Iman Islam Ihsan, Islam Dan Sains, Islam Dan Penegakan Hukum, Amar Makruf Dan Nahi Munkar, Fitnah Akhir Zaman.

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

KAJIAN ISLAM

1. Iman, Islam, Ihsan


2. Islam dan Sains
3. Islam dan Penegakan Hukum
4. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar
5. Fitnah Akhir Zaman

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Fandi Ramadhan


NIM : F1B020093
Fakultas&Prod : Teknik & Teknik Elektro
Semester : Ganjil

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat
dan karuniaNya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas
Pendidikan Agama islam (PAI) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah hingga saat ini.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam
yang telah memberikan tugas artikel ini dengan baik

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada pembaca ataupun
kepada penulis, semoga ini bisa menjadi amal jariyah kelak di akhirat

Mataram 14,Desember 2020

Muhammad Fandi Ramadhan


NIM F1B020093

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

MATERI

BAB I. Iman, Islam, Ihsan

1.1 Pengertian Iman 1


1.2 Pengertian Islam 3
1.3 Pengertian Ihsan 4
1.4 Hubungan Iman, Islam, Dan Ihsan 4
1.5 Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ihsan 5
1.6 Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia 6

BAB II. Islam Dan Sains


1.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam 7
1.2 Bukti-bukti Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Quran 8
1.3 Ilmu Sains Dalam Al Qur`an dan Hadist 10

BAB III. Islam dan Penegakan Hukum


1.1 Penegakan Hukum 14
1.2 Keadilan 15
1.3 Hukum Dan Keadilan Dalam Islam

BAB IV. Kewajiban Menegakkan Amar Makruf dan Nahi Munkar

1.1 Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar 18


1.2 Kewajiban menegakkan Amar makruf dan nahi mungkar 19

BAB V. Fitnah Akhir Zaman

1.1 Pengertian Fitnah 21


1.2 Fitnah – Fitnah Akhir Zaman 21
1.3 Hikmah di balik adanya Fitnah (Cobaan) 24
1.4 Pembagian Fitnah 24

iii
..

DAFTAR PUSTAKA ..
LAMPIRAN

iv
BAB I. Iman, Islam, Dan Ihsan

1.1 Pengertian Iman


Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il). - ‫ يؤمن‬-‫امن‬
‫ ايمانا‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.[2]
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan ‫ التصديق‬yaitu “pembenaran”.
Menurut Syekh Muhammad Amin al-Kurdi :
‫االيمان فهو التصديق با لقلب‬
“ Iman ialah pembenaran dengan hati”.
Menurut Imam Ab Hanifah:
‫االيمان هو االقرار و التصديق‬
“ Iman ialah mengikrarkan (dengan lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.
Menurut Hasbi As-Shiddiqy ;
‫القول باللسان والتصد يق بالجنان والعمل بااالركان‬
“ Iman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan
dengan anggota tubuh”.
Menurut Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya dgn:
‫قول و عمل و نية و ثمسك بالسنة‬
“Ucapan diiringi dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada
Sunnah”.[3]
Jadi bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala
sesuatu baik berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw diatas sudah jelas bahwasanya ada enam rukun
iman yang harus diyakini untk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang
hamba Allah yang ihsan nantinya.

Keenam Rukun Iman tersebut adalah:


a. Beriman kepada Allah Swt
Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt, Uluhiyyah Allah Swt, dan beriman
kepada Asma wa shifat Allah SWT yang sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-
quran dan Sunnah Rasul-Nya.

1
b. Beriman kepada Malaikat
Malaikat adalah hamba Allah yang mulia, mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah
kepada-Nya, serta tunduk dan patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada
mereka berbagai tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat
Allah SWT.
c. Beriman kepada Kitab-kitab
Allah yang Maha Agung dan Mulia telah menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab,
mengandung petunjuk dan kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi
Musa, Injil diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw.
d. Beriman kepada para Rasul
Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya para rasul, rasul pertama
adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw, dan semua itu adalah manusia
biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan, mereka adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan dengan kerasulan. Dan Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at
yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak
ada nabi sesudahnya.
e. Beriman kepada Hari Akhirat
Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia
dalam keadaan hidup untuk kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan
yang amat pedih. Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan
terjadi setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah
Taqdir artinya: beriman bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan
menciptakan seluruh mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut
kebijaksanaan-Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula
tertulis disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

2
1.2 Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari Bahasa Arab adalah bentuk masdar dari kata kerja
‫ اسالما‬- ‫ اسلم – يسلم‬Yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan,
dan penyerahan diri.[4] Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian
kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada
Allah.[5]
Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat :
a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
‫االسالم وهو االستسالم واالنقياد الظاهر‬
“Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir”.
b. Ab A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya seseorang
akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya melalui patuh
dan taat kepada Allah.
c. Menurut Hammudah Abdalati Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah
SWT.Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam itu
ialah tunduk dan taat kepada perintah Allah dan kepada larangannya
Islam di bangun diatas lima rukun,sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:
‫ قال‬:‫حدثنا عبيد هللا بن موسى قال اخبرنا حنظلة بن أبي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال‬
‫رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( بني اإلسالم على خمس شهادة أن ال إله إال هللا وأن محمدا رسول هللا وإقام الصالة‬
) ‫وإيتاء الزكاة والحج وصوم رمضان‬
“Abdulloh bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; handlolah bin abi sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata : rasul
saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak ada
tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan
sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.[6]
Jadi,Rukun Islam itu ada Lima,yaitu:
a. Syahadat
b. Shalat
c. Zakat

3
d. Puasa
e. Haji
1.3 Pengertian Ihsan
Kata ihsan berasal dari Bahasa Arab dari kata kerja (fi’il) yaitu :

‫ احسن – يحسن – احسا نا‬artinya : ‫ ( فعل الحسن‬Perbuatan baik ).

Menurut istilah ada beberapa pendapat para ulama,yaitu:


a. Muhammad Amin al-Kurdi, ihsan ialah selalu dalam keadaan diawasi oleh Allah
dalam segala ibadah yang terkandung di dalam iman dan islam sehingga seluruh ibadah
seorang hamba benar-benar ikhlas karena Allah.[7]
b. Menurut Imam Nawawi Ihsan adalah ikhlas dalam beribadah dan seorang hamba
merasa selalu diawasi oleh Tuhan dengan penuh khusuk, khuduk dan sebagainya.[8]

1.4 Hubungan Iman, Islam, Dan Ihsan

Iman, Islam dan Ihsan satu sama lainya memiliki hubungan karena merupakan unsur-unsur
agama (Ad-Din).

