Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Plase
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Plase
PREVIA
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes
Oleh
Vivian Yessica
1601460015
Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian
terapi ekspektatif :
a. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
b. Belum ada tanda-tanda in partu.
c. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
d. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
- Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
- Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
- Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih
berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi
perdarahan ulang.
2. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa
memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan
menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan
dipenuhi, lakukan PDOM jika :
- Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
- Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
- Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
- Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
1. Pengkajian
A. Identitas
1. Pasien
Nama Pasien : Ny. “S”
Umur Pasien : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 15 November 2014
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 32
minggu dengan ISK
2. Penanggung jawab
Nama : Tn. “S"
Alamat : Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Hubungan dengan pasien : Ayah
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan masuk RS
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis
plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman
dari tanggal 7-11 November 2014 dengan keluhan perdarahan dari
jalan lahir. Pasien telah diberikan terapi dexamethasone 2x8mg dalam
2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien merasa hamil 8 bulan,
mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc. Perdarahan sudah
sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri ke
dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat
bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala
nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil,
sempat muntah 1x pada tanggal 16 November 2014 dan perdarahan
pada jalan lahir, berwarna merah segar.
4. Riwayat kehamilan
a. Primigravida G1P0A0
1) HPMT : 30 Maret 2014
2) HPL : 7 Januari 2015
3) Usia Kehamilan : 32 minggu
b. Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
1) Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
2) Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6
bulan merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan
terjadi perdarahan pada jalan lahir.
3) Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan,
merasa demam hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
c. Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin
sudah sekitar 1 tahun yang lalu
Pasien
Keterangan :
: garis perkawinan
b. Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun
alergi.
D. Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali
makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan.
Sedangkan pola minum pasien yaitu pasien minum air putih
sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai
alergi terhadap makanan tertentu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap
kali makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air
putih yaitu 3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap
hari. Pasien menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali
makan pasien merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan
mual apabila mencium bau makanan yang menyengat.
2. Eliminasi
a. Buang air kecil
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah
yang banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat
berkemih.
2) Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna
kuning jernih.
b. Buang air besar
1) Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi
lunak.
2) Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak
dirawat di RSS.
3. Aktivitas dan Latihan
a. Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan
sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian
pasien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat
bantu.
b. Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring
saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.
DO :
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
Temperatur : 38,5oC
- Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10 November 2014
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir grade II
D. Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan
perfusi plasenta ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah
segar
DO :
- Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
- Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan
menutupi jalan lahir grade II
- Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah
segar di pembalut
- Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
- DJJ 153 x/menit
4. PERENCANAAN KEPERAWATAN
DX. 2
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
18 November 1. Mengkaji penyebab mual S : Pasien mengatakan merasakan mual
2014 , 10.00 pasien apabila mencium bau yang menyengat
WIB 2. Mengobservasi mual dan seperti ikan, pasien mengatakan mal
muntah berkurang dan tidak muntah, akan
3. Menganjurkan makan dalam makan makanan yang lunak dalam porsi
porsi kecil tapi sering kecil tapi sering, mengatakan makan
4. Menganjurkan kepada pasien diet RS habis ½ porsi
untuk memakan makanan yang O : Terlihat sedang makan camilan
lunak A : Masalah mual teratasi
P : Observasi mual dan muntah
19 November 1. Mengkaji mual dan muntah S : Pasien mengatakan masih sedikit
2014, 08.30 2. Menganjurkan pasien makan mual, tidak muntah, dan menyatakan
WIB sedikit-sedikit tapi sering mengerti untuk makan makanan yang
3. Menganjurkan pasien disukai sedikit-sedikit tapi sering
memakan makanan yang O : obat dan dosis : sulfas ferosus 600
disukai mg, albumin 500 mg, rute: oral, pada
4. Mengelola pemberian Ny. S, pukul 08.30 WIB
suplemen dan vitamin : sulfas A : Mual teratasi sebagian
ferosus 600 mg/oral , albumin P : Monitor mual dan muntah
500 mg/oral
DX. 3
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Keluarga pasien mengatakan suhu
2014, 11.00 tanda gejala infeksi tubuh pasien panas
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 38,5oC
sesudah kontak, batasi A : Masalah risiko infeksi teratasi
pengunjung P : Kelola pemberian parasetamol tablet
500mg per oral
18 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan sudah tidak
2014, 08.00 tanda gejala infeksi demam lagi
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang infus
sesudah kontak, batasi RL di tangan kanan sejak tanggal 17
pengunjung November 2014 kondisi bersih tidak
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 terlihat tanda flebitis dan infeksi,
gram per IV cefotaxim 1 gram masuk per IV
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S : Pasien mengatakan masih flek-flek,
2014 , 09.00 tanda gejala infeksi pasien mengatakan sudah banyak
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan minum sehari kurang lebih 2 botol aqua,
sesudah kontak, batasi keluarga dan pasien mengatakan sudah
pengunjung paham mengenai tanda dan gejala
3. Menganjurkan pasien banyak infeksi.
minum : 2 liter per hari O : S : 37oC, TD : 110/70 mmHg, N : 78
4. Memberiahu keluarga dan x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi
pasien mengenai tanda dan cefotaxim sudah masuk melalui IV
gejala infeksi dan cara A : Risiko infeksi teratasi
mencegahnya P : Kelola pemberian cefotaxim
5. Mengelola pemberian antibiotik 1gram/12jam per IV
inj cefotaxim 1gr/12 jam
19 November 1. Mengobservasi suhu aksila dan S:-
2014, 20.00 tanda gejala infeksi O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus
WIB 2. Mencuci tangan sebelum dan RL di tangan kanan sejak tanggal 17
sesudah kontak, batasi November 2014 kondisi bersih tidak
pengunjung terlihat tanda flebitis dan infeksi,
3. Memberikan injeksi cefotaxim 1 cefotaxim 1 gram masuk per IV
gram per IV A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1
gram/12 jam per IV
DX. 4
TANGGAL,
IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
17 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan masih keluar
2014, 14.30 pervaginam darah dari jalan lahir, darah berwarna
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang merah segar, pasien mengatakan akan
hilang. Memantau tanda dan sering miring ke kiri dan membatasi
gejala syok hipovolemi pergerakan
3. Memonitor bunyi jantung janin O : DJJ : 152 x/menit, pasien bedrest
4. Menganjurkan pasien istirahat A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
dan bedrest teratasi
5. Menganjurkan pasien agar miring P : Monitor perdarahan pervaginam
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
19 November 1. Memonitor perdarahan S : Pasien mengatakan perdarahan
2014, 20.15 pervaginam berkurang, tinggal flek, pasien
WIB 2. Mengkaji jumlah darah yang mengatakan akan sering miring ke kiri
hilang. Memantau tanda dan dan membatasi pergerakan
gejala syok hipovolemi O : DJJ : 149 x/menit, pasien bedrest
3. Memonitor bunyi jantung janin A : Masalah risiko tinggi cedera (janin)
4. Menganjurkan pasien istirahat teratasi
dan bedrest P : Monitor perdarahan pervaginam
5. Menganjurkan pasien agar miring
ke kiri
6. Menganjurkan pasien untuk
membatasi pergerakan
DAFTAR RUJUKAN
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam
Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan
.Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH
DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill