Anda di halaman 1dari 6

Nama : Qonitatul ‘Ulya

Program Studi : Sosiologi


Mata Kuliah : Sosiologi Keluarga
Hari/Tanggal : Jumat, 03 April 2020

Sosialisasi Bagi Anak


Sosialisasi merupakan proses belajar tentang segala sesuatu di dalam kehidupan
yang meliputi bahasa, norma, nilai, sistem kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, mata
pencaharian, kesenian, agama, dan lainnya. Pentingnya sosialisasi bagi setiap anak
menjadi kewajiban bagi para orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk mengajarkan
serta mewariskannya kepada setiap anak. Sekarang ini masih banyak para orang tua,
masyarakat, dan pemerintah menganggap sepele terhadap proses sosialisasi yang
dialami oleh setiap anak, akibatnya anak tersebut kurang mengetaui mana yang baik dan
mana buruk. Sosialisasi yang baik dapat dilihat dari perilaku seorang anak dalam
kehidupan bermasyarakat yaitu sesuai norma, nilai, dan budaya di masyarakat.
Sosialisasi adalah sesuatu hal yang pasti dialami oleh setiap individu mulai dari
dilahirkan di dunia sampai ajal menjemput. Sosialisasi dalam hal ini sangat penting
untuk diperhatikan serta diarahkan kearah yang sesuai dengan norma nilai yang ada
dimasyarakat. Kata sosialisasi mungkin sudah sering kita dengar dalam kegiatan-
kegiatan sosial maupun lainnya, kata sosialisasi yang sering didengar tidak lain
mengandung makna untuk pemberitahuan atau penyampaian sesuatu yang baru. Namun
makna sosialisasi bukanlah hanya sekedar pemberitahuan atau penyampaian, melainkan
sosialisasi memiliki arti yang lebih luas yaitu proses belajar.
Menurut Brinkerhof dan White dalam Ismail mengatakan bahwa sosialisasi
merupakan suatu proses belajar peran, status, dan nilai yang diperlukan untuk partisipasi
dalam institusi sosial. Sedangkan menurut Durkheim dalam Ismail, ia mengatakan
bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana individu itu belajar dan
menginternalisasikan norma dan nilai sepanjang hidupnya dalam masyarakat mana dia
berada, dan membangun identitas sosial.
Sosialisasi merupakan hal yang pasti dialami oleh setiap individu mulai dari
sejak lahir hingga akhir hayat. Dan pada hakikatnya proses sosialisasi ini tidak hanya
terjadi pada anak, melainkan juga pada remaja, dewasa maupun orang tua. Bedanya jika
remaja, dewasa, dan orang tua yang mengalami proses sosialisasi itu dapat disebut
sosialisasi sekunder. Dalam proses sosialisasi terhadap anak, proses belajar ini meliputi
segala pengetahuan yang dilakukan setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dan
hal ini ditujukan agar anak dapat menjalani keseharian sesuai dengan norma, nilai, serta
kebudayaan yang ada.
Sekarang ini masih banyak orang tua, masyarakat, bahkan pemerintah tidak
menyadari betapa pentingnya proses sosialisasi yang akan dilalui oleh setiap anak.
Terlihat dari kurangnya pengawasan, perhatian, dan arahan dari para orang tua kepada
anaknya, tidak heran semakin banyak individu-individu yang melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan norma, nilai, dan kebudayaan yang ada dimasyarakat. Selanjutnya
semakin berkembangnya teknologi di sekitar masyarakat membuat jalan komunikasi
terbuka lebar dan tentunya hal ini menjadi salah satu pengaruh besar terhadap proses
sosialisasi.
Dengan terbukanya jalan komunikasi sekarang ini, tentu akan menjadi tantangan
besar bagi setiap orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk memberikan dan
mengarahkan proses sosialisasi yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Dalam
pemberian serta pengarahan sosialisasi kepada setiap individu, orang tua, masyarakat,
sekolah, dan pemerintah harus bekerja sama, karena dalam proses sosialisasi tersebut
seorang individu harus mempelajari sosial budaya yang sama dilakukan oleh orang tua,
masyarakat, sekolah, dan pemerintah.

