) 𝐿 14
Batang bawah (B) = = = = 1,75
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 8 8

B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = 1,75 m

Perhitungan Batang Tepi Bawah (B)


𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑎𝑝 (𝐿) 𝐿 8
Batang bawah (B) = = = =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 8 8

B1 = B2 = B3 = B4 = B5 = B6 = B7 = B8 = 1m

c. Perhitungan Batang Vertikal (V)


V1 = V7 => A1 Sin 35 = 2,13 X 0,57 = 1,21 m
V2 = V6 => (A1 + A2) Sin 35 = 4,28 X 0,57 = 2,42 m
V3 = V5 => (A1 + A2 + A3) Sin 35 = 6,39 X 0,57 = 3,64 m
V4 => (A1 + A2 + A3 + A4) Sin 35 = 8,52 X 0,57 = 4,85 m

V1 = V7 => A1 Sin 20 = 1 X 0,91 = 0,91 m


V2 = V6 => (A1 + A2) Sin 20 = 2 X 0,91 = 1.82m
V3 = V5 => (A1 + A2 + A3) Sin 20 = 3 X 0,91 = 2.73m
V4 => (A1 + A2 + A3 + A4) Sin 20 = 4 X 0,91 = 3.64m

d. Perhitungan Batang Diagonal (D)


D1 = D2 => √𝑉2 + 𝐵2 = √1,212 + 1,752
1 1
= √1,46 + 3,06
= 2,12 m
D2 = D5 => √𝑉2 + 𝐵2 = √2,422 + 1,752
2 2

= √5,85 + 3,06
= 2,98 m
D3 = D4 => √𝑉2 + 𝐵2 = √3,642 + 1,752
3 3

= √13,24 + 3,06
= 4,03 m

DAFTAR PANJANG BATANG

Tabel 1. Daftar panjang batang

PANJANG BATANG
NAMA
BTG ATAS BTG BAWAH BTG VERTIKAL BTG DIAGONAL
BATANG
(A) (B) (V) (D)
A1 2,13 m
A2 2,13 m
A3 2,13 m
A4 2,13 m
A5 2,13 m
A6 2,13 m
A7 2,13 m
A8 2,13 m
B1 1,75 m
B2 1,75 m
B3 1,75 m
B4 1,75 m
B5 1,75 m
B6 1,75 m
B7 1,75 m
B8 1,75 m
V1 1,21 m
V2 2,42 m
V3 3,64 m
V4 4,84 m
V5 3,64 m
V6 2,42 m
V7 1,21 m
D1 2,12 m
D2 2,98 m
D3 4,03 m
D4 4,03 m
D5 2,98 m
D6 2,12 m

3.2 Perhitungan Dimensi Gording


 Gording Dipengaruhi oleh
 Muatan mati, yaitu: -berat sendiri gording (kg/m)
-berat sendiri penutup atap (kg/m2)
 Muatan hidup, yaitu berat orang dengan berat P = 100 Kg
 Muatan angin (kg/m2)

Ketentuan :
 Jarak antara gording : 2,13 m
 Sudut kemiringan 350
 Jarak antar kuda - kuda :4m
 Berat penutup atap asbes : 11 Kg/m2
a. Perhitungan Dimensi Gording

Beban yang dilakukan gording akibat berat sendiri atap dan berat sendiri gording :
 Karena satuannya tidak sama maka disamakan dahulu dengan jarak
gording.
Berat yang didukung gording : 2,13 x 11 = 23,43 Kg/m
 Berat sendiri gording ditaksir :C-8 = 8,64 Kg/m +
q total = 32,07 kg/m

Gording ditempatkan tegak lurus bidang penutup atap dan beban mati Px bekerja
vertical, P diuraikan pada sumbu X dan sumbu Y, sehingga diperoleh:
Gambar 3. Gording

Dengan jarak gading-gading 2,13 m dan kemiringan sudut 350

qx = q sin a qy = q cos a
= 32,07 sin 350 = 32,07 cos 350
= 18,394 Kg/m = 26,270 Kg/m
Momen akibat Beban mati
Karena dianggap sebagai balok menerus di atas beberapa tumpuan (continous
beam) maka untuk memperoleh perhitungan dapat diasumsikan sebagai berat
bertumpuan di ujung.
𝐿
Mx = 1/8 . qx .( )2 . 80% My = 1/8 . qy .(𝑙)2. 80%
2

= 1/8 . 18,394. .0,8 = 1/8 . 26,27 . (4)2.0,8


4
( )2
2

= 7,357 Kg.m = 42,032 Kg.m


b. Perhitungan Beban Berguna
Beban berguna atau beban hidup adalah beban terpusat yang bekerja di tengah-
tengah bentang gording, beban ini diperhitungkan kalau ada orang yang bekerja di
atas gording. Diambil beban orang P = 100 Kg
Px = P sin a Py = Po cos a
= 100 . Sin 35 = 100 . Cos 35
= 57,357 Kg = 81,915 Kg
Momen yang timbul akibat beban terpusat dianggap Continous Beam.
Momen akibat beban hidup
Mx = ¼ . Px . 𝑙 . 80 % My = ¼ . Py .Ɩ. 80 %
2

= ¼ . 57,357 . 4 .0,8 = ¼ . 81,915 . 4 . 0,8


2
= 22,942 Kg.m = 65,532 Kg.m

c. Perhitungan Muatan Angin


Beban angin dianggap bekerja tegak lurus bidang atap

Gambar 4. Sketsa penempatan gording

Ketentuan :
 Koefisien angin tekan ( c ) = (0,02 . a - 0,4)
 Koefisien angin hisap ( c’ ) = - 0,4
 Beban angin kiri (q1) = 40 Kg/m2
 Beban angin kanan (q2) = 50 Kg/m2
 Kemiringan atap (a) = 350
Koefisien Angin
 Angin tekan ( c ) = (0,02 . a - 0,4)
= (0,02 . 350 - 0,4)
= 0,3
 Angin hisap ( c1) = -0,4
1 Angin kiri
Tekan (w) = c . q1 . 1 (jarak gording)
= 0,3 . 40 . (2,13)
= 75,56 Kg/m
Hisap (w1) = c’ . q2 . 1 (jarak gording)
= -0,4 . 40 . (2,13)
= -34,08 Kg/m
2 Angin kanan
Tekan (w) = c . q2 . l (jarak gording)
= 0,3 . 50 . (2,13)
= 31,95 Kg/m
Hisap (w1) = c’ . q . l (jarak gording)
= -0,4 . 50 . (2,13) = - 42,6 Kg/m
Dalam perhitungan diambil harga w (tekan terbesar)
W maks = 31,95 Kg/m

