Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH

RETRADASI MENTAL
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen:

Kelompok 4
S1 Keperawatan
Kelas 3B Angk. 2018

Desinta Lambo (201801054)


Mutmainnah (201801070)
Rosanti (201801083)
Rivaldi Nardi (201801081)

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala.


Karena dengan rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi
kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Masalah Retradasi Mental” makalah ini merupakan
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak II.
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar mata
kuliah Keperawatan Anak II dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak kami harapkan.

PALU, 2 NOVEMBER 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH RETRADASI
MENTAL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penyusunan......................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3
A. Konsep Medis..............................................................................................3
1. Definisi................................................................................................3
2. Etiologi................................................................................................3
3. Gejala Klinis........................................................................................6
4. Diagnosis.............................................................................................8
5. Pathway...............................................................................................9
6. Penatalaksanaan.................................................................................10
7. Patofisiologi.......................................................................................10
8. Pemeriksaan penunjang.....................................................................11
9. Pecegahan..........................................................................................14
B. Konsep Keperawatan..................................................................................14
1. Pengkajian..........................................................................................14
2. Diagnosis Keperawatan.....................................................................16
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................17
4. Implementasi Keperawatan...............................................................41
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................41
BAB III....................................................................................................................42
PENUTUP................................................................................................................42
A. Kesimpulan................................................................................................42
B. Saran..........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................43

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau
disabilitas intelektual. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diseluruh dunia menderita
gangguan ini, sedangkan di Indonesia 1-3% dari jumlah penduduk menderita
retardasi mental. Keterbatasan yang timbul sebagai akibat dari retardasi mental
menjadikan retardasi mental tidak hanya merupakan masalah kedokteran, namun
juga merupakan masalah pendidikan dan masalah sosial baik bagi keluarga
penderita maupun bagi masyarakat.

Untuk mendiagnosis retardasi mental, perlu anamnesis cermat dengan


orang tua mengenai kehamilan, persalinan, dan perkembangan anak, yaitu
adaptasi sosial dan intelektual. Fungsi intelektual dapat dinilai melalui tes
intelegensi. Uji intelegensia pertama kali diperkenalkan oleh psikolog Perancis
yang bernama Alfred Binet dan Theodore Simon pada tahun 1900. William
Stern pada tahun 1912 membuat konsep intelligence quotient (IQ), atau hasil-
bagi inteligensi (HI), sebagai suatu perbandingan antara mental age (MA) dan
chronological age (CA). Selain uji intelegensi tersebut, masih ada pula uji
intelegensi lain, seperti Stanford Binet Intelligence Scale dan Wechsler
Intelligence Scale for Children (WISC-III).

Adapun pembagian tingkat inteligensi adalah sebagai berikut: sangat


superior (>130), superior (110-130), normal (86-109), keadaan bodoh (68-85),
debilitas (52-67), imbesilitas (20-51), dan idiosi (<20)

1
B. Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
a. Mahasiswa dapat memahami tinjauan teori dari retardasi mental
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dan prinsip pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah retardasi mental

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Definisi
Menurut Muzal Kadim 2016 Retardasi mental merupakan
suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta
orang diseluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi
mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan pendidikan pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan msyarakat. Retardasi
mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama, hakiki, dna khas pada anak.
Menurut Raysa Ramayumi 2014 mendeskripsikan Definisi
retardasi mental yang di gunakan di Indonesia adalah definisi menurut
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
yaitu suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya tak adaya
keterampilan selama masa perkembangan.
Semiun 2006 mendeskripsikan bahwa Retardasi mental
sebagai suatu kondisi dimana fungsi intelektual yang secara signifikan
berada di abwah rata-rata. Jika pengukuran fungsi intelektual dapat
dilakukan secara invidual.

2. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti di ketahui faktor penentu tubuh
kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak
tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimkaksudkan dengan
lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana
(milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang.
a. Penyebab prenatal
Kelaianan Kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbnyak
adalah sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down
pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan
ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan
menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini
termasuk retardasi mental sedang. Sindrom down merupakan 10-
32% dari penderita retardasi mental diperkirakan insiden sindrom
down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang
berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai resiko 1:2000,
sedangkan ibu yang burumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30
untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada
sindrom Down 95% menunjukkan trisomy -21, sedangkan 5%
sisanya memrupakan mosaic dan translokasi.
Berdasarkan hasil peneletian dari Raysa Ramayumi, Adhil
Nurdin, Siti Nurhajjah, yang berjudul Karakteristik Penderita
Retardasi Mental di SLB Kota Bukit Tinggi, 2014
mengemukakan usia ibu hamil pada penderita retardasi mental,
diperoleh bahwa rentang usia ibu terbanyak adalah lebih dari 35
tahun, dengan frekuensinya
16 orang (34,8%/) yang kemudian di ikuti oleh rentang usia
berturut-turut 31-35 tahun (30,4%), 26-30 tahun (21,7%) dan 21-
25 tahun (13,1%). Beberapa enelitian terdahulu hanya
menjelaskan bahwa usia ibu saat hamil memiliki hubungan yang
erat dengan kelahiran bayi dengan sindrom yang merupakan salah
satu bentuk retardasi mental berat.
Berdasarkan pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan
kelebihan kromosom-X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di
antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Kelebihan kromosom memberi pengaruh tidak baik pada
kesehatan jiwa , termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah
laku dan kriminalitas. Penampilan klinis yang khas pada kelainan
ini adalah dahi yang tinggi, rahang bawah yang besar, telinga
panjang, dan pembesaran testis. Diperkirakan prevalens retardasi
mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada anak usia
sekolah adalah 1:2610 [ada laki-laki, dan 1:4221 pada perempuan.
Kelainan Metabolik
Kelainan metabolic yang sering menimbulkan retardasi mental
adalah phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolic
dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino fenilalanin
menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Diperkirakan
insidens PKU adalah 1:12000-15000 kelahiran hidup. Penderita
retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental
berat dan 33,3% retardasi mental sedang. Kadang-kadang gejala
klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu
kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting untuk mencegah
timbulnya retardasi mental atau paling tidak meringankan derajat
retardasi mental.adapun gejala klasik hipotiroid kongenital pada
minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah yang tebal
dan menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara,
hipotoni, konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis. Penelitian
WHO mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60
juta Amerika Latin.mempunyai risko defesiensi yodium. Akibat
defisiensi yodium pada masa perkembangana otak karena asupan
yodium yang kurang pada ibu hamil kurang dari 20 ug (normal
80- 150 ug) per hari. Dala bentuk yang berat kelainan ini disebut
juga keratinisme, dengan manifestasi klinis adalah miksedema,
kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi
mental berat. 1 dari 10 neonatus megalami retardasi mental
karena defisiensi youdium.
b. Penyebab Perinatal
85% dapat memperlihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan
90% memperlihatkan perkembangan mental rata-rata. Pnelitian
pada
73 bayi premature dengan berat kahir 1000 g atau kurang
menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-
rata 94. Penulis-penuis berpendapat bahwa semakin rendah berat
lahirnya , semakin banyak kelaianan yang dialami baik fisis
maupun mental. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraverikular, kornikterus, meningitis dapat menimbulkan
kerusakan otk yang ireversibel dan merupakan penyebab
timbulnya retardasi mental.
c. Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, kejang dapat meneybabkan kerusakan otak pada yang
akirnya menimbulkan retardasi mental (Titi Sunarwati, dan Muzal
Kadim, sari pediatric, vol.2 No.3 2016:172-175).

