1) - Ikan (Nana) 75-84
1) - Ikan (Nana) 75-84
INFOMATEK
Volume 10 Nomor 2 Juni 2008
Nana Sutisna A.*), Wisnu Cahyadi *), Ni Sayu Komang Dewi A**)
Abstrak : Pengaruh jenis ikan dan suhu pengeringan terhadap karakteristik kemplang, sehingga dapat
bermanfaat untuk meningkatkan nilai gizi,nilai ekonomisdan Teknologi Pengolahan dari p[roduk tradisiona.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah pola faktorial 3 x 3 dalam Rancangan Acak Kelompok, dengan 3
kali ulangan.Faktor pertama adalah jenis ikan (bandeng, kakap , dan nila), Faktor kedua adalah suhu p
engeringan (55oC, 60oC, 65oC). Hasil penelitian menunjukkan faktor jenis dan suhu pengeringan secara mandiri
hanya berpengaruh terhadap respon warna,rasa, dan kerenyahan. Sedangkan interaksi faktor jenis ikan dan
suhu pengeringan berpengaruh terhadap respon kadar air, kadar protein dan volume pengembangan.
75
Infomatek Volume 10 Nomor 2 Juni 2008 : 75 - 84
76
Kajian Pengaruh Jenis Ikan dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Kemplang Ikan
Penelitian dibagi menjadi 2 tahap yaitu Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian pendahuluan dan penelitian utama. penelitian ini adalah pola faktorial 3 x 3 dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3
2.2.1. Penelitian Pendahuluan
kali ulangan, sehingga diperoleh sebanyak 27
Penelitian pendahuluan yang dilakukan adalah
satuan percobaan ulangan.
menetapkan formula terpilih dari berbagai
campuran tapioka dan ikan, yakni dengan X ijk K 1 Pi S j ( PS ) ij ijk
perbandingan 2 : 1, 3 : 1 dan 4 : 1. Ketiga
3. Rancangan Respon
formula diuji secara organoleptik hedonik test.
Rancangan Respon yang digunakan adalah
2.2.2. Penelitian Utama respon kimia seperti kadar air dengan metode
gravimetri, Sudarmadji [3], dan penentuan
1. Rancangan Perlakuan
kadar protein dengan metode Kjeldahl.
Rancangan perlakuan yang digunakan pada
Respon fisika yang dilakukan meliputi volume
penelitian utama terdiri dari 2 faktor. Faktor
pengembangan kemplang ikan, dengan alat
pertama adalah jenis ikan (P) yang terdiri dari 3
jangka sorong, Yuniarni [4].
taraf, yaitu ikan bandeng, kakap dan nila. Faktor
kedua adalah suhu penyimpanan (S) yang erdiri
4. Deskripsi Percobaan
dari 3 taraf, yaitu 55 oC, 60 oC, dan 65 oC.
Deskripsi percobaan yang dilakukan pada
2. Rancangan Percobaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
77
Infomatek Volume 10 Nomor 2 Juni 2008 : 75 - 84
Gambar 1
78
Kajian Pengaruh Jenis Ikan dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Kemplang Ikan
bahwa formula B memiliki nilai kesukaan Pengaruh Interaksi Jenis Ikan (P) dan Suhu
Pengeringan (S) Terhadap Kadar Air Kemplang
tertinggi yaitu 3,75. Hal ini diduga bahwa pada Ikan (%)
formula B (3:1) memiliki warna putih agak
79
Infomatek Volume 10 Nomor 2 Juni 2008 : 75 - 84
SUHU PENGERINGAN (S) rasa bahan pangan tersebut. Kadar air dalam
JENIS IKAN (P)
suatu bahan pangan perlu ditetapkan, karena
s1 (55 oC) s2 (60 oC) s3 (65 oC)
semakin tinggi kadar air maka produk makanan
p1 10,40 C 8,54 C 6,78 C
akan semakin mudah rusak
(Bandeng) c b a
atau tidak tahan lama. Kandungan air dalam
p2 9,73 B 7,67 B 5,93 B
bahan makanan ikut menentukan tingkat
(Kakap) c b a penerimaan konsumen, kesegaran, dan juga
p3 8,87 A 6,39 A 4,98 A daya tahan dari bahan makanan tersebut.
(Nila) c b a
Keterangan :
Hasil perhitungan analisis variasi, menunjukkan
Setiap angka yang ditandai dengan huruf kecil yang sama bahwa jenis ikan, suhu pengeringan, dan
ke arah horizontal dan dengan huruf besar ke arah vertikal
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak interaksi antara keduanya berpengaruh
Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.
terhadap kadar protein kemplang ikan.
Tabel 2 memperlihatkan bahwa suhu Tabel 3.
pengeringan dan jenis ikan memberikan hasil Pengaruh Interaksi Jenis Ikan (P) dan Suhu
Pengeringan (S) Terhadap Kadar Protein
berbeda nyata terhadap respon kadar air
Kemplang Ikan (%)
kemplang ikan. Semakin tinggi suhu
JENIS IKAN SUHU PENGERINGAN (S)
pengeringan maka pengeringan akan semakin (P) s1 (55 oC) s2 (60 oC) s3 (65 oC)
cepat dan kadar air akan semakin rendah. p1 37,92 B 26,27 A 20,26 A
(Bandeng) c b a
p2 29,83 A 27,57 B 21,36 B
Tabel 2 memperlihatkan kemplang dari ikan (Kakap) b b a
bandeng memiliki kadar air lebih tinggi. Menurut p3 27,16 A 23,70 A 18,50 A
(Nila) c b a
Winarno [5], setiap bahan mempunyai kadar air Keterangan :
yang berbeda, juga komposisi dan struktur yang Setiap angka yang ditandai dengan huruf kecil yang sama
ke arah horizontal dan dengan huruf besar ke arah vertikal
berbeda pula. menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.