Jadi momen akibat beban angin adalah :


MWx = 1/8 . Wx . 𝑙 (2 ) . 80 % MWy = 1/8 . Wy . (𝑙)2. 80 %
2
4
= 1/8 . 0 . ( )2.0,8 = 1/8 . 31,95 . (4)2. 0.8 %
2

= 0 Kg.m = 51,12 Kg.m

d. perhitungan akibat beban air hujan :


q air = 40 - (0,8 . a) ( jarak gording)
= 40 - (0,8 . 350 ) ( 2,13 )
= 25,56 kg/m
qx = q . sin a qy = q . cos a
= 25,56 sin 35 = 25,56 cos 35
= 14,66 kg/m = 20,93 kg/m
Momen akibat beban air hujan :
Mqx = 1/8 . qx . 𝑙 2
( ) . 80 % Mqy = 1/8 . qy . (𝑙)2 . 80 %
2

= 1/8 . 14,66 . .0,8 = 1/8 . 20,93 . (4)2. 0,8


4
( )2
2

= 5,864 Kg.m = 33,488 Kg.m


Tabel 2.Daftar pembebanan pada batang kuda-kuda

Atap + Beban Orang


Q, P dan M Angin
Gording Air Hujan
(Beban Mati) (Beban Hidup)

P - - -
100 Kg

Q, Wmax 37,07 Kg/m - 40 kg/m2 & 50 kg/m2 -

Qx, px, wx 18,394 Kg/m 57,357 Kg 0 14,96 kg/m

Qy, py, wy 26,270 kg/ m 81,915 Kg/ m 51,12 kg/m 25,91 kg/m

Mx 7,357 Kg.m 22,942 Kg.m 0 3,83 kg.m

My 42,032 Kg.m 65,532 Kg.m 51,12 kg.m 26,53 kg.m

d. Kontrol Gording
Kontrol gording terhadap tegangan
Dari tebel profil baja dapat diketahui bahwa C – 8
Wx = 26,5 cm3
Wy = 6,36 cm3
 Kombinasi 1
Mx total = beban mati + beban hidup
= 7,357 Kg m + 22,942 Kg m
= 30,299 Kg.m = 3029,9 Kg.cm
My total = beban mati + beban hidup
= 42,032 Kg.m + 65,532 Kg.m
= 107,564 Kg.m = 1075,64 Kg.cm

𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 My Total
= 𝑊𝑦 + 𝑊𝑥

3029 ,9 1075 ,64


 = 6,36 + 26,5
2
 = 516,9 Kg/cm

Sehingga didapat  = 516,9 Kg/cm2 ≤  = 1400 Kg/cm2………Ok

 Kombinasi 2
Mx total = (beban mati + beban hidup )+ Beban angin
= (30,299) + 0
= 30,299 Kg.m = 3029,9 Kg.cm
My total = (beban mati + beban hidup) + beban angin
= (107,564) + (51,12)
= 158,684 Kg.m = 15868,4 Kg.cm

𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 My Total
= 𝑊𝑦 + 𝑊𝑥
3029 ,9 15868 ,4
 = 6,36 + 26,5
= 1075,117 Kg/cm2

Sehingga didapat  = 1075,117 Kg/cm2 ≤  = 1400 Kg/cm2………Ok


 Kombinasi 3
Mx total = (beban mati + beban hidup + Beban angin) + beban air hujan
= (30,299) + 5,864
= 36,163 Kg.m = 3616,3 Kg.cm
My total = (beban mati + beban hidup + beban angin) + beban air hujan
= (158,684) + 33,488
= 192,172 Kg.m = 19217,2 Kg.cm
𝑀𝑥 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 My Total
=
 𝑊𝑥
+
𝑊𝑦
3616 ,3 19217 ,2
 = 6,36 + 26,5
 = 1293,777 Kg/cm2

Sehingga didapat  = 1293,777 Kg/cm2 ≤  = 1400 Kg/cm2………Ok

e. Kontrol Terhadap Beban Lendutan


Diketahui :
 E = 2,1 . 106 Kg/cm2
 l = 4 m = 400 cm
 Ix = 106 cm4
 Iy = 19,4 cm4
Syarat lendutan yang diizinkan akibat berat sendiri dan muatan hidup adalah :
f = 1 /250 . l = 1 / 250 x 400 cm = 1,6 cm

1. Kontrol terhadap beban atap dan beban gording


px = 18,394 Kg / m = 0,18394 Kg /cm
Py = 26,270 Kg / m = 0,26270 Kg /cm
5.𝑞𝑥.𝑙/24 5 . 0,18394 . (400/2)4
Fx1 = 384 .𝐸.𝐼𝑦 = = 0,09406
384 . 2,1𝑥 106 . 19,4 cm

5.𝑞 .𝑙 4 5. 0,26270 . (400)4


Fy1 =384 𝑥 =384 . 2,1𝑥106 . 106= 0,39338 cm
.𝐸.𝐼𝑥

2. Kontrol terhadap beban berguna


Px = 57,357 Kg / m = 0,57357 Kg /cm
Py = 81,915 Kg / m = 0,81915 Kg /cm
𝑝𝑥.(𝑙/2)3 0,57357 . (400/2)3
Fx2 = 48.𝐸.𝐼𝑥
= 48 . 2,1𝑥106 . 19,4= 0,00234 cm
𝑝𝑥.𝑙
Fy2 = 3 0,81915 . (400)3
48.𝐸.𝐼𝑦 =48 . 2,1𝑥 106 . 106
= 0,00490 cm

3. Kontrol terhadap beban angin


Wx = 0
Wy = 51,12 Kg /m = 0,5112 kg /cm
Fx3 = 0
5.𝑤𝑦.𝑙 4 5 . 0,5112 . (400)4
Fy3 =384 .𝐸.𝐼𝑥 = 384 .2,1𝑥106 . 106 = 0,76549 cm
4. Kontrol terhadap beban air hujan
qx = 14,66 Kg / m = 0,1466 Kg /cm
qy = 20,93 Kg / m = 0,2093 Kg /cm
5.𝑞 .𝑙 4 5 . 0,1466 . (400/2)4
Fx4 =384 .𝐸.𝐼
𝑥
𝑥
= 384 . 2,1𝑥106 . 106 = 0,01372 cm
5.𝑞𝑥.𝑙4 4
Fy4 =384 .𝐸.𝐼𝑦 = 5 . 0,2093 . (400) = 0,31341 cm
384 . 2,1𝑥 106 .
106