3. Gejala Klinis
Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental, yaitu:
a. Kelainan pada mata:
1) Katarak
2) Bintik cherry-merah pada daerah macula
3) Korioretinitis
4) Kornea keruh
b. Kejang
1) Kejnag umum tonik klonik
2) Kejang pada masa neonatal
c. Kelaianan kulit
1) Bintik
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
2) Rambut cepat memutih
3) Rambut halus
e. Kepala
f. Perawakan pendek
g. Dystonia
Sedangkan gejala dari retradasi mental tergantung dari tipenya,
sebagai berikut:
a. retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan mereka termasuk dalam tipe sosial budaya, dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar
baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
mandiri seperti ornag dewasa yang normal. Tetap pada umumnya
mereka ini kurang mampu menghadapi stress,sehingga tetap
mampu membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
b. Retardasi Mental Sedang
Kira-kira 12% dari seluruh penderitaan retardasi mental, mereka
mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
intelektualnya hanya dapat sampaimkelas 2 SD saja., tetapi dapat
dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Dan apa bila berkerja nanti mereka ini
perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana
mnegurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mempu
menghadapi stress dan kurang mandiri, sehingga memerlukan
bimbingan dan pengawasan.
c. Retardasi Mental Berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena
selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdsarkan keluhan
dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motoric dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja,
dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitar
(soetjiningsih 1995).

4. Diagnosis
Muzal dkk (2016) didalam tulisannya didapatkan Diagnosis
retardasi mental tidak hanya berdasarkan atas tes intekegensia saj,
melankan juga dari riawayat penyakit, laporan dari orang tua, laporan
dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang.
Yang perlu dinilai tidak hanya intekegensia saja melainkan juga
adaptasi sosialnya. Dari anamneses dapat diketahui bebrapa faktor
risiko terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisik pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit
dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang
kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanta-tanda
dismofik dari sindrom-sindrom terntentu) perlu dilakukan
pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada
anak yang berumur dia ats 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu
menilai adanya klasifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi
dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferikloridan dan asam amino.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya
kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk
membantu seperti pemeriksaan BERA, CT Scan, dan MRI.
5. Pathway

Faktor prenatal Faktor perinatal Faktor pascanatal

1. Infeksi 1. Abrupsio plasenta 1. Trauma


2. Kelainan kromosom 2. Diabetes maternal 2. Infeksi
3. Kelainan genetik dan kelainan 3. Kelahiran prematur 3. Keracunan
Ansv yang diturunkan
mAetabolik 4. Lingkungan
4. Keracunan
5. metabolik
5. gizi

Kerusakan pada fungsi otak

Hemisfer kanan Hemisfer kiri

Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan Keterlambatan


perkembanga motorik perkembangan perkembangan perkembangan perkembangan
kasar motorik halus bahsa sosial kognitif

1. Apraksia(tidak 1. Kontak mata 1. Menunjukkan


1. Tidak mampu 1. Sulit konsentrasi perilaku tidak sesuai
2. Bingung mampu gerakan kurang
mandi/mengen yang yang telah anjuran
akan
3. Gelisah 2. Perilaku 2. Begantung pada
4. Perilaku berlebihan dipelajari
pakaian/maka tidak sesuai orang lain
5. Perilaku tidak 2. Disleksia(ganggu 3. Sulit memahami
n/ketoilet/berh konsisten an membaca
usia
komunikasi
iassecara 6. Tidak mampu 3. Sulit menyusun 3. Kurang 4. Tidak mampu
mandiri melakukan kalimat responsif mempelajari
2. Minat keterampilan atau 4. Sulit atau tertarik keterampilan baru
melakukan perilaku khas usia mengungkapkan pada orang 5. Tidak mampu
perawatan diri kata-kata lain melakukan
kurang kemampuan yang
dipelajari
anak keluarga sebelumnya

anak Gangguan
Gangguan Gangguan Resiko
komunikasi interaksi
tumbuh Ansietas cedera
verbal sosial
kembang
Defisit
perawatan
diri

Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )
6. Penatalaksanaan
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi
mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (Ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan
fungsi kognitif. Impiramin, dekstroamfitamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak.
Untuk menaikkan kemampuan (muzal kadim dkk, 2016)
7. Patofisiologi
Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi
hidup sehari hari
Retardasi mental ini termaksuk kelemahan atau ketidak mampuan
kognitif yang muncul pada masa kanak kanak (sebelum usia 18 tahun )
yang ditandai dengan fungsi kecerdasa dibawah normal(IQ 70 samapai
75 atau kurang) dan disertai keterbatasan keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa,
keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan social,
penggunaan sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersanta,i dan bekerja (American
Assocation on Mental Retardation [AAMR] 1992). berat,
Penyebab reterdasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
prenatal, perinatal dan pascanatal, penyebab prenatal termaksuk
penyakit kromosom (trisomi 21 [sindrom down] findrom fragile-x)
gangguan sindrom (distrabobifi otot duchenne, neurofibromatoris [tipe
1] dan gangguan metabolisme sejak lahir (feniketoniria) penyebab
perinatal dapat digolongkan menjadi yang berhubungan dengan masalah
intrauterine seperti abrupsio plasenta, dia betes maternal, dan kelahiran
premature serta kondisi newnatal termaksuk meningitis dan perdarahan
intracranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-kondisi yang
terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan degenaratif dan
demielinisdasi (AAMR. 1992) sindrom fragile_x sindrom down. Dan
sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang
menderita retardasi mental munculnya masalah-masalah seperti paralisis
serebral, deficit sensoris gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan
dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada kanak-kanak prognosis jangka panjang pada
akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu terebut dapat berfungsi
mandiri dalam masyarakat (mis: bekerja, hidup mandiri, keterampilan
social ).

8. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang Perlu di lakukan pada anak yang
menderita reterdasi mental yaitu (SkonkoffJp, 1992)
a. kromosom kariotipe
terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
1) Anamnesis ibu tercemar zat-zet teratogen
2) Terdapat beberapa kelainan congenital
3) Genitalia abnormal
b. EEG (elektro ensefalogram)
1) Gejala kejang yang di curigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. CT (Cranial Computed tomography) Atau MRI (magnetic
resonance imaging)
1) Prmbesaran kepala yang progresif
2) Tuberous Sklerosis
3) Di curigai kelainan kelainan otak yang luas
4) Kejang local
5) Di curigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi Congenital
1) Kelainan pendengaran Tipe sensorineural
2) Neonatal hepastosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Klasifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat (uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang Mioklonik
3) kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Opthalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai yang sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Opthalmoplegia
6) Kista pada ginjal

h. Serum zen (Zn)


1) Acrodermatosis
2) Logam berat dalam darah
3) .Anamnesis adanya pika
4) Anemia

i. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin


1) Gerakan yang involunter
2) Sirosis
3) Cincin kayser-fleischer
j. Serum asam amino atau asam organic
1) Kejang yang tidak di ketahui penyebabnya
2) Gagal tumbu
3) Bau yang tidak biasa pada air seni atay kulit
4) Warna rambut yang tidak biasa
5) Mikrosefali
6) Asidosis yang tidak di ketahui sebabnya
k. Plasma ammonia
Muntah-muntah dengan asidosis metabolik
l. Analisa enzim lisozom Pada lekosit atau Biopsy kulit
1) Kehilangan fungsi motorik dan kognitif
2) Atrofi N.optikus
3) Degenerasi retina
4) Serebelar ataksia yang berulang
5) Mioklonus
6) Hepastosplenomegali
7) Kulit yang kasar dan lepas-lepas
8) Kejang
9) Pembesaran kepala yang di mulai dari umur 1 tahun
m. urin mukopulosakarida
1) Kiposis
2) anggota gerak yang pendek
3) Badan yang pendek
4) Hepastosplenomagali
5) Kornea keruh
6) Gangguan pendengaran
7) Kekakuan pada sendi
n. urin reducing substance
1) Katarak
2) Hepatomegali
3) Kejang
o. urin ketoacid
1) Kejang
2) Rambut yang mudah putus
p. urin asam vanililmandelik
1) Muntah-muntah
2) Isapan bayi Pada saat menyusu yang lemah
3) Gejala disfungsi autonomic
9. Pecegahan
Pencegahan retardasi mental dapat primer (mencegah timbulnya
retardasi mental), atau sekunder (mencegah manifestasi klinis retardasi
mental). Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah antara lain
infeksi, traum, intoksikasi, komplikasi kehamilan, gangguan
metabolism, kelainan genetic (muzal kadim dkk, 2016).

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Biodata ini berisi identitas pasien dengan identitas penanggung
jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak biasanya menunjuukan gangguan kognitif ( pola, proses
pikir ), terlambatan keterampilan ekspresi serta respsi dalam
bahasa, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan serta
terlambatnya perkembangan morotik kasar dan halus
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom seperti Sindrom Down , Sindrom Fragile X,
Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, Cedera kepala, Infeksi maternal selama
kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit
yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya
retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
4) Riwayat tumbuh kembang anak
Pada anak yang mengalami retardasi mental anak bisanya
mengalami gngguan dalam pertumbuhan serta keterlambatan
dalam perkembangan tiap tahapnya.
5) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Diukur dengan menggunakan DDST
Pada anak yang terkena retardasi mental sangat
mempengaruhi perkembangan kognitif, bahasa, motirik kasar
dan halus. Contohnya Lambat dalam mempelajari hal-hal
penting, seperti berpakaian dan makan, ketidakmampuan
dalam berbcara serta ketidakmampuan dalam bejalan.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : biasanya pada retardasi mental bentuk kepela tidak
simetris, berkepala kecil
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah
putus dan cepat berubah
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, bukaan mata kecil
Hidung : biasanya jembatan/punggung hidung mendatar,
ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-
langit lebar/melengkung tinggi
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
Telinga : biasanya kedua letaknya rendah
Muka : panjan g filtrum yang bertambah, hypoplasia
Leher : bianya leher pendek, tdk mempunyai kemampuan
gerak sempurna
Tangan : biasanya jari pendek dan tegap atau panjang kecil
meruncing, ibujari gemuk dan lebar.
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar,
besar, gemuk.

2. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
d. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan

e. Risiko cidera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif


f. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan individu
dalam hubungan sosial
3. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan
NO Diagnosa KRITERIA INTERVENSI
Kaperawatan HASIL
(SDKI)
1. Defisit a. Perawatan diri: a. Bantuan perawatan diri:
perawatan kebersihan Kebersihan
diri Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1. Pertimbangkan budaya
Definisi diharapkan perawatan anak saat mempromosikan
Ketiadaan atau diri: kebersihan secara aktivitas perawatan diri
kurangnya mandiri, dengan kriteria 2. Pertimbangkan usia anak
informasi hasil: saat mempromosikan
kognitif yang aktivitas perawatan diri
berkaitan 1. Mencuci tangan (5) 3. Tentukan jumlah dan tipe
dengan topik 2. Mempertahankan terkait dengan bantuan
tertentu kebersihan mulut (5) yang diperlukan
3. Memperhatikan kuku 4. Fasilitasi anak untuk
Gejala dan jari tangan (5) menggosok gigi dengan
Tanda Mayor 4. Memperhatikan kuku tepat
Objektif kaki (5) 5. Monitor kebersihan kuku,
1. Tidak 5. Mempertahankan sesuai dengan kemampuan
mampu mandi/ penampilan yang rapi merawat diri anak
mengenakan (5) 6. Monitor integritas kulit
pakaian/ 6. Mempertahankan anak
makan/ ke kebersihan tubuh (5) 8. Jaga ritual kebersihan
toilet/ berhias 7. Dukung orangtua/
secara mandiri Keterangan: keluarga berpartisipasi
2. Minat (5) : Tidak terganggu dalam ritual menjelang
melakukan tidur yang biasa dilakukan
perawatan diri c. Perawatan diri: dengan tepat
kurang makan 8. Berikan bantuan sampai
Setelah dilakukan anak benar- benar mampu
tindakan keperawatan merawat diri secara
diharapkan perawatan mandiri
diri:makan secara b. Bantuan perawatan diri:
mandiri, dengan kriteria pemberian makan
hasil: Tindakan keperawatan:
1. Posisikan anak dalam
1. Menggunakan alat posisi makan yang
makan (5) nyaman
2. Menaruh makanan 2. Dukung anak untuk makan
pada alat makan (5) di ruang makan
3. Menaruh makanan di 3. Berikan alat - alat yang
mulut (5) bisa memfasilitasi anak
4. Menghabiskan untuk makan sendiri
makanan (5) 4. Gunakan cangkir dengan
pegangan yang besar, jika
Keterangan: diperlukan
(5) : Tidak terganggu 5. Gunakan alat makan dan
gelas yang tidak mudah
pecah dan tidak berat,
sesuai kebutuhan
6. Berikan penanda sesering
mungkin dengan
pengawasan ketat, dengan
tepat.

