NPM : 917862060036
PRODI : PGSD 1
A. ASAS-ASAS KURIKULUM
1. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti dalam penyusunan
kurikulum hendaknya berdasar dan terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah
atau filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos, philen yang berarti
cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat,
hakikat, dan kebenaran. Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut oleh
suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme, sosialisme, fasisme, komunisme dan
sebagainya dapat digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai pandangan
hidup atau falsafah dalam arti praktis. Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia
yang harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan dijadikan
dasar dan terarah, sedang pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada Pancasila dan dengan
sendirinya segala kegiatan yang dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun
perorangan, harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas pancasila, termasuk
dalam kegiatan penyusunan kurikulum. Asas filosofis dalam pengembangan
kurikulum pada hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
2. Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-hal yang bersifat
psikologi. Manusia sebagai makhluk yang bersifat unitas multiplex yang terdiri atas
sembilan aspek psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut
dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran yang tercantum dalam
kurikulum sebagai berikut:
a. Aspek ketakwaan : dikembangkan dengan kelompok bidang agama
b. Aspek cipta : dikembangkan dengan kelompok bidang studi ekstra, sosial, bahasa,
dan filsafat.
c. Aspek rasa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi seni
d.Aspek karsa : dikembangkan dengan kelompok bidang studi etika, budi pekerti,
Agama, dan PPKN
e. Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu kegiatan penelitian, independen
studi, dan pengembangan bakat.
f. Aspek karya (keprigelan) : Dikembangkn dengan berbagai mata pelajaran
keterampilan.
g. Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan kelompok bidang studi kesehatan,
olahraga.
h. Aspek sosial : Dikembangkan melalui kegiatan praktek lapangan, gotong royong,
kerja bakti, KKN, PPL, dan sebagainya.
i. Aspek karya : Dikembangkan melalui pembinan bakat dan kerja madiri.
B. TEORI KURIKULUM
Dalam kamus Filsafat yang ditulis oleh Tim Penulis Rosda (1995) dijelaskan bahwa
Theory adalah :
Pemahaman akan berbagai hal dalam hubungan universal dan idealnya satu sama lain.
Lawan dari praktis dan/atau eksistensi faktual. Dalam pirnsip abstrak atau umum dalam
sebuah pengetahuan yang manampilkan pandangan yang jelas dan sistematik tentang
sebagian dari materi pokoknya, seperti dalam teori seni atau teori atom. Sebuah teori atau
model umum, abstrak, dan ideal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena, seperti
dalam teori seleksi alam.
Mouly dalam Beaucham (1975) menegaskan bahwa teori merupakan alat suatu
disiplin ilmu yang berfungsi untuk menentukan arah dari ilmu itu, menentukan data apa
yang harus dikumpulkan, memberikan kerangka konseptual tentang cara
mengelompokkan dan menghubungkan data, merangkum fakta-fakta menjadi
generalisasi empiris, sistem gengeralisasi, menjelaskan dan memprediksi fakta-fakta, dan
menunjukkan kekurangan pengetahuan kita tentang disiplin ilmu itu. Sehubungan dengan
fungsi teori, Brodbeck menyatakan “a theory not only explains and predicts, it also
unifies phenomena “. Demikian halnya dengan teori kurikulum yang mempunyai
kedudukan sangat penting dalam pengembangan kurikulum dan menjadi syarat mutlak
untuk mengembangkan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu. Menyimak definisi,
karakter dan fungsi teori tersebut, berarti kurikulum mempunyai pengaruh besar terhadap
implementasi dan pengembangan kurikulum. Teori kurikulum bukan hanya sebagai
landasan dan acuan, tetapi juga dapat menjelaskan dan memprediksi bagaimana praktik
kurikulum. Teori kurikulum mencari prinsip-prinsip atau pernyataan tentang apa yang
seharusnya atau tidak seharusnya ada/terjadi dalam pendidiakn. Teori kurikulum selalu
mengandung implikasi terhadap sikap dan perbuatan yang akan dilakukan. Oleh karena
itu, kurikulum selalu melibatkan aspek-aspek epistimologis (pengetahuan), ontologis
(eksisitensi atau realitas), dan aksiologis (nilainilai). Walaupun aspek-aspek tersebut sulit
dipisahkan satu dengan lainnya, ahli teori kurikulum dapat menekankan pada salah satu
aspek tertentu yang dianggap urgen.
Teori kurikulum dapat ditinjau dari dua fungsi pokok, yaitu : pertama, sebagai alat
dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peserta didik dalam proses
pembelajaran yang dibantu oleh disiplin sosial ilmu lainnya. Dalam fungsi ini tidak
digunakan data-data empiris. Fungsi pertama ini lebih banyak memfokuskan keunikan
dan kebebasan individu serta kegiatan-kegiatan yang bersifat temporer. Implementasi
kurikulum hanya sebagai upaya dan tanggung jawab moral, bukan sebagai masalah
teknis. Tujuan dari teori kurikulum adalah mengembangkan, menilai dan memilih
konsep-konsep tentang kurikulum sehingga dapat melahirkan gagasan-gagasan baru
tentang kurikulum. Kedua, sebagai suatu strategi atau metode untuk mencapai tujuan-
tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris. Fungsi kedua ini lebih banyak
menganalisis hubungan antara teori dengan praktik.