Iman,Islam dan Ihsan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya.
Iman adalah keyakinan yang menjadi dasar akidah. Keyakinan tersebut kemudian
diwujudkan melalui pelaksanaan kelima rukun Islam. Sedangkan pelaksanaan rukun Islam
dilakukan dengan cara Ihsan, sebagai upaya pendekatan diri kepada Allah.

Selain itu Iman, Islam, dan Ihsan sering juga diibaratkan hubungan diantara ketiganya
adalah seperti segitiga sama sisi yang sisi satu dan sisi lainya berkaitan erat. Segitiga
tersebut tidak akan terbentuk kalau ketiga sisinya tidak saling mengait. Jadi manusia yang
bertaqwa harus bisa meraih dan menyeimbangkan antara iman, islam dan ihsan.[9]

Didalam al-qur’an juga disebutkan bahwa Iman, Islam, dan Ihsan memiliki
keterkaitan,yaitu dalam QS Al-Maidah ayat 3 dan QS Ali-Imron ayat 19 yang berbunyi :

QS Al-Maidah ayat 3 :
‫اليوم اكملت لكم دينكم و اتممت عليكم نعمتي و رضبت لكم االسال م دينا‬

4
“ Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kaliam agama kalian dan Aku telah
menyempurnakan nikmat kepada kalian dan Aku telah meridhai Islam adalah agama yang
benar bagi kalian”.

QS Ali-Imron ayat 19 :
ٰ ‫اإل‬
‫سلم‬ ِ َّ َ‫ِإ َّن الدّينَ عِند‬
ِ ‫َّللا‬
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.
Di dalam ayat tersebut dijelaskan kata Islam dan selalu diikuti dengan kata addin yang
artinya agama. Addin terdiri atas 3 unsur yaitu, Iman, Islam, dan Ihsan. Dengan kata lain
dapat dinyatakan bahwa iman merupakan keyakinan yang membuat seseorang ber-Islam
dan menyerahkan sepenuh hati kepada Allah dengan menjalankan syareatnya dan
meninggalkan segala yang dilarang oleh syariat Islam.

1.5 Perbedaan Antara Iman, Islam, dan Ihsan

Disamping adanya hubungan diantara ketiganya, juga terdapat perbedaan diantaranya


sekaligus merupakan identitas masing-masing. Iman lebih menekankan pada segi
keyakinan dalam hati. Islam merupakan sikap untuk berbuat dan beramal.Sedangkan Ihsan
merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan, seseorang bisa diukur
tipis atau tebal iman dan islamnya.

Iman dan islam bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan Islam
adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan pengertian iman
adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila hanya
salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum keduanya.

Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada Islam.
Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman. Seorang hamba
tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah merealisasikan iman dan
ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah segolongan ahli iman.
Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin adalah muhsin. adalah
mukmin.[10]

5
1.6 Keutamaan Iman, Islam, Dan Ihsan Bagi Manusia

Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (Al-Islam) tidak sah
tanpa iman (Al-Iman), dan iman tidak sempurna tanpa ihsan (Al-Ihsan). Sebaliknya,
ihsan adalah mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak mungkin tanpa Islam.
Ali Bin Abi Thalib mengemukakan tentang keutamaan Iman,Islam dan Ikhsan sebagai
berikut:
‫ إن اإليمان ليبدو لمعة بيضاء فإذا عمل العبد الصالحات نمت فزادت حتى يبيض القلب كله وإن النفاق‬: ‫قال علي‬
‫ليبدو نكتة سوداء فإذا انتهك الحرمات نمت وزادت حتى يسود القلب كله‬

“ Sahabat Ali Berkata : sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih,
apabila seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan
bertambah sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperti titik
hitam, maka bila seorang melakukan perkara yang diharamkan, maka titik hitam itu akan
tumbuh dan bertambah hingga hitamlah (warna) hati”.1[11]

Jadi Iman,Islam dan Ikhsan mempunyai keutamaan yang sangat besar dalam
pandangan islam ini karena bagi para pelakunya akan diberikan Syurga oleh Allah SWT
sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah SWT didalam Al-Qur’an dan Al-Hadits.

6
BAB II. Islam Dan Sains

1.1 Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘ilm (‘alima-


ya’lamu-‘ilm), yang berarti
pengetahuan (al-ma’rifah),1 kemudian berkembang
menjadi pengetahuan tentang hakikat sesuatu yang
dipahami secara
mendalam.2 Dari asal kata ‘ilm ini selanjutnya di-Indonesia-kan menjadi ‘ilmu’ atau ‘ilmu
pengetahuan.’ Dalam perspektif Islam, ilmu merupakan pengetahuan mendalam hasil
usaha yang sungguh-sungguh (ijtihād) dari para ilmuwan muslim (‘ulamā’/mujtahīd) atas
persoalanpersoalan duniawī dan ukhrāwī dengan bersumber kepada wahyu Allah.
Al-Qur’ān dan al-Hadīts merupakan wahyu Allah yang berfungsi sebagai
petunjuk (hudan) bagi umat manusia, termasuk dalam hal ini adalah petunjuk tentang ilmu
dan aktivitas ilmiah. Al-Qur’ān memberikan perhatian yang sangat istimewa terhadap
aktivitas ilmiah. Terbukti, ayat yang pertama kali turun berbunyi ; “Bacalah, dengan
[menyebut] nama Tuhanmu yang telah menciptakan”. 4 Membaca, dalam artinya yang
luas, merupakan aktivitas utama dalam kegiatan ilmiah. Di samping itu, kata ilmu yang
telah menjadi bahasa Indonesia bukan sekedar berasal dari bahasa Arab, tetapi juga
tercantum dalam al-Qur’ān. Kata ilmu disebut sebanyak 105 kali dalam al-Qur’ān.
Sedangkan kata jadiannya disebut sebanyak 744 kali. Kata jadian yang dimaksud adalah;
‘alima (35 kali), ya’lamu (215 kali), i’lām (31 kali), yu’lamu (1 kali), ‘alīm (18 kali),
ma’lūm (13 kali), ‘ālamīn (73 kali), alam (3 kali), ‘a’lam (49 kali), ‘alīm atau ‘ulamā’ (163
kali), ‘allām (4 kali), ‘allama (12 kali), yu’limu (16 kali), ‘ulima (3 kali), mu’allām (1
kali), dan ta’allama (2 kali).
Selain kata ‘ilmu, dalam al-Qur’ān juga banyak disebut ayat-ayat yang, secara
langsung atau tidak, mengarah pada aktivitas ilmiah dan pengembangan ilmu, seperti
perintah untuk berpikir, merenung, menalar, dan semacamnya. Misalnya, perkataan ‘aql
(akal) dalam alQur’ān disebut sebanyak 49 kali, sekali dalam bentuk kata kerja lampau,
dan 48 kali dalam bentuk kata kerja sekarang. Salah satunya adalah :”Sesungguhnya
seburuk-buruk makhluk melata di sisi Allah adalah mereka (manusia) yang tuli dan bisu,

7
yang tidak menggunakan akalnya”.6 Kata fikr (pikiran) disebut sebanyak 18 kali dalam
alQur’ān, sekali dalam bentuk kata kerja lampau dan 17 kali dalam bentuk kata kerja
sekarang. Salah satunya adalah; “…mereka yang selalu mengingat Allah pada saat berdiri,
duduk maupun berbaring, serta memikirkan kejadian langit dan bumi”.7 Tentang posisi
ilmuwan, al-Qur’ān menyebutkan: “Allah akan meninggikan derajat orang-orang beriman
dan berilmu beberapa derajat”

1.2 Bukti-bukti Ilmu Pengetahuan Dalam Al-Qur’an


Bukti-bukti ilmu pengetahuan dalam Al-Qur‟an sangat banyak, di antaranya:

1. Nebula

Artinya: “Maka apabila langit Telah terbelah dan menjadi merah mawar seperti
(kilapan) minyak. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu
dustakan?”(Ar-Rahman: 37-38) Nebula adalah kumpulan 100 milyar galaksi yang
berbentuk seperti bunga mawar.

2. Kesempurnaan di alam Semesta

Artinya: “Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali
kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam
keadaan payah.” (QS. Al-Mulk: 3-4)

8
Di alam semesta, miliaran bintang dan galaksi yang tak terhitung jumlahnya
bergerak dalam orbit yang terpisah. Meskipun demikian, semuanya berada dalam
keserasian. Bintang, planet, dan bulan beredar pada sumbunya masing-masing dan
system yang berbeda.

3. Orbit

Artinya: “Dan dialah yang Telah menciptakan malam dan siang, matahari dan
bulan. masingmasing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al-Anbiya‟:
33) Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sitemnya, serta alam
semesta yang lebih besar bekerja secara teratur. Semuanya bergerak pada orbitnya masing-
masing.

4. Air Laut Tidak Saling Bercampur

Artinya: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian


bertemu,,Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing [1443]. (QS Ar-
Rahman:19-20)
Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan maksudnya masing-
masingnya tidak menghendaki. dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua
laut yang keduanya tercerai Karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu
tidaklah dikehendaki (Tidak diperlukan) Maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang
(digali untuk keperluan lalu lintas), Maka bertemulah dua lautan itu. seperti terusan Suez
dan terusan Panama.

9
Pada ayat di atas ditekankan bahwa dua jenis air bertemu, tetapi tidak saling
bercampur akibat adanya batas. dengan Bagaimana ini dapat terjadi? Biasanya, bila air dari
dua laut bertemu, diduga airnya akan saling bercampur dengan suhu dan konsentrasi garam
cenderung seimbang. Namun, kenyataan yang terjadi berbeda dengan yang diperkirakan.
Misalnya, meskipun Laut Tengah dan Samudra Atlantik, serta laut Merah dan Samudra
Hindia secara fisik saling bertemu, airnya tidak saling
bercampur. Ini karena di antara keduanya terdapat batas. Di Selat Gibraltal lebih terlihat
lagi. Antara air di Selat Gibraltar dengan Laut Mediteran terdapat perbedaan warna yang
jelas menjadi batas antara keduanya.
5. Langit Tujuh Lapis

Artinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala
sesuatu. (QS. AlTholaq: 12)
Atmosfer bumi ternyata terbentuk dari tujuh lapis. Berdasarkan Encyclopedia Americana
(9/188), lapisan-lapisan yang berikut ini bertumpukan, bergantung pada suhu, yaitu
troposfer, stratosfer, mesosfer, termosfer, ionosfer, eksosfer, dan magnetosfer.

1.3 Ilmu Sains Dalam Al Qur`an dan Hadist


A. Ilmu Biologi Dalam Al Qur`an

10
Artinya : “Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan
daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan
dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian
dalam tiga kegelapan[1306]. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu
dapat dipalingkan?” Surat Az-Zumar Ayat 6 (39:6)
Dalam tafsir dijelaskan dijelaskan bahwa tiga kegelapan itu ialah kegelapan dalam perut,
kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam selaput yang menutup anak dalam rahim.
Dalam Biologi dijelaskan bahwa sebenarnya embrio dalam rahin mengalami tiga fase
perkembangan yang disebut dengan fase morula, blastula, gastrula.
B. Ilmu FISIKA Dalam Al Qur`an

Perhatikan firman Allah dalam QS 6:125

Artinya : “Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya


petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan
barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya [503], niscaya Allah menjadikan
dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah
menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”

Secara Fisika, semakin ke atas (ruang angkasa) maka kandungan oksigen


semakin berkurang. Perhatikan juga QS 67:3 tentang keseimbangan system
kosmos.

11
Artinya :” Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali
tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak
seimbang? .”

C. FISIKA, BIOLOGI, dan KIMIA dalam AL QUR’AN


Perhatikan QS 21:30

Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?.”

D. ARSITEKTUR dalam AL QUR’AN

Perhatikan QS 89:6-8 yang menceritakan megahnya bangunan-bangunan di kota


Iram ibukotanya kaum Aad.

12
dan QS 38:7 tentang adanya arsitek dari bangsa syaitan.

Dan (Kami tundukkan pula kepadanya) syaitan-syaitan semuanya ahli bangunan


dan penyelam,

Artinya : “ Dikatakan kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia


melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua
betisnya. Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca".
Berkatalah Balqis: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku
dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam. "

E. INFORMATIKA dalam AL QUR’AN


Perhatikan firman Allah dalam QS 55:33.

Artinya : “Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya
kecuali dengan kekuatan.”