2. Gangguan a. Perkembangan a. Bimbingan antisipatif


tumbuh anak: Usia Anak Tindakan keperawatan:
kembang Pertengahan 1. Bina hubungan saling
berhubungan Setelah dilakukan percaya
dengan efek tindakan keperawatan 2. Instruksikan klien
ketidakmamp diharapkan mengenal perilaku dan
uan fisik perkembangan anak: perkembangan dengan
usia anak pertengahan cara yang tepat
Definisi adekuat, dengan kriteria 3. Bantu klien memutuskan
Kondisi hasil: bagaimana masalah
individu 1. Bermain berkelompok dipecahkan
mengalami (4-5) 4. Bantu klien beradaptasi
gangguan 2. Mengembangkan dengan adanya perubahan
kemampuan persahabatan (4-5) peran
bertumbuh dan 3. Menunjukkan 5. Jadwalkan kunjungan
berkembang kreatifitas (4-5) terkait dengan
sesuai dengan 4. Menunjukkan perkembangan situasi dan
kelompok usia kemampuan pada strategi yang tepat
tingkat mampu di 6. Jadwalkan peninjauan
Gejala dan sekolah (4-5) kembali untuk
Tanda Mayor mengevaluasi keberhasilan
Objektif Keterangan: atau kebutuhan penguatan
1.Tidak (4) : Sering 7. Libatkan keluarga maupun
mampu menunjukkan orang orang terdekat klien
melakukan (5) : Secara Konsisten jika memungkinkan
keterampilan menunjukkan b. Manajemen perilaku
atau perilaku 1. Komunikasikan harapan
khas sesuai b. Perawatan diri: bahwa anak dapat tetap
usia Aktivitas Sehari- mengontrol perilakunya
2.Pertumbuhan hari 2. Konsultasikan dengan
fisik terganggu Setelah dilakukan keluarga dalam rangka
Gejala dan tindakan keperawatan mendapatkan informasi
Tanda Minor diharapkan perawatan mengenai kondisi kognisi
Objektif diri: aktivitas sehari- dasar anak
1.Tidak hari secara mandiri, 3. Atur batasan bersama anak
mampu dengan kriteria hasil: 4. Tahan diri dari mendebat
melakukan atau melakukan tawar
perawatan diri 1. Makan (5) menawar pada anak
untuk
sesuai usia 2. Memakai baju (5) menetapkan batasan
2.Afek datar 3. Ke toilet (5) perilaku
3.Respon 4. Mandi (5) 5. Gunakan suara bicara
sosial lambat 5. Berpakaian (5) yang lembut dan rendah
4.Kontak mata 6. Kebersihan (5) 6. Jangan memojokkan anak
terbatas 7. Kebersihan mulut (5) 7. Hindari mendebat anak
5.Nafsu makan 8. Acuhkan perilaku yang
menurun Keterangan: tidak tepat
6.Lesu (5) : Tidak terganggu 9. Berikan penghargaan
apabila anak dapat
mengontrol diri.
c. modifikasi perilaku:
keterampilan sosial
1. Bantu anak
mengidentifikasi masalah
dari kurangnya
keterampilan sosial
2. Dukung anak untuk
verbalisasi perasaannya
berkaitan dengan masalah
interpersonal
3. Bantu anak untuk
mengidentifikasi hasil
yang diinginkan dalam
suatu hubungan
interpersonal
4. Bantu anak untuk
mengidentifikasi
kemungkinan tindakan
dan konsekuensi dari
hubungan interpersonal/
sosialnya
5. Identifikasi keterampilan
sosial yang spesifik yang
akan menjadi fokus
latihan
6. Bantu anak untuk
mengidentifikasi langkah
langkah dalam berperilaku
dalam rangka mencapai
keterampilan sosial
7. Bantu anak bermain peran
dalam setiap langkah
berperilaku
8. Sediakan umpan balik
bagi anak jika mampu
menunjukkan kemampuan
keterampilan sosial yang
ditargetkan
d. dukungan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat
penerimaan caregiver
terkait dengan perannya
untuk menyediakan
perawatan
2. Mengakui tingkat
ketergantungan anak
terhadap caregiver, sesuai
dengan kebutuhan
3. Membuat pernyataan
positif pada caregiver
terhadap upaya yang telah
dilakukan
4. Menyediakan dukungan
untuk pengambilan
keputusan caregiver
5. Monitor interaksi keluarga
dalam permasalahan
berkaitan dengan anak
6. Menyediakan informasi
mengenai anak sesuai
dengan apa yang menjadi
keinginan anak
7. Mengajarkan caregiver
mengenai pemberian
terapi bagi anak sesuai
dengan keinginan anak
8. Diskusikan mengenai
keterbatasan yang dimilki
caregiver kepada anak
9. Memberikan dukungan
kepada caregiver selama
anak menunjukkan
kemunduran
e. Peningkatan
perkembangan: anak
1. Bangun hubungan saling
percaya dengan anak
2. Lakukan interaksi personal
dengan anak
3. Identifikasi kebutuhan
unik setiap anak dan
tingkat kemampuan
adaptasi yang diperlukan
4. Bangun hubungan saling
percaya dengan orang tua
5. Ajarkan orang tua
mengenai tingkat
perkembangan normal dari
anak dan perilaku yang
berhubungan
6. Demonstrasikan kepada
orangtua mengenai
kegiatan yang mendukung
tumbuh kembang anak
7. Bantu integrasi anak
dengan kelompoknya
8. Yakinkan bahasa tubuh
sesuai dengan bahasa
verbal
9. Dukung anak untuk
berinteraksi dengan teman
temannya melalui
keterampilan bermain
peran
10. Sediakan aktivitas yang
mendukung interaksi
diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
mengekspresikan diri
melalui penghargaaan
yang positif atau umpan
balik yang baik.
12. Peluk anak dan
nyamankan anak saat anak
merasa sedih
13. Bangun suasana yang
aman bagi anak untuk
belajar dan bereksplorasi
14. Ajarkan anak untuk
mencari bantuan dari
orang lain ketika anak
memang memerlukan
bantuan
15. Bantu anak untuk belajar
mandiri
16. Sediakan kesempatan
bermain puzzle
17. Ajarkan anak untuk
menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan pembelajaran
dengan mendukung anak
menebak apa yang akan
terjadi dan berikan
kesempatan anak untuk
memberikan pilihan yang
memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
f. Latihan kontrol impuls
1. Pilih strategi pemecahan
masalah yang tepat sesuai
dengan tingkat
perkembangan anak dan
fungsi kognitif
2. Bantu anak untuk
mengidentifikasi masalah
atau situasi yang
membutuhkan tindakan
yang menguras pikiran
3. Ajari anak untuk
melakukan tindakan
“berhenti dan berfikir”
sebelum bertindak secara
impulsif
4. Bantu anak
mengidentifikasi akibat
dari suatu tindakan serta
keuntungan/ kerugiannya
5. Bantu anak untuk memilih
tindakan yang paling
menguntungkan
6. Bantu anak untuk
mengevaluasi hasil dari
serangkaian tindakan yang
sudah dilakukan
7. Beri dukungan positif
terhadap usaha yang
berhasil
8. Bantu anak untuk
mengevaluasi bagaimana
hasil yang tidak sesuai
bisa dihindari dengan
menggunakan pilihan
perilaku yang berbeda
g. Pendidikan orangtua:
Keluarga yang
membesarkan anak
1. Pahami hubungan antara
perilaku orang tua dan
