Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SEJARAH ASIA TENGGARA

KONDISI NEGARA-NEGARA DI ASIA TENGGARA PADA MASA

PERANG DUNIA I

Dosen pengampu:

Dr. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si

Mhd Ishan Syahaf Nasution, S.Pd, M.Pd

Oleh:

Kelompok 8:

Frengki Ramli Marbun (3173121016)

Desinora Natalia Hutauruk (3202421001)

Nurul Hasanah (3203121055)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia-Nya kami dapat menyelesaika makalah tentang “Kondisi Negara-negara
di Asia Tenggara Pada Masa Perang Dunia I”. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
kondisi Negara-negara di Asia Tenggara pada masa Perang Dunia I berlangsung..
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang


membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang lain. Kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon dengan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa
depan.

Medan, 5 November 2020

Kelompok 8

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................i

Daftar Isi..................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Indonesia.......................................................................................................2

B. Malaysia........................................................................................................2

C. Thailand........................................................................................................3

D. Vietnam.........................................................................................................4

E. Brunei............................................................................................................5

F. Kamboja........................................................................................................6

G. Filipina........................................................................................................10

H. Nyanmar (Burma).......................................................................................11

I. Laos.............................................................................................................12

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

Daftar Pustaka........................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang Dunia I merupakan perang antar negara-negara kolonial di Eropa


yang berlangsung dari 28 Juli 1914 – 11 November 1918. Salah satu penyebab
terjadinya adalah karena adanya politik untuk mencari sekutu atau aliansi. Di
samping itu ada lagi alasan yang lain yaitu perlombaan senjata terutama di
wilayah Eropa sehingga negara-negara berusaha menciptakan senjata pemusnah.

Kawasan Asia Tenggara saat Perang Dunia I berlangsung merupakan


kawasan yang di kuasai oleh pihak Kolonial sehingga memiliki peluang untuk
terlibat dalam Perang Dunia I. Oleh karena itu makalah ini akan mengkaji keadaan
Negara-negara di Asia Tenggara pada masa Perang Dunia I.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan Negara-negara di Asia Tenggara pada masa Perang


Dunia I?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui keadaan Negara-negara di Asia Tenggara pada masa


Perang Dunia I

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Indonesia

Indonesia pada masa Perang Dunia I berlangsung berstatus sebagai


negeri jajahan Belanda dan kita kenal sebagai Hindia Belanda. Saat
Perang Dunia I berlangsung Belanda memiliki ide pertahanan yang
dikenal dengan “Indie Werbaar”. Indie Werbaar ini adalah proyek
pemerintah Kolonial untuk membentuk milisi yang terdiri dari warga
pribumi untuk mempertahankan diri apabila kelak perang berkecambuk
sampai ke Hindia Belanda. Namun gagasan itu di tolak oleh beberapa
tokoh pergerakan.

Sebagai negeri jajahan Hindia Belanda mengalami begitu banyak


penderitaan sehingga muncul pergerakan untuk melawan kesewenangan
Pihak Kolonial Belanda. Di saat terjadi Perang Dunia I, di Indonesia
berdiri Organisasi Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV).
ISDV bersama kaum buruh melawan Kapitalisme Kolonial Belanda.

B. Malaysia

Pada masa Perang Dunia I berlangsung, Malaysia di kuasai oleh


Britania Raya. Malaysia pada masa itu adalah sebuah negeri Jajahan yang
dikenal sebagai Malaya Britania. Malaya Britania pada saat itu merupakan
salah satu protektorat Britania yang paling menguntungkan, menjadi
produsen timah dan karet terbesar di dunia. Adapun pada masa tersebut di
Malaya atau yang lebih kita kenal dengan Malaysia ada beberapa negara
bagian salah satu Kesultanan yang merupakan negara bagian dari Kolonial
Inggris. Adapun nama Kesultanan ini adalah Kesultanan Johor dibawah
kepemimpinan Sultan Ibrahim. Adapun situasi Malaysia pada masa
tersebut dapat kita lihat dari situasi Politik dan Ekonomi Johor.