13
F. MATEMATIKA dalam AL QUR’AN
Matematika dalam Al Qur‟an meliputi (diketahui penulis sampai saat ini)
Al-Qur‟an juga berbicara tentang bilangan, misalnya satu (waahid atau ahad), tiga
(tsalaatsah), tujuh (sab‟ah), sepuluh („asyarah), seribu (alf), dan limu puluh ribu
(khamsiina alf). Selain itu, masih banyak bilangan-bilangan yang disebutkan dalam Al-
Quran termasuk bilangan rasional (pecahan). Bilangan pecahan yang disebut dalam Al
Qur‟an beserta surat dan ayatnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Bilangan terkecil yang disebutkan adalah 1/10 dan yang terbesar adalah
100000 (QS 37:147)

BAB III. Islam Dan Penegakan Hukum

1.1 Penegakan Hukum

Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya hukum di suatu


Negara antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan Kesadaran
hukum warga Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada sistem
politik Negara yang bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter
maka sangat tergantung penguasa bagaimana kaidah hukum, penegak hukum
dan fasilitas yang ada. Adapun warga Negara ikut saja kehendak penguasa
(lihat synopsis).Pada sistem politik demokratis juga tidak semulus yang kita
bayangkan. Meski warga Negara berdaulat, jika sistem pemerintahannya
masih berat pada eksekutif (Executive heavy) dan birokrasi pemerintahan
belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan bermental

14
mumpung,maka penegakanhukum masih mengalami kepincangan dan
kelambanan (kasus “hotel bintang” di Lapas).
Belum lagi kaidah hukum dalam hal perundang-undangan yang simpang siur
penerapannya (kasus Prita). Agar suatu kaidah hukum berfungsi maka bila
kaidah itu berlaku secara yuridis, maka kemungkinan besar kaidah tersebut
merupakan kaidah mati (dode regel), kalau secara sosiologis (teori
kekuasaan),maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwang maat
regel).Jika berlaku secara filosofi,maka kemungkinannya hanya hukum yang
dicita-citakan yaitu ius constituendum.4Kaidah hukum atau peraturan itu
sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan
kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu.Dalam
hal penegakanhukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah
seperti sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas
diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang
diberikan petugas kepada masyarakat. Selainselalu timbul masalah jika
peraturannya baik tetapi petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika
peraturannya buruk, makakualitas petugas baik.Fasilitas merupakan sarana
dalam proses penegakanhukum. Jika sarana tidak cukup memadai,maka
penegakanhukum pun jauh dari optimal. Mengenai warga negara atau warga
masyarakat dalam hal ini tentang derajat kepatuhan kepada peraturan.
Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga. Jika derajat
kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas
hukum.

1.2 Keadilan

Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan hukum dan keadilan sosial.
Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum artinya setiap orang harus

15
diperlakukan sama dihadapan hukum. Dengan kata lain hukum harus diterapkan secara
adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya dengan implementasi hukum ditengah
masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan pelaksanaan hukum secara adil diperlukan
kesadaran hukum bagi para penegak hukum. Dengan demikian guna mencapai keadilan
hukum itu,maka faktor manusia sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh
siapa saja termasuk penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor).Jika dalam suatu
negara ada yang cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim,maka
pemerintah harus bertindak mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum,
bukan malah berlaku zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan
masyarakat, terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan. Terdapat
naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi).Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan kemanusiaan,
suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam pengertian keadilan.
Kepemilikan atas harta seharusnya tidak bersifat mutlak. Perlu dilakukan pemerataan,
distribusi kekayaananggota masyarakat. Bagaimana pemilik harta seharusnya
menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,sehingga tidak
dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan kepentingan umum.
Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan memberikan manfaat bagi
pemiliknya maupun bagi masyarakat.

1.3 Hukum dan Keadilan Dalam Islam

Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu penegasan, ada
undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyata-nyata berlaku dalam kehidupan
manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat berkembang maju dalam
berjama’ah (Society).Man is born as a social being. Hidup perorangan dan hidup
bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain. Kita mahluk sosial
harusberhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari persoalan rumah tangga,
hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara negara, berantar agama dan
sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang bidangnya amat luas. Maka
risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah yang memberi ketentuan-ketentuan

16
pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.Kestabilan Hidup bermasyarakat
memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-tiap sesuatu yang melukai rasa
keadilan terhadap sebagian masyarakat,maka bisa merusak kestabilan secara keseluruhan.
Menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan
hukum yang ditegakkan. Semua anggota masyarakat berkedudukan sama dihadapan
hukum. Jadi dihadapan hukum semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah
sampai pimpinan tertinggi dalam Negara.“Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu
golongan menyebabkan kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat
kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat
mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.5:8).“Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata
yang menjalankan hukum atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis
selama dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas)

Tidak mungkin hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri kokoh
apabila konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum dimasyarakat
dewasa ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih terhadap orang
yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat banyak
telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa dinegeri ini keadilan itu dapat dibeli. Lebih
jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and Government
dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu, yakni:a.Manusia
secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality)b.Setiap masyarakat memiliki kesamaan
hak sipilc.Semua warga negara memiliki hak yang sama mendapatkan lapangan
pekerjaand.Semua warga Negara sama kedudukannya dalam politik.QS.4:135.”Wahai
orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang tegak menegakkan keadilan, menjadi
saksi kebenaran karena Allah, biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau
kerabatmu”.

17
BAB IV. Kewajiban Menegakkan Hukum Amar Ma’ruf Nahi Munkar
1.1 Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Menurut kamus al-Munawir Arab-Indonesia terlengkap bahwa arti


amar adalah memerintahkan. Ma‟ruf artinya adalah kebajikan. Nahi artinya melarang atau
mencegah. Munkar artinya adalah keji atau munkar.
Selain itu ma‟ruf juga diartikan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
dalam kitabnya atau melalui lisan rasulnya Muhammad SAW. Sedangkan yang munkar
diartikan apa yang dilarang oleh Allah dalam kitabnya atau melalui lisannya Muhammad
SAW. Dinamakan ma‟ruf karena jiwa yang sehat akan mengenalinya dan mengetahui
kebaikannya serta menerimanya dan akan terus melakukan perbuatan yang ma‟ruf dan
dinamakan munkar karena jiwa dan fitrah yang sehat akan mengingkari dan menjauhi serta
menjelekkan perbuatan tersebut.
Arti amar ma‟ruf nahi munkar secara terminologi ialah megajak kepada perbuatan yang
baik dan mencegah kepada perbuatan yang munkar. Secara etimologi amar berarti adalah
perintah, ajakan, anjuran, himbauan bahkan juga berarti permohonan. ma‟ruf artinya baik,
layak, patut. Nahi munkar berarti melarang, mencegah dan munkar berarti durhaka.