tujuan yang sesuai dengan
usia anak
2. Rancang program
pendidikan yang
didadasarkan pada
kekuatan keluarga
3. Libatkan orang tua dalam
desain dan isi yang ada
dalam program pendidikan
4. Identifikasi factor-faktor
personal yang berdampak
pada keberhasilan
program pendidikan
(misalnya, nilai-nilai
budaya pengalaman
negatif dengan penyedia
layanan sosial, hambatn
bahasa, komitmen waktu,
masalah penjadwalan,
perjalanan dan kurangnya
minat)
5. Identifikasi adanya pemicu
stress keluarga (misalnya,
depresi orangtua,
kecanduan narkoba,
alkohol, kesadaran/
kecakapan berbahasa,
tingkat pendidikan yang
rendah, kekerasan dalam
rumah tangga, konflik
perkawinan, percampuran
keluarga setelah
perceraian, dan hukuman
yang berlebihan pada
anak-anak)
6. Identifikasi tugas
perkembangan atau tujuan
yang sesuai untuk anak
7. Identifikasi mekanisme
pertahanan yang
digunakan oleh sebagian
besar kelompok usia
8. Fasilitasi diskusi orangtua
terkait metode disiplin
yang ada, seleksi, dan
hasil yang diperoleh
9. Ajarkan orangtua
mengenai fisiologis,
emosional, dan
karakteristik perilaku
normal anak
10. Berikan sumber
informasi online, buku,
dan literatur yang
dirancang untuk
mengajarkan orangtua
mengenai pengasuhan
anak
11. Berikan orangtua bahan
bacaan dan materi lainnya
yang akan membantu
dalam melakukan peran
pengasuhan
12. Anjurkan orangtua
pentingnya diet seimbang,
makan tiga kali sehari, dan
makanan ringan bergizi
13. Tinjau masalah
keamanan dengan
orangtua
14. Diskusikan cara yang
dapat digunakan orangtua
untuk membantu anak
dalam mengelola
kemarahan
15. Bantu orangtua
mengidentifikasi kriteria
evaluasi untuk rawatan
sehari hari dan pengaturan
sekolah
16. Identifikasi dan
mengajarkan orangtua
mengenai cara
menggunakan berbagai
strategi dalam mengelola
perilaku anak
17. Motivasi orangtua untuk
mencoba strategi berbeda
dalam mengasuh anak
18. Gunakan teknik bermain
peran akan teknik
pengasuhan dan
keterampilan komunikasi
3 Ansietas a.Tingkat kecemasan: a. Bimbingan antisipatif
berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
dengan tindakan keperawatan 1. Bina hubungan saling
ancaman diharapkan tingkat percaya
terhadap kecemasan berkurang, 2. Instruksikan klien
konsep diri dengan kriteria hasil: mengenal perilaku dan
1. Mengeluarkan rasa perkembangan dengan
Defenisi: marah secara cara yang tepat
Kondisi emosi berlebihan (4) 3. Bantu klien memutuskan
dan 2. Rasa takut bagaimana masalah
pengalaman disampaikan secara dipecahkan
subyektif lisan (4) 4. Bantu klien beradaptasi
individu 3. Rasa cemas yang dengan adanya perubahan
terhadap objek disampaikan secara peran
yang tidak lisan (4) 5. Jadwalkan kunjungan
jelas dan terkait dengan
spesifik akibat Keterangan: perkembangan situasi dan
antisipasi (3): Sedang strategi yang tepat
bahaya yang (4): Ringan 6. Jadwalkan peninjauan
memungkinka kembali untuk
n individu b. Tingkat kecemasan mengevaluasi keberhasilan
melakukan sosial : atau kebutuhan penguatan
tindakan untuk Setelah dilakukan 7. Libatkan keluarga maupun
menghadapi tindakan keperawatan orang orang terdekat klien
ancaman diharapkan tingkat jika memungkinkan
kecemasan sosial
Batasan berkurang, dengan b. Konseling
karakteristik kriteria hasil: Tindakan keperawatan:
: 1. Persepsi diri yang 1. Bangun hubungan
1)Merasa negatif pada terapeutik yang didasarkan
bingung keterampilan sosial pada [rasa] saling percaya
2)Merasa (4) dan saling menghormati
khawatir 2. Persepsi diri yang 2. Tunjukkan empati,
dengan akibat negatif terhadap kehangatan, dan ketulusan
dari kondisi penerimaan oleh 3. Tetapkan lama hubungan
yang dihadapi orang lain (4) konseling
3)Sulit 3. Takut berinteraksi 4. Tetapkan tujuan-tujuan
berkonsentrasi dengan orang yang 5. Gunakan teknik refleksi
4)Gelisah lebih unggul (5) dan klarifikasi untuk
5)Sulit tidur 4. Memperhatikan memfasilitasi ekspresi
6)Merasa tidak tentang penilaian yang menjadi perhatian
berdaya orang lain setelah 6. Minta anak untuk
7)Kontak mata pertemuan sosial (5) mengidentifikasi apa yang
buruk mereka bisa/tidak bisa
Keterangan: lakukan terkait dengan
(4): Ringan peristiwa yang terjadi
(5): Tidak ada 7. Tentukan bagaimana
c. Koping : perilaku keluarga
Setelah dilakukan mempengaruhi anak
tindakan keperawatan 8. Gunakan alat pengkajian
diharapkan manajemen (misalnya, kertas dan
koping meningkat, pensil, audiotape,
dengan kriteria hasil: videotape, latihan
1. Menyatakan perasaan interaksi dengan orang
akan kontrol diri (4) lain) untuk membantu
2. Menyatakan meningkatkan kesadaaran
penerimaan diri anak dan pengetahuan
terhadap situasi (4) konselor terhadap situasi,
3. Menyatakan butuh dengan cara yang tepat
bantuan (4) 9. Dukung pengembangan
keterampilan baru, dengan
Keterangan : tepat
(4) : Sering 10. Dukung penggantian
menunjukkan kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
d. Adaptasi terhadap kebiasaan yang diinginkan
Disabilitas fisik : c. Peningkatan Koping
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
tindakan keperawatan 1. Dukung hubungan [anak]
diharapkan kemampuan dengan orang yang
beradaptasi terhadap memiliki ketertarikan dan
disabilitas fisik tujuan yang sama
meningkat, dengan 2. Bantu anak untuk
kriteria hasil: menyelesaikan masalah
1. Menyatakan secara dengan cara yang
lisan kemampuan kontruktif
untuk menyesuaikan 3. Berikan penilaian
terhadap disabilitas [kemampuan] penyesuaian
(4) anak terhadap perubahan-
2. Menyampaikan secara perubahan dalam citra
lisan penyesuaian tubuh, sesuai dengan
terhadap disabilitas indikasi
(4) 4. Berikan penilaian
3. Beradaptasi terhadap mengenai dampak dari
keterbatasan secara situasi kehidupan anak
fungsional (4) terhadap peran dan
4. Mengidentifikasi hubungan [yang ada]
rencana untuk 5. Dukung anak untuk
memenuhi aktivitas mengidentifikasikan
hidup harian (4) deskripsi yang realistis
terhadap adanya
Keterangan: perubahan dalam peran
(4) Sering dilakukan 6. Berikan penilaian
mengenai pemahaman
anak terhadap proses
penyakit
7. Berikan penilaian dan
diskusikan respon
alternatif terhadap situasi
[yang ada]
8. Gunakan pendekatan yang
tenang dan memberikan