2
Di bidang politik dapat kita lihat bahwa kesultanana Johor yang
merupakan negara bagian dikelola oleh Kolonial Inggris yang dibawah
perintah Sir Arthur Henderson yang memerintahkan Cambbell untuk
menjadi Penasehat Umum Negara bagian yang kurang lebih memiliki
sistem mirip Residen Jendral Inggris. Adapun pada masa tersebut sempat
ada perbedaan pendapat dari Sultan Ibrahim dan juga Cambbell tetapi pada
akhirnya diyakinkan dan resmi ditandatangani Kekuasaan Umum
Penasehat umum negara bagian pada 12 Mei 1914. Adapun Cambpell
menjabat menjadi penasehat umum sampai juni 1918. Dan dari periode
1918 – 1920 terjadi pergantian penasehat umum negara bagian sebanyak 5
kali.

Selain itu salah satu peristiwa penting yang berkaitan penting


dengan Perang Dunia I adalah Pertempuran Penang. Seperti yang
diketahuai Penang merupakan bagian dari Starits Settlements yang
merupakan koloni kerajaan Inggris. Perang ini yang dikenal dengan Battle
of Penang terjadi pada 28 oktober 1914, peristiwa ini merupakan
perperangan di Selat Malaka dimana kapal penjelajah Jerman SMS Emden
menegelamkan 2 kapal perang sekutu.

Di tahun 1915 di semenanjung Malaya “Kelantan” terjadi


pemberontakan petani di bawah pimpinan Haji Mat Hassan, yang lebih
dikenal dengan nama To’ Janggut. Pemberontakan ini disebabkan oleh
penerapan pajak tanah yang baru. Pemberontakan dihadapi oleh pihak
Inggris dengan mengirim sebuah datasemen tentara infanteri dan sebuah
kapal perang ke kelantan, dimana mereka dengan segera berhasil
melumpuhkan kaum petani yang memberontak. Dalam waktu 1 bulan
To’Janggut dan pengikutnya berhasil ditumpas oleh Inggris.

C. Thailand

3
Thailand pada masa Perang Dunia I dikenal dengan “Siam”. Pada
awal Perang Dunia I Siam memiliki hubungan yang baik dengan Blok
Sekutu maupun Blok Sentral. Siam pada saat itu adalah salah satu negara
Asia di mana bisnis Jerman mengakar dengan baik. Selain itu orang
Jerman ikut berkontribusi dalam kerajaan Siam. Oskar Frankurfer
mendirikan Perpustakaan Nasional Siam dan Emil Florio bertanggung
jawab pada Siam Commercial Bank.

Disisi blok sekutu, Pangeran Devawongse Varaprakar (Menteri


Luar Negeri Siam) bersahabat dengan tokoh-tokoh Inggris Seperti
Menteri Inggris Sir Herbert Dering, yang memberikan nasihat kebijakan
kepada Pangeran Inggris. Selain. Rama VI (Raja Siam) berpendidikan
Inggris dan pangeran lainnya.

Permasalahan Siam dengan Jerman bermula dari Persekongkolan


India-Jerman, yang disusun dari tahun 1914-1917 untuk melancarkan
pemberontakan melawan Kekuasaan Britania di anak benua India selama
Perang Dunia I berlangsung. Pada tahun 1917 Siam menyatakan Perang
terhadap Jerman, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
kerjasama dengan Inggris dan Prancis.

Pada bulan Juli 1917 Siam melakukan penyerangan terhadap 12


kapal Jerman yang berlabuh di Pelabuhan Siam segera disita. Pada tahun
1918 sebanyak 1.284 pria dipilih dari ribuan sukarelawan dan di pimpin
oleh Mayor Jendral Phraya Bhijai Janriddhi. Relawan ini selanjutnya
dikirimkan ke Prancis. Dan pada tanggal 30 Juli 1918, tiba di Marseilles.
Pada tanggal 1 Agustus 1918 para relawan dipilih dan dilatih secara
singkat oleh pihak Prancis dan siap menuju garis depan pertempuran pada
4 Agustus 1918 selama pertempuran Marne Kedua.

D. Vietnam

4
Saat pecahnya Perang Dunia I , Vietnam berada di bawah
protektorat Prancis dan bagian dari Indochina Prancis . Sambil berusaha
memaksimalkan penggunaan sumber daya alam dan tenaga kerja
Indochina untuk berperang, Prancis menindak semua gerakan patriotik di
Vietnam. Karena negara tersebut tetap menjadi anggota Kekaisaran
Prancis , banyak orang Vietnam yang bertempur di kemudian hari dalam
konflik tersebut.