Amar ma‟ruf nahi munkar juga diartikan memerintahkan kepada perbuatan kebajikan dan
melarang pada pekerjaan yang munkar. Istilah ini di dalam syari‟at Islam yakni perintah
atau mengajak diri dan orang lain melakukan hal-hal yang dipandang baik oleh agama dan
melarang atau mencegah diri dan orang lain untuk melakukan hal-hal yang dilarang oleh
syariat.
Sedangkan menurut Imam Ghazali, amar ma‟ruf nahi munkar adalah dua perkara
tersebut ushuluddin, dengan kedua perkara tersebut terwujudlah tujuan darikeputusan nabi-
nabi. Dalilnya adalah firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 104 :

َ‫ع ِن ۡال ُم ۡنك َِر َواُولٰٓٮِٕكَ هُ ُم ۡال ُم ۡف ِل ُح ۡون‬


َ َ‫َو ۡلت َ ُك ۡن ِم ۡن ُك ۡم ا ُ َّمةٌ يَّ ۡدع ُۡونَ اِلَى ۡالخ َۡي ِر َويَ ۡا ُم ُر ۡونَ بِ ۡال َمعۡ ُر ۡوفِ َويَ ۡن َه ۡون‬

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung.”

18
1.2 Kewajiban menegakkan Amar makruf dan nahi mungkar

Di antara kewajiban-kewajiban terpenting adalah amar ma’ruf dan nahi


mungkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan), sebagaimana Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

َ َ‫ض يَأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َويَ ْن َه ْون‬


‫ع ِن ْال ُمنك َِر‬ ُ ‫َو ْال ُمؤْ مِ نُونَ َو ْال ُمؤْ مِ نَاتُ بَ ْع‬
ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَآ ُء بَ ْع‬

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah
dari yang mungkar.” (QS. At-Taubah: 71)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan dalam ayat ini, bahwa di antara sifat-sifat wajib
kaum mukminin dan mukminat adalah menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬


‫ع ِن ْال ُمنك َِر‬ ْ ‫ُكنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang
ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar.” (QS. Ali Imran: 110)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ان‬
ِ ‫اإل ْي َم‬
ِ ‫ف‬ ْ َ‫ َوذَلِكَ أ‬،ِ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَبِقَ ْلبِه‬،ِ‫سانِه‬
ُ َ‫ضع‬ َ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَطِ ْع فَبِ ِل‬،ِ‫َم ْن َرأَى مِ ْن ُك ْم ُم ْنك ًَرا فَ ْليُغَيِ ْرهُ بِيَ ِده‬

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, maka hendaklah ia


merubahnya dengan tangan, jika tidak bisa, maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga,
maka dengan hatinya, itulah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

Dan masih banyak lagi ayat-ayat dan hadis-hadis lainnya yang menunjukkan wajibnya
menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta tercelanya orang yang
meninggalkannya. Maka hendaknya Anda sekalian, setiap mukmin dan mukminah,
menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, walaupun orang yang Anda ingkari itu
marah, bahkan sekalipun mereka mencerca kalian, kalian harus tetap sabar, sebagaimana

19
para rasul dan yang mengikuti mereka dengan kebaikan, sebagaimana Firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi-Nya,

‫س ِل‬ ُّ َ‫صبَ َر أ ُ ْولُوا ْالعَ ْز ِم مِ ن‬


ُ ‫الر‬ ْ ‫فَا‬
َ ‫صبِ ْر َك َما‬

“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-
rasul telah bersabar.” (QS. Al-Ahqaf: 35)

Dan Firman-Nya,

َّ ‫ص ِب ُروا ِإ َّن هللاَ َم َع ال‬


َ‫صا ِب ِرين‬ ْ ‫َوا‬

“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfal:
46)

Serta FirmanNya yang menceritakan Luqman Haqim, bahwa ia berkata kepada anaknya,

ِ ‫ع ْز ِم اْأل ُ ُم‬
‫ور‬ َ َ‫علَى َمآأ‬
َ ‫صا َبكَ ِإ َّن ذَلِكَ مِ ْن‬ َ ‫ص ِب ْر‬ َ ‫صالَة َ َوأْ ُم ْر ِب ْال َم ْع ُروفِ َوا ْن َه‬
ْ ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوا‬ َّ ‫ي أَق ِِم ال‬
َّ َ‫َيابُن‬

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang
menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” (QS. Luqman: 17)

Referensi: https://konsultasisyariah.com/10880-amar-maruf-nahi-munkar.html
https://kalam.sindonews.com/ayat/104/3/ali-imran-ayat-104
http://repository.uin-suska.ac.id/16222/8/8.%20BAB%20III__2018301JS.pdf

20
BAB V. Fitnah Akhir Zaman

1.1 Pengertian Fitnah

Kata fitnah berarti musibah, cobaan, dan ujian. Kata ini disampaikan secara
berulang di dalam Alquran pada hampir 70 ayat (lihat al-mu'jam al-mufahras),dan seluruh
maknanya berkisar pada ketiga makna di atas tidak bisa juga bermakna sesuatu yang
mengantarkan kepada Allah seperti FirmanNya "ketahuilah bahwa mereka telah
terjerumus ke dalam fitnah..." (QS.at-taubah: 49).

Di sisi lain ada fitnah bermakna ujian sebab keduanya bisa digunakan dalam
konteks kesulitan maupun kesenangan yang diterima seseorang. Hanya saja, makna
"kesulitan" lebih sering digunakan.Allah SWT berfirman (yang artinya) : "dan kami akan
menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-
benarnya)..." (QS.al-Anbiyah:35) (Mufradat alfazh Al-Qu'ran al-karim karya ar-Raghib
Al-Ashfahani).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwasanya pengertian fitnah adalah hal-hal
dan kesulitan-kesulitan yang Allah timpakan kepada hamba-hambanya sebagai ujian dan
cobaan yang mengandung hikmah. Biasanya fitnah terjadi secara umum, namun ada juga
fitnah yang terjadi secara khusus pada akhirnya berkat karunia Allah, fitnah itu diangkat
sehingga meninggalkan dampak yang baik bagi orang-orang yang berbuat kebaikan dan
yang beriman, sebaliknya meninggalkan dampak yang buruk bagi mereka yang berbuat
kejahatan dan tidak beriman. Wallahu a'lam. (Fitnah Akhir Zaman/al-Fitnah wa Mauqif al-
Muslim minhaa",Dr.Muhammad al-'Aqil).