Ikan Bandeng merupakan ikan laut yang relatif Tabel 3 menunjukkan bahwa semakin tinggi
kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga komposisi suhu pengeringan, maka semakin rendah kadar
juga struktur inilah yang memperlambat proteinnya. Hal ini diduga karena jika suhu
terlepasnya air selama pengeringan berlangung. semakin tinggi maka peluang terjadi kerusakan
protein akan semakin besar.
Kandungan air merupakan komponen penting
dalam bahan pangan, karena air dapat
mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita Menurut, Muchtadi [6] ikan laut memiliki kadar
protein yang lebih tinggi dibandingkan ikan
80
Kajian Pengaruh Jenis Ikan dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Kemplang Ikan
tujuan menambahkan nilai gizi dan rasa, (P) s1 (55 oC) s2 (60 oC) s3 (65 oC)
p1 49,55 B 65,15 A 77,62 A
disamping berfungsi sebagai pengemulsi dan
(Bandeng) a b c
pengikat komponen-komponen adonan. Bahan p2 56,25 A 79,36 B 86,88 B
dengan kadar protein tinggi berkemampuan (Kakap) a b c
p3 60,97 C 87,43 C 97,55 C
menyerap dan mengikat air sehingga pada
(Nila) a b c
waktu pemasakan adonan yang terbentuk akan Keterangan :
Setiap angka yang ditandai dengan huruf kecil yang sama
lebih kokoh.
ke arah horizontal dan dengan huruf besar ke arah vertikal
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak
Berganda Duncan pada taraf nyata 5 %.
3.2.2. Volume Pengembangan
Tabel 4 menunjukkan bahwa faktor suhu dan
Proses daya pengembangan suatu produk akan
jenis ikan memberikan hasil yang berbeda nyata
dipengaruhi oleh adanya pati yang
terhadap volume pengembangan kemplang
tergelatinisasi. Semakin banyak bagian
ikan.Semakin tinggi suhu pengeringan volume
tapiokanya maka selama proses gelatinisasi
pengembangan ikan semakin besar. Hal ini
granula-granula pati tapioka akan
disebabkan suhu pengeringamn lebih tinggi
mengembangkan lebih besar produknya
akan menghasilkan kemplang mentah dengan
daripada produk yang mengandung tapiokanya
kadar air rendah.
lebih sedikit. Hal ini disebabkan pada waktu
pemanggangan, volume kemplang tersebut
Menurut [5], produk mentah dengan kadar air
mengembang lebih besar daripada kerupuk
rendah akan menghasilkan volume
yang mengandung tapioka sedikit.
pengembangan yang lebih besar. Kemplang
81
Infomatek Volume 10 Nomor 2 Juni 2008 : 75 - 84
dari ikan nila memperlihatkan pengembangan berprotein yang mengalami pemanasan. Reaksi
yang lebih besar, karena ikan nila mempunyai Maillard merupakan reaksi antara gula reduksi
kandungan karbohidrat (pati) yang lebih dengan asam amino bebas. Warna pada
tinggidibandingkan ikan laut yang menyebabkan kemplang ikan dipengaruhi juga oleh kandungan
pengembangan granula pati lebih baik. air yang terdapat dalam adonan.
nyata dengan suhu 65oC. Hal ini dikarenakan NILAI RATA-RATA TARAF NYATA
JENIS IKAN (P)
terjadinya reaksi Maillard sewaktu proses RASA 5%
Keterangan :
Reaksi Maillard yang merupakan reaksi Nilai yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak
pencoklatan utama yang terjadi pada produk Berganda Duncan.
82
Kajian Pengaruh Jenis Ikan dan Suhu Pengeringan
Terhadap Karakteristik Kemplang Ikan
Hasil analisis variasi, menunjukkan bahwa jenis tepung tapioka dan ikan (3:1).
ikan dan interaksi antara keduanya tidak 2. Perlakuan, jenis ikan dan suhu pengeringan
berpengaruh terhadap kerenyahan kemplang secara mandiri respon kadar air, kadar
Keterangan :
available at http://www.nganjuk.warintek.
Nilai yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan comwarintekpengolahan_pangan.htm.pdf.
tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak
Berganda Duncan.
83
Infomatek Volume 10 Nomor 2 Juni 2008 : 75 - 84
[2] Suryani Ani, Hambali Erliza, Hidayat Akhir, Jurusan Teknologi Pangan,
Encep, (2005), Aneka Produk Olahan Universitas Pasundan, Bandung.
Limbah Ikan dan Udang, Penerbit [5] Winarno F.G., (1997), Kimia Pangan dan
Penebar Swadaya, Jakarta. Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
[3] Sudarmadji Slamet, Haryono Bambang, Jakarta.
dan Suhardi (1996), Analisis Bahan [6] Muchtadi Tien R., dan Sugiyono, (1992),
Makanan dan Pertanian, Edisi ketiga, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan,
Penerbit Liberty, Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
[4] Yuniarni, N., (2001), Upaya Peningkatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Kerupuk Cakar Ayam Dengan Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,
Penambahan Natrium Bikarbonat dan IPB.
Lama Pengeringan Terhadap [7] Faridi H., (1994), The Science of Cookie
Karakteristik Krupuk Cakar Ayam, Tugas and Cracker Produktion, 1st Ed., Chapman
& Hall, New Yourk.
84