Masuknya Prancis ke dalam Perang Dunia I membuat pihak


berwenang di Vietnam menekan ribuan "sukarelawan" untuk bertugas di
Eropa, yang menyebabkan kerusuhan di seluruh wilayah selatan Vietnam
.Hampir 100.000 orang Vietnam wajib militer dan pergi ke Eropa untuk
berperang dan bertugas di medan perang Prancis, atau bekerja sebagai
buruh. Beberapa batalyon bertempur dan kehilangan nyawa di Somme dan
Picardy , sementara yang lain dikerahkan di Verdun, Chemin des Dames,
dan di Champagne. Pasukan Vietnam juga bertugas di Balkan dan Timur
Tengah . Terkena cita-cita politik baru dan kembali ke pendudukan
kolonial di negara mereka sendiri (oleh seorang penguasa yang telah
diperjuangkan dan mati banyak dari mereka), menghasilkan beberapa
sikap masam. Banyak dari pasukan ini mencari dan bergabung dengan
gerakan nasionalis Vietnam yang berfokus pada penggulingan Prancis.

Saat pecahnya Perang Dunia I, banyak perwira Prancis dan perwira


non-komisioner dari tirailleurs tonkinois dan tirailleurs annamite dipanggil
kembali ke Prancis. Para penembak Tonkin dari Batalyon Indochine
kemudian bertugas di Front Barat dekat Verdun. Pada tahun 1915, satu
batalion Resimen Senapan Tonkinese ke-3 (RTT ke-3) dikirim ke
Tiongkok untuk menjaga wilayah Konsesi Prancis di Shanghai . Para
tirailleur yang tersisa di Indocina melihat layanan pada tahun 1917 dalam
memberantas pemberontakan Garde Indignene (gendarmerie asli) di Thai
Nguyen. Pada bulan Agustus 1918, tiga kompi tirailleur tonkinois

5
membentuk bagian dari batalion Infanteri Kolonial Prancis yang dikirim
ke Siberia sebagai bagian dari intervensi Sekutu setelah Revolusi Rusia.

E. Brunei

Brunei adalah koloni Inggris yang kemudian menjadi negara


protektorat 1888 sampai tahun 1984. Brunei menjadi protektorat Inggris
dan ditugaskan sebagai penduduk Inggris sebagai manajer
kolonial.Protektorat Inggris adalah protektorat di bawah yurisdiksi
pemerintah Inggris. Protektorasi bangsa Inggris terhadap Brunei
Darussalam bukan tanpa alasan, misi ekspansionis Kerajaan Inggris
membuat pencarian rute baru jalur perdagangan sebagai dampak dari
revolusi industri pertengahan abad 19.

Inggris mendarat di Brunei bertepatan dengan kondisi internal


kesultanan Brunei yang sedang terjadi perebutan kekuasaan diantara
penguasanya. Kondisi ini menjadi sangat penting ketika bangsa Inggris
datang dan menawarkan bantuan kepada salah satu pihak penguasa
kesultanan Brunei. Bangsa Inggris tentunya tidak memberikan bantuan
secara cuma-cuma kepada salah satu pihak tersebut, namun bantuan yang
ditawarkan Inggris ini merupakan pintu masuk untuk dapat menguasai
daerah kekuasaan kesultanan Brunei.Dalam perjanjian tersebut pihak
Inggris telah berjanji untuk melindungi (protect) Brunei dari segala macam
ancaman kekuatan asing atas wilayah-wilayahnya.

Inggris Raya memasuki Perang Dunia I pada tanggal 4 Agustus


1914 ketika raja menyatakan perang setelah berakhirnya ultimatum ke
Jerman. Penjelasan resmi difokuskan untuk melindungi Belgia sebagai
negara netral Namun, alasan utamanya adalah untuk mencegah kekalahan
Prancis yang akan membuat Jerman menguasai Eropa Barat. Partai Liberal
berkuasa dengan Perdana Menteri HH Asquith dan Menteri Luar Negeri
Edward Gray memimpin. Kabinet Liberal membuat keputusan, meskipun

6
partainya sangat anti-perang hingga menit terakhir. Partai Konservatif pro-
perang. Kaum Liberal tahu bahwa jika mereka berpisah karena masalah
perang, mereka akan kehilangan kendali pemerintah kepada kaum
Konservatif.