1.2 Fitnah-fitnah akhir zaman

Di antara fitnah Akhir zaman yang dijelaskan nabi shallallahu alaihi wasallam adalah:

1. Fitnah dalam agama, yaitu dengan mudahnya manusia berpindah dari agama Islam.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menjelaskan: "cepat-cepat lah kalian beramal saleh
sebelum datang fitnah, seperti malam yang gelap. Seorang pada pagi harinya dalam

21
keadaan mukmin, kemudian pada sore harinya menjadi kafir. Pada sore harinya dalam
keadaan mukmin pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan benda-
benda dunia". (H.R Muslim)

2. Fitnah kebodohan,Kerakusan,dan kekacauan dengan dicabutnya ilmu agama dari hati


manusia.

Beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda:"zaman semakin dekat, ilmu dicabut, muncul
fitnah-fitnah Oma tersebar kebakaran kebakaran banyak terjadi al-haraj. Para sahabat
bertanya,'Apakah Al-Haraj itu,ya Rasulullah?" Beliau
menjawab,''pembunuhan''.(Muttafaqun 'alaih)

Ilmu akan dicabut dari hati manusia dengan cara diwafatkannya para ulama'ahli ilmu
agama titik maka setelah itu akan terjadilah kebodohan di mana-mana dan akan ada
meluncur da'i-da'i yang menyeru ke dalam neraka jahanam.

3.Diangkatnya amanah dari manusia

Hal ini merupakan tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat.sebagaimana yang telah
dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang ketika itu datang seorang
badui kepada beliau dan,"kapankah hari kiamat akan terjadi?"beliau menjawab dengan
sabdanya:"Apabila telah disia-siakannya amanat, maka tunggulah hari kiamat! Orang
tersebut kembali bertanya,"bagaimana disia-siakannya,wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab,"apabila suatu perkara diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka
tunggulah hari kiamat."(HR.Bukhari)

pada kenyataan yang bisa kita amati adalah dengan dicabutnya sifat amanah dari pundak
pundak para pemimpin. kepemimpinan merupakan amanah yang sangat besar.
Sebagaimana sabda shallallahu alaihi wasallam: "setiap kalian adalah pemimpin dan setiap
kalian akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang pimpin."(HR.Bukhari dan
Muslim).

hal tersebut telah muncul di zaman ini seperti yang kita amati bersama, yaitu banyaknya
para pemimpin yang tidak melaksanakan amanah nya dengan baik. Mereka malah

22
menyelewengkan amanah itu untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya seperti
halnya korupsi yang telah merajalela di mana-mana. Hal ini termasuk bentuk
penyelewengan amanah yang seharusnya disampaikan kepada rakyat.

4.Fitnah Harta

macam-macam fitnah tersebut merupakan sebagian dari tanda-tanda hari kiamat dari Anas
bin Malik radhiallahu anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda
:"sesungguhnya di antara tanda hari kiamat ialah titik jual diangkat ilmu(agama), tersebar
kejahilan(terhadap agama),arak diminum(secara leluasa),dan zahirnya zina(secara terang-
terangan)". (HR. Al Bukhari no.78 dan Muslim no.4824).

fitnah-fitnah tersebut mulai muncul setelah wafatnya Umar bin Khattab karena beliau
merupakan dinding pembatas antara kaum muslimin dengan fitnah tersebut sebagaimana
yang diterangkan nabi sallallahu alaihi wasallam ketika beliau berkata kepada 'Umar :
"Sesungguhnya antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu yang akan hancur".(HR.Bukhari
dan Muslim).

Maka kita semua harus berhati-hati pada fitnah fitnah tersebut,karena hal tersebut akan
menghancurkan semua umat titik sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta'ala :"Dan
takutlah kepada fitnah yang tidak hanya menimpa orang yang zhalim di Antara kalian
semata dan ketahuilah bahwa Allah memiliki adzab yang sangat pedih".(QS. Al-Anfal:25).

Akan datang suatu masa di mana bangsa mengeroyok kalian seperti orang rakus
merebutkan makanan di atas meja, ditanyakan (kepada Rasulullah saw) apakah karena di
saat itu jumlah kita sedikit? Jawab Rasulullah saw, tidak bahkan kamu saat itu mayoritas
tetapi kamu seperti buih di atas permukaan air banjir, hanya mengikuti kemana air banjir
mengalir (artinya kamu hanya ikut-ikutan pendapat kebanyakan orang seakan-akan kamu
tidak punya pedoman hidup) sungguh Allah telah mencabut rasa takut dari dada musuh-
musuh kamu, dan mencampakkan di dalam hatimu 'al-wahn' ditanyakan (kepada
Rasulullah) apakah al-wahn itu ya Rasulullah? Jawabnya: wahn adalah cinta dunia dan
benci mati.

23
1.3 Hikmah di balik adanya Fitnah (Cobaan)

Dengan adanya fitnah (cobaan), maka dapat diketahui orang-orang yang benar imannya
dan orang-orang yang dusta. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka Allah
pasti mengetahui orang-orang yang benar dan Allah pasti mengetahui orang-orang yang
dusta. (terj. Al-‘Ankabut: 3)

1.4 Pembagian Fitnah

Fitnah (cobaan) terbagi menjadi dua:

1.Fitnah Khusus

Fitnah khusus adalah fitnah, di mana masing-masing manusia akan diuji dengan
keluarganya (isteri dan anak), hartanya (lih. Al-Anfal: 28) dan tetangganya. Pada
umumnya cobaan itu dapat melalaikan dan menjauhkan manusia dari beribadah kepada
Allah dan melupakannya dari mencari bekal untuk akhirat. Terhadap fitnah ini, Allah
Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Wahai orang-orang beriman! Janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang
yang merugi.” (terj. Al-Munafiqun: 9)

Fitnah ini disebut juga fitnah syahwat. Fitnah ini pernah menimpa Adam ‘alaihis salam
ketika ia tergoda memakan buah yang dilarang Allah, akhirnya Beliau dikeluarkan dari
surga, setelah itu Beliau bertobat dan Allah pun menerima tobatnya. Untuk menghadapi
fitnah syahwat ini adalah dengan bersabar menjalankan ketaatan kepada Allah, bersabar
menjauhi maksiat dan istiqamah di atas agamanya.