AGEN DAN
TEMPAT
SOSIALISASI

Kelompok
Keluarga Sekolah Media massa
teman sebaya

Agen sosialisasi merupakan tempat pelaku sosialisasi memberikan pembelajaran


ataupun melakukan bimbingan kepada setiap individu ataupun anak dari mulai lahir
sampai akhir hayat. Menurut Damsar dalam Ismail mengatakan bahwa ada beberapa
agen yang dinilai memegang peranan penting. Agen-agen tersebut diantaranya adalah
keluarga, sekolah, kelompok teman sebaya, media massa, agama, lingkungan tempat
tinggal, dan juga tempat kerja.
Agen sosialisasi primer utama tentu saja adalah keluarga. Ketika seorang bayi
lahir dan mendapat pelukan serta kasih saying dari Ibunya ataupun orang tuanya maka
secara fisik itu merupakan pelajaran pertama yang didapat olehnya. Lalu pelajaran
berikutnya mengenai nomra, nilai, dan sikap juga akan ia terima dari keluarga seiring
berjalannya waktu dan seiring dengan pertambahan usia anak itu sendiri.
Seorang anak akan mempelajari banyak hal mulai dari cara makan, cara
berpakaian, cara berperilaku dan lain sebagainya. Dan dalam mempelajari ini, seorang
anak akan mengggunakan panca inderanya baik melihat, mendengar, berbicara, ataupun
berbuat. Apapun yang anak itu dengan, lihat, bicarakan, dan lakukan akan menjadi
sebuah pedoman dalam hidupnya. Dan pelajaran pertama ini sangatlah penting karena
akan berpengaruh dalam pembentukkan karakter seorang anak ataupun individu.
Fungsi Sosialisasi

sosialisasi sosialisasi
sebagai sebagai
kontrol pembentuk
sosial kepribadian
anak

Proses sosialisasi yang dilalui oleh setiap individu mulai dari lahir sampai tua
dapat menjadi alat kontrol seorang individu dalam berperilaku. Seorang individu yang
memperoleh sosialisasi sesuai dengan norma dan nilai sosial tentu akan berperilaku
sesuai dengan norma dan nilai yang ada dimasyarakat. Sebaliknya apabila sosialisasi
yang diperoleh individu bertentangan dengan norma dan nilai sosial maka perilaku
individu akan bertentangan dengan norma dan nilai sosial.
Proses sosialisasi yang dialami oleh setiap anak harus sesuai dengan nilai,
norma, dan sosial budaya yang ada di masyarakat, agar perilaku setiap anak sesuai
dengan nilai, norma, dan sosial budaya di masyarakat. Di era modernisasi yang
mengglobalisasi saat ini menimbulkan pengaruh besar terhadap perilaku seorang dalam
menjalani kehidupan sehari-hari, proses sosialisasi yang baik juga tidak akan cukup
menjadi kontrol sosial bagi setiap anak jika tidak dibimbing serta diawasi oleh seluru
pihak (orang tua, masyarakat, dan pemerintah). Oleh karena itu kerja sama dari seluruh
pihak sangat diperlukan untuk memberikan sosialisasi yang sesuai dengan nilai, norma,
dan sosial budaya yang ada di masyarakat.
Salah satu peran sosialisasi ialah sebagai pembentuk kepribadian anak,
sosialisasi merupakan proses belajar tentang segala sesuatu yang meliputi bahasa,
norma, nilai, sistem kemasyarakatan, ilmu pengetahuan, mata pencaharian, kesenian,
dan keagamaan. Proses sosialisasi yang dialami setiap individu mulai dari bayi sampai
ajal menjemput menjadi pembentuk kepribadian bagi setiap anak. Jika sosialisasi yang
diterima anak menyimpang maka besar kemungkinan kepribadian anak tersebut akan
sama seperti yang diterimanya, sebaliknya apabila sosialisasi yang diterima anak sesuai
dengan nilai, norma dan sosial budaya di masyarakat maka besar kemungkinan bahwa
kepribadian anak tersebut akan sama seperti yang diterimanya.
Setiap orang tua tentu menginginkan yang terbaik untuk anaknya, tidak ada
orang tua yang mau anaknya tidak baik atau tidak berguna bagi agama dan bangsa. Di
sekitar masyarakat sendiri ada kita lihat seorang anak yang baik, sukses, dan kaya akibat
didikan orang tuanya, ada juga kita lihat seorang anak yang jahat, terlibat narkoba, dan
lain-lainnya. Hal ini terjadi karena proses sosialisasi yang diperoleh anak dari orang tua,
lingkungan, teman bermain, dan media yang ditontonnya.
Pentingnya sosialisasi bagi anak harus disadari oleh setiap orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Lancarnya proses sosialisasi yang dialami oleh setiap
anak/individu menjadi kewajiban bagi orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam
mengawasi serta menjaganya. Kemudian proses sosialisasi juga harus sesuai dengan
nilai, norma, sosial dan budaya di masyarakat, agar anak tersebut dapat berperilaku dan
beradaptasi di masyarakat. Sekarang ini orang tua, masyarakat, pemerintah harus
bekerja sama dalam mewujudkan sosialisasi yang sempurna, karena sekarang ini
pengaruh dari luar sangat kuat sehingga memerlukan kerja keras dan kerja sama yang
kuat.