F. Kamboja

Banyak Khmer yang dimobilisasi dalam Perang Dunia I digunakan


di belakang garis depan, seperti orang Indochina yang bekerja di pabrik
persenjataan Prancis.Pada tahun 1915 poster besar muncul di kota-kota
dan desa-desa yang memerintahkan mobilisasi penduduk Indochina untuk
perang. Tapi baru pada Februari 1916 Raja itu Sisowath, dengan
Keputusan Kerajaan, meminta sukarelawan untuk berpartisipasi dalam
Agung Perang: "Dengan kebanggaan yang tak terkatakan bahwa Kami
memberikan wewenang kepada rakyat kami untuk mendaftar selama
perang untuk mengabdi di Prancis, di ketentaraan, gudang persenjataan
dan pabrik ", perintah kerajaan diumumkan. Agar dia tidak diharapkan
untuk memimpin dengan teladan, Raja menambahkan, "Masa tua kita
tidak ijinkan Kami untuk menanggapi secara pribadi seruan untuk
membela hak dan keadilan.Kami menyatakan kepada keluarga Kerajaan,
Mandarin kami dan rakyat Kami, Penyesalan kami yang mendalam
tentang fakta ini ".Seperti banyak tentara sukarelawan lainnya yang berasal
dari koloni jauh kekaisaran Prancis datang untuk berperang, para
sukarelawan Kamboja diberitahu bahwa perang ini mengancam
kehancuran seluruh dunia, termasuk Kamboja. Kehancuran total ini hanya
bisa dicegah mereka menyadari bahwa mereka memiliki tugas untuk
membantu Prancis "mempertahankan keamanan dunia melawan
barbarisme Jerman dan berpartisipasi di Eropa dalam pertempuran
melawan kejahatan yang mengancam alam semesta dan semua orang
bebas. "

7
Banyak yang mungkin tidak memahami kekuatan destruktif
persenjataan modern pada masa itu telah memilih untuk menjadi
sukarelawan pergi ke Eropa untuk gaji dan kondisi daripada keyakinan
akan hak dan tujuan yang adil. Persyaratan tersebut terdiri dari jumlah
sekaligus 80 piastres untuk tentara atau 20 untuk tentara tambahan pada
penandatanganan kontrak, tidak ada pajak untuk keluarga mereka,
tunjangan pensiun sebesar 3 piastres per bulan untuk keluarga selama
mereka berada di luar negeri, gaji di Prancis, dan promosi menurut kinerja.
Gubernur Jenderal Indochina, pada Januari 1916, memanggil 7.000 orang
(tujuh batalyon)tentara cadangan dan tentara aktif dari Indocina untuk
dikirim dan juga diminta lebih lanjut 12.000 relawan, 10.000 pekerja
terampil (perawat terlatih, penerjemah, dll) dan 20.000 pekerja tidak
terampil.

Kamboja diminta untuk menyediakan 1.000 relawan infanteri dan


2.500 pekerja pergi ke Prancis. Pada 7 April 1916, jumlah sukarelawan
tamtama (pekerja dan tentara) mencapai 1.015. Ini tidak sesuai dengan
harapan orang Prancis. Raja Sisowath dulu didesak agar fungsionarisnya
menggandakan upaya mereka untuk merekrut jumlah yang diperlukan
dengan mempublikasikan lebih lanjut dorongan perekrutan, mendirikan
kantor khusus dengan bendera dan poster di setiap salakhet provinsi,
manfaat yang menjanjikan, dll. Di antara para rekrutan ada lima pangeran,
tiga di antaranya cucu Norodom, dua cucu lainnya dari Sisowath. Ada
sekitar 15 batalyon Indochina, dengan perbandingan dari satu dari 10
orang Kamboja dan mayoritas dari Annam, dan Cochinchina. Sebagian
besar orang Kamboja terdaftar di batalion Indochina ke-20. Setibanya di
Prancis batalion ini dipecah. Satu kompi pergi ke Montpellier, satu ke
Béziers, satu ke Narbonne, dan satu lagi ke Perpignan (kompi ke-3). Tapi
bukannya pergi ke depan untuk menghadapi musuh, banyak pasukan
terkejut menemukan diri mereka sendiri dikirim untuk membantu panen
anggur, memperbaiki jalur kereta, dan bekerja di persenjataan