Jadi pelenturan adalah sebagai berikut :


Fx total = Fx1 + Fx2 + Fx3+ Fx4
= 0,0,09406 + 0,00234 + 0 + 0,01372
= 0,11012 cm < F = 1,6 cm...................Ok
Fy total = Fy1 + Fy2 + Fy3+Fy4
= 0,39338 + 0,00490 + 0,76549 + 0,31341

= 1,47720 cm < F = 1,6 cm...................Ok

F1 = Fx < 1,6


2
= √(0,011012)² + (1,47720)²
 F
= 1,48130 cm < F = 1,6 cm...................Ok
y2

3.3 Perhitungan Trackstang


Trakstang berfungsi untuk menahan atau mengurangi lendutan pada gording
arah x dan sekaligus untuk mengurangi tegangan lentur yang timbul pada arah
sumbu x batang trakstang dipasang dua buah.
Akibat penutup atap = qx.l
qx = 18,394 kg/m . 4 m = 73,576 kg
px = 57,357 kg
73,576
Pts = + 57,357
2

= 94,145 kg
σ = 𝑃𝑡𝑠 ≤ σ = 1400 kg/cm2 fn = 𝑃𝑡𝑠 = 94,145 = 0.06724 cm2
𝑓𝑛 σ 1400

Fbr = 125 % . Fn
= 1,25 x 0,06724
= 0,08405 cm2

Fbr = ¼ π . d2
𝐹𝑏𝑟 0,084058
d2 = ¼π = = 0,10708
¼ .3,14

d = √10708 = 0,327231111 cm.........................= 3,27231111 mm


Karena dalam tabel nilai d yang paling kecil adalah d = 6 mm, maka dimbil d = 6
mm.

3.4 Perhitungan Ikatan Angin


Ikatan angin hanya bekerja menahan gaya normal atau gaya axial tarik saja. Cara
kerjanya kalau yang satu bekerjanya sebagai batang tarik, maka yang lainnya tidak
menahan apa-apa. Sebaliknya kalau arah anginya berubah, maka secara berganti-
ganti batang tersebut bekerja sebagai batang tarik.
Perubahan pada ikatan angin ini datang dari arah depan atau belakang kuda-kuda.
Beban angin yang diperhitungkan adalah beban angin terbesar yang disini adalah

angin sebelah kanan yaitu:50 Kg/ m2

Gambar 5.Sketsa ikatan angin

P = Gaya / Tekan angin


N = Dicari dengan syarat keseimbangan
ΣH = 0
Nx = P
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑖 𝑎𝑡𝑎𝑠
tan β = 𝑗𝑘

8,54542
tan β = 4

tan β = 2,13635 β = 64,91632o


Luas kuda-kuda = ½ . L . h
= ½ . 14 . 4,85
= 33,95 m2
Jumlah titk simpul (n) = 9 buah
𝑃1 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑘𝑢𝑑𝑎 −𝑘𝑢𝑑𝑎
P= 𝑛−1
50 𝑥 33,95
= = 212,1875 kg
9−1

σ= 𝑝
212 ,1875
𝑓𝑛 < σ = 1400 kg/cm2 Fn = 𝑝 = 0,1515625 cm2
σ 1400

Fbr = 125% . Fn
= 1,25 x 0,1515625 = 0,18cm2
Fbr = ¼ π . d2
0,18
d2 = 1/4 . 3,14
= 0,229299363

d = √0,229299363 = 0,478852130.........................= 4,78852130 mm


Karena dalam tabel nilai d yang paling kecil adalah d = 6 mm, maka dimbil ikatan
angin
d = 6 mm

3.5 Perhitungan Konstruksi Rangka Batang


a. Akibat Berat Sendiri
Gaya-gaya berat sendiri bekerja pada titik simpul batang tepi atas berat sendiri itu
diakibatkan oleh:
1. Berat Sendiri Penutup Atap + berat gording
Diketahui :
 Penutup atap Asbes = 11 Kg /m
 Jarak gording (A) = 2,13 m
 Jarak kuda - kuda ( jk ) =4m

1. Berat sendiri Penutup atap


Pa = A . Berat Atap . Jarak kuda-kuda
= 2,`13 . 11 . 4
= 93,72 kg
2. Berat akibat beban berguna (beban hidup)
Berat sendiri orang (Po) =100 Kg
3. Berat sendiri gording
Dari tabel profil baja berat C - 8 adalah 8,64 kg/m
Pq = jarak kuda-kuda . berat gording
= 4 . 8,64
= 34,56 kg
4. Berat sendiri kuda-kuda
Panjang kuda-kuda = 14 meter
Jumlah titik simpul tepi atas (n) = 9
Gk = (L – 2) . l s/d (L + 4)
(𝐿−2)𝑙
gk = (𝐿+4)𝑙
gk1 = ( L - 2).l
= ( 14 – 2) 4
= 48 Kg /m
gk2 = (L+4).l
= ( 14 + 4). 4
= 72 kg/m
48 + 72
Gk = 2

= 60 Kg /m
Dikarenakan bentangnya 14 m, jumlah titik simpul pada batang tepi atas 9
(buah), maka berat total kuda-kuda adalah 14 x 60 = 840 Kg / m. sedangkan
pada titik simpul adalah

Gk = berat totalkuda kuda


9 1
840
= 8

= 105 Kg
5. Akibat Beban Angin
a. Beban Angin Kiri (Pki) = 40 kg/m2
b. Beban Angin Kanan (Pka) = 50 kg/m2
c. Kemiringan atap (𝛼) = 35o
d. Jarak gording terbesar (A)= 2,13 m
e. Jarak kuda-kuda =4m
Koefisien Angin
Koefisien angin tekan (c)
C = (0,02 . α -0,4 )
= (0,02 . 35 – 0,4 )
= 0,3
Koefisien angin hisap
C’ = -0,4

Beban angin pada kuda-kuda pertitik simpul batang tepi atas


Beban angin kiri
Tekan (W) = C. P kiri . A. L
= 0,3 . 40 . 2,13 . 4
= 102,24 kg/m
Hisap (W’) = C’ . P kiri . A. L
= -0,4 . 40 . 2,13 . 4
= -136,32 kg/m
Beban angin kanan
Tekan (W) = C. P kanan A. l
= 0,3 . 50 . 2,13 . 4
= 127,8 kg/m
Hisap (W’) = C’ . P kanan . A. L
= -0,4 . 50 . 2,13 . 4
= -170,4 kg/m
6. Beban air hujan
q air hujan = (Q) . jarak antar gording . jarak kuda-kuda
= (40 - 90,8 . 35) . 2,13 m . 4 m
= 217,77 kg
7. Berat Bracing
Pbr = 25%. Berat sendiri kuda-kuda
= 0,25. 105 kg
= 26,25 kg

Jadi berat total pada titik simpul adalah :


G = Pa + Pq + PGk + Qair + brancing
= 93,72 + 34,56 + 105 + 217,77 + 26,25
= 477,3 Kg
8. Akibat berat plafon
Diketahui :
 Berat sendiri Plafon eternit = 8,47 Kg / m
 Jarak gading-gading kap (l) = 4 m
  (angka kelangsingan) / B = 1,75 m
Gaya pada titik simpul adalah :
Pf1 = λ . l . qf
= 1,75 . 4 . 8,47
= 59,22 kg

3.6 Perhitungan Gaya-gaya Batang


a. Perhitungan gaya-gaya batang cara cremona dan SAP akibat beban mati

Gambar 6. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban mati
SAP

Gambar 7. Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban mati

Cremona

Gambar 8.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban mati
Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 3.Tabel gaya batang akibat beban mati
NAMA GAYA BATANG NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+) BATANG TARIK (+) TEKAN (-)
A1 TEKAN (-) D1 419.04
A2 2933.28 D2 588.61
A3 2514.24 D3 794.5
A4 2095.2 794.5
D4
A5 1676.16 D5 588.61
A6 1676.16 D6 418.04
A7 2095.2 0
V1
A8 2514.24 V2 238.65
B1 2411.1 2933.28 V3 477.3
B2 2411.1 1431.9
V4
B3 2066.66 V5 477.3
B4 1722.22 V6 238.65
B5 1722.22 0
V7
B6 2066.66
B7 2411.1
B8 2411.1

b. Perhitungan gaya-gaya batang cara cremona dan SAP akibat beban hidup

Gambar 9.rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban hidup
SAP

Gambar 10.gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban hidup

Cremona

Gambar 11.gaya tiap batang menggunakan Cremona akibat beban hidup


Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 4.Tabel gaya batang akibat beban hidup

NAMA GAYA BATANG NAMA GAYA BATANG


BATANG TARIK (+) BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-) D1 TEKAN (-)
A2 2894.45 D2 418.47
A3 2475.97 D3 587.81
A4 2057.5 D4 793.42
A5 1639.02 D5 749.34
A6 1639.02 D6 522.5
A7 2057.5 V1 0 278.98
A8 2475.97 V2 238.33
B1 2379.18 2894.45 V3 476.65
B2 2379.18 V4 1390.24
B3 2035.2 V5 423.69
B4 1691.22 V6 158.88
B5 1672.11 V7 0
B6 1977.87
B7 2207.19
B8 2207.19

c. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Beban Plafon

Gambar 12. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban plafond
SAP

Gambar 13.Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban plafond

Cremona

Gambar 14.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban plafond
Tabel Gaya Batang dan Kontrol
Tabel 5.Tabel gaya batang akibat beban plafond

NAMA GAYA BATANG NAMA GAYA BATANG


BATANG TARIK (+) BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-) D1 TEKAN (-)
A2 376.94 D2 51.99
A3 324.95 D3 73.03
A4 272.96 D4 98.58
A5 220.96 D5 115.00
A6 220.96 D6 97.37
A7 281.62 V1 59.22 103.98
A8 350.94 V2 88.83
B1 309.84 454.93 V3 118.44
B2 309.84 V4 251.69
B3 267.1 V5 138.18
B4 224.36 V6 118.44
B5 231.49 V7 118.44
B6 288.47
B7 373.94
B8 373.94

d. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Angin Kiri

Gambar 15. Rangka kuda-kuda dan gaya-gaya yang bekerja akibat beban angin kiri
SAP

Gambar 16.Gaya tiap batang menggunakan software SAP 2000 akibat beban angina kiri

Cremona

Gambar 17. Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban angina kiri
Tabel Gaya Batang
Tabel 6.Tabel gaya batang akibat beban angin kiri
NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+)
A1 TEKAN (-)
A2 31.49 6.87
NAMA GAYA BATANG
A3 69.86
BATANG TARIK (+)
A4 108.22 D1 TEKAN (-)
A5 25.58 D2 109.28
A6 76.73 D3 153.39
A7 127.88 D4 276.06 207.04
A8 179.03 D5 204.52
B1 D6 145.6
B2 23.47 V1 0
B3 23.47 V2 62.19
B4 113.23 V3 124.38
B5 202.99 V4
B6 412.43 V5 62.19
B7 532.11 V6 165.84
B8 651.79 V7 0 82.92

e. Perhitungan Gaya-Gaya Batang Cara Cremona dan SAP Akibat Beban

Angin Kanan

Gambar 18. Rangka kuda-kuda dan gaya gaya yang bekerja akibat beban angina kanan
SAP

Gambar 19.Gaya tiap batang menggunakan Software SAP 2000 akibat beban angin kanan

