METALOGRAFI KUALITATIF
4.1 Tujuan
1. Mengetahui bahan dan alat yang digunakan pada pengujian metalografi
kualitatif.
2. Mengetahui bentuk-bentuk fasa dari logam.
3. Menganalisa ukuran butir dari spesimen yang telah di identifikasi.
4. Menjelaskan hubungan antara struktur mikro dan karakteristik butir
terhadap bahan.
5. Memprediksi sifat mekanik sesuai dengan fasa yang terlihat.
40
KELOMPOK 06 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
4. Penggerindaan/Pengamplasan
Proses Penggerindaan mengunakan mesin gerinda putar dengan
media gerinda berupa kertas ampelas mulai ampelas kasar ukuran grit 80
dan 120 mesh sampai ampelas halus ukuran grit 190,240,320,400,dan 600
mesh , pada gambar dibawah ini ditunjukan kedalaman goresan dari logam
yang terdeformasi . goresan goresan akan menurun dengan menurunnya
ukuran grit dari ampelas . Arah pengampelasan dari satu ampelas ke
ampelas lain harus di ubah-ubah serta selalu diberikan air pendingin agar
specimen tidak menjadi panas dan menghindarkan dari garam
3. Electropolishing
Electropolishing disebut juga electrolytic polishing yang banyak
digunakan oleh stainless steel, tembaga paduan, zirconium, dan logam
lainnya yang sulit untuk dipoles dengan metode mechanical. Metode
electropolishing dapat menghilangkan bekas cutting, grinding dan
proses mechanical polishing yang digunakan dalam preparasi
spesimen. Ketika electropolishing digunakan dalam metalografi,
biasanya diawali dengan mechanical polishing dan diikuti oleh
etching. Mekanismenya yaitu menggunakan sistem elektrolisis yang
terdiri dari anoda (+) dan katoda (-).
Spesimen yang dimasukan ke dalam larutan elektrolit asam berada
di anoda sedangkan yang berada di katoda adalah logam yang harus
lebih mulia dari spesimenya dan harus tahan terhadap larutan
elektrolitnya serta tidak boleh larut.
Ketika proses, spesimen yang di anoda akan larut karena
teroksidasi. Dalam proses ini diberi pengaduk agar logam yang
terkikis menyebar merata.
6. Pengetsaan
Proses ini merupakan yang dilakukan untuk melihat struktur
mikro dari sebuah spesimen dengan menggunakan mikroskop
optik.Dilakukan dengan mengkikis daerah batas butir sehingga struktur
bahan dapat diamati dengan jelas dengan bantuan mikroskop optik. Zat
etsa bereaksi dengan sampel secara kimia pada laju reaksi yang berbeda
tergantung pada batas butir, kedalaman butir dan komposisi dari sampel.
Sampel yang akan dietsa haruslah bersih dan kering. Selama etsa,
permukaan sampel diusahakan harus selalu terendam dalam etsa. Waktu
etsa harus diperkirakan sedemikian sehingga permukaan sampel yang
dietsa tidak menjadi gosong karena pengikisan yang terlalu lama. Oleh
karena itu sebelum dietsa, sampel sebaiknya diolesi alkohol untuk
memperlambat reaksi. Pada pengetsaan masing-masing zat etsa yang
digunakan memiliki karakteristik tersendiri sehingga pemilihannya
disesuaikan dengan sampel yang akan diamati. Zat etsa yang umum
digunakan untuk baja ialah nital dan picral. Setelah reaksi etsa selesai, zat
etsa dihilangkan dengan cara mencelupkan sampel ke dalam aliran air
panas. Seandainya tidak memungkinkan dapat digunakan air bersuhu
ruang dan dilanjutkan dengan pengeringan dengan alat pengering.
Permukaan sampel yang telah dietsa tidak boleh disentuh untuk mencegah
permukaan menjadi kusam. Stelah dietsa, sampel siap untuk diperiksa di
bawah mikroskop. Pada intinya proses pengetsaan dilakukan
menggunakan cairan kimia untuk memunculkan detail struktur mikro pada
spesimen. Dilakukan dengan cara mencelupkan mount kedalam wadah zat
etsa.
Analisa pendahuluan
4.7 Kesimpulan
1. Baja AISI 1045 pada treatment Quenching air memiliki kekerasan HRc
yang paling tinggi (getas) karena ukuran butirnya kecil.
2. Baja AISI 1045 pada treatment normalizing memiliki kekerasan HRc yang
rendah, karena ukuran butirnya besar.
3. Ukuran butir pada struktur mikro baja AISI 1045 akan mempengaruhi
tingkat kekerasan pada suatu material.
4. Sifat getas/kekerasannya tinggi pada suatu material akan menyebabkan
material mudah patah.
5. Sifat ulet/kekerasannya rendah akan menyebabkan kekuatan material
menjadi besar.