8
pabrik.Meski demikian, ada pujian yang tinggi untuk Kamboja, meski
lebih fokus keterampilan non-militer mereka daripada keterampilan
bertarung mereka. Dalam laporan Kapten Gilles Kompi ke-1 Batalyon
Indochina ke-23, dikirim ke Menteri Istana pada 9 Agustus 1918, dia
membanggakan diri dengan bangga tentang orang Kamboja di bawah
komandonya. "Saya telah membeli, dengan uang saya sendiri, tiga bola
sepak: Saya sekarang memiliki yang terbaik tim sepak bola dan mereka
telah menerima dan memenangkan beberapa pertandingan melawan rekan
Prancis mereka. Saya baru-baru ini, atas permintaan mereka dan dengan
bantuan donasi, membentuk musik kelompok yang menawarkan harapan
tertinggi. "

Surat kedua, dikirim dengan berani oleh kapteakadepada Raja


Sisowath (dia akan dihukum untuk mengirimkan surat seperti itu
lanadgsung kepada Raja), dilanjutkan dengan nada yang sama: "Aku
dengan senang hadasdti dapat memberi tahu Anda bahwa pujian dan
selamat (terkait dengan pertunjukan Kamboja) diberikan kepada kami
setiap hari. Berdedikasi, disiplin,bersih, cerdas, begitulah subjek Anda.
Berani dan gigih, di malam hari setelah hari yang mengerikan, mereka
belajar bahasa Prancis, musik atau sepak bola. Beberapa pertandingan
telah terjadi diterima, dan kami tidak selalu dikalahkan ... Mereka
memainkan 13 lagu Kamboja dan dua lagu Prancis satu, dan kami terus
berlatih setiap hari ... " Surat itu termasuk permintaan bantuan dari Raja
Sisowath untuk mengirimkan musik kepada mereka untuk Lagu
Kebangsaan Kamboja "untuk mempelajarinya untuk hari, ketika, ditutupi
dengan kemuliaan, mereka akan kembali ke Phnom Penh untuk
memberikan penghormatan kepada Anda ". Dia juga meminta Sisowath
untuk meminta "para wanita di Phnom Penh" untuk mengirimnya bendera
nasional, yang bisa dibawa oleh pasukan pemudik.

Umumnya orang Kamboja terkenal karena perilakunya yang baik.


Mereka meninggalkan "luar biasa kesan dan akan meninggalkan kenangan

9
yang sangat baik di mana pun mereka bepergian ", satu laporan mencatat.
Mereka terutama dipuji karena "tampang serdadu yang galak, sikap
mereka yang indah dan penanganan senjata mereka yang benar ". Di
Kamboja, dorongan untuk merekrut lebih banyak sukarelawan tidak terlalu
berhasil. Pemerintahan Prancis dengan panik berurusan dengan
pemberontakan petani yang tumbuh di seluruh negeri, dipicu oleh
kenaikan pajak yang substansial pada penduduk lokal untuk menopang
upaya perang Prancis. Selanjutnya, rumor telah menyebar dengan liar
semua sukarelawan Kamboja yang dikirim ke Prancis telah tewas.Dalam
surat edaran November 1916 kepada penduduk Prancis, Baudoin menulis:
"Saya sudah telah diinformasikan oleh berbagai sumber bahwa
korespondensi tertentu dikirim ke Kamboja oleh relawan pribumi yang
bertugas di Prancis berisi komentar yang mungkin menyebabkannya
keputusasaan dalam keluarga mereka atau menciptakan semangat publik
yang merugikan di antara masyarakat adat pembaca. Tidaklah penting jika
refleksi ini diilhami oleh perasaan tidak puas atau dengan demoralisasi
yang nyata, mereka bagaimanapun juga mewakili elemen masyarakat lokal
opini yang perlu disurvei dengan cermat di masa mendatang. " Dia
meminta warga untuk menyelidiki sifat dari pernyataan tersebut dan
tepatnya konten dan menyita surat-surat tersebut karena "sifat
subversifnya" dan mengirimkannya kepadanya.