Cremona

Gambar 20.Gaya tiap batang menggunakan cara Cremona akibat beban angina kanan
Tabel Gaya Batang
Tabel 7.Cara gaya batang akibat beban angin kanan
NAMA GAYA BATANG NAMA GAYA BATANG
BATANG TARIK (+) BATANG TARIK (+)
A1 223.78 TEKAN (-) D1 182 TEKAN (-)
A2 159.84 D2 255.65
A3 95.91 D3 345.07
A4 31.97 D4
A5 135.27 D5 258.8
A6 87.32 D6 191.74
A7 39.37 V1 0 136.5
A8 V2
B1 8.59 V3 103.65
B2 135.42 V4 207.3
B3 14.18 135.42 V5 155.48 77.74
B4 163.78 V6 77.74
B5 425.58 V7 0
B6 537.78
B7 649.98
B8 649.98

f. Kombinasi Pembebanan
 Kombinasi 1
= beban mati + Beban hidup + beban plafon
 Kombinasi 2
= kombinasi 1 + angin kiri
 Kombinasi 3
= kombinasi 1 + angin kanan
Batang Vertikal (V)
Batang Diagonal (D)
Batang Bawah (B)
Batang atas (A)
(A 3.7
ZI Dimen
Z
K sioneri
U ng
R Batan Beban Mati Beban Hidup Beban Plafond Beban Angin Kiri Beban Angin Kanan Kombinasi 1 Kombinasi 2 Kombinasi 3
NI g NAMA GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG GAYA BATANG
A
A
Kuda- BATANG TARIK (+) TEKAN (-) TARIK (+)TEKAN (-TARIK (+TEKAN (-TARIK (+TEKAN (-TARIK (+ TEKAN (-)TARIK (+TEKAN (-TARIK (+TEKAN (-TARIK (+ TEKAN (-)
A1 2933.28 2894.45 376.94 6.87 223.78 6204.67 6211.54 223.78 6204.67
DI kuda A2 2514.24 2475.97 324.95 31.49 159.84 5315.16 31.49 5346.65 159.84 5315.16
)
S1 D A3 2095.2 2057.5 272.96 69.86 95.91 4425.66 69.86 4495.52 95.91 4425.66
A4 1676.16 1639.02 220.96 108.22 31.97 3536.14 108.22 3644.36 31.97 3536.14
- a A5 1676.16 1639.02 220.96 25.58 135.27 3536.14 25.58 3561.72 135.27 3536.14
PT f A6 2095.2 2057.5 281.62 76.73 87.32 4434.32 76.73 4511.05 87.32 4434.32
Ta
B Ta bel
be t A7 2514.24 2475.97 350.94 127.88 39.37 5341.15 127.88 5469.03 39.37 5341.15
l
A8
a B1 2411.1 2933.28 2894.45 454.93 179.03 8.59 6282.66 179.03 6461.69 6291.25 8.
2379.18 309.84 23.47 135.42 5100.12 5100.12 23.47 5100.12 135.42
9. r B2 2411.1 Ta
2379.18 309.84 23.47 135.42 5100.12 5100.12 23.47 5100.12 135.42
Ta B3 2066.66 2035.2 267.1 113.23 14.18 4368.96 4368.96 113.23 4383.14 bel
be B4 1722.22 1691.22 224.36 202.99 163.78 3637.8 3637.8 202.99 3801.58 ga
l
ga
B5 1722.22 1672.11 231.49 412.43 425.58 3625.82 3625.82 412.43 4051.4 ya
B6 2066.66 1977.87 288.47 532.11 537.78 4333 4333 532.11 4870.78
ya B7 2411.1 2207.19 373.94 651.79 649.98 4992.23 4992.23 651.79 5642.21
-
ba B8 2411.1 2207.19 373.94 651.79 649.98 4992.23 4992.23 651.79 5642.21 ga
ta
ng
D1 419.04 418.47 51.99 109.28 182 889.5 998.78 182 889.5 bat
1917.64 kg (tekan )

D2 588.61 587.81 73.03 153.39 255.65 1249.45 1402.84 255.65 1249.45


6461.69 kg (tekan)

an
5642.21 kg (tarik)
3073.83 kg (tarik)

m D3 794.5 793.42 98.58 207.04 345.07 1686.5 1893.54 345.07 1686.5


ak D4 794.5 749.34 115.00 276.06 258.8 1658.84 276.06 1658.84 1917.64 g
si D5 588.61 522.5 97.37 204.52 191.74 1208.48 204.52 1208.48 1400.22 re
D6 418.04 278.98 103.98 145.6 136.5 801 145.6 801 937.5 nc
V1 0 0 59.22 0 0 59.22 59.22 59.22
V2 238.65 238.33 88.83 62.19 103.65 565.81 628 565.81 103.65 an
V3 477.3 476.65 118.44 124.38 207.3 1072.39 1196.77 1072.39 207.3
V4 1431.9 1390.24 251.69 62.19 77.74 3073.83 3073.83 62.19 3073.83 77.74
V5 477.3 423.69 138.18 165.84 155.48 1039.17 1039.17 165.84 1194.65
V6 238.65 158.88 118.44 82.92 77.74 515.97 515.97 82.92 593.71
V7 0 0 118.44 0 0 118.44 118.44 118.44

38
A. Dimensi batang atas (A)
a. Batang terdiri dari batang A1 sampai dengan batang A8
b. Diketahui :
 Gaya batang maksimum = 6461,7 kg = 6,4617 ton
 Panjang batang = 2,13 m = 213 cm
 Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
 Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 .6,4617 ( 2,13 )2
= 49,544 cm4
Batang A merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.

I Profil = Imin  49,544 = 24,772 cm4


2 2

Dari table profil diambil ∟ 70 – 70 – 11


Iη = 26,0 cm4 = I min
Ix = Iy = 61,8 cm4
ix=iy = 2,08
cm4 F = 14,3
cm2
e = 2,13 cm
iη = 1,35 cm
Iξ = 97,6 cm
iξ = 2,61 cm

Kontrol :
1. Terhadap sumbu bahan (x)
213
λx = 𝐿𝐾 = = 102,403  Tabel  ѿ = 2,090
𝑖𝑥 2,08
2,090 . 6461 ,7
𝜛.𝑃 = = 472,2011 kg/cm2
σ = 𝐹𝑝𝑟𝑜𝑓 2 . 14,3

 = 472,2011 kg/cm2 ≤  = 1400 kg/cm2


2. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)
Dipasang 4 plat kopling
(AZIZ KURNIA ADI) S1- PTB 1501017 39
Gambar 21.pemasangan plat kopling

𝐿𝐾
L = 𝑛−1 = 213 = 71 kg/cm2
4−1

Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm


e0= e + ½. t
= 2,13 + ½ .1
= 2,63 cm
Iy = (∑iy + ∑F. eo2)
∑Iy = 2 x Iy
= 2 x (61,8 + 5,86 x (2,63)2)
= 102,333 cm4
Jadi

Iy  I 1
y  1,891cm
0
2,13
F 2,
λy = 𝐿𝐾
= = 102,403
t cm 3 Tabel  = 2,118
o 3
𝑖𝑦 2,08
t 3
Syarat pemasangan kopling: 2
  y .P  x
l  1 x  4  3 
2 F.  1
 4,
2,118 .6461,7
71 ≤ ½ . 102,403.(4 − 3 )
3 .1400
2 .14,3

71 ≤ 152,303 cm
152,303 ≥ 71 cm  memenuhi syarat.......................Ok!!!

B. Dimensi batang bawah ( B )


a. Batang terdiri dari batang B1 sampai dengan batang B8
b. Diketahui :
 Gaya batang maksimum (P) = 5642,2 kg = 5,6422 ton
 Panjang batang = 2,13 m = 213 cm
 Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
 Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
P
 =  P
= 1400 kg/cm2  Fn =
Fn

5642,2
Fn = 𝑃 = = 4,030 kg/cm2
𝜎 1400

80% Fbr = Fn
Fbr = Fn . 100
80

= 5,0375 cm2
Batang B merupakan batang tarik
digunakan profil rangkap

 Fbr =
5,0375
= 2,5188 cm2
2

Tabel Profil  ∟ 35 – 35 – 4  F = 2,67 cm2


Karena Profil minimum yang diijinkan untuk konstruksi ringan adalah ∟ 45 –
45 – 5
Jadi dimensi Profil yang didapat F table = 4,30 cm2 > Fbr = 2,5188 cm2, jadi
konstruksi yang digunakan adalah ∟ 45 – 45 – 5
Fn = Fbr / 1,25
Fn = 4,30 / 1,25
Fn = 3,44 cm2
P
 =   = 1400 kg/cm2
Fn
 = 5642,2 = 1239,49912 kg/cm2
3,44

 = 1239,49912 kg/cm2 ≤  = 1400 kg/cm2..................................Ok!!!

C. Dimensi batang diagonal ( D )


a. batang terdiri dari batang D1 sampai dengan batang D7
b. diketahui
 Gaya batang maksimum = 3073,8 kg = 3,0738 ton
 Panjang batang maks = 2,13 = 213 cm
 Tegangan ijin (τ) = 1400 kg/cm2
 Digunakan profil rangkap baja siku sama kaki
c. perhitungan
Imin = 1,69.P.lk2
= 1,69 . 3,0738 . ( 2,13 )2
= 23,568 cm4
Batang D merupakan batang tekan ; dipakai profil rangkap.
Dipakai profil rangkap profil = 23,568 = 11,784 cm4
2

Dari table profil diambil ∟ 80 – 80 – 8


Iη = 29,6 cm4
Ix = Iy = 72,3 cm4
ix=iy = 2,42 cm4
F = 12,3
cm2
e = 2,26 cm
iη = 1,55 cm
Kontrol :
1. Terhadap sumbu bahan (x)
λx = 𝑙𝑘

= 2,42 = 88,016  Tabel  = 1,761


𝑖𝑥 213


𝜛𝑥.𝑃 7,720 . 3073 ,8
σ= = = 883,655 kg/cm2 ≤ 1400......ok
𝐹𝑡𝑜𝑡 2 . 12,3

2. Terhadap sumbu bebas bahan (Y)


Dipasang 4 plat kopling

Gambar 22.pemasangan plat kopling

L = 213 = 71 kg/cm2
4−1

Potongan I-I tebal pelat kopling t = 10 mm =1 cm


e0 = e + ½. t
= 2,26 + ½ .1
= 2,76 cm
lytotal = ∑ly + ∑F. eo2
= (2 . (72,3)) + (2 . (12,3) (2,762))
= 331,993 cm4
Jadi :

Iy  I 3
y  3,6736cm
3
F 1,
lk 213b cm 9
  r  88,0165   1,761
y
9
i y 2,42cm 3
2
x
Syarat pemasangan kopling: 1
Syarat pemasangan 2,
kopling: 3
  y .P 
l  1 x  4  3 
2
 F.   1,761 . 3073 ,8
71 ≤ ½ . 88,0165 . (4 − 3 )
2 . 12,3 . 1400

71 ≤ 155,282 cm
155,282 cm ≥ 71 cm  memenuhi syarat.......................Ok!!!

D. Dimensi batang Vertikal ( V )


Pmaksimum 3073,8 kg = 3,0738 ton
Panjang Batang terbesar (lk/ls) = 4,85 m
Tegangan izin 1400 kg/cm2
Digunakan Profil rangkap baja siku sama kaki
Perhitungan
𝑃 3073,8
Fn = = = 2,1955 cm
𝜎 1400

Fbr = Fn . 1,25
= 2,1955 . 1,25
= 2,744
Dipakai profil rangkap profil = 2,744 = 1,3722 cm4
2

Dari tabel profil baja diambil ∟ 35 – 35 – 6


Fbr = 3,87
𝐹𝑏𝑟 3,87
Fn = = = 3,096 cm2
1,25 1,25

= 𝑃
𝐹𝑛 ≤

 = 3073,8 = 992,829 kg/cm2 ≤ 1400 kg/cm2........................................Ok!!!


3,096

DAFTAR DIMENSI BATANG

Tabel 10.Daftar dimensi batang kuda-kuda

NO NAMA BATANG DIMENSI BATANG KETERANGAN


1. A1- A8 ∟ 70 . 70 . 11 Tekan (+)
2. B1- B8 ∟ 45 . 45 . 5 Tarik (-)
3. D1-D6 ∟ 80 . 80 . 8 Tekan (+)
4 V1-V7 ∟ 35 . 35 . 6 Tarik (-)

3.8 Perhitungan Sambungan paku keling


3.8.1 Perhitungan
Profil maksimal seluruh kuda-kuda ∟ 80 . 80 . 8
  1400 kg / cm2
σ = 0,8 . 1400 = 1120 kg/cm2
 tp = 2 .  = 2. 1400 = 2800
Digunakan paku keling 2,3 mm disambung secara doubel

2.𝑛𝑑2
2 . 3,14 . (2,3)2 . 1120
Ngs  = 4
4

=
= 5081,776 kg

Tebal plat diambil 10 mm = 1cm



Ntp = dsmin . tp
= 2,3 . 1. 2800
= 6400 kg

Kekuatan sebuah paku keling adalah 6400 kg


(kekuatan 1 paku keling untuk Prof ┴ 80 . 80 . 8)
Gambar 23. Rangka batang kuda-kuda

Keterangan : n = jumlah paku keling


Pn = Gaya
Ntp = daya dukung paku
Nmin = Ngs
Pada pemasangan sambungan jumlah minimal paku keling adalah 2 buah

