RETRADASI MENTAL
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II
Dosen:
Kelompok 4
S1 Keperawatan
Kelas 3B Angk. 2018
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH RETRADASI
MENTAL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penyusunan......................................................................................2
BAB II........................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................3
A. Konsep Medis..............................................................................................3
1. Definisi................................................................................................3
2. Etiologi................................................................................................3
3. Gejala Klinis........................................................................................6
4. Diagnosis.............................................................................................8
5. Pathway...............................................................................................9
6. Penatalaksanaan.................................................................................10
7. Patofisiologi.......................................................................................10
8. Pemeriksaan penunjang.....................................................................11
9. Pecegahan..........................................................................................14
B. Konsep Keperawatan..................................................................................14
1. Pengkajian..........................................................................................14
2. Diagnosis Keperawatan.....................................................................16
3. Intervensi Keperawatan.....................................................................17
4. Implementasi Keperawatan...............................................................41
5. Evaluasi Keperawatan.......................................................................41
BAB III....................................................................................................................42
PENUTUP................................................................................................................42
A. Kesimpulan................................................................................................42
B. Saran..........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................43
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau
disabilitas intelektual. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial. Diperkirakan lebih dari 120 juta orang diseluruh dunia menderita
gangguan ini, sedangkan di Indonesia 1-3% dari jumlah penduduk menderita
retardasi mental. Keterbatasan yang timbul sebagai akibat dari retardasi mental
menjadikan retardasi mental tidak hanya merupakan masalah kedokteran, namun
juga merupakan masalah pendidikan dan masalah sosial baik bagi keluarga
penderita maupun bagi masyarakat.
1
B. Tujuan Penyusunan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
a. Mahasiswa dapat memahami tinjauan teori dari retardasi mental
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dan prinsip pemberian asuhan
keperawatan pada anak dengan masalah retardasi mental
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Menurut Muzal Kadim 2016 Retardasi mental merupakan
suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta
orang diseluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi
mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat,
kesejahteraan sosial dan pendidikan pada anak yang mengalami
retardasi mental tersebut maupun keluarga dan msyarakat. Retardasi
mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang
seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri
merupakan proses utama, hakiki, dna khas pada anak.
Menurut Raysa Ramayumi 2014 mendeskripsikan Definisi
retardasi mental yang di gunakan di Indonesia adalah definisi menurut
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III
yaitu suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya tak adaya
keterampilan selama masa perkembangan.
Semiun 2006 mendeskripsikan bahwa Retardasi mental
sebagai suatu kondisi dimana fungsi intelektual yang secara signifikan
berada di abwah rata-rata. Jika pengukuran fungsi intelektual dapat
dilakukan secara invidual.
2. Etiologi
Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti di ketahui faktor penentu tubuh
kembang seorang anak pada garis besarnya adalah faktor
genetik/heredokonstitusional yang menentukan sifat bawaan anak
tersebut dan faktor lingkungan. Yang dimkaksudkan dengan
lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang adalah suasana
(milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang.
a. Penyebab prenatal
Kelaianan Kromosom
Kelainan kromosom penyebab retardasi mental yang terbnyak
adalah sindrom Down. Disebut demikian karena Langdon Down
pada tahun 1866 untuk pertama kali menulis tentang gangguan
ini, yaitu bayi yang mempunyai penampilan seperti mongol dan
menunjukkan keterbelakangan mental seperti idiot. Hal ini tidak
sepenuhnya benar, karena sebagian besar dari golongan ini
termasuk retardasi mental sedang. Sindrom down merupakan 10-
32% dari penderita retardasi mental diperkirakan insiden sindrom
down berkaitan dengan umur ibu saat melahirkan. Ibu yang
berumur 20-25 tahun saat melahirkan mempunyai resiko 1:2000,
sedangkan ibu yang burumur 45 tahun mempunyai risiko 1:30
untuk timbulnya sindrom Down. Analisis kromosom pada
sindrom Down 95% menunjukkan trisomy -21, sedangkan 5%
sisanya memrupakan mosaic dan translokasi.