Untuk membantu meningkatkan moral para relawan di luar negeri,


layanan pos memungkinkan keluarga untuk mengirim parsel orang yang
mereka cintai dengan berat hingga 1kg ke Prancis secara gratis. Tindakan
yang begitu baik memiliki konsekuensi yang menarik, seperti telegram
dari Paris kepada Resident Superior membenarkan, "Pekerja Indocina
telah menerima parsel mengandung opium yang mereka jual - harap
informasikan kepada penduduk yang diimpor opium ke Prancis dilarang,
pengawasan ketat diberlakukan dan para penjahat dapat dikenakan
hukuman berat. " Setelah perang berakhir, semua disiplin yang dimiliki

10
orang Kamboja sebelumnya dipuji karena benar-benar meninggalkan
mereka.

Ada kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Prancis tentang


kurangnya disiplin yang ditampilkan oleh tentara yang akan pulang, yang
meninggalkan unit mereka begitu saja setelah tiba di Saigon pulang ke
desanya, bukan pulang secara tertib kelompok di bawah pengawasan
petugas mereka.Masalahnya tampaknya begitu mereka menerima semua
uang mereka, mereka tidak melakukannya peduli tentang perintah atasan
mereka lagi.Untuk memberi penghargaan kepada mereka yang kembali
dari Perang Besar dan membantu mereka bermukim kembali, konsesi
tanahtersedia di Banam (Prey Veng), Popokvil dan Kandal. Resident
Superior menyisihkan 20.000 piastre dari anggaran 1920 untuk
memfasilitasi pemukiman kembali mereka.Bagi mereka yang tidak pernah
kembali, sebuah tugu peringatan akan dibangun.

G. Filipina

Pada tahun 1917, Majelis Filipina membentuk Pengawal Nasional


Filipina dengan maksud untuk bergabung dengan Pasukan Ekspedisi
Amerika . Pada saat ia dimasukkan ke dalam Tentara Nasional, ia telah
berkembang menjadi 25.000 tentara. Orang Filipina pertama yang tewas
dalam Perang Dunia I adalah Prajurit Tomas Mateo Claudio yang bertugas
dengan Angkatan Darat AS sebagai bagian dari Pasukan Ekspedisi
Amerika ke Eropa. Dia meninggal dalam Pertempuran Chateau Thierry di
Prancis pada tanggal 29 Juni 1918. Tomas Claudio Memorial College di
Morong Rizal, Filipina, yang didirikan pada tahun 1950, dinamai untuk
menghormatinya.

11
H. Nyanmar (Burma)

Pecahnya perang dengan Blok Sentral (Jerman, Austria-Hongoria,


Turki Utsmani, dan Bulgaria) pada Agustus 1914 disambut antusias oleh
penduduk kolonial koloni Inggris di Burma, yang pada saat itu menjadi
provinsi india. Walaupun Burma tidak berada di garis depan, ia
memainkan peran dalam perang. Perang ini memiliki dampak yang
signifikan terhadap negara itu baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Burma terletak jauh dari formasi militer Turki, hal ini dianggap
sebagai lokasi yang ideal untuk menampung tawanan perang Turki. Dari
Juni 1915 para tahanan Turki diangkut melalui laut dari Mesopotamia ke
India, kemudian diangkut dengan kereta api ke pantai timur India , dikirim
lagi ke Rangoon, dan kemudian diangkut dengan kereta api ke salah satu
dari empat kamp di koloni yang terletak di Thayetmyo, Shwebo, Meiktila,
dan Rangoon (tempat tahanan yang dikarantina disimpan). Tahanan
perang Jerman juga ditampung di Burma, tempat mereka dipekerjakan
untuk menyelesaikan jalur Kereta Api Negara Bagian Shan Selatan.

Burma juga mempunyai peran sebagai penyedia pasukan.


Pengiriman tentara ke Eropa yang ditempatkan di koloni, termasuk 4.650
anggota (kebanyakan orang India) dari unit Polisi Militer Burma,
menimbulkan desas-desus bahwa pemerintah kolonial kekurangan
pasukan, yang pada gilirannya memicu sejumlah pemberontakan oleh etnis
dataran tinggi. Pemberontakan di Distrik Kachin di Burma Atas terjadi
pada bulan Januari dan Februari 1915. Di sana, penduduk desa Kachin
dilaporkan telah dihasut oleh sekelompok kecil penghasut Shan. Segera
setelah pasukan kolonial menghentikan pemberontakan dengan paksa, para
pemimpinnya digantung. Pemberontakan lain yang lebih serius,
Pemberontakan Thado-Kuki, terjadi di bagian barat laut koloni di
Perbukitan Chin dari Desember 1917 hingga Mei 1919, sebagian didorong

12
oleh mobilisasi paksa para pemberontak masa depan ini ke dalam Senapan
Burma oleh pemerintah.

Perang mengganggu perekonomian kolonial, baik dalam hal ekspor


maupun impor. Prioritas pada ekspor sumber daya strategis seperti
wolfram, seng, timbal, minyak, dan kayu, mengurangi ketersediaan
pengiriman untuk ekspor beras, komoditas ekspor utama koloni tersebut.
Setelah Jerman mendeklarasikan dari kapal selam perang terbatas pada
tahun 1917, pengiriman dikirim untuk mengkompensasi kerugian barat di
Atlantik menghabiskan jumlah kapal di Samudera Hindia yang melukai
kemampuan Burma untuk mengirimkan ekspor lebih jauh. Mengingat
ketidakmungkinan menjual beras ke luar negeri, harga dalam negeri
anjlok, petani bangkrut, ladang gundul, dan penggilingan padi di daerah
pelabuhan ditutup, yang menyebabkan pengangguran dan kemiskinan
setelah puluhan tahun pertumbuhan ekonomi. Kemerosotan ekonomi tidak
akan diperbaiki selama bertahun-tahun setelah berakhirnya perang.
Sementara itu, hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya penduduk
desa yang tidak mampu membayar pajak, mendapatkan pinjaman, atau
bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Kejahatan meningkat dan
pendapatan pemerintah berkurang.

I. Laos

Pada tahun 1914 raja Tai Lu telah melarikan diri ke bagian Cina
dari Sipsong Panna , di mana ia memulai kampanye gerilya selama dua
tahun melawan Prancis di Laos utara, yang membutuhkan tiga ekspedisi
militer untuk menekan dan menghasilkan kendali langsung Prancis atas
Muang Sing. Di timur laut Laos , Cina dan Lao Theung memberontak
melawan upaya Prancis untuk mengenakan pajak atas perdagangan opium
yang mengakibatkan pemberontakan lain dari tahun 1914–1917. Pada
tahun 1915 sebagian besar timur laut Laos dikuasai oleh pemberontak

13
Cina dan Lao Theung . Prancis mengirimkan kehadiran militer terbesar ke
Laos yang mencakup 160 perwira Prancis dan 2.500 tentara Vietnam yang
dibagi dalam dua kolom. Prancis mendorong pemberontak pimpinan Cina
melintasi perbatasan Cina dan menempatkan Phongsali di bawah kendali
kolonial langsung.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan urain di atas dapat disimpulkan bahwa Kondisi


Negara-negara di Asia Tenggara pada masa Perang Dunia I adalah kondisi
yang kurang baik dalam arti kata, kawasan di Asia Tenggara di dominasi
oleh Penjajahan bangsa Eropa. Bangsa Eropa yang merupakan pihak yang
terlibat dalam Perang Dunia I mulai menggunakan negeri jajahannya
untuk ikut terlibat dalam Perang Dunia I. Selain itu ada Thailand yang
pada masa itu disebut “Siam” tidak mengalami penajajahan. Siam pada
masa itu ikut terlibat secara langsung dalam Perang Dunia I. Dalam Perang
Dunia I, Siam masuk dalam Blok Sekutu dengan tujuan untuk
mendapatkan nikmat dari Inggris dan Prancis. Selain itu juga Indonesia
pada masa itu di kuasai oleh Belanda tidak terlibat terhadap Perang Dunia
I, sebab Belanda pada masa itu tidak ikut dalam Perang Dunia I.

15
Daftar Pustaka

Lubis, Hafnita Sari Dewi. 2013. Sejarah Asia Tenggara. Medan: UNIMED Press

Sudharmono. 2012. Sejarah Asia Tenggara dari masa Penjajahan ke


Kemerdekaan. Yogkarta: Ombak

https://en.wikipedia.org/wiki/Military_history_of_the_Philippines&hl=id&sl=en&
tl=id&client=srp&prev=search Diakses pada 07 november 2020

https://encyclopedia.1914-1918-online.net/article/burma Diakses pada 07


November 2020

https://translate.google.com/translate?
u=https://en.wikipedia.org/wiki/History_of_Laos&hl=id&sl=en&tl=id&cli
ent=srp&prev=search Diakses pada 07 november 2020

16

Anda mungkin juga menyukai