1. Jumlah paku keling pada titik simpul 1

Batang Titik A1

𝑝𝑛 6211,54
n = 𝑁𝑚𝑖𝑛 = = 0,970 ≈ 2 buah PK
6400

Batang Titik
B9
5100 ,12
= = 0,796 ≈ 2 buah
n= 𝑝𝑛
6400
𝑁𝑚𝑖𝑛

2. Jumlah paku keling pada titik simpul 2

Batang Titik A1 dan A2

n = 𝑝𝑛 6211 ,54 + 5346 ,65


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,8069 ≈ 2 buah

Batang Titik D24

n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 998,78 = 00,156 ≈ 2 buah
6400

Titik V17

n = 𝑝𝑛 = 59,22 = 0,00925 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400
3. Jumlah paku keling pada titik simpul 3

Batang titik A2 dan A3

n = 𝑝𝑛 5346 ,65 +4495 ,52


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,537 ≈ 2 buah

Batang titik D25


1402 ,84
n = 𝑝𝑛 = = 0,219 ≈ 2 buah
𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

Batang titik V18

n = 𝑝𝑛
= 6400 = 0,098 ≈ 2 buah
𝑁𝑚𝑖𝑛 628

4. Jumlah paku keling pada titik simpul 4

Batang titik A3 dan A4

n = 𝑝𝑛 4495 ,52 + 3644,36


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,271 ≈ 2 buah

Batang titik D26


1893 ,54
n= 𝑝𝑛
= = 0,295 ≈ 2 buah
𝑁𝑚𝑖𝑛 6400

Batang titik V19

n = 𝑝𝑛 = 1196 ,77 = 0,186≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

5. Jumlah paku keling pada titik simpul 5

Batang titik A4

n= 𝑝𝑛
3644 ,36 = 0,569 ≈ 2 buah
𝑁𝑚𝑖𝑛
= 6400

Batang titik A5

𝑁𝑚𝑖𝑛
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛

Batang titik
V20

n = 𝑝𝑛
= 3561,72 = 0,556 ≈ 2 buah
6400

= 3073 ,83 = 0,480 ≈ 2 buah


6400

6. Jumlah paku keling pada titik simpul 6


Batang titik A5 dan A6

n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 3561 ,72 + 4511,05
= 6400 = 1,261 ≈ 2 buah
Batang titik V21

n= 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 1194 ,65 = 0,186 ≈ 2 buah
6400

Batang titik D27

n= 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 1917 ,64 = 0,299 ≈ 2 buah
6400

7. Jumlah paku keling pada titik simpul 7

Batang titik A6 dan A7

n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 4511 ,05 + 5469 ,03
= 6400 = 1,559 ≈ 2 buah

Batang titik V22

n = 𝑝𝑛 = 593,71 = 0,092 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

Batang titik
D28
= 1400 ,22 = 0,218 ≈ 2 buah
n= 𝑝𝑛 6400
𝑁𝑚𝑖𝑛

8. Jumlah paku keling pada titik simpul 8

Batang titik A7 dan A8

n = 𝑝𝑛 5469 ,03 + 6461,69


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,864 ≈ 2 buah

Batang titik D29

n = 𝑝𝑛 937,5 = 0,146 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400

Batang titik
V23
n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 118,44 = 0,018 ≈ 2 buah
6400
9. Jumlah paku keling pada titik simpul 9

Batang titik A8

n = 𝑝𝑛 = 6461 ,7 = 1,009 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

Batang titik B16

n = 𝑝𝑛 = 5642 ,21 = 0,881 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

10. Jumlah paku keling pada titik simpul 10

Batang titik B16 dan B15

n = 𝑝𝑛 5642 ,21 +5642,21


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,763 ≈ 2 buah

Batang titik V23

n = 𝑝𝑛 = 118,44 = 0,018 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛 6400

11. Jumlah paku keling pada titik simpul 11

Batang titik B15 dan B14

n = 𝑝𝑛 5642 ,21 + 4870 ,78


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,642 ≈ 2 buah

Batang titik
D29
= 937,5 = 0,146 ≈ 2 buah
n= 𝑝𝑛 6400
𝑁𝑚𝑖𝑛

Batang titik V22


= 593,71 = 0,092 ≈ 2 buah
n= 𝑝𝑛 6400
𝑁𝑚𝑖𝑛

12. Jumlah paku keling pada titik simpul 12

Batang titik B14 dan B13

n = 𝑝𝑛 4870 ,78 + 4051,4


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,394 ≈ 2 buah

Batang titik D28


n = 𝑝𝑛
𝑁𝑚𝑖𝑛 = 1400 ,22 = 0,218 ≈ 2 buah
6400

Batang titik V21

n = 𝑝𝑛 = 1194 ,65 = 0,186 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

13. Jumlah paku keling pada titik simpul 13

Batang titik B13 dan B12

n = 𝑝𝑛 4051 ,4 + 3801 ,58


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = `1,227 ≈ 2 buah

Batang titik D27

n = 𝑝𝑛 = 1917 ,64 = 0,299 ≈ 2 buah


𝑁 𝑚𝑖𝑛 6400

Batang titik V20

n = 𝑝𝑛 = 3073 ,83 = 0,480 ≈ 2 buah


𝑁 𝑚𝑖𝑛 6400

Batang titik D26

n = 𝑝𝑛 = 1893 ,54 = 0,295 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛 6400

14. Jumlah paku keling pada titik simpul 14

Batang titik B12 dan B11

n = 𝑝𝑛 3801 ,58 + 4383,14


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,278 ≈ 2 buah

Batang titik D25

n = 𝑝𝑛 = 1402 ,84 = 0,219 ≈ 2 buah


𝑁 𝑚𝑖𝑛 6400

Batang titik V19

n = 𝑝𝑛 = 1196 ,77 = 0,186 ≈ 2 buah


𝑁 𝑚𝑖𝑛 6400

15. Jumlah paku keling pada titik simpul 15

Batang titik B11 dan B10

𝑁𝑚𝑖𝑛
n = 𝑝𝑛
4383 ,14 + 5100,12
=
≈ 2 buah = 1,481
6400
Batang titik V18

n = 𝑝𝑛 = 565,81 = 0,088 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

Batang titik D24

n = 𝑝𝑛 = 998,78 = 0,156 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛
6400