Berdasarkan hasil peneletian dari Raysa Ramayumi, Adhil
Nurdin, Siti Nurhajjah, yang berjudul Karakteristik Penderita
Retardasi Mental di SLB Kota Bukit Tinggi, 2014
mengemukakan usia ibu hamil pada penderita retardasi mental,
diperoleh bahwa rentang usia ibu terbanyak adalah lebih dari 35
tahun, dengan frekuensinya
16 orang (34,8%/) yang kemudian di ikuti oleh rentang usia
berturut-turut 31-35 tahun (30,4%), 26-30 tahun (21,7%) dan 21-
25 tahun (13,1%). Beberapa enelitian terdahulu hanya
menjelaskan bahwa usia ibu saat hamil memiliki hubungan yang
erat dengan kelahiran bayi dengan sindrom yang merupakan salah
satu bentuk retardasi mental berat.
Berdasarkan pengamatan ternyata kromatin seks, yang merupakan
kelebihan kromosom-X pada laki-laki lebih banyak ditemukan di
antara penderita retardasi mental dibandingkan laki-laki normal.
Kelebihan kromosom memberi pengaruh tidak baik pada
kesehatan jiwa , termasuk timbulnya psikosis, gangguan tingkah
laku dan kriminalitas. Penampilan klinis yang khas pada kelainan
ini adalah dahi yang tinggi, rahang bawah yang besar, telinga
panjang, dan pembesaran testis. Diperkirakan prevalens retardasi
mental yang disebabkan fragile-X syndrome pada anak usia
sekolah adalah 1:2610 [ada laki-laki, dan 1:4221 pada perempuan.
Kelainan Metabolik
Kelainan metabolic yang sering menimbulkan retardasi mental
adalah phenylketonuria (PKU), yaitu suatu gangguan metabolic
dimana tubuh tidak mampu mengubah asam amino fenilalanin
menjadi tirosin karena defisiensi enzim hidroksilase. Diperkirakan
insidens PKU adalah 1:12000-15000 kelahiran hidup. Penderita
retardasi mental pada PKU 66,7% tergolong retardasi mental
berat dan 33,3% retardasi mental sedang. Kadang-kadang gejala
klinis tidak begitu jelas dan baru terdeteksi setelah 6-12 minggu
kemudian, padahal diagnosis dini sangat penting untuk mencegah
timbulnya retardasi mental atau paling tidak meringankan derajat
retardasi mental.adapun gejala klasik hipotiroid kongenital pada
minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah yang tebal
dan menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara,
hipotoni, konstipasi, bradikardi, hernia umbilikalis. Penelitian
WHO mendapatkan 710 juta penduduk Asia, 227 juta Afrika, 60
juta Amerika Latin.mempunyai risko defesiensi yodium. Akibat
defisiensi yodium pada masa perkembangana otak karena asupan
yodium yang kurang pada ibu hamil kurang dari 20 ug (normal
80- 150 ug) per hari. Dala bentuk yang berat kelainan ini disebut
juga keratinisme, dengan manifestasi klinis adalah miksedema,
kelemahan otot, letargi, gangguan neurologis, dan retardasi
mental berat. 1 dari 10 neonatus megalami retardasi mental
karena defisiensi youdium.
b. Penyebab Perinatal
85% dapat memperlihatkan perkembangan fisis rata-rata, dan
90% memperlihatkan perkembangan mental rata-rata. Pnelitian
pada
73 bayi premature dengan berat kahir 1000 g atau kurang
menunjukkan IQ yang bervariasi antara 59-142, dengan IQ rata-
rata 94. Penulis-penuis berpendapat bahwa semakin rendah berat
lahirnya , semakin banyak kelaianan yang dialami baik fisis
maupun mental. Asfiksia, hipoglikemia, perdarahan
intraverikular, kornikterus, meningitis dapat menimbulkan
kerusakan otk yang ireversibel dan merupakan penyebab
timbulnya retardasi mental.
c. Penyebab Postnatal
Faktor-faktor postnatal seperti infeksi, trauma, malnutrisi,
intoksikasi, kejang dapat meneybabkan kerusakan otak pada yang
akirnya menimbulkan retardasi mental (Titi Sunarwati, dan Muzal
Kadim, sari pediatric, vol.2 No.3 2016:172-175).