D. TIPOLOGI KURIKULUM
1. Kurikulum berdasar isi
Kurikulum menurut isi yang terkandung di dalamnya mempunyai tiga tipe yaitu
kurikulum klasik, kurikulum vokasional, dan life adjustment.
2. Kurikulum klasik
Kurikulum yang bersifat tradisional menekankan pada Bahasa asing, Bahasa
kuno, sejarah, sastra, matematika, dan ilmu murni.
3. Kurikulum vokasional
Diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk bekerja. Oleh sebab itu,
berbagai keterampilan dan keahlian dipersiapkan bagi peserta didik sesuai dengan
kebutuhan pasar yang sedang berkembang. Dalam dunia Pendidikan di Indonesia,
kurikulum vokasional diarahkan pada Pendidikan kejuruan dan keahlian teknis
seperti sekolah menengah kejuruan dengan berbagai macam penjurusannya seperti
Teknik, elektronika, media, keungan, dan tata boga serta politeknik juga dengan
berbagai macam penjurusan.
4. Kuriulum life adjustment
Menekankan pada pengembangan kepribadian yang meliputi pada
pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman tentang bagaimana bisa hidup adaptif
dalam mengarungi kehidupan dengan berbagai dimensinya seperti bagaimana
menjaga kesehatan, mengkontruksi hubungan social, membangun rumah tangga dsb.
5. Kurikulum berdasarkan model pengembangan
Kurikulum berdasarkan bagaimana ia dikontruksi atau dibangun dapat
mengambil dua tipe, yaaitu kurikulum model administratif dan akar rumput.
6. Kurikulum model administrative
Merupakan kurikulum yang digagas dan dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip administrative oleh para administrator Pendidikan. Para administrator
menginisisasi dan membentuk suatu kelompok kerja dengan dengan suatu model tim
yang disepakati da dipaandang mampu melakukan suatu tugas dengan tujuan yang
telah ditetapkan.Tim tersebut dibagi atas dua kelompok yaitu kelompok pengarah :
tim ini mengarahkan bagaimana dasar, arah, landasan, kebijakan dan strategi
pengembangan kurikulum dibuat. Kelompok pengarah terdiri dari pejabat tinggi
dalam administrasi Pendidikan dan pakar seniordalam berbagai kajiak Pendidikan.
Berdasarkan arahan ini, kelompok pelaksana melakukan berbagai kegiatan dalam
merumuskan tujuan yang lebih operasional, memilih sekuensi materi, menemukan
strategi pembelajaran dan evaluasi. Kelompok pelaksana terdiri dari berbagai pakar
dalam bidang kurikulum, bidang Pendidikan, dan dalam disiplin ilmu tertentu.
7. Kurikulum model akar rumput
Kurikulum model akar rumput tidak digagas dan dibangun dari pemikiran elite
birokrasi Pendidikan yang cenderung bersifat sentralis dan berdimendi top-down,
melainkan dikonstrkusi dan dibangun oleh para guru dan sekolah berdasarkan dengan
visi dan misi dan tujuan yang akan mereka raih. Kalaupun ada standar yang bersifat
nasional, ia sekadar dijadikan sebagai rujukan, namun isi, sekuensi materi, strategi
pembelajaran, dan evaluasi dirancang oleh masing-masing sekolah yang dimotori
oleh para guru yang akan mencerminkan konteks dan situasi local yang ada.
Konstruksi pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi ini,
memberikan keluasan bagi sekolah beserta guru untuk melakukan perencanaan,
pelaksanaan, dan penyempurnaan berdasarkan konteks dan situasi sekolah dan kelas.
Pengembangan kurikulumseperti ini memungkinkan sekolah mengembangkan ciri
atau kekhasan sekolah mereka sehingga hal itu menjadikan suatu sekolah diminati
dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini melahirkan kompetisi yang relative adil
karena bersaing berdasarkan pada keunggulan komparatif sekolah yang dimiliki.
8. Kurikulum berdasarkan harapan kenyataan
Kurikulum ideal merupakan kurikulum yang dicita-citakan, diharapkan, dan
diinginkan oleh banyak orang, paling tidak oleh para pembuatnya. Ia mengandung
gagasan konseptual ideal tentang apa seharusnya dan baik dikandung oleh suatu
kurikulum. Kurikulum ideal tercantum dalam dokumen resmi yang dimiliki oleh
suatu Lembaga Pendidikan. Dalam konteks Indonesia, kurikulum nasional dan
kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP) merupakan contoh kurikulum ideal.
9. Kurikulum real (actual)
Kurikulum real (actual) merupakan kurikulum yang diimplementasikan dalam
proses Pendidikan, pembelajaran, dan pengajaran. Kenyataan memiliki
kecenderungan yang tidak selalu sama dengan suatu yang diharapkan, diinginkan dan
dicita-citakan. Oleh sebab itu, apa yang didokumentasikan tidak selalu sama dengan
apa yang diimplementasikan. Misalnya apa yang telah diamanatkan dalam kurikulum
nasional atau yang digariskan dalam kurikulum tingkat satuan Pendidikan, dalam
kenyataannya belum tentu persis sama seperti yang dilaksanakan di dalam kelas atau
sekolah. Tentunya, semakin dekat persamaan dan kesamaan antara kurikulum ideal
dan real, maka semakin baik dan tepat pencapaian kurikulum