Peran Media Sosial sebagai Sarana Komunikasi Keluarga


Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam seluruh aspek
kehidupan. Para ahli mengatakan bahwa hidup adalah berkomunikasi. Itu artinya jika
kita tidak berkomunikasi, maka kita telah mati. Keluarga adalah lingkungan pertama
bagi seorang manusia mengenal dunia. Janin berusia 5 bulan telah mampu
berkomunikasi dengan Ibunya dengan cara memberikan tendangan kecil ketika
mendengar suara diluar rahim. Kemudian sesaat dia lahir, dia akan berkomunikasi
melalui tangisan dan tawa. Orang-orang terdekat di dalam keluarganya akan
mengajarinya berbicara sekata demi sekata. Maka tak pelak, keluarga menjadi ruang
belajar pertamanya dalam berkomunikasi, baik dengan sang Ayah, Ibu, Nenek, Kakek
dan juga saudara-saudaranya.
Dengan berkomunikasi secara terusmenerus sepanjang perkembangan usianya,
akan terjalin sebuah hubungan yang semakin erat dalam sebuah keluarga. Intensitas
berkomunikasi yang cukup sering di dalam keluarga memberi sinyal bahwa terdapat
hubungan yang harmonis dan rukun. Terdapat rasa saling memiliki dan kesadaran
bahwa pentingnya saling memberi kabar dan juga melindungi anggota keluarga yang
lain. Meski antar keluarga tidak sama persis tingkat intensitasnya, namun rata-rata
mereka selalu melakukan komunikasi dan interaksi, baik dengan keluarga dekat atau
inti, maupun dengan yang berada jauh di luar kota atau pulau.
Komunikasi yang jarang dilakukan antara orangtua dan anak biasanya terjadi
pada kasus broken home atau perceraian. Salah satu orangtua akan menghubungi si anak
hanya pada waktu-waktu tertentu untuk menanyakan kabar, nilai sekolah dan rencana
liburan bersama. Diluar itu, kecil kemungkinan terjadi interaksi harian, apalagi mereka
sudah berbeda rumah dan juga mungkin berbeda pasangan hidup dan orangtua.
Tidak dapat dipungkiri, saatini setiap orang tidak dapat melepaskan diri dari
sesuatu yang bernama gadget. Di dalam gadget tentu terdapat sejumlah aplikasi yang
menghubungkan dengan dunia maya, dunia tak berbatas, dunia ilusi, dunia informasi,
dunia bisnis, serta dunia chatting. Sungguh mengasyikkan bermain ponsel, dan biasanya
sampai lupa waktu. Dinamakan social media karena ketika seseorang memiliki sebuah
akun, maka dia akan langsung dapat berinteraksi, terhubung atau bersosialisasi dengan
banyak sekali orang, baik yang dia kenal sebelumnya maupun yang akan dikenalnya.
Apapun yang dia tulis, dia ungkapkan, dia ceritakan, dia posting, akan dibaca dan
direspon oleh semua orang yang membacanya danterkait di dalam akun yang sama.
Kondisi perekonomian saat ini menuntut pasangan suami istri untuk sama-sama
bekerja. Banyaknya tanggungan keluarga menjadi alasan utama mereka memutuskan
sama-sama mencari sumber penghasilan. Alhasil, anak-anak akan dititipkan kepada
orangtua dalam hal ini adalah nenek, kepada asisten rumah tangga atau pembantu rumah
tangga, dan juga bila tidak ada pilihan lain, akan menitipkan ke Tempat Penitipan Anak
(TPA) yang saat ini juga menjamur di beberapa wilayah kota besar.
Kesibukan orangtua yang bekerja diluar rumah, dapat menjadi sumber
renggangnya hubungan dengan anak-anak. Dari pagi sekali hingga larut malam,
orangtua berada diluar rumah untuk karirnya. Tidak jarang orangtua berangkat saat sang
anak masih terlelap dan pulang bekerja saat anak sudah terlelap kembali. Praktis hampir
tidak ada waktu bagi keluarga ini untuk saling berkomunikasi. Dan perlahan dengan
berjalannya waktu, sang anak menjadi tumbuh dewasa, dan merasa hidupnya dapat
berjalan bebas sesuai dengan keinginannya, mencari kenyamanan dan pengakuan diri di
luar rumah, karena merasa sangat jauh dari orangtuanya secara lahir batin. Situasi ini
banyak sekali dijumpai di keluarga manapun.
Sekalipun lingkungan memiliki andil yang besar dalam terciptanya perilaku
menyimpang dalam masyarakat, namun keluarga tetap menjadi wadah utama khususnya
anak-anak dan remaja dalam membentuk kepribadian mereka. Keluarga dalam hal ini
bisa orangtua, kakek-nenek, paman-bibi, kakak-adik, dapat melakukan berbagai macam
upaya agar terus dapat menciptakan komunikasi keluarga yang intens dan intim,
termasuk memanfaatkan social-media sebagai sarana komunikasi yang dapat
dimaksimalkan dalam membina hubungan kekeluargaan yang erat dan edukatif.