3. Gejala Klinis
Dibawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai
retardasi mental, yaitu:
a. Kelainan pada mata:
1) Katarak
2) Bintik cherry-merah pada daerah macula
3) Korioretinitis
4) Kornea keruh
b. Kejang
1) Kejnag umum tonik klonik
2) Kejang pada masa neonatal
c. Kelaianan kulit
1) Bintik
d. Kelainan rambut
1) Rambut rontok
2) Rambut cepat memutih
3) Rambut halus
e. Kepala
f. Perawakan pendek
g. Dystonia
Sedangkan gejala dari retradasi mental tergantung dari tipenya,
sebagai berikut:
a. retardasi mental ringan
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.
Kebanyakan mereka termasuk dalam tipe sosial budaya, dan
diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas.
Golongan ini termasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar
baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih
keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu
mandiri seperti ornag dewasa yang normal. Tetap pada umumnya
mereka ini kurang mampu menghadapi stress,sehingga tetap
mampu membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
b. Retardasi Mental Sedang
Kira-kira 12% dari seluruh penderitaan retardasi mental, mereka
mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan
intelektualnya hanya dapat sampaimkelas 2 SD saja., tetapi dapat
dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya
pertukangan, pertanian, dll. Dan apa bila berkerja nanti mereka ini
perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana
mnegurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mempu
menghadapi stress dan kurang mandiri, sehingga memerlukan
bimbingan dan pengawasan.
c. Retardasi Mental Berat
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk
kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena
selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdsarkan keluhan
dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan perkembangan motoric dan bahasa. Kelompok ini
termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih hygiene dasar saja dan
berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja,
dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.
d. Retardasi mental sangat berat
Kelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.
Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka
ini seluruh hidupnya tergantung pada orang disekitar
(soetjiningsih 1995).
4. Diagnosis
Muzal dkk (2016) didalam tulisannya didapatkan Diagnosis
retardasi mental tidak hanya berdasarkan atas tes intekegensia saj,
melankan juga dari riawayat penyakit, laporan dari orang tua, laporan
dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium, pemeriksaan penunjang.
Yang perlu dinilai tidak hanya intekegensia saja melainkan juga
adaptasi sosialnya. Dari anamneses dapat diketahui bebrapa faktor
risiko terjadinya retardasi mental.
Pemeriksaan fisik pada anak retardasi mental biasanya lebih sulit
dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang
kooperatif. Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanta-tanda
dismofik dari sindrom-sindrom terntentu) perlu dilakukan
pemeriksaan neurologis, serta penilaian tingkat perkembangan. Pada
anak yang berumur dia ats 3 tahun dilakukan tes intelegensia.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu
menilai adanya klasifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi
dengan ubun-ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium
dilakukan atas indikasi, pemeriksaan ferikloridan dan asam amino.
Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai adanya
kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk
membantu seperti pemeriksaan BERA, CT Scan, dan MRI.
5. Pathway
anak Gangguan
Gangguan Gangguan Resiko
komunikasi interaksi
tumbuh Ansietas cedera
verbal sosial
kembang
Defisit
perawatan
diri
Mutaqqin, 2008, Utaminingsih, 2015, Betz dan Sowden, 2009, SDKI, 2016 )
6. Penatalaksanaan
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi
mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (Ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan
fungsi kognitif. Impiramin, dekstroamfitamin, klorpromazin,
flufenazin, fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak.
Untuk menaikkan kemampuan (muzal kadim dkk, 2016)
7. Patofisiologi
Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi
hidup sehari hari
Retardasi mental ini termaksuk kelemahan atau ketidak mampuan
kognitif yang muncul pada masa kanak kanak (sebelum usia 18 tahun )
yang ditandai dengan fungsi kecerdasa dibawah normal(IQ 70 samapai
75 atau kurang) dan disertai keterbatasan keterbatasan lain pada
sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa,
keterampilan merawat diri, kerumahtanggaan, keterampilan social,
penggunaan sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, bersanta,i dan bekerja (American
Assocation on Mental Retardation [AAMR] 1992). berat,
Penyebab reterdasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab
prenatal, perinatal dan pascanatal, penyebab prenatal termaksuk
penyakit kromosom (trisomi 21 [sindrom down] findrom fragile-x)
gangguan sindrom (distrabobifi otot duchenne, neurofibromatoris [tipe
1] dan gangguan metabolisme sejak lahir (feniketoniria) penyebab
perinatal dapat digolongkan menjadi yang berhubungan dengan masalah
intrauterine seperti abrupsio plasenta, dia betes maternal, dan kelahiran
premature serta kondisi newnatal termaksuk meningitis dan perdarahan
intracranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-kondisi yang
terjadi karena cedera kepala, infeksi, dan gangguan degenaratif dan
demielinisdasi (AAMR. 1992) sindrom fragile_x sindrom down. Dan
sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang
menderita retardasi mental munculnya masalah-masalah seperti paralisis
serebral, deficit sensoris gangguan psikiatrik, dan kejang berhubungan
dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada kanak-kanak prognosis jangka panjang pada
akhirnya ditentukan oleh seberapa jauh individu terebut dapat berfungsi
mandiri dalam masyarakat (mis: bekerja, hidup mandiri, keterampilan
social ).
8. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang Perlu di lakukan pada anak yang
menderita reterdasi mental yaitu (SkonkoffJp, 1992)
a. kromosom kariotipe
terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
1) Anamnesis ibu tercemar zat-zet teratogen
2) Terdapat beberapa kelainan congenital
3) Genitalia abnormal
b. EEG (elektro ensefalogram)
1) Gejala kejang yang di curigai
2) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
c. CT (Cranial Computed tomography) Atau MRI (magnetic
resonance imaging)
1) Prmbesaran kepala yang progresif
2) Tuberous Sklerosis
3) Di curigai kelainan kelainan otak yang luas
4) Kejang local
5) Di curigai adanya tumor intrakranial
d. Titer virus untuk infeksi Congenital
1) Kelainan pendengaran Tipe sensorineural
2) Neonatal hepastosplenomegali
3) Petechie pada periode neonatal
4) Chorioretinitis
5) Mikroptalmia
6) Klasifikasi intracranial
7) Mikrosefali
e. Serum asam urat (uric acid serum)
1) Choreoatetosis
2) Gout
3) Sering mengamuk
f. Laktat dan piruvat darah
1) Asidosis metabolic
2) Kejang Mioklonik
3) kelemahan yang progresif
4) Ataksia
5) Degenerasi retina
6) Opthalmoplegia
7) Episode seperti stroke yang berulang
g. Plasma asam lemak rantai yang sangat panjang
1) Hepatomegali
2) Tuli
3) Kejang dini dan hipotonia
4) Degenerasi retina
5) Opthalmoplegia
6) Kista pada ginjal
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata
Biodata ini berisi identitas pasien dengan identitas penanggung
jawab
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Anak biasanya menunjuukan gangguan kognitif ( pola, proses
pikir ), terlambatan keterampilan ekspresi serta respsi dalam
bahasa, keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan serta
terlambatnya perkembangan morotik kasar dan halus
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit
kromosom seperti Sindrom Down , Sindrom Fragile X,
Gangguan metabolisme sejak lahir ( Fenilketonuria ),
Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial, Cedera kepala, Infeksi maternal selama
kehamilan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit
yang serupa atau penyakit yang dapat memicu terjadinya
retardasi mental, terutama dari ibu tersebut.
4) Riwayat tumbuh kembang anak
Pada anak yang mengalami retardasi mental anak bisanya
mengalami gngguan dalam pertumbuhan serta keterlambatan
dalam perkembangan tiap tahapnya.
5) Pemeriksaan tingkat perkembangan
Diukur dengan menggunakan DDST
Pada anak yang terkena retardasi mental sangat
mempengaruhi perkembangan kognitif, bahasa, motirik kasar
dan halus. Contohnya Lambat dalam mempelajari hal-hal
penting, seperti berpakaian dan makan, ketidakmampuan
dalam berbcara serta ketidakmampuan dalam bejalan.
c. Pemeriksaan fisik
Kepala : biasanya pada retardasi mental bentuk kepela tidak
simetris, berkepala kecil
Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah
putus dan cepat berubah
Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, bukaan mata kecil
Hidung : biasanya jembatan/punggung hidung mendatar,
ukuran kecil, cuping melengkung ke atas,
Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-
langit lebar/melengkung tinggi
Geligi : odontogenesis yang tdk normal
Telinga : biasanya kedua letaknya rendah
Muka : panjan g filtrum yang bertambah, hypoplasia
Leher : bianya leher pendek, tdk mempunyai kemampuan
gerak sempurna
Tangan : biasanya jari pendek dan tegap atau panjang kecil
meruncing, ibujari gemuk dan lebar.
Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang &
tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar,
besar, gemuk.
2. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan retardasi
mental menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) ,
adalah sebagai berikut:
a. Defisit perawatan diri
b. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek
ketidakmampuan fisik
c. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri
d. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan
perkembangan
Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan
1. Mengenali faktor
resiko individu (4-5)
2. Mengenali
kemampuan untuk
merubah perilaku (4-
5)
3. Memonitor faktor
risiko dilingkungan
(4-5)
4. Memonitor faktor
risiko individu (4-5)
5. Mengembangkan
strategi yang efektif
dalam mengontrol
risiko (4-5)
Keterangan:
(4) : Sering
menunjukkan
(5) : Secara konsisten
menunjukkan
Keterangan:
(4) Sering dilakukan
e. Perkembangan anak
: Usia anak
pertengahan
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan dapat
memahami
perkembangan anak usia
anak pertengahan,
dengan kriteria hasil:
1. Menunjukkan
kebiasaan sehat yang
baik (3-4)
2. Bermain berkelompok
(3-4)
3. Mengembangkan
persahabatan (3-4)
4. Menunjukkan
perasaan secara
konstruktif (3-4)
5. Menunjukkan
kepercayaan diri (3-4)
6. Menunjukkan harga
diri (3-4)
7. Memahami benar atau
salah (3-4)
8. Mengikuti aturan
keamanan (3-4)
9. Menunjukkan
kemampuan pada
tingkat mampu di
sekolah (3-4)
Keterangan:
(3) : Kadang- kadang
menunjukkan
(4) : Sering
Menunjukkan
Sumber : Bulechek, Gloria, M. dkk. 2016. , Moorhead, Sue, dkk. 2016 dan SDKI,
2016
3.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai
setelah perawat menyusun rencana keperawatan. Tindakan dilakukan sesuai dengan
yang telah direncanakan, mencakup kegiatan mandiri dan kolaborasi. Dengan rencana
keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosis yang tepat, intervensi diharapkan
dapat mencapai tujuan dan hasil yang diinginkan untuk mendukung dan meningkatkan
status kesehatan klien (Padila, 2012).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses kontinu yang terjadi saat anda melakukan kontak
dengan anak. Setelah melaksanakan intervensi, kumpulkan data subjektif dan objektif
dari klien, keluarga. Selain itu juga meninjau ulang pengetahuan tentang status terbaru
dari kondisi, terapi, sumber daya, pemulihan, dan hasil yang diharapkan. Jika hasil
telah terpenuhi, berarti tujuan untuk klien juga telah terpenuhi. Bandingkan perilaku
dan respon klien sebelum dan setelah dilakukan asuhan keperawatan (Perry dan Potter,
2009)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Retardasi mental sering juga disebut keterbelakangan mental atau
disabilitas intelektual. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan
jiwa yang terhenti atau tidak lengkap sehingga berpengaruh pada tingkat
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik,
dan sosial. Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti di ketahui faktor penentu tubuh kembang
seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional
yang menentukan sifat bawwan anak tersebut dan faktor lingkungan. Yang
dimkaksudkan dengan lingkungan pada anak dalam konteks tumbuh kembang
adalah suasana (milieu) dimana anak tersebut berada. Dalam hal ini lingkungan
berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang.
B. Saran
Peran orang tua sangatlah oenting dalam perawatan anak dengan
retardasi mental, didalam setiap kehidupan sehari-hari anak. Sebaiknya orang
tua atuapun keluarga menerima apapun kekurangan dari seorang anak dengan
retardasi mental, serta lebih memberikan support ataupun pujian yang dapat
memberikan dukungan pendidikan kesehatan dan pelayanan keperawatan yang
dapat berkontribusi dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
ibu dalam merawat anak dengan retardasi mental.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, Fadlhi. (2010). Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Pustaka Anggrek
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing
Outcomes Classification. Singapore: Elsevier.
Raysa, Adnil, Siti. 2014. Karakteristik Penderita Retardasi Mental Di SLB Kota
Bukit Tinggi. MKA, vol. 37, No.3. Hal:183
Semiun. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI)
Soetjiningsih, (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Titi Sunarwati, Muzal Kadim. 2016. Retrdasi Mental.vol.2, No. 3 hal: 170-17
SDKI. 2016. Definisi dan indikator diagnostik 2016-2017 edisi 1. Jakarta: Tim Pokja
SDKI DPP PPN