2.Fitnah Umum

Fitnah umum adalah fitnah yang berkaitan dengan agamanya, inilah fitnah syubhat. Fitnah
ini pertama kali menimpa Iblis karena qias batil yang dijadikan hujjah untuk menolak
perintah Allah untuk sujud menghormati Adam. Dalam Al-Qur’an disebutkan:

24
Allah berfirman, "Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku
menyuruhmu?" Iblis menjawab, "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari
api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah". (terj. Al-'Araaf: 12)

Fitnah syubhat ini bagi orang yang kurang dalam ilmunya terlihat seakan-akan baik, bagus
dan benar, padahal di balik itu ada bahaya yang besar, dan bahaya tersebut umumnya
hanya diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmu agamanya (ulama).

Fitnah ini juga muncul ketika Khalifah Utsman bin Affan radhiyallahu 'anhu terbunuh.
Setelah itu, kaum muslimin berpecah belah, mereka dikuasai oleh hawa nafsu,
mengkafirkan satu sama lain, bahkan sampai terjadi pembunuhan dan pertumpahan darah.

Untuk menghadapi fitnah syubhat ini adalah dengan yakin di atas kebenaran dan teguh
tidak mudah berubah oleh situasi dan kondisi; berbekal ilmu syar’i.

Nah, untuk fitnah yang kedua inilah Insya Allah akan dibahas lebih rinci bagaimana cara
menghadapinya. Berikut ini hal yang perlu disiapkan untuk menghadapi fitnah tersebut:

1.Menjaga tauhid dan menjauhi syirk.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirk), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang
mendapat petunjuk.” (terjemah Al-An’aam: 82)

2.Berpegang teguh dengan kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya dengan pemahaman As


Salafush Shaalih (generasi pertama Islam) dan bersatu di atasnya.

Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara; kamu tidak akan tersesat selama kamu
berpegang kepada keduanya; kitab Allah dan Sunnahku, dan keduanya tidak akan berpisah
sampai mendatangi telagaku.” (Syaikh Al Albani dalam Manzilatus Sunnah berkata:
“Isnadnya hasan.”)

Tentang keharusan memahami keduanya (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dengan pemahaman


As Salafush Shaalih, Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

25
“Kalian akan melihat setelahku perselisihan yang dahsyat. Maka kalian harus berpegang
dengan Sunnahku dan Sunnah para khalifah yang lurus dan mendapat petunjuk. Gigitlah
sunnah itu dengan geraham serta jauhilah perkara yang diada-adakan (dalam agama),
karena setiap bid’ah adalah sesat.” (Shahih, diriwayatkan oleh Ibnu Majah)

Sabda Beliau “Sunnahku” adalah sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Sabda Beliau “dan sunnah para khalifah yang lurus…”adalah sunnnahnya para sahabat,
yakni manhaj/jalan yang mereka tempuh dalam memahami agama, atau istilah lainnya
“pemahaman mereka (para sahabat)”.

Inilah solusi agar kita tetap di atas hidayah/petunjuk ketika terjadi banyak perselisihan
seperti di zaman sekarang.

Adapun tentang keharusan bersatu di atasnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai.” (terjemah Ali Imran: 103)

Terlebih di zaman sekarang, ketika musuh-musuh Islam saling bahu-membahu


menjauhkan ummat Islam dari agamanya dan mengadakan kerusakan dengan berbagai
sarana. Kondisi seperti ini menghendaki kita bersatu di atas kitabullah dan Sunnah
Rasulullah dengan pemahaman salaful ummah dan bahu membahu membendung
gelombang itu. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang
lain. jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan
Allah itu, niscaya akan terjadi fitnah (kekacauan) di muka bumi dan kerusakan yang
besar.” (terjemah Al-Anfal: 73)

Persatuan ini pun tetap memperhatikan saling nasehat-menasehati (yakni dengan beramr
ma’ruf dan bernahi mungkar), tidak mendiamkan kemungkaran yang terjadi.

3.Tetap beribadah dan beramal shalih.

Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Beribadah pada saat terjadi kekacauan (banyak fitnah) seperti berhijrah kepadaku.” (HR.
Muslim)

26
4.Beritighfar dan bertobat serta banyak berdzikr.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri
ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan
setan pun menampakkan indah apa yang selalu mereka kerjakan.” (terjemah Al-An’aam:
43)

Ali radhiyallahu 'anhu berkata: “Tidaklah turun bala’ (musibah) kecuali karena dosa, dan
bala’ itu tidak diangkat kecuali dengan bertobat.”

5.Kembali mempelajari agama.

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (terjemah At-Taubah: 122)

Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“ٍSesungguhnya di antara tanda-tanda hari kiamat adalah diangkatnya ilmu dan tampaknya
kebodohan (terhadap agama).” (HR. Bukhari dan Muslim)

6.Mendekat kepada para ulama rabbani

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka,
tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya
dari mereka (Rasul dan ulil Amri).” (terjemah An-Nisaa’: 83)

Makna “Ulil Amri” di sini adalah ulama dan umara’. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Kami ketika timbul kekhawatiran, pikiran kami kacau dan bumi (yang luas) terasa sempit,
kami mendatangi beliau (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah), kami perhatikan dan dengarkan
kata-katanya sehingga hilanglah (syubhat) yang menimpa kami semuanya.”

27
7.Tetap bersama jama’ah kaum muslimin dan imam mereka.

Hal ini berdasarkan hadits Hudzaifah yang panjang ketika Rasulullah shallalllahu 'alaihi
wa sallam menjelaskan akan muncul banyak fitnah, lalu Hudzaifah bertanya tentang
bagaimana sikap yang harus dilakukannya. Maka Beliau bersabda:

“Kamu tetap bersama jamaah kaum muslimin dan imam mereka.” Hudzaifah bertanya,
“Jika mereka tidak memiliki jama’ah dan imam (bagaimana)?” Beliau menjawab:
“Jauhilah semua firqah (golongan) itu, meskipun kamu harus menggigit akar pohon
sampai maut menjemputmu dan kamu berada di atasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8.Berlemah lembut dan tidak tergesa-gesa dalam sesuatu agar dapat menyikapi masalah
dengan bijak (hikmah).