jaminan
9. Berikan suasana
penerimaan
10. Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan,
dan prognosis
11. Sediakan anak pilihan-
pilihan yang realistis
mengenai aspek perawatan
12. Dukung sikap [anak]
terkait dengan harapan
yang realistis sebagai
upaya untuk mengatasi
perasaan ketidakberdayaan
13. Evaluasi kemampuan
anak dalam membuat
keputusan
14. Cari jalan untuk
memahami perspektif
anak terhadap situasi yang
penuh stress
15. Tidak mendukung
pembuatan keputusan saat
anak berada pada situasi
stress yang berat
16. Dukung kemampuan
mengatasi situasi secara
berangsur- angsur
17. Dukung kesabaran dalam
mengembangkan suatu
hubungan
18. Dukung aktivitas-
aktivitas sosial dan
komunitas [agar bisa
dilakukan]
19. Dukung [kemampuan
dalam] penerimaan
terhadap keterbatasan
orang lain
20. Kenali latar belakang
budaya/spiritual anak
21. Dukung penggunaan
sumber-sumber spiritual,
jika diinginkan
22. Eksplorasi pencapaian
anak sebelumnya
23. Eksplorasi alasan anak
mengkritik diri
24. Konfrontasi terhadap
perasaan ambivalen anak
(kemarahan atau ditekan)
25. Tumbuhkan cara
penyaluran kemarahan dan
permusuhan yang
kontruktif
26. Bantu anak dalam
mengidentifikasi respon
positif dari orang lain
27. Dukung identifikasi nilai
hidup yang spesifik
28. Eksplorasi bersama anak
mengenai metode
sebelumnya pada saat
menghadapi maslaah
kehidupan
29. Mengenalkan anak pada
seseorang (atau kelompok)
yang telah berhasil
melewati pengalaman
yang sama
30. Dukung penggunaan
mekanisme defensif yang
tepat
31. Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi dan
rasa takut
4 Gangguan a. Keterampilan a. modifikasi perilaku:
interaksi sosial interaksi sosial keterampilan keterampilan
berhubungan Setelah dilakukan sosial
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
hambatan diharapkan dapat 1. Bantu anak
perkembanga mengimplementasikan mengidentifikasi masalah
n keterampilan interaksi dari kurangnya
sosial, dengan kriteria keterampilan sosial
Definisi hasil: 2. Dukung anak untuk
Kuanitas dan/ 1. Bekerja sama dengan verbalisasi perasaannya
atau kualitas orang lain (4) berkaitan dengan masalah
2. Terlibat dengan orang interpersonal
berhubungan lain (4) 3. Bantu anak untuk
sosial yang mengidentifikasi hasil
kurang atau Keterangan: yang diinginkan dalam
berlebih. (4) : Sering suatu hubungan
menunjukkan interpersonal
Gejala dan 4. Bantu anak untuk
tanda Mayor b. Fungsi keluarga mengidentifikasi
Subjektif Setelah dilakukan kemungkinan tindakan
1.Merasa tidak tindakan keperawatan dan konsekuensi dari
nyaman diharapkan dapat hubungan interpersonal/
dengan situasi memunjukkan fungsi sosialnya
sosial keluarga, dengan kriteria 5. Identifikasi keterampilan
2.Merasa sulit hasil: sosial yang spesifik yang
menerima atau 1. Merawat anggota akan menjadi fokus
mengkomunik keluarga yang latihan
asikan memiliki 6. Bantu anak untuk
perasaan ketergantungan (4-5) mengidentifikasi langkah
Objektif 2. Mengatur perilaku langkah dalam berperilaku
1.Kurang anggota keluarga (4- dalam rangka mencapai
responsif atau 5) keterampilan sosial
tertarik pada 3. Beradaptasi terhdap 7. Bantu anak bermain peran
orang lain adanya perkembangan dalam setiap langkah
2.Tidak transisi (4-5) berperilaku
berminat 4. Menerima 8. Sediakan umpan balik
melakukan keanekaragaman bagi anak jika mampu
kontak emosi diantara anggota menunjukkan kemampuan
dan fisik keluarga (4-5) keterampilan sosial yang
Gejala dan 5. Anggota ditargetkan
Tanda Minor keluarga bisa b. Peningkatan
Subjektif saling perkembangan: anak
Sulit mendukung (4-5) Tindakan keperawatan:
mengungkapka 1. Bangun hubungan saling
n kasih sayang Keterangan: percaya dengan anak
Objektif (4) : Sering 2. Lakukan interaksi personal
1.Gejala cemas menunjukkan dengan anak
berat (5) : Secara konsisten 3. Identifikasi kebutuhan
2.Kontak mata menunjukkan unik setiap anak dan
kurang tingkat kemampuan
3.Ekspresi c. Integritas keluarga adaptasi yang diperlukan
wajah tidak Setelah dilakukan 4. Bangun hubungan saling
responsive tindakan keperawatan percaya dengan orang tua
4.Tidak diharapkan dapat 5. Ajarkan orang tua
kooperatif menunjukkan integritas mengenai tingkat
dalam bermain keluarga, dengan kriteria perkembangan normal dari
dan berteman hasil: anak dan perilaku yang
dengan sebaya 1. Mendorong otonomi berhubungan
5.Perilaku dan kemandirian 6. Demonstrasikan kepada
tidak sesuai individu (3-4) orangtua mengenai
2. Anggota keluarga
usia membantu satu sama kegiatan yang mendukung
lain dalam tumbuh kembang anak
melaksanakan peran 7. Bantu integrasi anak
dan tugas sehari-hari dengan kelompoknya
(4) 8. Yakinkan bahasa tubuh
3. Anggota keluarga sesuai dengan bahasa
berkomunikasi secara verbal
terbuka dan jujur satu 9. Dukung anak untuk
sama lain (4) berinteraksi dengan teman
temannya melalui
Keterangan: keterampilan bermain
(3) : Kadang-kadang peran
menunjukkan 10. Sediakan aktivitas yang
(4) : Sering mendukung interaksi
menunjukkan diantara anak anak
11. Dukung anak untuk
d. dukungan sosial mengekspresikan diri
Setelah dilakukan melalui penghargaaan
tindakan keperawatan yang positif atau umpan
diharapkan mendapat balik yang baik.
dukungan sosial, dengan 12. Peluk anak dan
kriteria hasil: nyamankan anak saat anak
1. Kemauan untuk merasa sedih
menghubungi orang 13. Bangun suasana yang
lain untuk meminta aman bagi anak untuk
bantuan (3) belajar dan bereksplorasi
2. Bantuan yang 14. Ajarkan anak untuk
ditawarkan oleh orang mencari bantuan dari
lain (3) orang lain ketika anak
3. Usia yang disediakan memang memerlukan
oleh orang lain (3) bantuan
4. Orang-orang yang 15. Bantu anak untuk belajar
dapat membantu mandiri
sesuai kebutuhan (3) 16. Sediakan kesempatan
bermain puzzle
Keterangan: 17. Ajarkan anak untuk
(3) : Cukup adekuat menuliskan nama/
mengenali huruf awalnya/
mengenali namanya,
sesuai kebutuhan
18. Rencanakan
pembelajaran dengan
mendukung anak menebak
apa yang akan terjadi dan
berikan kesempatan anak
untuk memberikan pilihan
yang memungkinkan, dan
sebagainya
19. Berikan kesempatan dan
mendukung aktivitas
motorik
20. Monitor pemberian
