2.1 Tujuan
Sifat mampu keras atau hardenability adalah kemampuan suatu material untuk
dikeraskan. Sifat mampu keras suatu logam dapat ditunjang dengan beberapa faktor yang mampu
meningkatkan kekerasan logam, diantaranya :
Hardenability dapat diukur dengan beberapa metode, seperi metode Grossman and Bain
dan metode Jominy Test. Pada metode Grossman and Bain spesimen yang akan di uji berbentuk
batang silinder dengan diameter yang berbeda-beda. Parameter pada pengujian ini adalah
berdasarkan diameter kritis dan diameter kritis ideal. Diameter kritis ideal adalah diameter
maksimun dari suatu batang silinder yang dicelup kedalam media quench tertentu tanpa batas
pemisah yang tidak mengalami pengerasan, batas pemisah tersebut adalah dimana sturktur mikro
mengandung 50% Martensit. Sedangan diameter kritis ideal adalah diameter dari batang silinder
dengan 50% martensit pada quenching sempurna.
Pada metode Jominy Test, spesimen yang digunakan berbentuk batang silinder dengan
diameter 1 inch dan panjang 4 inch. Setelah dipanaskan hingga suhu austerisasi spesimen
diletakan diatas sebuah penyangga lalu disemprotkan air dari bagian bawah spesimen dengan
jarak ½ inch dari keran berdiameter ½ inch. Setelah proses quenching selesai dilakukan
pengujian kekerasan dengan beberapa titik berbeda dari spesimen tersebut sehingga
menghasilkan kurva hardenability yang menyatakan hubungan antara kekerasan terhadap jarak
dari ujung quench. Hubungkan kurva tersebut dengan kurva CCT unntuk jenis material tersebut
sehingga dapat diketahuii laju pendinginan pada lokasi tertentu dari spesimen.
2.3 Alat dan Bahan
2.3.1 Alat
Tungku Muffle
Alat uji jominy
Alat uji keras
Kaca mata
Penjepit spesimen
Sarung tangan
2.3.2 Bahan
Ampelas Spesimen
Uji kekerasan
Kesimpulan
2.4.2 Penjelasan Skema Proses
%C : 0.43%-0.5%
%Mn : 0.60%-0.9%
%S : 0.05%-0.4%
%P : 0.05%-0.4%
%Cr : 0.05%-0.4%
%Ni : 0.05%-0.4%
%Mo : 0.05%-0.1%
%Si : 0.05%-0.4%
%C Di
0.43 0.222
0.5 0.24
Spesimen yang akan dipanaskan hingga temperatur austerisasi harus melalui proses
preheat terlebih dahulu, yaitu proses pemanasan awal karena proses preheat berfungsi untuk
mengurangi perbedaan temperatur antara logam dengan unsur pemadu yang terkadung
didalamnya. Perbedaan temperatur ini bisa terjadi karena perbedaan kemampuan konduktivitas.
Proses preheat dilakukan pada suhu 650oC karena pada suhu tersebut tegangan sisa (stress
relieve) akan hilang, kemudian dilakukan proses penahanan agar proses penyeragaman
temperatur berlangsung secara efektif.
Setelah proses preheat, spesimen dipanaskan hingga suhu austerisasi yaitu 850 oC,
temperatur austerisasi yang digunakan berkisar 850oC karena Baja AISI 1045 merupakan baja
karbon dengan kandungan karbon 0.45%, sesuai dengan diagram fasa temperatur austerisasi
pada baja karbon 0.45% berkisar 760oC, namun untuk menghindari perubahan fasa pada saat
spesimen di pindahkan dari tungku ke media pendingin, maka temperatur austerisasinya dinaikan
sekitar 50s/d100 oC. Ketika temperatur spesimen mencapai austenit, dilakukan penahanan selama
15 menit dengan tujuan untuk menyeragamkan fasa dan struktur agar sepenuhnya menjadi
austenit.
2.7.1 Kesimpulan