Kenakalan Remaja
Salah satu akibat dari kurangnya komunikasi, keharmonisan, serta pengawasan
dalam keluarga, tentunya membawa dampak bagi anak. Contoh dampak negatif dari ini
adalah menyebabkan kenakalan bagi anak/remaja itu sendiri. Sebenarnya kenakalan
remaja pun dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor keluarga adalah salah satu yang
dapat menyebabkan kenakalan remaja.

Kenakalan remaja berkaitan pula dengan sikap antisosial yang ditunjukkan dengan
rendahnya rasa bersalah, kekhawatiran, dan seringkali melawan hak orang lain.
Tentunya hal ini dapat menyebabkan mereka tidak mampu menjalin hubungan yang
baik dengan orang lain. Salah satu contoh dari kenakalan remaja yang tak jarang kita
temui adalah geng motor. Ada banyak contoh aksi kekerasan yang dilakukan para
remaja yang akrab disapa sebagai geng motor. Tentunya hal ini sangat meresahkan
masyarakat. Terlebih lagi mereka melakukan tindakan yang menyimpang, brutal serta
kriminal dan usia mereka masih remaja sehingga perilaku menyimpang tersebut ini
menjadi sangat amat disayangkan.

Perilaku agresif yang cenderung merusak (destruktif) yang sering terjadi saat ini,
terutama tindak kekerasan yang dilakukan oleh remaja yang tergabung dalam
keanggotaan geng motor, bukanlah perilaku yang muncul secara spontan tanpa
penyebab. Dalam penelitian ini menggali mengenai berbagai motivasi atau faktor
keluarga sebagai penyebab individu/remaja tergabung dalam suatu komunitas yaitu
geng motor yang kemudian memunculkan sikap yang agresif. Berikut adalah uraiannya.
Faktor keluarga terdiri dari struktur keluarga, fungsi keluarga, dan status sosial-ekonomi
keluarga anggota geng motor.

Struktur keluarga mencakup struktur dan fungsi keluarga. Fungsi keluarga yang
tidak berjalan dengan baik, lebih signifikan efeknya terhadap potensi remaja masuk ke
dalam komunitas geng motor dibandingkan dengan struktur keluarga yang mencakup
keutuhan keluarga, besar kecilnya ukuran keluarga, atau remaja yang tinggal terpisah
dengan keluarga. Fungsi keluarga yang tidak berjalan dengan memadai menjadi ikut
berkontribusi pada penyebab kenakalan remaja. Kelemahan fungsi keluarga lebih
banyak pada sisi kurangnya perhatian, pengabaian, dan persoalan penerapan kontrol
misalnya aturan yang dierapkan di rumah tidak berjalan efektif atau sebaliknya keadaan
tidak teratur karena tidak ada aturan atau hanya terdapat aturan yang lemah.

Anda mungkin juga menyukai