regimen pengobatan,
sesuai dengan kebutuhan
c. Peningkatan Sosialisasi
Tindakan keperawatan:
1. Anjurkan peningkatan
keterlibatan dalam
hubungan yang sudah
mapan
2. Anjurkan kesabaran dalam
pengembangan hubungan
3. Tingkatkan hubungan
dengan orang-orang yang
memiliki minat dan tujuan
yang sama
4. Anjurkan kejujuran dalam
mempresentasikan diri
sendiri kepada orang lain
5. Tingkatkan keterlibatan
dalam minat yang sama
sekali baru
6. Anjurkan penghormatan
terhadap hak-hak orang
lain
7. Izinkan pengujian
terhadap keterbatasan
interpersonal
8. Berikan umpan balik
mengenai perbaikan dalam
perawatan penampilan
pribadi atau kegiatan-
kegiatan lainnya
9. Bantu meningkatkan
kesadaran anak anak
mengenai kekuatan dan
keterbatasan-keterbatasan
dalam berkomunikasi
dengan orang lain
10. Lakukan bermain peran
dalam rangka berlatih
meningkatkan
keterampilan dan teknik
komunikasi
11. Berikan model peran
yang mengekspresikan
kemarahan dengan tepat
12. Konfrontasi anak
mengenai adanya
gangguan penilaian,
disaaat yang tepat
13. Minta dan harapkan
komunikasi verbal
14. Berikan umpan balik
positif saat anak [bersedia]
menjangkau orang lain
15. Anjurkan anak untuk
mengubah lingkungan,
seperti pergi ke luar untuk
jalan-jalan
16. Fasilitasi masukan anak
dan perencanaan kegiatan
di masa depan
17. Anjurkan perencanaan
kelompok kecil untuk
kegiatan-kegiatan khusus
18. Jelajahi kekuatan dan
kelemahan yang ada pada
jaringan hubungan-
hubungan saat ini
d. Bermain Terapeutik
1. Berikan lingkungan yang
tenang dan bebas dari
gangguan
2. Berikan waktu yang cukup
untuk memungkinkan
bermain secara efektif
3. Sesi bermain didesain
terstruktur untuk
memfasilitasi hasil yang
diinginkan
4. Komunikasikan tujuan sesi
bermain pada anak dan
orangtua
5. Diskusikan aktivitas
bermain bersama keluarga
6. Tentukan batas untuk sesi
terapi bermain
7. Sediakan peralatan
bermain yang aman
8. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
kreatifitas dan bermain
dengan ekspresif
9. Sediakan peralatan
bermain yang merangsang
bermain peran
10. Awasi sesi terapi
bermain
11. Dorong anak untuk
memanipulasi peralatan
bermain
12. Dorong anak untuk
berbagi perasaan
pengetahuan, dan persepsi
13. Validasi perasaan anak
yang diungkapkan selama
sesi bermain
14. Komunikasikan
penerimaan perasaan, baik
positif maupun negatif
yang diungkapkan melalui
bermain
15. Amati penggunaan alat
bermain yang digunakan
anak
16. Monitor reaksi anak dan
tingkat kecemasan
sepanjang sesi bermain
17. Identifikasi
kesalahpahaman atau
ketakutan anak melalui
komentar yang dinyatakan
selama sesi bermain
(peran rumah sakit)
18. Lanjutkan sesi bermain
secara teratur untuk
membangun kepercayaan
dan mengurangi rasa takut
mengenai peralatan
maupun perawatan yang
asing dengan tepat
19. Catat observasi yang
dilakukan selama sesi
bermain
5 Risiko cidera a. Orientasi kognitif a.Manajemen Lingkungan:
berhubungan Setelah dilakukan Keselamatan
dengan tindakan keperawatan Tindakan keperawatan:
perubahan diharapkan dapat 1. Identifikasi kebutuhan
fungsi kognitif melakukan orientasi keamanan anak
kognitif, dengan kriteria berdasarkan fungsi fisik
hasil: dan kognitif serta riwayat
Definisi perilaku di masa lalu
Berisiko 1. Mengidentifikasi diri 2. Identifikasi hal- hal yang
mengalami sendiri (5) membahayakan di
bahaya atau 2. Mengidentifikasi lingkungan anak
kerusakan fisik tempat saat ini (5) 3. Modifikasi lingkungan
yang untuk meminimalkan
menyebabkan Keterangan: bahan berbahaya dan
seseorang (5) : Tidak terganggu berisiko
tidak lagi 4. Gunakan peralatan
sepenuhnya b. Pengetahuan : perlindungan untuk
sehat atau keamanan fisik anak membatasi mobilitas fisik
dalam kondisi Setelah dilakukan atau akses pada situasi
baik. tindakan keperawatan yang membahayakan
diharapkan dapat 5. Monitor lingkungan
Faktor Risiko mengetahui kemanan terhadap terjadinya
Eksternal fisik anak, dengan perubahan status
1.Terpapar zat kriteria hasil: keselamatan
kimia toksik 1. Aktivitas yang sesuai 6. Edukasi individu dan
2.Ketidakmam untuk tingkat usia kelompok yang berisiko
puan perkembangan anak tinggi terhadap
bahan
transportasi (3-4) berbahaya yang ada di
2. Strategi untuk lingkungan
Internal mencegah jatuh (3-4) b. Pencegahan Jatuh
1.Perubahan 3. Strategi untuk Tindakan keperawatan:
orientasi mencegah kecelakaan 1. Identifikasi kekurangan
afektif bermain (3-4) baik kognitif atau fisik
2.Malnutrisi 4. Surveilans area dari anak yang mungkin
3.Perubahan bermain outdoor yang meningkatkan potensi
fungsi kognitif tepat (3-4) jatuh pada lingkungan
5. Pentingnya tertentu
Kondisi Klinis mengajarkan 2. Identifikasi perilaku dan
Terkait kesadaran akan orang faktor yang
Retardasi asing (3-4) mempengaruhi risiko jatuh
mental 3. Kaji ulang riwayat jatuh
Keterangan : bersama dengan anak dan
(3) : keluarga
Pengetahua 4. Identifikasi karakteristik
n sedang dari lingkungan yang
(4) : mungkin meningkatkan
Pengetahua potensi jatuh (misalnya,
n banyak lantai licin, dan tangga
terbuka)
c. Kinerja pengasuhan
5. Monitor gaya berjalan
: keamanan fisik
(terutama kecepatan),
kehidupan masa
keseimbangan dan tingkat
anak anak
kelelahan dengan
Setelah dilakukan
ambulasi
tindakan keperawatan
6. Ajarkan anak untuk
diharapkan dapat
beradaptasi dengan
meningkatkan kinerja
terhadap modifikasi gaya
pengasuhan keamanan
berjalan yang [telah]
fisik kehidupan masa
disarankan (terutama
anak- anak, dengan
kecepatan)
kriteria hasil:
7. Letakkan benda-benda
1. Memilih mainan yang
dalam jangkauan yang
aman dan sesuai
mudah bagi anak
dengan usia (4- 5)
8. Sediakan alas kaki yang
2. Memelihara
tidak licin untuk
lingkungan untuk
memfasilitasi kemudahan
tindakan pencegah
menjangkau
jatuh yang
\ membahayakan (4- 5)
3. Menjauhkan obat-
obatan dari jangkauan
(4- 5)
4. Mengunci atau
memindahkan pintu
dari peralatan yang
tidak digunakan (4- 5)
5. Menjamin tempat alat
bermain dirumah
memenuhi petunjuk
keamanan (4- 5)
6. Memberikan
pengawasan terkait
peralatan di area
bermain (4- 5)
7. Monitor penggunaan
olahraga dan alat
rekreasi (4- 5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan

d. Kontrol risiko Setelah


dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
melakukan pengontrolan
risiko, dengan kriteria
hasil:

1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko (4-5)

Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan

6. Gangguan a. Komunikasi a. Mendengar aktif


komunikasi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan:
verbal tindakan keperawatan 1. Buat tujuan interaksi
diharapkan dapat 2. Tunjukkan ketertarikan
Definisi berkomunikasi, dengan pada anak
Penurunan, kriteria hasil: 3. Gunakan pertanyaan
perlambatan, maupun pernyataan yang
atau ketiadaan 1. Menggunakan bahasa mendorong klien untuk
kemampuan lisan ( 4- 5) mengekspresikan
untuk 2. Mengenali pesan perasaan, pikiran dan
menerima, yang diterima ( 4- 5) kekhawatiran
memproses, 3. Interpretasi akurat 4. Tunjukkan kesadaran dan
megirim, terhadap pesan yang rasa sensitif terhadap
dan/atau diterima ( 4- 5) emosi yang ditunjukkan
menggunakan 4. Mengarahkan pesan anak
system symbol pada penerima yang 5. Gunakan perilaku non
Gejala dan tepat ( 4- 5) verbal untuk menfasilitasi
tanda Mayor 5. Pertukaran pesan komunikasi
Objektif yang akurat dengan 6. Identifikasi tema yang
Menunjukkan orang lain ( 4- 5) dominan
respon tidak 7. Berespon segera sehingga
sesuai Keterangan : menunjukkan pemahaman
Gejala dan (4) : Sedikit terganggu terhadap pesan yang
Tanda Minor (5) : Tidak terganggu diterima
Objektif 8. Klarifikasi pesan yang
1.Tidak ada b. Orientasi kognitif diterima dengan
kontak mata Setelah dilakukan menggunakan pertanyaan
2.Sulit tindakan keperawatan maupun memberikan
memahami diharapkan dapat umpan balik
komunikasi melakukan orientasi 9. Verifikasi pemahaman
3.Sulit kognitif, dengan kriteria mengenai pesan-pesan
mempertahank hasil: yang disampaikan dengan
an komunikasi menggunakan pertanyaan
4.Sulit 1. Mengidentifikasi diri maupun memberikan
menggunakan sendiri (5) umpan balik
ekspresi wajah 2. Mengidentifikasi 10. Gunakan teknik diam/
atau tubuh tempat saat ini (5) mendengarkan dalam
5.Sulit rangka mendorong klien
menyusun Keterangan: untuk mengekspresikan
kalimat (5) : Tidak terganggu perasaan, pikiran dan
6.Verbalisasi kekhawatiran
tidak tepat c. Memproses b. Latihan Memori
7.Sulit informasi Tindakan keperawatan:
mengungkapka Setelah dilakukan 1. Stimulasi ingatan dengan
n kata- kata tindakan keperawatan cara mengulangi
diharapkan dapat pemikiran anak yang
memproses informasi, terakhir diekspresikan,
dengan kriteria hasil: dengan cara yang tepat
2. Implementasikan teknik
1. Mengidentifikasi mengingat yang tepat,
benda- benda umum misalnya visual imagery,
(3- 4) alat yang membantu
2. Memahami kalimat ingatan, permainan
(3- 4) ingatan, tanda-tanda
3. Memahami cerita (3- ingatan, teknik asosiasi,
4) membuat daftar,
4. Menjelaskan menggunakan computer,
kesamaan antara dua menggunakan papan
benda (3- 4) nama, atau [berlatih]
5. Menjelaskan mengulang informasi
perbedaan antara dua 3. Beri Latihan orientasi,
benda (3- 4) misalnya anak berlatih
mengenai informasi
Keterangan: pribadi dan tanggal,
(3) : Cukup terganggu dengan cara yang tepat
(4) : Sedikit terganggu 4. Berikan kesempatan untuk
menggunakan ingatan
d. Adaptasi terhadap kejadian yang baru saja
disabilitas fisik terjadi, misalnya
Setelah dilakukan menanyakan pada anak
tindakan keperawatan mengenai tamasya yang
diharapkan kemampuan baru saja [dilakukan],
beradaptasi terhadap dengan cara yang tepat
disabilitas fisik 5. Monitor perilaku anak
meningkat, dengan selama terapi
kriteria hasil: 6. Identifikasi dan koreksi
1. Menyatakan secara kesalahan orientasi anak
lisan kemampuan 7. Monitor perubahan-
untuk menyesuaikan perubahan dalam latihan
terhadap disabilitas mengingat
(4)
2. Menyampaikan secara
lisan penyesuaian
terhadap disabilitas
(4)
3. Beradaptasi terhadap
keterbatasan secara
fungsional (4)
4. Mengidentifikasi
rencana untuk
memenuhi aktivitas
hidup harian (4)

Keterangan:
(4) Sering dilakukan

e. Perkembangan anak
: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:

1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4)
4. Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4)
5. Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan harga
diri (3-4)
7. Memahami benar atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4)
9. Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu di
sekolah (3-4)

Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan
(4) : Sering
Menunjukkan

Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016

3.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan
yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien (Padila, 2012).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif
dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru
dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil
telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku
dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter,
2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau
disabilitas intelektual. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial. Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti di ketahui faktor penentu tubuh kembang
seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional
yang menentukan sifat bawwan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang
dimkaksudkan dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang
adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.

B. Saran
Peran orang tua sangatlah oenting dalam perawatan anak dengan
retardasi mental, didalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Sebaiknya orang
tua atuapun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan
retardasi mental, serta lebih memberikan support ataupun pujian yang dapat
memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang
dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Fadlhi. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013).


Nursing Intervention Classification. Singapore: Elsevier.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification. Singapore: Elsevier.

NANDA international. (2018). Nursing Diagnoses: Defin itions & Classifications


2018-2020. Jakarta: EGC.

Raysa, Adnil, Siti. 2014. Karakteristik Penderita Retardasi Mental Di SLB Kota
Bukit Tinggi. MKA, vol. 37, No.3. Hal:183
Semiun. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
Soetjiningsih, (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Titi Sunarwati, Muzal Kadim. 2016. Retrdasi Mental.vol.2, No. 3 hal: 170-17
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1. Jakarta: Tim Pokja
SDKI DPP PPN

Anda mungkin juga menyukai