9.Bersabar dan teguh di atas Sunnah

Berpegang dengan sunnah di zaman fitnah sungguh berat, ibarat memegang bara api. Oleh
karena itu, seseorang butuh bersabar. Untuk memperoleh kesabaran di antara caranya
adalah dengan mengkaji Al-Qur’an dengan tafsirnya dan As-Sunnah dengan syarahnya,
memperhatikan akibat baik bagi orang-orang yang bersabar, mempelajari kisah-kisah para
nabi dan para sahabat, menghadiri majlis-majlis ilmu, berkawan dengan orang-orang
shalih, mengingat surga dan neraka, mengingat bahwa hidup di dunia hanya sementara,
dsb.

10.Ingat, masa depan di tangan Islam

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa.” (terjemah An-Nuur: 55)

Oleh karena itu, tetaplah mendalami Islam dengan benar, amalkanlah, dakwahkanlah dan
bersabarlah dalam berdakwah. Jika kita sudah melakukannya, niscaya Allah akan

28
memenangkan Islam sebagaimana Allah telah memenangkan Rasulullah shallalllahu 'alaihi
wa sallam dan para sahabatnya dahulu.

11.Berhati-hati terhadap nifak dan sarana yang mengarah kepadanya.

Al Hasan berkata, “Tidak ada yang takut terhadapnya (yakni terhadap nifak) kecuali orang
mukmin dan tidak ada orang yang merasa aman darinya kecuali orang munafik.”

Di antara sarana (dalam bentuk amal) yang dapat mengarah kepada nifak adalah khianat
dalam amanat, berdusta dalam bicara, ingkar janji, bertindak kasar ketika bertengkar, tidak
mau mengerjakan shalat dengan berjama’ah, menunda-nunda hingga hampir habis
waktuya, sangat berat melakukan shalat; terutama shalat Subuh dan 'Isya, malas beribadah
dsb.

12.Hati-hati jangan menyelisihi perintah Nabi shallalllahu 'alaihi wa sallam

Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah
(cobaan) atau ditimpa azab yang pedih.” (terj. An-Nuur: 63)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yakni hendaknya orang-orang yang menyalahi ajaran
Rasul shallalllahu 'alaihi wa sallam batin maupun zhahir merasa khawatir dan takut
“tertimpa fitnah” yakni di hati mereka berupa kekufuran, kemunafikan atau bid’ah.”

Termasuk penyimpangan di hati.

13.Berlindung kepada Allah dari fitnah.

Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Berlindunglah kepada Allah dari fitnah; yang nampak maupun yang tersembunyi.” (HR.
Muslim)

14.Berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan hati.

29
Hati manusia semuanya berada di antara dua jari di antara jari-jari Allah, Dia mudah
membalikkannya jika Dia menghendaki (HR. Ahmad dan Muslim). Oleh karena itu,
Rasulullah shallalllahu 'alaihi wa sallam sering berdo’a dengan do’a berikut:

“Wahai Allah yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku ini di atas agamamu.”
(HR. Tirmidzi dari Anas, lih. Shahihul Jami’ 7864).

30
DAFTAR PUSTAKA

BAB 1 :

• [1] Imam An-Nawawi.Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyah.hal.37


• [2] Louis Ma’luf, Kamus al-Munjid, Beir--t : al-Maktabah al-Katulikiyah, T.th,
hlm.16
• [3] Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (Terjemahan) H. Firdaus, Jakarta : Bulan
Bintang, 1976, hlm.257
• [4] Ibid hal.48
• [5] Asmaran AS, Pengantar Study Tauhid, Jakarta : Rajawali Prees, 1992, hlm.84
• [6] Ibid hal.75
• [7] Muhammad Musthafa.Al-Ushulul As-Tsalasa.hal.86
• [8] Ibid hal.104
• [9] Ibid hal.28
• [10] Hasby ash-Shiddiqy. Al-Ushulu At-Tauhid. hal.31-32.
• [11] Imam Ab-- Hanifah, Al-Fiqh al-Akbar, Hedrabad : Dairah al-Ma’arif al-
‘Usman³yah, 1979, hlm.6.

BAB II :
▪ http://repository.uin-malang.ac.id/1783/7/1783.pdf
▪ Abdullah, Yatimin, Studi Islam Kontemporer,Amzah, Jakarta, 2006 Ali Anwar
Yusuf, Dr. Islam dan Sains Modern,
▪ Sentuhan Islam terhadap Berbagai disiplin ilmu, Pustaka Setia, 2006 Arsyad,
M.Natsir, Ilmuwan Muslim Sepanjang Masa, Mizan, Bandung, 1989 ---------,
▪ Memadu Sains dan Agama menuju Universitas Islam Masa Depan, UIN Malang,
2004 Husain, M. Thabathaba‟I, Sayyid, Memahami Esensi Al-Qur‟an, Lentera,
Jakarta, 2000 Masruri, hady.
▪ Filsafat Sains dalam Al-qur‟an, cet 1, 2007 Majma‟ al-Lughoh al-arabiyah, al-
Mu‟jam al-Wasit, (Istanbul: Dar al-Da‟wah, 1990 Masruri, hady. Filsafat Sains
dalam Al-qur‟an, cet 1, 2007

xxxi
BAB III :

• Natsir,M Demokrasi dibawah Hukum, Media Dakwah, Jakarta Cet.III 2002.


• https://kalam.sindonews.com/ayat/8/5/al-maidah-ayat-8
• https://www.jurnalfai-uikabogor.org/index.php/mizan/article/download/122/38

BAB IV :

https://konsultasisyariah.com/10880-amar-maruf-nahi-munkar.html
https://kalam.sindonews.com/ayat/104/3/ali-imran-ayat-104

http://repository.uin-suska.ac.id/16222/8/8.%20BAB%20III__2018301JS.pdf

BAB V :
• https://kalam.sindonews.com/ayat/104/3/ali-imran-ayat-104

• http://repository.uin-suska.ac.id/16222/8/8.%20BAB%20III__2018301JS.pdf

• https://asysyariah.com/kewajiban-amar-maruf-nahi-mungkar-2/

• http://buletin-aliman.blogspot.com/2013/02/fitnah-akhir-zaman.html

• https://islam.nu.or.id/post/read/39988/fitnah-akhir-zaman

• http://www.radioismail.com/artikel/seputar-permasalahan/menghadapi-fitnah-
akhir-zaman

xxxii

Anda mungkin juga menyukai