16. Jumlah paku keling pada titik simpul 16

Batang titik B10 dan B9

n = 𝑝𝑛 5100 ,12 + 5100,12


𝑁𝑚𝑖𝑛 = 6400 = 1,593 ≈ 2 buah

Batang titik V17

n = 𝑝𝑛 = 59,22 = 0,00925 ≈ 2 buah


𝑁𝑚𝑖𝑛 6400
Tabel jumlah paku keeling yang digunakan

Tabel 11.Tabel panjang sambungan paku keling

No. NAMA JUMLAH DIAMETER


BATANG PAKU PAKU KELING
KELING
1 A1 2 Buah 20 mm
2 A2 2 Buah 20 mm
3 A3 2 Buah 20 mm
4 A4 2 Buah 20 mm
5 A5 2 Buah 20 mm
6 A6 2 Buah 20 mm
7 A7 2 Buah 20 mm
8 A8 2 Buah 20 mm
9 B1 2 Buah 14 mm
10 B2 2 Buah 14 mm
11 B3 2 Buah 14 mm
12 B4 2 Buah 14 mm
13 B5 2 Buah 14 mm
14 B6 2 Buah 14 mm
15 B7 2 Buah 14 mm
16 B8 2 Buah 14 mm
17 D1 2 Buah 23 mm
18 D2 2 Buah 23 mm
19 D3 2 Buah 23 mm
20 D4 2 Buah 23 mm
21 D5 2 Buah 23 mm
22 D6 2 Buah 23 mm
23 D7 2 Buah 23 mm
24 V1 2 Buah 14 mm
25 V2 2 Buah 14 mm
26 V3 2 Buah 14 mm
27 V4 2 Buah 14 mm
28 V5 2 Buah 14 mm
29 V6 2 Buah 14 mm
BAB IV
PENUTU
P

4.1 Simpulan.

Berdasarkan hasil perhitungan, ada beberapa kesimpulan yang dapat penulis


ungkapkan mengenai perencanaan dan perhitungan konstruksi kuda-kuda rangka baja.
Kesimpulan itu antara lain :
 Penentuan spesifikasi dan klasifikasi konstruksi sangat menentukan kemudahan
perhitungan dan pengerjaan konstruksi.
 Pada perhitungan balok gording, besarnya dimensi balok selain dipengaruhi
oleh gaya yang bekerja pada penampang juga dipengaruhi oleh jarak antar kuda-
kuda pada konstruksi atap.
 Pada perhitungan pembebanan yang diakibatkan oleh angin, besar kecilnya
kemiringan suatu atap akan menentukan besar kecilnya gaya angin yang
diterima. Dengan kata lain semakin besar sudut kemiringan atap semakin besar
pula gaya yang diterima oleh atap yang disebabkan oleh angin.
 Pada perhitungan gaya batang pada tiap batang kuda-kuda. Perhitungan gaya
batang bisa dilaksanakan dengan cara manual (grafis dan analitis) ataupun
dengan bantuan program. Kedua cara tersebut terdapat kelemahan sehingga
perlu dikontrol antara satu cara dengan cara yang lainnya.
 Penentuan dimensi batang tekan harus diperhitungkan terhadap panjang batang
yang diperhitungkan. Sedangkan untuk batang tarik hanya diperhitungkan
terhadap gaya dan jumlah perlemahan yang disebabkan oleh jenis dan
banyaknya alat sambung.
 Penentuan jarak dan letak alat sambung pada perhitungan sambungan tidak
boleh sembarangan, karena perletakkan yang salah akan mempengaruhi
kekuatan sambungan.
Pada perencanaan konstruksi atap pasti memerlukan gording untuk menjadi
penahan penutup atap, dalam laporan ini penutup atap memakai seng. Dapat
diperkirakan untuk bebannya 10 Kg/cm2, maka dari itu digunakan profil baja C – 8
untuk mengontrol tegangan serta lendutan.
Penulis juga menghitung gaya setiap batang memakai cara grafis dan komputasi,
dalam cara grafis penulis memakai cara Cremona dan komputasi penulis memakai
software SAP 2000. Agar dapat melihat gaya yang mempengaruhi setiap batang atas,
bawah, vertikal dan diagonal.
Dalam laporan ini penulis merencanakan memakai profil siku rangkap L 70 . 70 . 11
untuk batang Atas, L 45 . 45 . 5 untuk batang Bawah, L 80 . 80 . 8 untuk batang
Diagonal, L 45.45.5 untuk batang Vertikal. Profil yang digunakan sangat sesuai dengan
kebutuhan dan perhitungan konstruksi rangka atap baja.
Untuk menyambung antar batang pada konstruksi atap ini menggunakan sambungan
menggunakan paku keling. Sambungan paku keling yang digunakan pun sesuai dengan
kebutuhan dan perhitungan pada perencanaan konstruksi atap ini.

4.2 Saran
Untuk perbaikan tugas perencanaan ini dimasa yang akan datang, pada bagian
ini penulis menyampaikan beberapa saran dan masukan, saran dan masukan itu antara
lain :
 Pada perhitungan dimensi gording, disarankan menghitung beberapa percobaan
dimensi, dengan tujuan agar dimensi yang dihasilkan betul-betul sesuai dengan
kebutuhan.
 Penentuan gaya batang akan lebih mudah dan cepat dilaksanakan dengan
bantuan program, selain itu faktor kesalahan pada perhitungan relatif kecil.
 Perhitungan gaya batang akan lebih mudah dan cepat bila menggunakan cara
grafis.
 Penggunaan bahan harus sesui dengan perhitungan yang dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Baehaqi, Ahmad. (2011). Perhitungan Konstruksi Rangka Atap Baja. Bandung

Gunawan, Rudy. (1987). Tabel Profil Konstruksi Baja. Yogyakarta : Kanisius

KH, Sunggono (1995). Buku Teknik Sipil. Bandung : Nova

Salmon, Charles G. (1990). Struktur Baja. Jakarta: Erlangga

Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Batang Tarik (Power Point). Bandung :


Pendidikan Teknik Bangunan

Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Batang Tekan (Power Point). Bandung :


Pendidikan Teknik Bangunan

Supriyatna, Nandan. (2016). Perhitungan Sambungan (Power Point). Bandung :


Pendidikan Teknik Bangunan

Z. Lambri (1999). Daftar-daftar untuk Konstruksi Baja. Jakarta : Pradya Paramita

Anda mungkin juga menyukai